Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini kebutuhan masyarakat setiap harinya mengalami peningkatan.

Pesatnya pertumbuhan masyarakat dan banyaknya jumlah masyarakat sangat

berpengaruh pada ketersediaan bahan pokok untuk penunjang kehidupan.

Kebutuhan silih berganti sehingga memunculkan adanya pengeluaran. Namun,

untuk memenuhi kebutuhan hidup secara tidak langsung dituntut untuk mencari

adanya pemasukan. Di zaman ini sudah banyak dijumpai proses untuk mendapatkan

pemasukan yaitu dengan membuka usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang

tujuannya untuk mendapatkan keuntungan sehingga dapat digunakan sebagai

sumber pemasukan. Badan Usaha Mikro adalah usaha ekonomi manufaktur yang

dimiliki oleh perseorangan dan/ atau perseorangan yang memenuhi kriteria usaha

mikro yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan (SAK EMKM 2018.47)

Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemberdayaan UMKM

menjadi sangat tepat, karena memiliki potensi besar untuk menggerakkan kegaitan

ekonomi masyarakat dan juga bisa menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian

besar masyarakat. UMKM memiliki kelebihan yaitu mampu bertahan dalam kondisi

krisis. Menurut (Ester Meryana, 2012) di Indonesia, pada tahun 1997 krisis ekonomi

dan tahun 2008 krisis global UMKM sudah terbukti bisa bertahan dalam

menghadapi
goncangan ekonomi dan menjadi penyelamat perekonomian pada saat itu. Dengan

adanya UMKM diharapkan bisa memberikan kontribusi positif dalam upaya

penganggulangan masalah tersebut. Kontribusi yang diberikan UMKM pada saat

krisis ekonomi bisa dinilai untuk penopang pada proses pemulihan perekonomian

Indonesia, dilihat dari perkembangan ekonomi Indonesia ataupun dalam

meningkatkan kesempatan kerja (Putra and Saskara, 2013).

UMKM merupakan salah satu bentuk usaha yang memiliki potensi yang

besar dalam proses pengembangan yang dilakukan. Usaha ini pada dasarnya

menggunakan sistem pengelolaan usaha yang sederhana sehingga upaya untuk

perbaikan sistem pelaporan keuangan harus dilakukan. Dalam sistem kinerja

UMKM dibutuhkan sebuah laporan keuangan untuk dijadikan sebagai bahan

evaluasi kinerja UMKM. Proses penyusunan laporan keuangan pada usaha memiliki

beberapa keterbatasan sehingga proses penyusunan dan pelaporan keuangan belum

secara maksimal dilakukan (Standar Akuntansi Keuangan, 2019).

Pelaksanaan pembukuan merupakan hal sulit bagi UMKM karena

keterbatasan pengetahuan mengenai akuntansi, rumitnya proses akuntansi dan

anggapan bahwa laporan keuangan bukanlah hal yang penting bagi UMKM untuk

mengembangkan usaha. UMKM yang belum mampu menyusun laporan keuangan

mengakibatkan masih banyak UMKM yang sulit mengakses permodalan dari

perbankan. Selama ini UMKM telah mencatat berbagai transaksi keuangan mereka.

Namun untuk membuat laporan keuangan seperti pencatatan hutang, piutang atau

bahkan laba rugi, pelaku usaha kecil masih kesulitan (TribunJogja.com, 2017).
Masih banyaknya pelaku UMKM yang belum menyadari pentingnya pencatatan

keuangan dan pembukuan yang rapi. Padahal dengan adanya pembukuan setiap

pelaku usaha dapat mengetahui sehat atau tidaknya usaha mereka. Akibatnya wajar

jika banyak di antara mereka tidak memiliki pembukuan pada bisnisnya yang

berpotensi semakin membesar. Suksesnya UMKM bukan sekedar banyaknya

penjualan dari produk atau jasanya, tapi juga karena strategi marketing yang mereka

jalankan dengan disertai rapinya pencatatan keuangan usaha (Latief, 2018).

