Temasek Holding (Pte) Ltd atau biasa dikenal dengan Temasek memiliki 41% saham PT Indosat Tbk dan 35% saham PT Telkomsel. Berdasarkan data kepemilikan saham ini, masyarakat umum sangat banyak di Indonesia. kepentingan dalam penanganan operasi dua perusahaan telekomunikasi dengan pangsa pasar yang besar. Saat mendirikan dan menjalankan bisnis, tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan keuntungan terbaik dengan sedikit usaha. Demikian pula, ada prinsip kepemilikan ekuitas. Kepemilikan saham sama dengan kepemilikan suatu perusahaan. Tentu saja kepemilikan suatu perusahaan oleh orang perseorangan atau badan hukum atau badan hukum dimaksudkan agar kepemilikan tersebut dapat menguntungkan pemilik saham. Tentu saja, ketika kita berbicara tentang keuntungan, kita tidak hanya berbicara tentang kepentingan ekonomi, tetapi juga tentang kepentingan non-ekonomi seperti informasi penting, manajemen yang efektif, dan pembuat kebijakan. Oleh karena itu, menarik untuk melihat saham Temasek terhadap kedua perusahaan tersebut dan melihat apakah ada persaingan tidak sempurna untuk kepemilikan saham tersebut dalam bentuk COLLUSIVE OLIGOPOLY. Seperti diketahui secara umum, Temasek merupakan holding company yang sangat besar di Singapura dan bentuk hukumnya adalah Private Limited. Awalnya, Temasek memasuki pasar telekomunikasi Indonesia pada tahun 2002 dengan menjual PT Indosat Tbk melalui kepemilikan tidak langsung, artinya pada saat itu yang membeli saham Indosatadalah Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) melalui suatu perusahaan yang khususdidirikan untuk membeli saham Indosat, yaitu Indonesia Communication Limited (ICL). Sedangkan STT sendiri merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Singapura dan dimiliki sepenuhnya oleh Temasek Holding Pte Ltd. Komposisi atau pola kepemilikan berlapis Indosat menunjukkan adanya kepentingan di luar keuntungan finansial. Pertanyaannya, manfaat non-ekonomi apa yang sebenarnya diinginkan Temasek? Namun, pada kenyataannya, jika pihak Indonesia mencoba mencari tahu, tujuannya akan segera terlihat. Hal ini dapat dengan mudah ditemukan dengan menggunakan berbagai metode dan metode penelitian untuk mengetahui maksud dan tujuan di balik pembelian saham Indosat oleh Temasek. Upaya Temasek di industri telekomunikasi Indonesia akan semakin ditingkatkan dengan masuknya Temasek ke PT Telcom Cell melalui Singapore Telecommunications Mobile Pte Ltd (SingTel Mobile). SingTel Mobile memiliki 35% saham di PT Telkomsel . Temasek saat ini memiliki saham di SingTel Mobile, dan investasi tidak langsung oleh Temasek di PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk menuduh adanya praktik kartel dan oligopoli di sektor komunikasi seluler. Hal ini disebabkan layanan seluler, khususnya di area GSM, di mana hanya yang memiliki tiga "pemain besar" yaitu PT Telkomsel, PT Indosat, PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL). Artinya, sekitar 75 pangsa pasar telekomunikasi Indonesia dikelola oleh Temasek, dan merupakan klaim pertama dari praktik oligopoli bersama di pasar telekomunikasi Indonesia. Pertanyaan yang muncul bagi kita semua adalah apa yang dimaksud dengan oligopoli kolusi?. Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 tentang Larangan Praktek Usaha Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat tahun 1999 menyatakan bahwa dalam oligopoli, pelaku ekonomi dan pihak lain yang secara bersama-sama menguasai produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa dengan pasar. Jika ketentuan undang-undang ini dilaksanakan dengan sungguh- sungguh, maka pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan ekonomi baru dan termasuk oligopoli memenuhi dua faktor yaitu adanya faktor konsensus dan faktor pangsa pasar lebih dari 75%. Oleh karena itu, sebaliknya, pelaku