Anda di halaman 1dari 8

Pembahasan

Kasus Monopoli PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


1. Landasan Teori

Monopoli merupakan suatu jenis pasar dimana hanya terdapat satu penjual dan ketika barang
atau jasa yang diproduksi tidak memiliki subsitusi. Pada pasar monopoli terdapat batasan atau
barrier untuk masuk ke dalamnya. Terdapat tiga tipe barrier yaitu natural, ownership, dan
legal. Ketiga tipe batasan itu memunculkan tiga jenis monopoli juga yaitu natural monopoly
dimana suatu perusahaan memiliki kemampuan untuk menyediakan suatu barang dengan biaya
yang murah, harga yang murah ke konsumennya, lalu terdapat legal monopoly dimana dalam
pasar ini terdapat kompetisi atau adanya batasan untuk masuk karena adanya pemberian paten
atau hak cipta, lisensi dari pemerintah atau merupakan franchise pemerintah.

Di dalam pasar monopoli perusahaan yang menjadi pelaku usahanya memiliki market power
yaitu kekuatan atau kemampuan yang dimiliki penjual untuk memengaruhi harga suatu barang.
Maka dari itu dalam pasar monopoli, produsen merupakan price maker. Untuk
memaksimumkan profitnya pasar monopoli harus mencapai titik MR=MC, tetapi dalam
menentukan harga mereka akan menaikkannya atau terdapat mark up sehingga harga akan
dicapai di titik yang berada pada kurva demand atau AR.

Menjadi pelaku usaha dalam pasar monopoli merupakan suatu posisi yang cukup unik. Pelaku
usaha di pasar monopoli tidak perlu khawatir terhadap pesaing ketika ingin menaikkan harga
atau ketika menurunkan harga produk untuk memperluas pangsa pasar mereka. Mereka benar-
benar dapat mengatur berapa output mereka atau harga mereka. Tetapi hal itu tentu saja tidak
sebebas atau semudah itu untuk dilakukan, mereka harus tetap memperhatikan tujuan dan
constraint mereka.

Dalam praktiknya perusahaan di pasar monopoli harus diatur dan diawasi pergerakan atau
pengoperasiannya. Pemerintah bertugas membuat regulasi atau peraturan untuk mengatur pasar
monopoli. Terdapat beberapa regulasi untuk mengatur monopoli yaitu

• Marginal cost pricing rule : regulasi yang mengatur harga harus sama dengan marginal
cost dari monopoli
• Average cost pricing rule : regulasi yang menetapkan harga harus sama dengan average
cost dari monopoli

Untuk menerapkan average cost pricing rule akan menimbulkan masalah dikarenakan
pemerintah tidak tahu bagaimna biaya rata-rata dari sebuah perusahaan. Untuk itu regulator
akan menggunakan satu dari dua aturan berikut ini :

• Rate of return regulation


• Price cap regulation : price ceiling dimana pemerintah telah menetapkan harga
maksimum untuk barang atau jasa yang diproduksi oleh monopoli.
Di Indonesia, terdapat badan yang mengawasi jalannya bisnis yang ada di wilayah Indonesia
yaitu KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). Badan ini bertugas untuk mengawasi
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat dengan menilai perjanjian
yang akan memunculkan praktik monopoli atau kegiatan-kegiatan usaha yang dapat
mengakibatkan monopoli. Selain itu, badan ini juga memilliki tugas untuk mengambil tindakan
sesuai dengan wewenangnya dan membuat pedoman yang berkaitan dengan monopoli dan
persaingan usaha yang tidak sehat.

Selain badan yang mengawasi persaingan usaha dan praktik monopoli, tentunya Indonesia juga
memiliki dasar undang-undang yang mengatur jalannya bisnis di Indonesia. Undang-undang
itu adalah UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.

2. Kasus Monopoli di Indonesia

JAKARTA - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menggelar sidang perdana kasus
monopoli Telkom IndiHome. Kasus ini telah ramai sejak 2016 dan KPPU telah melalui proses
penyelidikan.

Pada Oktober 2016, Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengatakan, dalam penyelidikan terdapat
setidaknya dua isu yang didalami oleh KPPU. Pertama, dugaan praktik 'tying in' yang
dilakukan Telkom, melalui program IndiHome Triple Play yang mewajibkan calon pelanggan
harus menggunakan tiga layanan sekaligus telepon, IP TV, dan internet.

Kedua, menurut Syarkawi, dugaan penyalahgunaan posisi dominan PT Telekomunikasi


Indonesia Tbk yang menguasai pasar jasa fixed line (PSTN).

Dalam sidang perdana, tim investigator mengungkap dalil dugaan, salah satunya perjanjian
tertutup, di mana pelanggan berkewajiban membeli produk IndiHome secara sepihak tanpa bisa
dihindari oleh konsumen.

Konsumen tidak memiliki pilihan, sehingga perusahaan memiliki posisi tawar yang tinggi,
membuat perjanjian berat sebelah. Kemudian, adanya praktek monopoli, di mana konsumen
diwajibkan menggunakan tiga layanan jasa sekaligus.

