Anda di halaman 1dari 18

No Hunger (Tanpa Kelaparan)

Problematika Pangan di Dalam Negeri

Disusun Oleh :
Kelompok 4 (TPB 118) Kluster People
Muhammad Rizky Zaidan 110110190161
Nazhmi Fauzan Fadhl R. 260110190099
Nazzala Fadhlan Hasya 200110190308
Raihan Fajar Nugraha 180104190003
Arya Bima Seta 140910190020

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah


memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga
kami mendapatkan kesempatan untuk menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul ”Problematika Pangan di Dalam Negeri”.
Adapun makalah ini kami buat selain untuk melengkapi tugas mata
kuliah, juga sebagai sumber informasi kepada masyarakat luas khususnya
pada teman-teman kami. Kami juga mengucapkan terimakasih yang
dosen pembimbing kami Dr. Ir. Taslim, MP. Yang telah memberikan
kami materi ini sehingga kami mengerti tentang problematika pangan di
dalam negeri.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi pembaca dan masyarakat luas di masa yang akan datang.

Sumedang, 17 September 2019

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................................... 2
Daftar Isi .................................................................................................................................... 3
Bab 1 ......................................................................................................................................... 4
Pendahuluan ............................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................................................. 6
1.3. Maksud dan Tujuan................................................................................................... 6
1.3.1. Maksud .............................................................................................................. 6
1.3.2. Tujuan ............................................................................................................... 6
Bab 2 ......................................................................................................................................... 7
Tinjauan pustaka ....................................................................................................................... 7
2.1. Pengertian (Sustainable Development Goals) SDGs ................................................ 7
2.2. Pengertian Kelaparan dan SDG’s “Tanpa Kelaparan”.............................................. 7
2.3. Tujuan SDG’s “Tanpa Kelaparan” ........................................................................... 7
2.4. Pengertian Krisis Pangan .......................................................................................... 8
2.5. Dampak Krisis Pangan .............................................................................................. 8
Bab 3 Pembahasan.................................................................................................................. 10
3.1. Kondisi Masyarakat Dan Pangan Di Indonesia ...................................................... 10
3.2. Faktor Indonesia Mengalami masalah Kelaparan dan Krisis Pangan ..................... 12
3.3. Upaya Mengatasi Kelaparan Dan Krisis Pangan .................................................... 13
3.4. Aspek Pendidikan Kewarganegaraan Dikaitkan Dengan Masalah kelaparan Dan
Krisis Pangan ...................................................................................................................... 14