ekonomi yang tidak membuat kontrak dan memiliki pangsa pasar 74% atau kurang tidak melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 karena tidak memenuhi definisi praktik oligopoli. Dari ketentuan undang-undang ini, jelas bahwa undang-undang itu sendiri membatasi kepentingan dan ruang lingkup praktik oligopolistik yang mengarah pada persaingan usaha tidak sehat. Pemahaman dan ruang lingkup ini merugikan kepentingan pesaing yang memunggungi bahkan konsumen barang dan jasa dari para ekonom yang mempraktikkan oligopoli, memperketat penuntutan praktik oligopoli. Istilah oligopoli sendiri berarti “banyak penjual”. Hal ini dapat diartikan minimal 2. perusahaan dan maksimal 15 perusahaan. Hal ini disebabkan adanya barrier to entry yang dapat menghalangi pelaku ekonomi baru untuk masuk ke pasar. Jumlah yang kecil ini menimbulkan saling ketergantungan antar pelaku ekonomi. Ciri terpenting dari praktik oligopoli adalah bahwa setiap pelaku ekonomi dapat mempengaruhi harga pasar dan saling ketergantungan. Praktek ini umumnya dilakukan untuk mencegah calon perusahaan memasuki pasar dan untuk mencapai keuntungan di atas rata-rata di bawah maksimum dengan menetapkan harga jual yang terbatas (capping). Sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada. Oleh karena itu, jika mantan agen ekonomi runtuh, mereka bertindak seperti perusahaan yang digabungkan untuk memaksimalkan keuntungan dengan bertindak secara kolektif seperti monopoli. Ini dikenal sebagai praktik oligopoli bersama. Tindakan ini membunuh pesaing bisnis lain dan membebani perekonomian masyarakat. Kembali pada kasus pemilikan saham Temasek di PT Indosat, Tbk., dan PT Telkomsel. Walaupun tidak ada perjanjian diantara PT Telkomsel dengan PT Indosat, Tbk., tetapi persoalan oligopoli sebenarnya tidak boleh hanya dilihat dari sekedar apakah ada perjanjian atau tidak? atau berapa persentase market share-nya?. Di dunia telekomunikasi Indonesia, hanya ada tiga perusahaan besar, terutama untuk provider GSM. Oleh karena itu, jika ditunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut “bekerja sama”, jelas ada praktik oligopoli bersama. Seorang pelaku/perusahaan ekonomi tidak kooperatif ketika bertindak tanpa perjanjian eksplisit atau implisit dengan pelaku/perusahaan ekonomi lainnya. Situasi ini menyebabkan persaingan harga, namun beberapa agen/perusahaan menggunakan model kolaboratif untuk meminimalkan persaingan. Ketika pelaku ekonomi saling bekerja sama secara aktif dalam oligopoli, mereka melakukan kolusi. Dalam kasus Temasek, jelas sebagai pemegang saham, dia pasti menginginkan keuntungan sebesar 4.444. Tentu saja kebijakan pengerukan keuntungan ini diabadikan dalam setiap aspek bisnis, termasuk PT Telkomsel, PT Indosat Tbk. Hal ini agar struktur kepemilikan kedua perusahaan dapat mengoptimalkan tujuan Temasek. Cara memaksimalkan keuntungan ini adalah dengan membuat kesepakatan antara PT Telkomsel, PT Indosat Tbk. Mempertimbangkan saling ketergantungan ini, kami menghasilkan produksi dan harga eksklusif, dan menghasilkan keuntungan eksklusif. Ini adalah PT Telkomsel, PT Indosat, Tbk. Menunjukkan penentuan kecepatan pulsa GSM selama. Di sini, pulsa GSM Indonesia paling mahal di dunia. Memang negara tetangga mampu menerapkan harga satuan yang sangat murah dan menguntungkan bagi masyarakat serta tidak mengganggu persaingan usaha. Selain itu, di negara Temasek sendiri, harga unit pulsa sangat murah. Lantas mengapa harga pulsa di Indonesia begitu tinggi? Secara teknis dimungkinkan untuk menurunkan harga unit pulsa dengan sangat murah, contohnya dalam teknologi CDMA Flexi dan Esia, sering terhambat oleh pembangunan khusus pemangku kepentingan yang tidak ingin mengembangkan bisnis ini. Padahal jelas – jelas menguntungkan bagi masyarakat.
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda