Anda di halaman 1dari 18

PERTAHANAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN : INDONESIA MENGIMPOR GARAM

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang


dibina oleh Bapak Marsudi

Oleh kelompok 3 :
1. Andik Cahyono (160513609655)
2. Laila Nurhayati (160311604628)
3. Melani Shania Hendrawati (160311604608)
4. Sigmamitha Aghni Izzananda (160311604673)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

MARET 2017
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas kami


ucapkan kepada Allah swt, yang karena bimbingan-Nyalah maka kami bisa
menyelesaikan sebuah Makalah yang berjudul “Ketahanan pangan nasional”.

Makalah iniberisi tentang ketahanan pangan di indonesia dan


permasalahan permasalahan sekaligus penyeleseianya. Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat memberi
manfaat bagi pembaca. Amin.

Malang, 14 Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Ketahanan Pangan Nasional................................................................. 3

B. Tujuan dan Sasaran Ketahanan Pangan Nasional................................. 4

C. Kondisi Ketahanan Nasional Indonesia Sekarang................................ 6

D. Penyebab, Dampak, dan Solusi Indonesia Mengimpor Garam............ 9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan............................................................................................... 14

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 sampai 1,5 persen, sementara luas
lahan pertanian tidak mengalami penambahan, dikhawatirkan krisis pangan
akan melanda negara ini.
Permasalahan yang paling besar dialami bangsa Indonesia saat ini terletak
pada sektor pertanahan, dengan kondisi negara sekarang mengalami
keterbatasan sumberdaya lahan yang cocok untuk dikembangkan. Sempitnya
lahan yang dimiliki petani dan masalah sengketa tanah, juga menjadi
persoalan yang cukup besar dalam mengembangkan produksi pangan di
Indonesia. Tahun 2007, produksi padi Indonesia menunjukkan kinerja yang
cukup baik karena berdasarkan Angka Ramalan III Badan Pusat Statistik
(ARAM III BPS), produksi padi mengalami peningkatan menjadi 57,05 juta
ton GKG atau naik sekitar 4,76 persen dibanding tahun 2006. Kondisi ini
tentunya akan berpengaruh pada pencapaian sasaran peningkatan produksi
nasional 2007 yang ditargetkan sebanyak dua juta ton.
Masalah bidang produksi pangan lainnya yakni sentral produksi pangan
hanya didaerah tertentu hampir 60% dari produksi pangan Indonesia berasal
dari jawa dengan 40 % diantaranya di Jawa Timur, Sebuah provinsi di jawa
yang luasnya hanya 2,5% dari luas dartan Indonesia dan dengan jumlah
penduduknya 14,8% dari jumlah penduduk Indonesia. Pemusatan produksi
menimbullkan berbagai kerumitan dalam pemasaran dan distribusi pangan,
mengingat bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan 3000 pulau
yang didiami penduduk. Masalah lain yang dihadapi keadaan geografis
seperti terbatasnya persediaan sarana dan prasarana perhubungan.

B. Rumjusan masalah
1. Apa itu ketahanan pangan nasional?
2. Apa tujuan dan sasaran ketahanan pangan nasional?
3. Bagaimana kondisi ketahanan pangan nasional indonesia sekarang?
4. Penyebab, Dampak, dan Solusi dari permsalahn yang terjadi (garam)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ketahanan pangan nasional.
2. Untuk mengetahui apa tujuan dan sasaran ketahanan pangan nasional.
3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi ketahanan pangan nasional
indonesia sekarang.
4. Untuk mengetahui penyebab, dampak, dan solusi dari permasalahan yang
terjadi (garam).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketahanan pangan nasional


Pada tingkat nasional, ketahanan pangan diartikan sebagai kemampuan
suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan
yang cukup, mutu yang layak, aman; dan didasarkan pada optimalisasi
pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya lokal. Dan pada
Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, mengartikan ketahanan
pangan sebagai : kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau. Pengertian mengenai ketahanan pangan
tersebut mencakup aspek makro, yaitu tersedianya pangan yang cukup; dan
sekaligus aspek mikro, yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan setiap rumah
tangga untuk menjalani hidup yang sehat dan aktif.

World Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama


ketahanan pangan, yaitu

1. ketersediaan pangan,
2. akses pangan, dan
3. pemanfaatan pangan.
Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah pangan yang
cukup untuk kebutuhan dasar yang mana berhubungan dengan suplai pangan
melalui produksi dan distribusi.Produksi pangan ditentukan oleh berbagai
jenis faktor, termasuk kepemilikan lahan dan penggunaannya; jenis dan
manajemen tanah; pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian;
pemuliaan dan manajemen hewan ternak; dan pemanenan. Sedangkan
distribusi pangan melibatkan penyimpanan, pemrosesan, transportasi,
pengemasan, dan pemasaran bahan pangan.
Akses pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi
maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi. Akses terhadap
bahan pangan mengacu kepada kemampuan membeli dan besarnya alokasi
bahan pangan, juga faktor selera pada suatu individu dan rumah tangga. PBB
menyatakan bahwa penyebab kelaparan dan malagizi seringkali bukan
disebabkan oleh kelangkaan bahan pangan namun ketidakmampuan
mengakses bahan pangan karena kemiskinan. 
Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan
pangan dengan benar dan tepat secara proporsional. Ketika bahan pangan
sudah didapatkan, maka berbagai faktor mempengaruhi jumlah dan kualitas
pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga. Bahan pangan yang dimakan
harus aman dan memenuhi kebutuhan fisiologis suatu individu. Keamanan
pangan mempengaruhi pemanfaatan pangan dan dapat dipengaruhi oleh cara
penyiapan, pemrosesan, dan kemampuan memasak di suatu komunitas atau
rumah tangga. Akses kepada fasilitas kesehatan juga mempengaruhi
pemanfaatan pangan karena kesehatan suatu individu mempengaruhi
bagaimana suatu makanan dicerna. Misal keberadaan parasit di dalam usus
dapat mengurangi kemampuan tubuh mendapatkan nutrisi tertentu sehingga
mengurangi kualitas pemanfaatan pangan oleh individu. Kualitas sanitasi juga
mempengaruhi keberadaan dan persebaran penyakit yang dapat
mempengaruhi pemanfaatan pangan sehingga edukasi mengenai nutrisi dan
penyiapan bahan pangan dapat mempengaruhi kualitas pemanfaatan
pangan.FAO menambahkan komponen keempat, yaitu kestabilan dari ketiga
komponen tersebut dalam kurun waktu yang panjang.

B. Tujuan Dan Sasaran Ketahanan Pangan Nasional


Secara umum tujuan Pembangunan Ketahanan Pangan yaitu mewujudkan
dan mengembangkan sistem ketahanan pangan yang kuat, dinamis dan
sinergis serta dengan pemberdayaan masyarakat agar mampu
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dikuasainya untuk
mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Hal ini dicapai melalui
pengembangan ketersediaan pangan, konsumsi pangan, distribusi pangan,
mutu dan keamanan pangan dengan memperhatikan potensi, keragaman
sumberdaya pangan dan budaya serta kultur setempat secara rinci.
Secara khusus tujuan pembangunan Ketahanan Pangan adalah sebagai
berikut :
1. Mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem
ketahanan pangan baik ditingkat nasional, daerah, maupun ditingkat
masyarakat.
2. Meningkatkan ketersediaan dan cadangan pangan dengan mengoptimalkan
sumberdaya yang milikinya/dikuasainya secara berkelanjutan.
3. Mencapai ketahanan dalam bidang pangan dalam kondisi terpenuhinya
pangan bagi setiap rumah tangga dari produksi pangan nasional.
4. Mengembangkan sistem distribusi, harga, dan cadangan pangan untuk
memelihara stabilitas pasokan dan harga pangan yang terjangkau bagi
masyarakat.
5. Meningkatnya keragaman dan kualitas konsumsi dengan pendekatan
beragam, berimbang dan bergizi guna meningkatkan kualitas SDM.
6. Meningkatkan kewaspadaan pangan ditingkat wilayah dengan
meningkatkan kemampuan mengenali dan mengantisipasi secara dini
masalah kerawanan pangan.
7. Memanfaatkan segala sumber daya alam yang ada untuk kemakmuran
rakyat
Sasaran yang ingin dicapai dalam Peningkatan Pangan dan Pelaksana
Penyuluhan adalah :

1. Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup sejumlah 2.197


KKal/Kap/hari untuk energy dan 56.87 Gram/Kap/hari untuk protein.