Bab 4 ....................................................................................................................................... 15
Simpulan dan Saran ................................................................................................................ 15
4.1. Simpulan ................................................................................................................. 15
4.2. Saran ....................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 15
Lampiran ................................................................................................................................. 17
Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Dunia masih dihadapkan dengan permasalahan kelaparan. Dua benua,
Asia dan Afrika menjadi penyumbang terbesar dari seluruh masalah terkait
nutrisi secara global. Indonesia merupakan salah satu negara dengan indeks
kelaparan tinggi. Begitu banyak berita di surat kabar atau saluran televisi
nasional yang mengabarkan tentang anak yang mengalami malnutrisi atau
kekurangan nutrisi.
Jumlah penduduk kelaparan dan kurang gizi terus meningkat di
seluruh belahan bumi. Anak-anak dan perempuan menempati rating yang
paling tinggi menjadi korban. Meskipun kaum laki-laki juga turut menjadi
korban, tapi agaknya kaum perempuan justru memiliki pengalaman lain ekses
yang berbeda. Dalam kondisi kurang pangan, dalam berbagai kasus penelitian
ditemukan bahwa perempuan tetap mendapat kesempatan terakhir untuk
makan dalam keluarga. Sebagai imbasnya, kebutuhan kalori perempuan per
hari menjadi tidak tercukupi meskipun dalam taraf minimal. Karena peran
perempuan adalah juga menempati peran reproduksi, kelaparan dan kurang
gizi padanya secara tidak langsung akan memiliki dampak yang simultan
terhadap generasi yang akan datang. Kekurangan gizi pada ibu hamil dan
menyusui, dapat berpengaruh terhadap kesehatan dirinya, bayi yang
dikandung dan konsumsi ASI pada bayi menjadi tidak optimal. Bayi yang
lahir dari ibu yang kurang gizi dapat berakibat pada hambatan pertumbuhan si
anak dan perkembangan otaknya.
Saat berbicara tingkat kelaparan, sudah pastilah kita juga berbicara
terkait konsumsi pangan, lahan peranian, gizi dan demografi. Akan menjadi
sebuah tantangan yang teramat serius bilamana terdapat negara yang memiliki
statis demografi yang terus meningkat sementara segala proses pengelolaan
pangan cenderung stagnan, terlebih saat dihadapkan dengan perekonoian
global yang sifatnya mendesak.
Melonjaknya harga pangan di pasaran global secara tidak langsung
membawa ekses kepada Indonesia. Negara yang dulu dikenal sebagai negara
agraris dan pernah mengekspor beras, kini sedang menghadapi krisis pangan.
Soeharto yang waktu itu menjabat sebagai presiden, pernah mendapat
penghargaan dari organisasi pangan dunia FAO sebagai Bapak Pembangunan
karena mampu mewujudkan swasembada beras. Namun kebanggaan ini
tampaknya tidak berlangsung lama, karena dalam waktu kurang lebih hanya
selang 3 dekade saja (24 tahun), gelar ini langsung lenyap bak ditelan bumi.
Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana
kondisi pangan di Indonesia yang dikaitkan dengan salah satu SDG’s yaitu
Tanpa Kelaparan dan upaya untuk mencapai tujuan tersebut dan mencapai
tujuan SDG’s yang merupakan cita-cita dunia untuk menciptakan
kesejahteraan.

