Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER

EKONOMI MANAJERIAL
“CONTOH KASUS DALAM PERUSAHAAN OLIGOPOLI”

Dosen Pengampu:
Diswandi, SE, M.Sc., Ph.D

AISYA MAULIDA AGUSDIN (NIM: I2A019054)

Program Studi Magister Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram
2020

0
I. PENGERTIAN DAN JENIS PASAR OLIGOPOLI

Pasar oligopoli adalah adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh
beberapa perusahaan.Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh
(Rahardja, 2008).Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan
perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan
melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat
maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga di
antara pelaku usaha yang melakukan praktik oligopoli menjadi tidak ada (Sicat, 1991).
Selain memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu pasar oligopoli juga terbagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1. Pasar Oligopoli Murni (homogen)
Jenis yang pertama adalah pasar murni atau homogen. Maksudnya adalah produk yang
dipasarkan hanya satu macam tetapi variasinya banyak alias beragam. Selain itu, jenis ini
memiliki ciri-ciri perbedaan harga tidak terlalu signifikan. Oligopoli murni juga ada
kecenderungan berpatokan pada satu produsen. Jika produsen ini menaikkan harga, maka
produsen yang lainnya juga ikut melakukan hal yang sama.
2. Pasar Oligopoli Terdiferensiasi
Jenis yang selanjutnya adalah pasar terdiferensiasi. Ciri-cirinya adalah produsen tetap menjual
produk homogen tetapi persoalan harganya tidak berpatokan kepada produsen yang lainnya.
Sehingga ada kemungkinan produsen tidak menaikkan harga sekalipun produsen lain harga
produknya sudah meningkat. Bisa juga sebaliknya, produsen menaikkan harga justru ketika
produsen lain harganya masih stagnan.
3. Pasar Oligopoli Non Kolusi
Jenis yang ketiga adalah pasar non kolusi. Jenis ini maksudnya adalah produsen yang
akan memainkan harga tetapi dengan membaca perkembangan produsen lainnya
sebagai pesaing usaha. Salah satu tujuan produsen mandiri semacam ini ialah, mencoba
eksis dengan harga yang dimainkan sendiri setelah yakin produsen yang lain tidak akan
mengikuti jejaknya. Biasanya produsen ini sudah mempelajari penyebab keputusan
dinaikkannya harga produk atau sebaliknya.
4. Pasar Oligopoli Kolusi

1
Jenis pasar yang terakhir adalah pasar kolusi. Maksudnya adalah kerjasama produsen dengan
produsen lainnya untuk menaikkan harga bersama-sama atau membiarkannya stagnan. Ini
merupakan kebalikan dari pasar oligopoli non kolusi yang mana setiap produsen mencari celah
menaikkan atau menurunkan harga tanpa diketahui produsen yang lain.

II. DISKRIMINASI HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI

Diskriminasi harga terjadi ketika produk atau jasa yang sama dijual kepada segmen
konsumen yang berbeda pada harga yang berbeda (Awh, 1988). Diskriminasi selalu berdasarkan
prinsip bahwa sesuatu yang sama atau sejenis diperlakukan secara tidak sama. Diskriminasi harga
terdiri dari tiga tingkatan (Kotler dan Keller, 206). Pertama, penjual menetapkan harga terpisah
untuk masing-masing konsumen tergantung dengan intensitas persaingannya. Kedua, penjual
menetapkan harga lebih rendah kepada pembeli yang membeli dalam jumlah lebih besar. Ketiga,
penjual menetapkan harga berbeda kepada kelompok berbeda dari pembeli, seperti: customer-
segment pricing, product-form pricing, image pricing, channel pricing, location pricing, dan time
pricing.

III. PASAR OLIGOPOLI INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

3.1. Produk dan Aktivitas Persaingan Antar Industri


Undang-undang RI no.36/1999 tentang Telekomunikasi memberikan pondasi bagi
kompetisi pasar telekomunikasi di Indonesia. Meskipun belum merubah posisi dominan PT
Telkom untuk penyelenggaraan jasa telepon tetap, baik untuk domestik maupun SLJJ sampai
sekarang. Namun demikian sampai saat ini ada 3 operator yang melayani jasa telepon tetap, tetapi
hanya PT Telkom yang dapat melayani seluruh wilayah Indonesia. PT Indosat (“Star
One”) dan PT. Bakrie Telecom (“Flexi”) juga sudah melayani seluruh indonesia. Namun ada
kendala yang harus dihadapi oleh customer mereka yakni harus melakukan registrasi jika sudah
beda wilayah. Sementara itu kompetisi di telepon selular telah terjadi lebih intensif, dimana PT
Telkomsel dan PT. Indosat memiliki cakupan nasional, sedangkan Exelcomindo memiliki cakupan
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kompetisi antara operator
seluler secara praktis terjadi hanya pada 3 operator. Bahkan, PT Telkomsel menguasai 59,6%