Beberapa penelitian menunjukkan/ memaparkan bahwa masih banyak dijumpai

masyarakat yang memiliki usaha sembako namun tidak menerapkan standar

pelaporan keuangan (SAK ETAP) karena dinilai terlalu kompleks dan beberapa hal

tidak memenuhi pelaporan UMKM sehingga diaturnya SAK EMKM yang lebih

sederhana dan sesuai. Maka dari itu kerangka pelaporan SAK EMKM diharapkan

dapat membantu usaha mikro kecil menegah (UMKM) sembako Chafilah dalam

menyusun dan melaporkan keuangan UMKM dengan berbasis kas. Selain itu SAK

EMKM dapat membantu implementasi SAK lain yang lebih luas sesuai dengan

perkembangan zaman disertai cakupan dan kompleksitasnya. Laporan keuangan

yang disusun meliputi 1) Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode, 2) Laporan

Laba Rugi selama periode/ Laporan Kinerja, 3) Catatan Atas Laporan Keuangan,

yang berisi tambahan dan rincian beberapa item yang relevan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yang

terjadi yaitu “ Bagaimana penerapan SAK EMKM pada usaha sembako di toko

Chafilah”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilaksanakannya untuk mengetahui kesesuaian penerapan SAK

EMKM untuk pelaporan keuangan pada toko sembako Chafilah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi user/ UMKM

Sebagai bahan masukan dan koreksi dalam melakukan pencatatan pada usahanya

sehingga sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Sebagai bahan acuan dan sumber ter-update mengenai pencatatan dan pelaporan

keuangan pada UMKM.

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Sebagai sumber informasi dalam penelitian yang sejenis sehingga dapat

digunakan pada penelitian yang sejenis dimasa yang akan datang.

4. Manfaat bagi kebijakan

Sebagai bahan pertimbangan selanjutnya mengenai kebijakan-kebijakan yang

akan disusun oleh badan usaha sederhana seperti UMKM.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi UMKM

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha

mikro, kecil dan menengah adalah

A. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini. Yaitu

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (Lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.0000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

B. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini. Yaitu

1.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua

milyar lima ratus juta rupiah)

C. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Yaitu

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian

nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.


2.1.2 SAK EMKM

Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM) adalah entitas tanpa

akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang

memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-

tidaknya selama 2 tahun berturut-turut (SAK EMKM,2018:1).

SAK EMKM berkaitan erat dengan kebijakan akuntansi karena terkait

dengan laporan keuangan yang akan disajikan. Kebijakan akuntansi adalah

prinsip, dasar, konvensi, aturan, dan praktik tertentu yang diterapkan oleh entitas

dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya.

1. Jika SAK EMKM secara spesifik mengatur perlakuan akuntansi atas suatu

transaksi, peristiwa, atau keadaan lainnya, maka entitas menerapkan kebijakan

akuntansi sesuai dengan pengaturan yang ada dalam SAK EMKM ini.

2. Jika SAK EMKM tidak secara spesifik mengatur perlakuan akuntansi atas suatu

transaksi, peristiwa, atau keadaan lainnya, maka entitas hanya mengacu pada dan

mempertimbangkan definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk

aset, liabilitas, penghasilan, dan beban, serta prinsip pervasif (SAK EMKM,2018,

BAB 7)
SAK EMKM memuat pengaturan akuntansi yang lebih sederhana dari

SAK ETAP karena mengatur transaksi yang umum dilakukan oleh EMKM dan

dasar pengukurannya murni menggunakan biaya historis

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jika UMKM dalam mencatat

laporan keuangan entitas tanpa akuntabilitas maka UMKM tersebut dapat

dinyatakan siap dalam rangka implementasi SAK EMKM. Sebaliknya, jika

UMKM belum mencatat sama sekali laporan keuangan atau sudah mencatat

laporan keuangan namun berbasis kas maka UMKM tersebut dinyatakan belum

siap dalam mengimplementasikan SAK EMKM, karena SAK EMKM

menggunakan asumsi dasar akrual yang membuat UMKM perlu menyesuaikan.

2.1.3 Penerapan Akuntansi pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Menurut Melati Natalia (2021:24) dikutip dari Sri Ernawati, dkk (2016)

mengatakan bahwa “akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian,

dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi-

transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian diantaranya memiliki

sifat keuangan dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya”.

Untuk mengetahu penerapan akuntansi laporan keuangan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM,

2018):

1. Pengakuan Dalam Laporan Keuangan


Aset diakui dalam laporan posisi keuangan ketika manfaat ekonomi pada

masa depannya dapat dipastikan mengalir ke dalam entitas dan aset tersebut

memiliki biaya yang dapat diukur dengan andal. Sebaliknya, aset tidak diakui

dalam laporan posisi keuangan jika dimanfaat ekonominya tidak mengalir dalam

entitas walaupun pengeluaran telah terjadi. Entitas membagi 2 jenis aset yaitu,

aset lancar dan aset tidak lancar.