Dengan Zero Hunger dari PBB dalam program SDGs diharapkan


dapat memperbaiki dan mencegah sekat dan batas serta distorsi dalam sebuah
pasar pertanian global, termasuk dengan penghapusan secara mengglobal
segala bantuan subsidi ekspor, sesuai dengan amanat The Doha Developmen
Round. (The Doha Development Round adalah putaran perundingan
perdagangan multilateral yang paling terupdate dibawah naungan Organisasi
Perdanngan Dunia (WTO).)
1.2. Identifikasi Masalah
1.2.1. Bagaimana kondisi masyarakat dan pangan di indonesia
1.2.2. Mengapa indonesia yang merupakan negara agraris bisa mengalami
masalah kelaparan dan krisis pangan?
1.2.3. Bagaimana upaya dalam mengatasi kelaparan dan permasalah pangan
di indonesia?
1.2.4. Bagaimana aspek pendidikan kewarganegaraan jika dikaitkan dengan
masalah kelaparan dan krisis pangan?

1.3. Maksud dan Tujuan


1.3.1. Maksud
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan
Semester 1 pada jurusan UniversitasPadjadjaran.
1.3.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana kondisi masyarakat dan pangan di
indonesia
b. Untuk mengetahui mengapa indonesia yang merupakan negara
agraris bisa mengalami kelaparan dan krisis pangan?
c. Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam mengatasi kelaparan
dan permasalah pangan di indonesia
d. Bagaimana aspek pendidikan kewarganegaraan jika dikaitkan
dengan masalah kelaparan dan krisis pangan
Bab 2

Tinjauan pustaka

2.1. Pengertian (Sustainable Development Goals) SDGs


SDG’s adalah singkatan atau kepanjangan dari sustainable development
goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalamkerangka
pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia.

2.2. Pengertian Kelaparan dan SDG’s “Tanpa Kelaparan”


Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi hasil dari kurangnya konsumsi pangan
kronik dalam jangka panjang, kelaparan kronis berakibat buruk pada derajat kesehatan
masyarakat dan menyebabkan tingginya pengeluaran masyarakat untuk kesehatan.
Kelaparan juga merupakan suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan,
biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk
waktu yang cukup lama.