2
pasar, yang berarti merupakan pemain dominan di pasar. Rasio konsentrasi tiga perusahaan besar
tersebut (CR3) adalah 0,989 dan Indeks Herfindahl adalah 4450 pada tahun 2005, yang
mengindikasikan struktur pasar oligopoli yang sangat ketat.
Hingga saat ini di Indonesia telah hadir 10 operator yaitu Telkom, Telkomsel, Indosat,
Excelcomindo (XL), Hutchison (3), Sinar Mas Telecom, Sampoerna Telecommunication, Bakrie
Telecom (Esia), Mobile-8 (Fren), dan Natrindo Telepon Selular (sebelumnya Lippo Telecom).
Dari jumlah ini, pelanggan fixed phone sekitar 9 juta dan pelanggan selular 64 juta pada tahun
2006. Kalau dibagi berdasarkan platform yang digunakan, pemakai GSM selular sebanyak 88%,
CDMA selular 3%, dan CDMA fixed wireless access (FWA) 9%. Namun dari sepuluh operator
itu hanya 3 operator yang memiliki pangsa pasar lebih dari 5% yaitu Telkomsel, Indosat dan
Excelcomindo. Hal ini menyebabkan tingkat persaingan antar operator di Indonesia mengalami
peningkatan dan para pelanggan telepon seluler juga menikmati manfaat dari persaingan
tersebut. Seperti kita ketahui bahwa struktur pasar biasanya akan mempengaruhi perilaku pelaku
pasar. Ada beberapa indikator perilaku pasar yang sering digunakan selama ini, antara lain
penetapan harga, jumlah produk yang dijual, investasi, iklan, reaksi terhadap inisiatif pesaing,
penerapan teknologi baru dan inovasi. Semakin tingginya persaingan karena semakin banyaknya
pelaku usaha seperti dalam industri telekomunikasi mengakibatkan meningkatnya kegiatan
periklanan, penurunan harga, dan munculnya berbagai ragam layanan yang ditawarkan operator,
sehingga pengguna menikmati rendahnya harga, kualitas layanan yang lebih baik, dan beragam
pilihan jasa.
3.2. Diskriminasi Harga
Selain itu tarif promosi juga banyak dilakukan oleh operator, diantaranya PT
Excelcomindo Pratama menurunkan tarifnya sebesar kira-kira Rp.149 per 30 detik, sementara
Simpati (PT Telkomsel) memberlakukan tarif Rp.300 per menit untuk pelanggan yang melakukan
panggilan antara pukul 23.00 hingga 07.00. PT Indosat (Mentari) bahkan memberikan gratis
kepada pelanggan yang melakukan panggilan antara pukul 00.00 hingga 05.00. Gambaran tersebut
mengindikasikan bahwa industri telekomunikasi baik untuk jaringan tetap tanpa kabel dan seluler
di Indonesia pada saat ini telah memasuki situasi perang tarif, sementara para operator baru
berusaha memaksimalkan kapasitas jaringan yang dimilikinya. Oleh karena itu perang tarif
nampaknya akan tetap terjadi sampai dengan kapasitas jaringan digunakan secara penuh.
Perkembangan akhir-akhir ini bahkan menunjukkan perang tarif yang semakin gencar sehingga