2. Pengukuran Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui aset,

liabilitas, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran

unsur laporan keuangan dalam SAK EMKM adalah biaya historis. Biaya historis

suatu aset adalah sebesar jumlah kas dan setara kas yang dibayarkan untuk

memperoleh aset tersebut saat perolehan. Biaya historis suatu liabilitas adalah

sebesar jumlah kas dan setara kas yang diterima atau jumlah kas diperkirakan atau

dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pekerjaan usaha normal.

3. Penyajian Laporan Keuangan

Penyajian laporan keuangan menjelaskan penyajian wajar dari laporan

keuangan sesuai persyaratan SAK EMKM dan pengertian laporan keuangan yang

lengkap untuk entitas. Penyajian wajar laporan keuangan mensyaratkan entitas

untuk menyajikan informasi untuk mencapai tujuan antara lain : Relevan,

representasi tepat, dapat dibandingkan dan dapat dipahami dengan mudah.


4. Pengungkapan Pengukapan adalah suatu bagian pertanggung jawaban

dari pelaporan keuangan dan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu

penyajian informasi dalam bentuk perangkat penuh statemen keuangan

(Suwardjono,2014;578). Ada dua jenis pengungkapan laporan keuangan, yaitu

pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure) (Suwardjono,2014:583). Pengungkapan wajib (mandatory

disclosure) adalah pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar

akuntansi yang berlaku, sedangkan pengukapan sukarela (voluntary disclosure)

adalah pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan

tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku (Suwardjono, 2014:583). Laporan

keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah yang lengkap berdasarkan SAK

EMKM terdiri atas 3 laporan, yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,

dan catatan atas laporan keuangan (IAI, 2018:47) .

Laporan keuangan suatu entitas dibuat dengan tujuan untuk menyediakan

informasi posisi keuangan dan kinerja suatu entitas yang nantinya akan

bermanfaat bagi para pengguna dalam mengambil keputusan, misalnya saja

laporan keuangan dapat membantu pihak entitas dalam mencari tambahan modal

ke lembaga keuangan dan lembaga keuangan dapat melihat laporan keuangan

entitas tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan apakah layak atau tidak

mendapat pinjaman modal. Dalam penyajiannya pun laporan keuangan harus

memiliki syarat tertentu dalam menyajikan informasinya seperti relevan,

representasi tepat, keterbandingan, dan keterpahaman (SAK EMKM, 2018 : 7).


Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan

Menengah (SAK EMKM) laporan keuangan minimum terdiri dari 3 unsur, yaitu :

Laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi selama periode,

dan catatan atas laporan keuangan (SAK EMKM, 2018 : 8).

1. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang akan menyajikan

informasi mengenai aset, utang dan ekuitas dari suatu perusahaan pada akhir

periode pelaporan. Berdasarkan SAK EMKM (2018 : 11) unsur-unsur tersebut

disajikan. Laporan posisi keuangan entitas dapat mencakup pos-pos sebagai

berikut:

a. Kas dan setara kas

b. Piutang

c. Persediaan

d. Aset tetap

e. Utang usaha

f. Utang bank

g. Ekuitas

Suatu entitas dapat menyajikan pos dan bagian dari pos dalam laporan

posisi keuangan jika penyajian tersebut relevan untuk memahami posisi keuangan

entitas. SAK EMKM juga tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos

yang disajikan. Walaupun demikian, entitas bisa menyajikan pos-pos dari


kategori aset tersebut sesuai urutan likuiditasnya dan menyajikan pos-pos utang

sesuai dengan urutan jatuh tempo pembayarannya (SAK EMKM, 2018 : 11)

ENTITAS
LAPORAN POSISI
KEUANGAN
31 Desember 2018
ASET Catatan 20X8 20X9

Kas dan Setara Kas


Kas 3 xxx xxx
Giro 4 xxx xxx
Deposito 5 xxx xxx

Jumlah kas dan setara kas xxx xxx

Piutang usaha 6 xxx xxx

Persediaan xxx xxx


Beban dibayar di muka 7 xxx xxx

Aset tetap xxx xxx

Akumulasi penyusutan (xx) (xx)