No Hunger adalah salah satu dari program Sustainable Development


Goals (SDG’s) yang artinya adalah keadaan dimana suatu negara tanpa kelaparan
yaitu ketahanan pangan, gizi, dan mewujudkan pertanian yang bersifat
sustainable. No Hunger merupakan pendekatan pembangunan yang berfokus
kepada pemberantasan kelaparan yang selama ini menjadi permasalah di berbagai
macam negara.

2.3. Tujuan SDG’s “Tanpa Kelaparan”


1. memastikan akses gizi dan pangan kepada setiap orang, terutama orang
miskin dan orang yang sedang dalam kondisi rentan
2. mengakhiri semua bentuk kekurangan gizi
3. meningkatkan produktivitas pertanian, peternak, pekerja kebun dan nelayan
4. memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan menerapkan
sistem pertanian yang tangguh
5. mencegah pembatasan perdagangan dan distorsi di pasar global

2.4. Pengertian Krisis Pangan


Krisis pangan adalah kondisi kelangkaan pangan yang dialami
sebagian besar masyarakat si suatu wilayah yang disebabkan oleh, antara lain,
kesulitan distribusi pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan
lingkungan, dan kinflik sosial, termasuk akibat perang. (Gresnews, 2017)
2.5. Dampak Krisis Pangan
Tragedi yang terjadi pada tahun 1997 merupakan awal dari perubahan
pemerintahan di Indonesia yang sekian lama di belenggu oleh kepemimpinan
Soeharto. Disisi lain perubahan yang di nanti oleh masyarakat ini tidak sesuai
keinginan masyarakat itu sendiri. Betapa tidak, beberapa harga kebutuhan
bahan pokok mulai tidak stabil termasuk harga 9 bahan pokok melonjak naik.
Kenaikan harga ini kemudian memicu ketidak stabilan politik di Indonesia
yang akhirnya mengeluarkan berbagai kebijakan oleh pemerintah. Salah satu
kebijakan pemerintah termasuk pengadaan impor gula, daging, beras, dan
beberapa pangan lainnya dirasa kurang menggembirakan bagi masyarakat
Indonesia hingga saat ini.
Kebijakan pemerintah akan impor beras sebagai kebijakan pangan
untuk mengatasi krisis pangan, dirasa merugikan bagi Indonesia secara
terusmenerus. Hal ini didasari pada daya saing produk pangan Indonesia
dirasa masih kalah jauh di banding Negara-negara Malaysia, Thailand, dan
Filipina. Jika terus menerus terjadi impor beras, Indonesia nantinya akan
mengalami ketergantungan terhadap Negara-negara lain, akibatnya sektor
pertanian kita semakin terpuruk.1837 Pada tahun 2007-2008, harga pangan di
pasar internasional kembali melonjak. Hal ini menjadi perhatian bagi Negara-
negara di dunia khususnya Negara-negara berkembang untuk memberi
perhatian lebih pada aspek ketersediaan pangan.
Menipisnya ketersediaan pangan atau terjadinya krisis pangan akan
mempengaruhi roda perekonomian Indonesia. Ketika terjadi krisis pangan,
pangan akan langka, kelangkaan ini menyebabkan harga terus melonjak.
melonjaknya harga ini akan memicu terjadinya konflik sehingga
mempengaruhi roda perpolitikan.
Dampak lain yang terjadi di Indonesia akibat terjadinya krisis pangan
adalah kelaparan. Tidak hanya di Indonesia, melainkan kelaparan juga terjadi
dibelahan dunia. Hasil penelitian FAO (Food Agriculture Organization) tahun
2010 menunjukkan penduduk dunia yang mengalami kelaparan mencapai 925
juta jiwa.1938
Selain kelaparan, dampak lain dari krisis pangan yang terjadi di
Indonesia adalah ketergantungan akan impor. Saat ini Indonesia termasuk
pengimpor beras terbesar dengan jumlah 2,5 juta ton beras per tahun. Selain
beras juga mengimpor 2 juta ton gula dan 1,2 juta ton kedelai. Jika ini tidak
secepatnya di antisipasi oleh pemerintah, maka tidak mustahil Indonesia akan
mengalami seperti yang terjadi di Negara Haiti yang menjadi salah satu
negara krisis pangan dengan penghasil beras produksi 170.000 ton beras per
tahun masih mengalami krisis pangan. Sementara Indonesia diprediksi akan
mengalami krisis pangan tersebut pada tahun 2017 di 150 kabupaten/kota dari
480 kabupaten/kota di Indonesia melihat populasi penduduk yang menjadi
237 juta jiwa per 2010 serta melihat peristiwa yang terjadi di indonesia
mengenai kelangkaan kedelai pada awal 2008, serta impor beras dan gula
begitu juga dengan komoditi pangan lainnya20 . 39 Menurut data hasil sensus
pertanian yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2013, telah
terjadi penurunan rumah tangga petani dari 31,17 juta pada 2003 menjadi
26,13 juta pada 2013 atau turun 1,75 persen per tahunnya.
Bab 3
Pembahasan