2. Tercapainya konsumsi pangan penduduk sesuai dengan Pola Pangan


Harapan, dengan konsumsi enegi sebesar 2.500 KKal/Kap/hari

3. Meningkatnya keragaman dan kualitas konsumsi dengan pendekatan


beragam, berimbang dan bergizi dengan kontribusi padi-padian 48.9%,
umbi-umbian 25.1 %, kacang-kacangan 0.4 %, pangan hewani 2.9%, sayur
dan buah 3.9 %, minyak dan lemak 0.1%, gula 18.7 %.

4. Berkurangnya daerah rawan pangan di 2 kecamatan.

5. Meningkatnya lumbung pangan 12 unit.

6. Kelompok sistem tuna jual 6 unit.


7. Kelompok system kelembagaan pangan 4 unit.

8. Cadangan pangan pekarangan 3 unit.

9. Meningkatnya lembaga pembeli gabah 9 lembaga.

10. Tercapainya peranan penyuluh dalam pendampingan masyarakat satu desa


satu penyuluh dan terbentuknya Gapoktan berwawasan agribisnis dan
agroindustri sebanyak 200 gapoktan.

11. Terbentuknya kelompok tani utama sebanyak 33 kelompok, madya 330


kelompok.

C. Kondisi ketahanan pangan nasional indonesia


Pada dasarnya, permasalahan ketahanan pangan di Indonesia sebenarnya
tidak perlu menjadi masalah. Hal ini dikarenakan, Indonesia sebagai negara
agraris memiliki lahan yang sangat banyak dan subur, maka seharusnya
pangannya terbilang surplus. Namun, yang terjadi adalah ketahanan pangan di
Indonesia saat ini menjadi masalah serius. Ada banyak faktor, misalnya
karena konversi lahan pertanian yang tinggi dan tingkat pertumbuhan
penduduk yang hampir tidak terkendali.
Kemajuan tingkat jumlah penduduk Indonesia yang pesat sepertinya tidak
diimbangi dengan sarana dan prasaran yang membantu. Melihat pada kondisi
global misalnya, banyaknya jumlah penduduk sekarang juga menjadi
masalah. Jumlah penduduk dunia sekarang yang ketahui telah mencapai 9
miliar jiwa. Bandingkan dengan jumlah pada 50 tahun sebelumnya, yang
hanya 3 miliar jiwa. Jadi, dalam kurun 50 tahun jumlah penduduk dunia
meningkat pesat hingga lebih dari dua kali lipat. Di Indonesia sendiri
pascasensus 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 235-240 juta.
Jumlah yang sangat besar ini sepertinya tidak diimbangi dengan
kemampuan lahanpertanian di indoensia. Konversi besar-besaran lahan
pertanian ke non pertanian menambah buruk kondisi pangan di Indonesia.
Misalnya seperti mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman
yang akhirnya menjadikan lahan pertanian semakin sempit. Lambat laun
kesulitan pangan mulai dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat
miskinpun menjadi semakin merasakan kesulitan akibat adanya masalah
ketahanan pangan.
Keterbatasan jumlah lahan juga berakibat pada kinerja para penggarap
lahan di mana hanya menggarap sedikit lahan dan kesejahteraannya belum
tentu juga terjamin. Sedangkan tuntutan kepada pertanian untuk
menghasilkan komoditi pangan sangatlah besar mengingat populasi penduduk
Indonesia ynag terus meningkat. Sebagai contoh luas lahan pertanian
Indonesia sama dengan Vietnam, tetapi jumlah penduduk Negara ini hampir
tiga kali lipat jumlah penduduk mereka dan pada akhirnya setiap petani di
Indonesia hanya bisa memiliki lahan yang luasnya terbatas. Menurut data
pengamatan, meskipun 70 persen penduduk Indonesia berprofesi petani,
namun rata-rata hanya memiliki 0,3 hektar lahan untuk digarap. Sehingga
meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia dianggap pesat, kekurangan
pangan dan nutrisi masih sering terjadi.
Selain masalah besarnya populasi dan semakin sempitnya lahan pertanian,
setidaknya ada beberapa masalah ketahanan pangan yang dihadapi oleh
Indonesia, antara lain: masalah sistem yang belum terintegrasi dengan baik,
kesulitan untuk meningkatkan sejumlah komoditi unggulan pertanian, sistem
cadangan dan distribusi serta rantai pasokan dan logistik nasional yang belum
efisien, mahalnya ongkos transportasi, sering ditemuinya kasus kekurangan
produksi di sejumlah daerah, dan masalah stabilitas harga. Pada dasarnya
masalah ketahanan pangan ini merupakan masalah nasional yang perlu
diperhatikan secara menyeluruh.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa hingga triwulan III-
2016 Indonesia telah mendatangkan 1,1 juta ton beras dari luar negeri dengan
nilai mencapai US$ 472,5 juta. Sementara pada periode yang sama tahun lalu
jumlahnya hanya 229,6 ribu ton dengan nilai US$ 99,8
juta.Katadata menyebutkan negara pemasok beras terbesar Indonesia adalah
Thailand, Vietnam dan Pakistan. Menurut BPS,impor beras ini ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan beras khusus restoran Jepang, India, Timur
Tengah, serta komunitas mereka di Indonesia. Juga untuk cadangan dan
antisipasi fluktuasi harga.
Dan bukan hanya di sektor pertanian indonesia mengalami masalah
pangan, kalau beras memang menjadi makanan pokok bagi hampir semua
penduduk indonesia dan bila itu terjadi kelangkaan mungkin wajar. Tapi
kalau indonesia mengimpor garam itu mungkin terlihat mustahil, tapi
memang kenyataanya demikian. Indonesia seakan tidak ada artinya memiliki
lautan yang luashingga di juluki sebagai negara maritim dengan wilayah yang
70% lautan, bila ternyata hingga sekarang masih mengimpor garam.
Walaupun judulnya adalah garam untuk industri. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance, Selasa (17/5/2016), garam
impor yang masuk ke dalam negeri mencapai 95.263 ton dengan nilai US$
3,7 juta.