JUMLAH ASET xxx xxx

LIABILITAS
Utang usaha xxx xxx
Utang bank 8 xxx xxx
JUMLAH LIABILITAS xxx xxx
EKUITAS

Modal xxx xxx


Saldo laba (defisit) 9 xxx xxx

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan yang akan menyajikan informasi mengenai

pendapatan dan biaya dari suatu entitas. Berdasarkan SAK EMKM (2018 : 13)

Laporan laba rugi entitas dapat mencakup pos-pos sebagai berikut:

a. Pendapatan;

b. Beban keuangan;

c. Beban pajak.

Entitas dapat menyajikan pos dan bagian dari pos dalam laporan laba rugi jika

penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas Laporan

laba rugi memasukkan semua penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu

periode, kecuali SAK EMKM mensyaratkan lain. SAK EMKM mengatur

perlakuan atas dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi

yang disajikan sebagai penyesuaian retrospektif terhadap periode yang lalu dan

bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan

(SAK EMKM, 2018 : 13).


ENTITAS
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Desember 2018
PENDAPATAN Catatan 20X8 20X9

Pendapatan usaha 10 xxx xxx


Pendapatan lain-lain xxx xxx

JUMLAH PENDAPATAN xxx xxx

BEBAN
Beban usaha xxx xxx
Beban lain-lain 11 xxx xxx

JUMLAH BEBAN xxx xxx

LABA (RUGI) SEBELUM


xxx xxx
PAJAK PENGHASILAN
Beban pajak penghasilan 12 xxx xxx
LABA (RUGI) SETELAH
xxx xxx
PAJAK PENGHASILAN

3. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berupa informasi

tambahan dan rincian pos-pos tertentu yang relevan. Catatan atas laporan

keuangan yang disajikan memuat informasi sebagai berikut (SAK EMKM 2018 :

14)

a) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan

SAK EMKM.
b) Ikhtisar kebijakan akuntansi.

c) Informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan

transaksi penting dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk

memahami laporan keuangan.

Jenis informasi tambahan dan rincian yang akan disajikan pada catatan atas

laporan keuangan tergantung pada jenis kegiatan usaha yang dilakukan oleh suatu

entitas. Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sepanjang hal

tersebut praktis. Setiap pos dalam laporan keuangan merujuk silang ke informasi

terkait dalam catatan atas laporan keuangan.

ENTITAS
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
31 Desember 2018
1. UMUM
Entitas didirikan di Jakarta berdasarkan akta Nomor xx tanggal 1 Januari 20X7 yang dibuat
dihadapan Notaris, S.H., notaris di Jakarta dan mendaatkan persetujuan dari Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia No. xx 2016 tanggal 31 Januari 2016. Entitas bergerak dalam bidang
usaha manufaktur. Entitas memenuhi kriteria sebagai entitas mikro, kecil, menengah sesuai
UU Nomor 20 Tahun 2008. Entitas berdomisili di Jalan xx, Jakarta Utara.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING


a. Persyaratan Kepatuhan
Laporan Keuangan disusun menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan M
b. Dasar Penyusunan
Dasar Penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis dan menggunakan asumsi dasar akrual. M
penyajian yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah Rupiah.
c. Piutang usaha
Piutang usaha disajikan sebesar jumlah tagihan
d. Persediaan
Biaya persediaan bahan baku meliputi biaya pembelian dan biaya angkut pembelian. Biaya konvers
biaya tenaga kerja langsung dan overhead. Overhead tetap dialokasikan ke biaya konversi berdasark
kapasitas produksi normal.Overhead variabel dialokasikan pada unit produksi berdasarkan penggun
aktual fasilitas produksi. Entitas menggunakan rumus biaya persediaan rata-rata.
e. Aset Tetap
Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehannya jika aset tersebut dimiliki secara hukum oleh entitas.
Aset tetap disusutkan menggunakan metode garis lurus tanpa nilai residu
f. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pendapatan penjualan diakui ketika tagihan diterbitkan atau pengiriman dilakukan kepada pelangga
g. Pajak Penghasilan
Pajak pengahsilan mengikuti ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