3.1. Kondisi Masyarakat Dan Pangan Di Indonesia


Julukan Indonesia sebagai negara agraris tampaknya tidak akan lagi
disandang. Sebab, luas lahan pertanian di Indonesia kini hanya 568 meter persegi
per kapita. Lebih rendah dari Vietnam (1.000 meter persegi per kapita), Thailand
(5.000 meter persegi per kapita) dan Australia (26.000 meter persegi per kapita).
Permasalahan lainnya, rasio lahan dan manusia (mand-land Ratio)
Indonesia kini sudah kurang dari 0,2 hektare per kapita. Sementara itu, seluruh
benih di Indonesia mulai dikuasai oleh perusahaan asing.
Pemerintah Indonesia berusaha mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan
pangan dengan meningkatkan pasokan melalui peningkatan produksi beras dan
mengembangkan tanaman bernilai lebih tinggi. Namun strategi ini terbukti tidak
efektif sebab walaupun Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik,
masih ada 19,4 juta warganya yang tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan
sehari-hari.
Indonesia kini sedang menghadapi krisis pangan seiring dengan naiknya
harga BBM. Harga pangan di pasar dunia mulai beranjak naik sejak pertengahan
tahun 1990-an. Tahun 2006 harga semakin melonjak secara fluktuatif pada
kisaran 16% hingga 140% dibanding dekade sebelum 1990-an, terutama terhadap
produk biji-bijian, seperti beras, gandum, jagung, dan lain-lain. Tidak hanya pada
produk ini, produk perikanan dan perkebunan kelapa sawit juga turut mengalami
lonjakan harga.
Indonesia yang telah menjadi negara pengimpor beras sebelumnya (food
net importer), hingga pertengahan tahun 1990-an, tak luput dari krisis ini.
Persediaan pangan Indonesia sangat tergantung pada ketersediaan dan harga beras
di pasaran Internasional. Menurut data dari Kementerian Pertanian, dalam satu
dasawarsa (10 tahun), yakni kisaran tahun 1996-2006, Indonesia kala itu sudah
harus menghabiskan cadangan devisanya sebesar 14.7 Triliun per tahun, hanya
untuk keperluan pengadaan beras melalui impor saja. Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pemerintah Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak 2,25 juta
ton dengan nilai US$ 1,03 miliar disepanjang tahun 2018.
Data ini apabila dikroscekkan dengan data dari organisasi perdagangan
dunia (WTO) akan menemui kesinkronan. Tahun 2006 saja, Indonesia sudah
menjadi pemasok beras "terbesar" di dunia, yaitu mencapai 4.8 juta ton per tahun
dengan rata-rata angka impor sebesar 3.2 juta ton per tahun. Padahal kemampuan
pasokan beras dunia ke pasar Internasional adalah 320 juta ton rata-rata per tahun.
Ini berarti, Indonesia merupakan negara pemasok 10% cadangan beras dunia.
Sedemikian besar Indonesia memiliki ketergantungan pada beras di luar negeri
sehingga ketidakpastian supply dan harganya di pasaran dunia, dapat berpengaruh
secara simultan terhadap masyarakat Indonesia. Apalagi, beras sudah menjadi tren
budaya makan Indonesia. Jika belum makan nasi beras, orang Indonesia bisa
bilang: "saya belum makan", meskipun sudah habis singkong sepiring. (Data
FAO Symposium on Agriculture, Trade and Food Security, Geneva, 23-24
September 2019).
Mahalnya harga beras, secara linier dapat berakibat pada naiknya jumlah
penderita kelaparan, busung lapar atau bahkan mati akibat kelaparan. Jumlah ibu
hamil yang kurang gizi dan ibu menyusui, serta anak-anak yang menderita busung
lapar, akan semakin bertambah. Kematian ibu hamil juga akan menjadi
meningkat. Tercatat 307 per 100 ribu orang ibu hamil, meninggal akibat
kekurangan gizi itu, 3 kali lebih besar dari Vietnam, per tahun 2008. Tak heran
bila FAO, sebagai induk organisasi pangan dunia , sudah memperingatkan jauh-
jauh hari (tahun 2001), bahwa setiap hari telah terjadi kematian sebanyak 24 ribu
ibu hamil akibat kelaparan dan penyakit uang diakibatkan pangan. Ironis, bukan.
Padahal ikrar setia FAO adalah memerangi jumlah kelaparan menjadi separuhnya
pada tahun 2015. Namun, seiring dengan krisis pangan ini, angka itu dapat
melonjak tajam mencapai prediksi 122 juta per tahun orang akan mati akibat
kelaparan, di seluruh dunia.
Menurut Global Hunger Index 2018, Indonesia dinilai memiliki masalah
kelaparan tingkat serius yang memerlukan perhatian lebih. Dalam laporan
tersebut, lembaga nirlaba Welthungerhilfe dan Concern Worldwide menghitung
indeks global kelaparan berdasarkan empat indikator. Di antaranya adalah kasus
kurang gizi dari populasi penduduk, stunting pada anak usia di bawah 5 tahun,
kematian anak di bawah usia 5 tahun, dan anak usia di bawah 5 tahun yang tidak
dirawat dengan baik. Adapun indeks kelaparan di Indonesia mendapat skor 21,9
dan berada pada tingkat serius untuk ditangani. Namun pengurangan kemiskinan
di Tanah Air dinilai masih rendah. Sementara di kawasan Asia Tenggara,
Thailand dan Malaysia memiliki indeks kelaparan paling rendah atau paling baik.
Nilai indeks pada kedua negara tersebut berada pada level moderat. Sedangkan
Indonesia hanya lebih baik dari Kamboja dan Laos.