Berikut asal negaranya: 


1. Australia 94.345 ton senilai US$ 3,4 juta
2. India 336 ton senilai US$ 19 ribu
3. Selandia Baru 431 ton senilai US$ 175 ribu
4. Inggris 49 ton senilai US$ 9.023
5. Singapura 1,8 ton senilai US$ 8.443
6. Negara lainnya 99,7 ton atau US$ 26.617
Ternyata bukan hanya beras dan garam yang di impor indonesia, Presiden
Joko Widodo (Jokowi) mengakui, impor pangan Indonesia sangat besar,
mulai dari beras, gandum, gula, jagung dan banyak lagi. Hal ini yang
membuat dolar Amerika Serikat (AS) begitu perkasa terhadap rupiah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Januari-Agustus 2015 yang
dikutip detikFinance, Jumat (25/9/2015), Indonesia juga tercatat masih
banyak impor pangan, berikut daftarnya:
1. Beras 225.029 ton dengan nilai US$ 97,8 juta
2. Jagung 2,3 juta ton dengan nilai US$ 522,9 juta
3. Kedelai 1,52 juta ton dengan nilai US$ 719,8 juta
4. Biji gandum dan meslin 4,5 juta ton dengan nilai US$ 1,3 miliar
5. Tepung terigu 61.178 ton dengan nilai US$ 22,3 juta
6. Gula Pasir 46.298 ton dengan nilai US$ 19,5 juta
7. Gula tebu (Raw Sugar) 1,98 juta ton dengan nilai US$ 789 juta
8. Garam 1,04 juta ton dengan nilai US$ 46,6 juta.
Total nilai impor 8 komoditas pangan di atas ini mencapai US$ 3,5 miliar,
atau sekarang sekitar Rp 51 triliun. Banyaknya impor pangan inilah yang
disebut Presiden Jokowi jadi salah satu rupiah melemah. "Kalau semua
produk-produk seperti ini, gula, kedelai, jagung, garam semua impor. Bahkan
buah-buahan dan beras, inilah yang menyebabkan keguncangan neraca
perdagangan, dan karena ketergantungan ini membeli barang impor harus
memakai dolar. Ini salah satu yang menyebabkan dolar seperti sekarang,
meski faktor terbesar adalah eksternal," papar Jokowi.Jokowi mengatakan,
kepala daerah memiliki tugas memproduksi bahan-bahan pangan sehingga
Indonesia bisa mengurangi impor bahan pangan.
Masalah pangan di Indonesia sebenarnya tidak perlu terjadi jika
pengelolaan sumber daya yang ada itu lakukan secara serius dan terstruktur
dan tentu harus terkontrol dalam pengelolaanya.

D. Sebab, Dampak Dan Solusi Garam Impor


Dalam pemecahan suatu masalah, semua masalah itu relatif sama yaitu
dengan mencari dan menganalisis sebab dari masalah itu sendiri, untuk itu
dalam memberi solusi permasalahan pangan ini kami ambil contoh dari
permasalahan garam, dan nantinya bisa di terapkan dalam permasalahan yang
lain yang tentu di sesuaikan dengan masalah yang akan di seleseikan karena
seperti yang kami katakan di atas bahwa menyeleseikan maslah harus
mengetahui sebab. Baru penyeleseianya dengan cara meminimalisir sebab itu
muncul lagi hingga masalah itu benar benar terseleseikan dengan jangka
waktu tertentu.

Dan ini adalah sebab dari impor garam :

1. Kualitas garam produksi petani lokal belum sesuai dengan standar yang
ditetapkan industri, sehingga garam tersebut hanya bisa digunakan untuk
rumah tangga saja. Kontinuitas suplai, dan kualitas garam produksi lokal
belum bisa penuhi kebutuhan industri. Kebutuhan industri akan garam
masih dipenuhi dari impor. Garam produksi lokal hanya untuk
mencukupi kebutuhan rumah tangga. Sebab rendahnya kualitas garam di
Indonesia:
a. Masa panen dan pengolahan garam di Indonesia relatif sangat
singkat dan sederhana. Proses memanen garam oleh petani hanya
dilakukan dalam waktu 4-8 hari, dibandingkan dengan negara
importir seperti Australia yang proses memanennya mencapai 3
sampai 4 bulan.
b. Petani garam yang mayoritas masih tradisional tidak melakukan
beberapa tahapan pengolahan garam. Sedangkan negara industri
garam, melakukan beberapa tahap untuk memperoleh garam kualitas
tinggi (high grade).Industri punya 3 tahap jadikan garam sedangkan
petani 1 tahap. Ketiga tahap ini untuk mendapatkan kualitas garam
yang kuaitas high grade.
c. Petani garam belum memiliki teknologi pengolahan (refinery) untuk
garam yang berkualitas rendah. Refinery garam memproses garam
kualitas rendah untuk menghasilkan garam dengan kemurnian 98%.
Kadar magnesium dan kadar air diperkecil.
2. Harga garam impor jauh lebih murah, daripada harga garam lokal. Hal ini
disebabkan biaya angkut garam, jika garam impor biaya angkut lebih
murah karena dengan volume besar sedangkan lokal volume kecil,
sehingga kegiatan pengangkutan garam lebih banyak.
3. Kesulitan untuk mencari lahan baru. Indonesia memerlukan tambahan
lahan baru di tepi pantai yang relatif luas, minimal 5.000 hektar yang
terintegrasi. Saat ini, ladang garam masih terpusat di daerah Madura,
Jawa Timur. Dengan mayoritas sistem pengolahan yang masih sangat
tradisional.
4. Kepemilikan lahan garam terlalu kecil. Rata-rata 0,75/hektar per
petambak, dan lahan sekecil itu diolah bersama. Sulit produksi garam
yang baik kualitasnya dan efisien kalau lahan kecil.
Setalah mengetahui sebab langsung saja untuk mencari solusi, tetapi
sebelum itu untuk memudahkan ada sebuah ilustrasi yang inshsaa Allah akan
memudahkan. Seperti halnya ketika ban kita bocor maka untuk
menyeleseikan masalah bukanlah dengan mengisi ban itu dengan udara
sebanyak banyaknya agar udaranya tidak cepat habis melainkan dengan
mencari sebab dari ban itu kenapa bisa bocor? Maka kalau kita mencari
sebabnya sudah pasti ban itu bocor karena terkena paku ataupun benda tajam
lainya. Untuk itu solusinya adalah dengan menambal lubang pada ban yang
terkena paku atau benda tajam itu.

Dengan ilustrasi sederhana itulah yang seharusnya di lakukan pemerintah


dalam menyeleseikan masalah garam yang terjadi di indonesia. Dengan
demikian impor bukanlah solusi untuk menyeleseikan masalah, meskipun
harganya lebih murah dan kwalitasnya tinggi. Dari kebijakan ini secara tidak
langsung akan memberikan effek yang sangat banyak kepada produsen
garam. Di antaranya

1. Kalahnya kwalitas dan harga yang murah dengan garam impor akan
mengahambat pemasaran garam dalam negeri
2. Dengan kalahnya pemasaran akan mengakibatkan kerugian besar bagi
produsen garam
3. Kerugian yang besar akan menakibatkan kebangkrutan bagi produsen
4. Dengan bangkrutnya itu aka ada banyak orang yang banyak kehilangan
pekerjaan
5. Dan bila bangkrut/hilangnya lapangan pekerjaan maka akan menambah
jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia.
6. Dan kemiskinan juga bisa meningkatkan kriminalitas dan pembunuhan.