3. KAS
20X8 20X7
Kas kecil Jakarta-Rupiah xxx xxx
4. GIRO
20X8 20X7
PT Bank xxx-Rupiah xxx xxx
5. DEPOSITO
20X8 20X7
PT Bank xxx-Rupiah xxx xxx
Suku bunga-Rupiah 4,50% 5,00%

6. PIUTANG USAHA
20X8 20X7
Toko A xxx xxx 2.2
Toko B xxx xxx
Jumlah xxx Penelitian Terdahuluxxx
7. BEBAN DIBAYAR DIMUKA
20X8 20X7
Sewa xxx xxx
Asuransi xxx xxx
Lisensi dan perizinan xxx xxx
Jumlah xxx xxx
8. UTANG BANK
Pada tanggal 4 Maret 20X8, Entitas memperoleh pinjaman Kredit Modal Kerja (KMK) dari PT. Bank ABC

dengzn maksimum kredit RP xxx, suku bunga efektif 11% pertahun dengan jatuh tempo berakhir tanggal
19 April 20X8. Pinjaman dijamin dengan persediaan dan sebidang tanah milik entitas.
9. SALDO LABA
Saldo laba merupakan akumulasi selisish pengahsilan dan beban, setelah dikurangkan dnegan distribusi kepada
10. PENDAPATAN PENJUALAN
20X8 20X7
Penjualan xxx xxx
Retur Penjualan xxx xxx
Jumlah xxx xxx
11. BEBAN LAIN-LAIN
20X8 20X7
Bunga Pinjaman xxx xxx
Lain-lain xxx xxx
Jumlah xxx xxx
12. BEBAN PAJAK PENGHASILAN
20X8 20X7
Pajak penghasilan xxx xxx
Penelitian mengenai penerapan SAK EMKM dalam pelaporan keuangan

UMKM telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian

terdahulu sangat penting sebagai acuan dalam rangka penyusunan penelitian ini,

untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan, serta sebagai perbandingan dan

gambaran. Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan referensi oleh penulis

dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

(Tahun) Penelitian

Meidi Penerapan SAK-EMKM Kualitatif Toko Tjoang Bung

Yanto, terhadap penyusunan sudah berdiri selama 28

Dhea , Laporan Keuangan pada tahun. Selama

Elvina Toko Tjoang Bung Kota berjalannya usaha

(2022) Tanjungpinang tersebut, pemilik tidak

melakukan pencatatan

laporan keuangan sesuai

dengan SAK EMKM.

Pemilik hanya

melakukan pencatatan

keuangan sederhana saja

seperti menghitung kas

masuk dan kas keluar.

Pemilik toko mengakui


bahwa dirinya tidak

memiliki kemampuan

untuk menyusun laporan

keuangan.

Rika Utari, Penerapan SAK EMKM Deskriptif Penerapan SAK EMKM

Isnaini pada Usaha Mikro, Kecil, Kualitatif di Kota Tanjungbalai

Harahap, dan Menengah Studi masih belum banyak.

Muhammad Kasus UMKM di Kota hal ini disebabkan

Syahbudi Tanjungbalai karena minimnya

(2022) pengetahuan pelaku

UMKM terkait laporan

keuangan yang

diperlukan.

Hanan Penerapan Standar Kualitatif UMKM masih banyak

Maya, Ruly Akuntansi Entitas Mikro, berkaitan dengan

(2024) Kecil, dan Menengah penerapan SAK EMKM

(SAK EMKM) dalam pada laporan keuangan.

meningkatkan kualitas Hal ini dikarenakan,

laporan keuangan : studi Toko Podho Bungahe

kasus Toko Podho Tulungagung belum

Bungahe Tulungagung mempunyai karyawan

(bagian keuangan) yang

kompeten. Sedangkan
SDM yang kompeten

dapat mendukung

diterapkannya laporan

keuangan sesuai standar

akuntansi yang berlaku.

Oleh karena itu, Toko

Podho Bungahe

Tulungagung belum

menerapkan laporan

keuangan yang sesuai

dengan SAK EMKM.

Siti Implementasi SAK Kualitatif Berdasarkan penelitian

Azizjah, Sri EMKM Dalam bahwa toko ini belum

Dewi Penyusunan Laporan melaksanakan

Estiningrum Keuangan Studi Kasus pencatatan laporan

(2022) pada Toko Gloria di keuangan sesuai dengan

Tulungagung standart Akuntansi.