3.2. Faktor Indonesia Mengalami masalah Kelaparan dan Krisis


Pangan
Menurut José Graziano da Silva, Direktur Jenderal FAO, Kanayo F.
Nwanze, Presiden International Fund for Agricultural Development dan
Ertharin Cousin, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia, ada dua masalah
utama yang perlu diatasi. Yang pertama adalah masalah jangka pendek yaitu
melonjaknya harga pangan (jagung, gandum dan kedelai) di pasar dunia.
Masalah ini berdampak pada penduduk miskin dan semua negara yang
mengandalkan pada impor pangan. Yang kedua adalah masalah jangka
panjang yaitu cara dunia memroduksi, memerdagangkan dan mengomsumsi
pangan di tengah terus meningkatnya permintaan, populasi dan perubahan
iklim.
3.3. Upaya Mengatasi Kelaparan Dan Krisis Pangan
Upaya lain yang dilakukan dalam mempertahankan ketahanan pangan di tingkat
Internasional dalam hal ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang di kendalikan
oleh Sekjen PBB menyusun Comprehensive Framework of Action (CFA) oleh
High Level Task Force (HLTF) on Food Security. Langkah ini diikuti oleh berbagai
inisiatif kerjasama ketahanan pangan pada pertemuan-pertemuan tingkat tinggi
seperti G-20 dan ASEAN. Dari berbagai pertemuan yang diadakan akhirnya
menyepakati Declaration of the World Summit on Food Security yang
menitikberatkan pada pelaksanaan Five Rome Principles for Sustainable Global
Food Security yang secara garis besar menetapkan komitmen dan kesepakatan
aksi bersama masyarakat global. Deklarasi tersebut juga mendudukan
Committee on World Food Security (CFS) FAO sebagai platform internasional
yang inklusif untuk menghadapi isu ketahanan pangan dan nutrisi global, serta
sebagai komponen utama dari proses menuju kemitraan global untuk pertanian,
ketahanan pangan dan nutrisi
Upaya-upaya kedepannya yang bisa dilakukan pemerintah antara lain :
1. Negara dalam hal ini pemerintah, harus memperhatikan produksi dalam
negeri. Bukan hanya produksi dari sektor pertanian, tetapi juga harus
memperhatikan sektor perkebunan dan peternakan. Perhatian pemerintah
terhadap ketiga sektor tersebut harus ditingkatkan guna menjaga
ketersediaan kebutuhan pangan dalam negeri.
2. Dalam menghadapi pasar bebas 2015, Indonesia harus menjadi basis
produksi pangan khsususnya di kawasan ASEAN.
3. Kestabilan dan keterjangkauan harga terhadap pangan oleh masyarakat
Indonesia harus diperhatikan oleh pemerintah.
4. Perluasan wilayah atau tanah garapan khususnya bidang pertanian yang
tadinya semakin terbatas menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk
menunjang peningkatan produksi pangan.
3.4. Aspek Pendidikan Kewarganegaraan Dikaitkan Dengan
Masalah kelaparan Dan Krisis Pangan
Berdasarkan pada paragraph pembukaan UUD ’45: “[..] untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia […]”.
Kemudian berdasarkan Pancasila Sila ke-5 yaitu “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia”
Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pencapaian program Sustainable Development Goals sejalan dengan cita-cita
Indonesia yang terkandung di UUD 1945 dan Pancasila. Sebenarnya, dengan
melakukan tugas utamanya sesuai dengan UUD’45 maka pemerintah
Indonesia secara tidak langsung berkontribusi terhadap pencapaian program
Sustainable Development Goals.
Seperti misalnya program bantuan sosial seperti Kartu Indonesia Sehat
dan Kartu Indonesia Pintar yang berfokus pada hak dasar manusia; kesehatan
dan pendidikan, ini patut diapresiasi. Dikarenakan, tujuannya sejalan dengan
UUD ’45 yaitu proses mencerdaskan dan menyejahterakan bangsa.
Namun, masih banyak sekali masyarakat indonesia yang masih belum
bisa merasakan kesejahteraan yang sebenarnya, padahal hal ini sudah lama
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial di mana setiap
Warganegara Indonesia berhak atas hidup layak, bebas dari penindasan dan
penghisapan, bebas dari kehinaan dan kemiskinan, bebas menggerakkan
secara konstruktif aktivitas-aktivitas sosial untuk mempertinggi kesejahteraan
orang-seorang, keluarga, golongan dan masyarakat.
Bab 4

Simpulan dan Saran

4.1. Simpulan
Indonesia walaupun memiliki lahan pertanian yang luas dan
disebut sebagai negara agraris mengalami kondisi krisis pangan
yang mengakibatkan indonesia harus rutin dalam mengimpor
beras dengan jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pangan
masyarakatnya. Namun ini berdampak pada naiknya harga
pangan di pasaran sehingga sebagian masyarakatnya tidak bisa
membeli yang akhirnya mengakibatkan indeks kelaparan
indonesia yang tinggi.

4.2. Saran
Masyarakat indonesia harus mulai menyadari dan
mengembangkan potensi lahannya di bidang pertanian,
perkebunan, dan peternakan. Kemudian, pemerintah juga harus
mulai fokus pada produksi dalam negeri dengan memberikan
fasilitas bagi para produsen, petani, ataupun yang bergelut di
bidang tersebut untuk mendapatkan ilmu dan penerapannya dan
bukannya hanya mengandalkan impor.