Dengan demikian sudah jelas bahwa impor tidak bisa menyeleseikan


masalah, justru secara tidak langsung akan menambah masalah (kemiskinan,
kriminalitas dan pembunuhan). Di samping itu juga kebijakan ini cenderung
menguntungkan pihak asing, mengingat di Indonesia adalah Negara dengan
wilayah yang luas dan penduduk terbanyak dan penduduk Indonesia yang
tergolong penduduk konsumtif.
Dengan julukan Indonesia sebagai Negara maritime, 70% wilayahnya
adalah laut seharusnya impor garam itu tidak terjadi, tetapi kenyataanya?
Dan jika sudah terlanjur seperti ini apa yang harus di lakukan dan siapa yang
harus melakukanya?

Maka yang harus melakukan adalah pihak yang punya kewenangan untuk
membuat kebijakan dan punya kekuasaan untuk menggerakan orang orang
yang ahli dalam bidang yang bersanguktan. Dengan mengacu pada ilustrsi di
atas maka yang harus di lakukan pihak pemerintah adalah

1. Meningkatkan kwalitas garam lokal dengan cara


a. Meningkatkan SDM dengan mengadakan pelatihan/pembinaan
seperti yang telah di katakan oleh wakil ketua komisi VI DPR dari
fraksi PDIP Aria bima “cara untuk mengatasi masalah yang
menyelimuti industri garam adalah pembinnan petani di tingkat
hulu”
b. Mengontrol produksi agar tetap sesuai SOP ini di maksutkan adalah
agar produksi itu tetap terjaga dalam proses pengerjaanya. Karena
pengerjaan yang tidak sesuai prosedur akan berdampak pada hasil
yang kurang maksimal
c. Meyediakan teknologi produksi yang canggih dengan merangkul
para ahli dari berbagai institute untuk mebuat alat yang bisa
memproduksi dalam skala besar dengan waktu singkat untuk bisa
memenuhi kebutuhan pasar.
2. Membuat pabrik di banyak tempat untuk menekan biaya distribusi
sehingga bisa menekan harga produk.
3. Harus ada perencanaan yang matang dan keseriusan dari semua pihak
yang terakit dalam menyeleseikan masalah ini

Tetapi apakah para pembuat kebijakan dan produsen garam yang harus
melakukan itu? Tidak. Mahasiswa yang di katakan sebagai agen of change
(agen perubahan ) dan agen of control juga harus ambil dalam permasalahan
ini. Tetapi apakah yang harus di lakukan mahasiswa? Apakah mebuat
kebijakan atau harus mebuat pabrik garam? Tentunya tidak. Mahasiswa
dengan daya fikirnya yang kuat dan keintelektualanya tinggi harus bisa
mebuat teknologi tepat guna dan berani mengkeritisi kebijakan yang di buat
oleh para pembuat kebijakan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ketahan pangan nasional adalah masalah serius untuk itupemerintah harus
segera mengambil tindakan untuk menyeleseikanya karena kalau tidak
masalah ini akan terus membesar. Dan bukan hanya pemerintah yang harus
bertindak dalam masalah ini, semua elemen masyarakat baik dari kalangan
bawah hingga atas, dan termasuk mahasiswa yang katanya sebagai agen of
change dan agen of control harus mengambil bagian untuk bisa membuktikan
bahwa mahasiswa mampu berkontribusi untuk negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://indopress.id/bps-2016-indonesia-impor-beras-1-juta-ton/

http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3212025/ri-belum-berhenti-
impor-garam-ini-datanya

https://finance.detik.com/ekonomi-bisnis/3027833/daftar-impor-pangan-ri-senilai-
puluhan-triliun-rupiah

https://www.google.co.id/amp/s/mutosagala.wordpress.com/2012/04/04/ketahana
n-pangan-di-indonesia/amp/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ketahanan_pangan

https://www.bps.go.id

https://id.wikipedia.org/wiki/Ketahanan_pangan

https://galuhpriladewi.wordpress.com/2011/11/11/ketahanan-pangan/

http://bkp3.malangkab.go.id/konten-15.html

http://www.sumbarprov.go.id/details/news/2316

http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/profil_bkp.pdf

Anda mungkin juga menyukai