Mereka hanya mencatat

transaksi keuangan

harian secara manual

dengan mencatat

pengeluaran dan

penerimaan kas
berdasarkan bukti

transaksi.

Ananda Penyusunan Laporan Kualitatif Dari hasil penelitian

Putri Riadi Keuangan Berdasarkan pemilik toko kue kering

Standar Akuntansi Nining tidak memiliki

Keuangan Entitas Mikro, laporan keuangan dan

Kecil, dan Menengah hanya melakukan

pencatatan yang

sederhana yang

bersumber dari bukti

transaksi. Sedangkan

berdasarkan SAK

EMKM setiap entitas

harus menyajikan

laporan keuangan yang

berupa laporan posisi

keuangan, laporan laba

rugi, dan catatan atas

laporan keuangan.

2.3 Kerangka Berfikir


Toko UMKM
Sembako Chafilah

Pencatatan
Akuntansi

Penyusunan
Laporan
Keuangan SAK
EMKM

Laporan Laba Laporan Posisi Catatan Atas


Rugi Keuangan Laporan
Keuangan

SAK EMKM merupakan standar yang disusun untuk entitas tanpa akuntabilitas

publik. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK EMKM harus membuat

suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan tersebut dalam catatan

atas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis laporan

keuangan UMKM, apakah laporan keuangan tersebut sudah sesuai dengan SAK

EMKM. laporan keuangan menurut SAK EMKM terdiri dari laporan laba rugi,

laporan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Kerangka konseptual

ini menjelaskan bagaimana peneliti menganalisis laporan keuangan yang

dibutuhkan oleh UMKM Toko Sembako Chafilah kemudian merancang laporan

keuangan tersebut dengan berdasarkan SAK EMKM yang terdiri dari Laporan

Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi, dan Catatan Atas Laporan Keuangan
kemudian memberikan rekomendasi untuk keberlangsungan usaha tersebut. Dari

uraian tersebut, maka peneliti telah membuat kerangka berfikir seperti diatas.

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan metode kualitatif

deskriptif, di mana penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, dapat

melalui perilaku, persepsi, motivasi dan lain-lain secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa yang berfokus pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dengan

penelitian ini dapat memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan segala

transaksi yang dilakukan oleh UMKM Toko Chafilah pada tahun 2023 untuk

menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM

3.2 Definisi Operasional Variabel

Varibel penelitian ini adalah untuk mengatuhi sejauh mana pemahaman

pemilik UMKM mengenai konsep dasar akuntansi, pencatatan serta pelaporannya

yang merupakan kunci utama dalam menjalankan sebuah UMKM Toko Sembako,

dengan indikator pemahaman tentang

a) Konsep kesatuan usaha akuntansi

Konsep ini menegaskan bahwa kesatuan usaha akuntansi adalah suatu

organisasi atau bagian dari organisasi yang berdiri sendiri, terpisah dari organisasi

lain atau individu lain. Karyawati (2008) menegaskan bahwa dampak dari tidak

menerapkan konsep kesatuan usaha terhadap laporan keuangan adalah aset dan

kewajiban sama sekali tidak merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya.

b) Dasar Akuntansi
Konsep dasar pemahaman akuntansi menurut (Munawir, 2004) terdiri dari

tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal. Aktiva merepresentasikan

kekayaankekayaan yang dimiliki oleh entitas perusahaan, baik yang berwujud

maupun tidak berwujud. Hutang dan modal, yang sering dikenal sebagai pasiva,

menunjukkan sumber pendanaan bagi operasi perusahaan. Sumber pendanaan ini

dapat berupa pinjaman dari pihak kreditur maupun penyertaan modal dari pemilik

perusahaan.

Menurut Jerry J.Weygant, Donald E. Kieso dan Paul D. Kimeld (2007)

ada dua macam dasar pencatatan dalam akuntansi yang dipakai dalam mencatat

transaksi yaitu

1) Dasar Kas (Cash Basic) Pendapatan dicatat ketika uangnya diterima dan

beban dicatat ketika uangnya dibayarkan.

2) Dasar Akrual (Accrual Basic) Dalam akuntansi berbasis akrual, transaksi yang

mengubah laporan keuangan perusahaan dicatat pada periode terjadinya.