Hal ini dianggap berpotensi menghilangkan peluang bagi pelaku usaha kompetitor dan
mematikan hak konsumen untuk memilih layanan sesuai kebutuhannya.
3. Penjelasan Kasus

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan jasa
pelayanan industri telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan ini menawarkan beberapa produk
yaitu jasa telepon tetap (fixed line), jasa internet (fixed broadband), jasa televisi berbayar (IP
TV), dan jasa layanan mobile phone yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada
perkembangannya PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan market leader atas jasa
layanan telepon tetap (fixed line) di Indonesia dengan presentase 99%. Karena memiliki pangsa
pasar yang besar dan menjadi satu-satunya perusahaan yang dapat menyediakan jasa fixed
line,membuat PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dapat dengan mudahnya memberikan tying
product. Tying Product sendiri adalah sebuah praktik dimana mengharuskan konsumen
membayar satu produk untuk produk lainnya juga. Pada kasus ini, PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk menawarkan Tying Product berupa Indihome dimana konsumen yang ingin
berlangganan fixed line diharuskan untuk mengambil paket sehingga mendapatkan layanan
lainnya seperti internet dan televisi berbayar.

Hal ini menyebabkan pelanggan tidak dapat memilih pilhan lain untuk internet dan televisi
berbayarnya. Para pelanggan Indihome tidak dapat menggunakan jasa layanan internet dan
televisi berbayar dari perusahaan lainnya, mereka terpaksa menggunakan dari paket layanan
yang ditawarkan oleh PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Hal ini, tentunya sangat merugikan
pelanggan karena ketika pelanggan hanya memerlukan satu jenis layanan mereka terpaksa
membayar untuk ketiga layanannya padahal belum tentu mereka memerlukan itu semua. Selain
itu PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk juga menetapkan biaya untuk jasa layanan telepon tetap
yang cukup tinggi dan memberikan biaya yang cukup rendah untuk paket Indihome, sehingga
seakan-akan mereka memaksa pelanggan untuk menggunakan paket tersebut.

Selain Tying Product PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk juga diduga menyalahgunakan posisi
dominan yaitu menguasai pasar jasa fixed line. Dikarenakan untuk pasar layanan fixed line PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk menguasai 99% pasar dimana dalam UU No 5 Tahun 1999
dikatakan bahwa perusahaan dianggap dalam posisi dominan apabila satu pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai 50 persen atau melebihi pangsa pasar satu jenis barang
dan/atau jasa tertentu. Selain itu, dua atau tiga pelaku usaha, atau kelompok pelaku usaha
menguasai 75 persen pangsa pasar satu jenis barang dan jasa tertentu.

Besarnya kekuatan monopoli PT Telekomunikasi, Tbk berpotensi menghambat pelaku usaha


pesaingnya khususnya dalam jasa layanan internet atau televisi berbayar. Adanya kewajiban
untuk mengambil paket layanan tersebut menciptakan persaingan usaha yang tidak sehat
karena pelanggan tidak diberikan kesempatan atau kebebasan untuk memilih layanan tersebut
dari pemberi jasa lainnya.

Setelah ditelusuri, ternyata kasus ini tidak terbukti karena ternyata konsumen dapat memilih
layanan apa yang akan digunakan dan untuk masalah tying product, PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk menggunakan mix bundling dimana masih diperbolehkan untuk dilakukan, dan
menurut pesaing yang sama-sama menyediakan jasa layanan internet seperti PT MNC Kabel
Mediacom, PT MNC Sky Vision, dan PT First Media persaingan untuk usaha ini masih dapat
berjalan dengan baik. Untuk kasus penyalahgunaan posisi dominan itu sendiri tidak terbukti
karena pangsa fixed line masih tinggi dan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk tidak melakukan
pemaksaan apapun dalam penjualannya dan tidak memaksa juga dalam penjualan internetnya
terhadap pelanggan fixed line sehingga tidak terjadi eksplotasi pasar dan memang layanan fixed
line masih tinggi nilai tawarnya.
Daftar Pustaka

Pindyck, Robert S. dan Daniel L Rubinfeld. 2013. Microeconomics Eight Edition. USA :
Pearson Education, Inc.

Parkin, Michael. 2011. Economics Tenth Edition. USA : Pearson Education,Inc.

Tirto.id. KPPU Layanan Indihome Telkom Tak Langgar UU Antimonopoli. Diakses pada 13
Desember 2019, https://tirto.id/kppu-layanan-indihome-telkom-tak-langgar-uu-antimonopoli-
cxwi

Techno.okezone.com. Sidang Perdana Kasus Monopoli Telkom Indihome Digelar. Diakses


pada 13 Desember 2019, https://techno.okezone.com/read/2017/02/21/207/1624531/sidang-
perdana-kasus-monopoli-telkom-indihome-digelar

Sembiring, Emya Pratidina.2019.Analisis Praktik Monopoli Terhadap Industri Telekomunikasi


(Studi Kasus Putusan KPPU No.10/KPPU-I/2016 Tentang Praktik Monopoli Oleh PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk).Medan : Universitas Sumatera Utara.
PAPER MIKROEKONOMI

KASUS MONOPOLI DI INDONESIA

Naomi Krisnastiti

1806213024
STATEMENT OF AUTHORSHIP
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Judul Tulisan : Kasus Monopoli di Indonesia


Tanggal Pembuatan : 13 Desember 2019
Mata Kuliah : Mikroekonomi
Dosen : Dr.Ir. Widyono Soetjipto M.Sc.

Demikian Statement of Authorship ini dibuat dengan sebenarnya.

Naomi
Krisnastiti
(1806213024)

Anda mungkin juga menyukai