3
banyak operator yang menawarkan berbagai keuntungan seperti roaming gratis, tarif telepon
interlokal sama dengan tarif lokal, bonus pulsa, dan lain-lainnya. Adanya perang tarif antar
operator tersebut menyebabkan tarif telepon seluler cenderung mengalami penurunan.
Kecenderungan turunnya tarif seluler sebagai akibat perang tarif antar operator mengindikasikan
bahwa persaingan antar operator seluler semakin ketat.
Dibandingkan dengan tarif telepon di negara lain, tarif yang berlaku di Indonesia berada di posisi
tengah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia. Hal ini wajar mengingat kebutuhan
investasi, skala ekonomi, penggunaan teknologi, dan besarnya pasar berbeda antara satu negara-
dengan negara lain, yang dengan sendirinya menyebabkan perbedaan struktur biaya dan tingkat
harga. Untuk telepon tetap ternyata beberapa tarif Indoneia lebih rendah dibandingkan dengan
Malaysia meskipun lebih mahal dari India. Demikian juga pada telepon bergerak, beberapa tarif
Indonesia lebih mahal dari India meskipun lebih murah dari negara-negara tetangga lainnya
Selama semester pertama 2012 dan berlanjut hingga 2013, Telkomsel berhasil menghadapi
kompetisi di industri telekomunikasi yang semakin ketat dengan melakukan berbagai terobosan
produk dan layanan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya pendapatan sebesar 10 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tertinggi di industri telekomunikasi, sekaligus
memimpin pasar dengan market share sebesar 43 persen dan lebih dari 120 juta pelanggan.
PT.Indosat memiliki jumlah pelanggan sekitar 56 juta orang atau 21% pangsa pasar. Khusus
untuk jaringan seluler, Indosat telah menyelesaikan program Modernisasi Jaringan yang telah
dimulai sejak tahun 2012. Program yang mengimplementasikan teknologi terkini dan bisa ber-
operasional untuk UMTS 900 ini telah dilakukan di Padang, Bali, dan menyusul berbagai kota
besar di Jawa dan luar Jawa. Program modernisasi ini memberikan jaringan baru dengan kualitas
sinyal yang lebih kuat, memperluas cakupan layanan termasuk jangkauan di lokasi indoor, dan
mengurangi konsumsi tenaga baterai handset dengan cukup signifikan.
PT XL Axiata Tbk pada tahun 2012 mempunyai pelanggan sekitar 45 juta orang berati ini 15%
dari target pangsa.XL menambah Node B dan BTS 2G diseluruh Indonesia. Dengan demikian,
hingga Desember 2013, XL telah memiliki 15.068 Node B atau meningkat 15 persen dari tahun
2012 meningkat 15 persen. Total BTS 2G dan 3G sebanyak 44.946 unit.
Pada tahun 2013 terjadi akuisisi dan merger perusahaan telekomunikasi XL Axiata atas Axis
Telecom Indonesia. Jumlah total pelanggan XL-Axis pasca-merger berkisar dari 65 juta, yang
mewakili sekitar 21% pangsa pasar. Angka ini masih jauh jika dibandingkan pangsa pasar

4
operator Telkomsel yang mencapai 131,5 juta pelanggan pada 2013. Namun, jumlah pelanggan
XL-Axis akan melampaui Indosat yang memiliki 59,6 juta pelanggan pada 2013. Program baru
bernama “Bersahabat", pelanggan Axis yang melakukan panggilan telepon atau mengirim SMS
ke pelanggan XL, dikenakan tarif yang sama saat mereka menelepon atau SMS ke nomor Axis.XL
Axiata akan mengakuisisi 95% saham Axis senilai US$ 865 juta atau sekitar Rp 10,5 triliun. Dari
ketiga perusahaan telekomunikasi ini dapat kita lihat bahwa PT.Telkomsel masih menguasai
pangsa pasar. Berbagai inovasi dilakukan agar dapat bersaing dalam usaha telekomunikasi.

IV. SIMPULAN
4.1. Jika dilihat karakteristik pasar dan persaingan antara pelaku usaha dalam pasar oligopoly,
maka industri telekomunikasi di Indonesia masuk dalam karakteristik pasar oligopoly non
kolusi karena produsen memainkan harga tetapi dengan membaca perkembangan produsen
lainnya sebagai pesaing usaha. Salah satu tujuan produsen mandiri semacam ini ialah,
mencoba eksis dengan harga yang dimainkan sendiri setelah yakin produsen yang lain tidak
akan mengikuti jejaknya. Biasanya produsen ini sudah mempelajari penyebab keputusan
dinaikkannya harga produk atau sebaliknya.
4.2. Untuk memperoleh pangsa pasar yang ditargetkan masing-masing industri dalam pasar
monopoli dituntut untuk bersaing sesama perusahaan dalam industri, sehingga perang tarif
tidak bisa dihindari. Sebagai contoh, PT Excelcomindo Pratama menurunkan tarifnya
sebesar kira-kira Rp.149 per 30 detik, sementara Simpati (PT Telkomsel) memberlakukan
tarif Rp.300 per menit untuk pelanggan yang melakukan panggilan antara pukul 23.00 hingga
07.00. PT Indosat (Mentari) bahkan memberikan gratis kepada pelanggan yang melakukan
panggilan antara pukul 00.00 hingga 05.00. Disamping itu, sebagai konsekuensi dalam
strategi persaingan masing-masing perusahaan juga memberlakukan diskriminasi harga
kepada masing kelompok pelanggan seperti yang digsambarkan dalam strategi perang tarif
yang dilakukan oleh Telkomseol dan Indosat dengan menerapkan diskriminasi harga dalam
bentuk time pricing .

Anda mungkin juga menyukai