3.3 Kehadiran Peneliti

Menurut Miles dan Huberman (1992;15) kehadiran penelitian bertindak

sebagai suatu hal yang mutlak, karena peneliti bertindak sebagai instrumen

sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak diperlukan, karena

disamping itu kehadiran peneliti juga sebagai pengumpul data. Dalam proses

pengumpulan data peneliti melakukan pengamatan dan mendengarkan secara

cermat dan teliti pada segala hal yang disampaikan oleh subjek penelitian.
Mulai dari awal penelitian, peneliti memberikan surat ijin melakukan

penelitian pada subjek penelitian yaitu pemilik atau owner UMKM Toko

Sembako Chafilah, setelah itu peneliti melakukan pengamatan pada Toko

sembako terkait variasi yang dijual di Toko Chafilah. Lalu peneliti mewawancarai

pemilik terkait unsur dasar pencatatan dan terkait laporan keuangan yang dibuat.

Peneliti menganalisis pembukuan toko tersebut guna langkah awal dalam

penyusunan laporan.

3.4 Subjek dan Waktu Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah transaksi dan catatan laporan

keuangan UMKM Toko Sembako Chafilah selama tahun 2023 yang akan

digunakan sebagai dasar untuk penyusunan laporan keuangan berbasis SAK

EMKM. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Toko Sembako

Chafilah, sehingga datanya berasal atau mengenai dari suatu UMKM.

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Toko Sembako Chafilah

yang berada di Jalan Ploso Baru No 104t, Kelurahan Pacar Kembang, Kecamatan

Tambaksari, Surabaya. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan karena lokasi

tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan dalam proses

pengambilan data, sehingga dapat meminimalisir potensi terjadinya kesalahan

pencatatan.

3.5 Pengumpulan dan Analisis Data


Jenis data yang diteliti adalah data kualitatif, analisis yang dilakukan

terhadap data-data non angka seperti hasil wawancara atau catatan laporan dan

buku-buku. Data-data ini adalah data yang akan digunakan untuk pengembangan

analisis itu sendiri. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder berupa :

1. Data Primer

Menurut Purhantara (2010), data primer merupakan data atau informasi

yang berhubungan langsung dengan penelitian ini dan data diperoleh dengan

melakukan dokumentasi. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan

observasi terhadap pemilik Toko Sembako Chafilah agar peneliti dapat

mengetahui kegiatan operasional yang menimbulkan transaksi pencatatan

penerimaan kas dan pengeluaran kas.

2. Data Sekunder

Menurut Purhantara (2010), data sekunder merupakan informasi yang

diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang bersifat publik, yang

berkenaan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini sumber data sekunder

seperti laporan keuangan yang terkait dengan objek penelitian.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sesuai dengan

sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Untuk data primer metode

pengumpulan datanya adalah metode survei, metode survei merupakan metode

pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis

(Indriantoro dan Supomo,2014). Metode ini memerlukan adanya kontak atau

hubungan antara peneliti dengan subyek penelitian untuk memperoleh data dalam
metode survei, yaitu teknik wawancara dan teknik kuisioner. Namun disini

peneliti menambahkan dokumentasi, observasi dan studi pustaka.

1. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk

mendapatkan informasi tentang masalah yang diteliti. Terdapat dua jenis

wawanacara yakni wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang sejak awal pewawancara

telah mengetahui informasi yang diperlukan. Sedangkan wawancara tidak

terstruktur merupakan jenis wawancara yang tidak menggunakan daftar

pertanyaan (Sekaran & Bougie, 2017). Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan wawancara terstruktur terhadap pemilik Toko Sembako Chafilah.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran

umum usaha, proses pencatatan transaksi dan pembuatan laporan keuangan

pada Toko Sembako Chafilah.

2. Dokumentasi Menurut Sugiyono (2017:124) dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu, dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini informasi yang

didapatkan dari dokumentasi berasal dari Toko Sembako Chafilah yang

berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan berupa catatan penerimaan

kas dan pengeluaran kas tahun 2023

3. Observasi Menurut (sekaran & Bougie, 2017) observasi adalah kegiatan

mengamati, mencatat, menganalisis, serta menginterprestasikan perilaku,

tindakan, maupun peristiwa secara terencana. Tahapan ini dilakukan sebelum

melakukan wawancara dengan informasn terhadap objek penelitian.


Observasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada Toko Sembako Chafilah

sudah melakukan penyusunan keuangan atau belum. Peneliti juga

menyampaikan tentang penelitian yang akan dilakukan di Toko Sembako

Chafilah kepada subyek penelitian dan memberitahukan aktivitas apa saja

yang nantinya akan dilakukan penelitu untuk mengumpulkan data.

4. Studi Pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari berbagai

referensi yang mendukung penelitian seperti dokumen, buku, dan hasil

penelitian sebelumnya yang sejenis yang dapat digunakan sebagai landasan

teori.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Berikut ini merupakan tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti untuk analisis

data menjadi sebagai berikut :

1) Identifikasi Transaksi

Identifikasi transaksi dilakukan untuk memudahkan dalam penyusunan

laporan keuangan dengan mengunakan wawancara dan observasi. Berbagai

transaksi yang selalu rutin terjadi dalam suatu entitas antara lain : transaksi

penjualan produk, pembelian persediaan, transaksi penerimaan kas, pengeluaran

kas, dan sebagainya.

2) Identifikasi Aset, Liabilitas dan Ekuitas

Setelah mengidentifikasi transaksi apa saja yang terjadi pada Toko Sembako

Chafilah kemudian peneliti mengidentifikasi dari transaksi tersebut apa saja yang

dapat dikategorikan dalam komponen aset, liabilitas, dan ekuitas.


3) Pengakuan dan Pengukuran

Pengakuan dan pengukuran aset, liabilitas, dan ekuitas dilakukan sesuai

dengan ketetapan SAK EMKM.

4) Membuat Daftar Akun

Daftar akun Toko Sembako Chafilah dibuat dengan mendaftar seluruh

akun terkait dengan transaksi pada Toko Sembako Chafilah dan akan

dikelompokkan sesuai dengan kategori aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan

pengeluaran.

5) Menyusun Jurnal Umum

Sesuai dengan siklus akuntansi, peneliti menyusun jurnal umum dari setiap

transaksi dan daftar akun yang telah dibuat, selanjutnya akan menyusun jurnal

umum dari setiap transaksi yang terjadi sesuai dengan data yang diperoleh

peneliti.

6) Posting Buku Besar

Berdasarkan jurnal umum yang telah disusun, peneliti memposting juranl

umum ke dalam buku besar sesuai dengan pengelompokan akun dan

mempermudah penyusunan nereca saldo.

7) Membuat Nereca Saldo Sebelum Penyesuaian

Neraca saldo sebelum penyesuaian merupakan salah satu langkah untuk

mengetahui keseimbangan saldo yang ada di buku besar untuk setiap akun

sebelum transaksi penyesuaian dilakukan penjurnalan.

8) Menyusun Jurnal Penyesuaian


Peneliti menyusun jurnal penyesuaian untuk menyesuaikan saldo akun

pada akhir periode supaya saldo akun sesuai dengan nilai fisik yang ada.

9) Menyusun Nereca Saldo Setelah Penyesuaian

Setelah data di jurnal penyesuaian diposting pada buku besar, maka

selanjutnya membuat nereca saldo setelah penyesuaian.

10) Menyusun Laporan Keuangan

Langkah terakhir dalam analisis data adalah penyusunan laporan keuangan

berupa laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan catatan atas laporan

keuangan dengan nominal yang diperoleh dari nereca saldo setelah disesuaikan.

3.6 Keabsahan Temuan

Keabsahan data dilakukan dengan tujuan menguji kepercayaan terhadap

data hasil dari suatu penelitian. Dalam menguji data tersebut, peneliti

menggunakan teknik metode triangulasi. Menurut Sugiyono Sugiyono,

(2010:125) metode triangulasi adalah metode yang mengecek keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Hal itu dapat dilakukan dengan cara

membandingkan data hasil pengamatan satu orang dengan orang lainnya, serta

dengan penyelarasan antara data yang diperoleh dengan kondisi yang

sesungguhnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data.

Triangulasi sumber data adalah untuk mendapatkan data dari sumber data yang

berbeda-beda dengan teknik yang sama. Dalam hal ini peneliti menggunakan

triangulasi sumber. Peneliti akan melakukan penelitian tentang penerapan laporan


keuangan SAK EMKM dalam pelaporan keuangan pada UMKM Toko Sembako

Chafilah. Maka untuk menguji kredibilitas datanya dapat dilakukan kepada

UMKM Toko Sembako Chafilah

Anda mungkin juga menyukai