Daftar Pustaka
Hamzah, H. 2012. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN
KELAPARAN DI INDONESIA: REALITA DAN PEMBELAJARAN.
Jurnal AKK. Vol. 1 (1) : 1-55
Mudrieq, S. H. 2013. PROBLEMATIKA KRISIS PANGAN DUNIA DAN DAMPAKNYA BAGI
INDONESIA. JURNAL ACADEMICA Fisip Untad. Vol. 5 (2) :1287-1302
Ferrer, V. S. 2018. Zero Hunger dalam Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Tersedia secara online di
https://www.kompasiana.com/vsomaferrer/5b67d3bd5e137310497da6d2/zero
-hunger-dalam-pembangunan-berkelanjutan-sdgs?page=all
Ayuningtyas, A. 2015. Tujuan-tujuan MDGs dalam Bidang Kesehatan di Indonesia.
Tersedia secara online di
https://www.kompasiana.com/nureinhaya/552fe88e6ea834805d8b458a/tujuan
tujuan-mdgs-dalam-bidang-kesehatan-di-indonesia
Syamsudin, M. 2019. Akar Masalah yang Menghambat Kedaulatan Pangan Indonesia.
Tersedia secara online di https://www.nu.or.id/post/read/105867/akar-masalah-
yang-menghambat-kedaulatan-pangan-indonesia
Prasasti, G. D. 2019. Kelaparan Dunia Terbesar Ada di Asia dan Afrika, Apa
Penyebabnya?. Tersedia secara online di
https://www.liputan6.com/health/read/4018659/kelaparan-dunia-terbesar-ada-di-
asia-dan-afrika-apa-penyebabnya
Nisa, K. MAKALAH SDGS TANTANGAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA
PERSAINGAN GLOBAL. Tersedia secara online di
https://www.academia.edu/37566757/MAKALAH_SDGS_TANTANGAN_PER
GURUAN_TINGGI_DALAM_ERA_PERSAINGAN_GLOBAL
Raekyesa, D. G. S. 2018. Antara UUD ’45, Pancasila, Dan SDGs. Tersedia secara
online di https://geotimes.co.id/opini/antara-uud45-pancasila-dan-sdgs/
Kusuma, H. 2019. 2019. RI Impor Beras 2,25 Juta Ton Sepanjang 2018, Ini
Rinciannya. Tersedia secara online di https://finance.detik.com/berita-
ekonomi-bisnis/d-4386820/ri-impor-beras-225-juta-ton-sepanjang-2018-ini-
rinciannya
Kompas.com. 2018. 19,4 Juta Orang Indonesia Tidak Dapat Memenuhi Kebutuhan
Pangan. Tersedia secara online
di https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/03/140000126/19-4-juta-orang-
indonesia-tidak-dapat-memenuhi-kebutuhan-pangan?page=all.
Nandini, W. 2019. Kelaparan di Indonesia Perlu Perhatian. Tersedia secara online di
https://katadata.co.id/grafik/2019/01/23/kelaparan-di-indonesia-perlu-
perhatian
Kementrian RI. 1974. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6
TAHUN 1974. Indonesia: Kementrian RI
Hijauku.com. 2012. Strategi Dunia Atasi Kelaparan dan Krisis Pangan. Tersedia
secara online di https://www.hijauku.com/2012/09/04/strategi-dunia-atasi-
kelaparan-dan-krisis-pangan/
CNN. 2018. Pemerintah Akui Teknologi Stagnan Jadi Sebab Masalah Pangan.
Tersedia secara online di https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180-
327164432-92-286308/pemerintah-akui-teknologi-stagnan-jadi-sebab-
masalah-pangan
Wikipedia. Tersedia secara online di https://id.wikipedia.org/wiki/Kelaparan
Gresnews. 2017. Mengenal Krisis Pangan. Tersedia secara online di
http://www.gresnews.com/berita/tips/112827-mengenal-krisis-pangan/

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai