Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KETAHANAN PANGAN

“Stabilitas Ketersediaan dan Distribusi Pangan”

Kelompok 2 :

1. Windahsari R. Panjaitan (20170711014157)


2. Andasari M. Siahaan (20170711014119)
3. Chelse Lindi (20170711014110)
4. Malki A. Sihombing (201707110141211)
5. Iin Indrayati (20170711014150)
6. Thomi F. Hisage (20170711014213)
7. Tiansi J. Sarakan (20170711014218)
8. Isei Ginia (20170711014057)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA PAPUA
2020/2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME atas berkat kasih karunia-Nya kami
kelompok dapat menyusun makalah “Stabilitas Ketersediaan dan Distribusi Pangan” ini,
penyusunan makalah ini kami buat untuk pemenuhan salah tugas mata kuliah “Ketahanan
Pangan” di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih Jayapura Papua.

Kami berharap makalah ini bisa membantu para mahasiswa dalam proses perkuliahan
serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan teman-teman sekalian dan dapat memenuhi
tugas terebut.

Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari sempurna. oleh sebab itu kritik
dan saran yang bersifat membangun kami terima dengan senang hati. Sekian dan Terimakasih

Jayapura, Oktober 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................................................2
BAB II ISI...................................................................................................................................................3
2.1 Stabilitas Ketersedian Pangan............................................................................................................3
2.2 Distribusi Pangan...............................................................................................................................4
2.3 Pemerataan Distribusi dan Pasokan Pangan.......................................................................................5
2.4 Saluran Distribusi..............................................................................................................................6
2.5 Fungsi Distribusi...............................................................................................................................6
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................................................8
B. Saran................................................................................................................................................8
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................9

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang pangan, mengartikan ketahanan pangan sebagai
“kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga , yang tercermin dari ketersediannya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau”. Pengertian
ketahanan pangan tersebut mencakup aspek makro, yaitu ketersediaanya pangan yang cukup, dan
sekaligus aspek mikro, yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk
menjalani hidup yang sehat dan aktif.

Ketahanan pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk
menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman,
yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keberagaman sumber daya
local.

Dari pengertian tersebut, idealnya kemampuan dalam menyediakan pangan bersumber dari
dalam negeri sendiri. Sedangkan impor pangan dilakukan sebagai alternative terakhir untuk
mengisi kesenjangan antara produksi dan kebutuhan pangan dalam negeri, serta diatur
sedemikian rupa agar tidak merugikan kepentingan para produsen pangan didalam negeri , yang
mayoritas petani skala kecil, juga kepentingan konsumen khususnya kelompok kurang mampu
(pasal 3 (4). PP No.68/2002).

Ketahan pangan disamping sebagai prasyarat untuk memenuhi hak asasi pangan masyarakat,
juga merupakan pilar bagi eksistensi dan kedaulatan suatu bangsa. Oleh sebab itu, seluruh
kompenen bangsa yaitu pemerintah dan masyarakat, sepakat membangun ketahanan pangan
nasional. Dalam system pemerintahan yang demokratis dan desentralisasi saat ini, pelaku utama
pembangunan pangan mulai dari produksi,penyediaan,distribusi, dan konsumsi adalah
masyarakat, sedangkan pemerintah lebih berperan sebagai inisiator, fasilitator, serta regulator,
agar kegiatan masyarakat yang memanfaatkan sumber daya nasional dapat berjalan lancar,
efisien, berkeadilan dan bertanggung jawab.

Stabilitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan
pangan sepanjang waktu tertentu. Kerawanan pangan dapat berlangsung secara transisi,
musiman, ataupun kronis (permanen).[Pada ketahanan pangan transisi, pangan kemungkinan
tidak tersedia pada suatu periode waktu tertentu.Bencana alam dan kekeringan mampu
menyebabkan kegagalan panen dan mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat
produksi.Konflik sipil juga dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan.Ketidakstabilan di
pasar menyebabkan peningkatan harga pangan sehingga juga menyebabkan kerawanan pangan.
Faktor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang disebabkan oleh wabah
penyakit. Musim tanam mempengaruhi stabilitas secara musiman karena bahan pangan hanya

1
ada pada musim tertentu saja.Kerawanan pangan permanen atau kronis bersifat jangka panjang
dan persisten.Stabilitas pangan merupakan taraf tertinggi dari tingkatan kepemilikan atau
penguasaan pangan. Urutan tingkatan yang dimaksud mulai dari yang terendah sampai yang
tertinggi adalah pertama: ketahanan pangan, kedua: kemandirian pangan, dan ketiga:
ketangguhan atau stabilitas pangan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu stabilitas pangan?

2. Apa itu distribusi pangan?

3. bagaimana saluran dan pemerataan distribusi?

4. apa fungsi distribusi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui tentang stabilitas dan distribusi pangan


b. Sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah bisa menambah wawasan kita tentang stabilitas dan distribusi pangan
serta memenuhi tugas salah satu mata kuliah.

2
BAB II ISI

2.1 Stabilitas Ketersedian Pangan


Stabilitas pangan adalah keadaan pangan yang stabil tanpa adanya pengaruh kekurangan atau
kelebihan pangan sehingga masyarakat bisa mengonsumsinya secara terus menerus. Stabilitas
pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan pangan sepanjang
waktu tertentu. Kerawanan pangan dapat berlangsung secara transisi, musiman, ataupun kronis.

1. Ketahanan pangan transisi, pangan kemungkinan tidak tersedia pada suatu periode waktu
tertentu. Bencana alam dan kekeringan mampu menyebabkan kegagalan panen dan
mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat produksi. Ketidak stabilan dipasar
menyebabkan peningkatan harga pangan sehingga juga menyebabkan kerawanan pangan.
Factor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang disebabkan oleh
wabah penyakit. Pada ketahanan pangan transisi, salah satunya terdapat bencana alam
yang mampu menyebabkan kegagalan panen di Indonesia, misalnya banjir. Banjir yang
terjadi di tengah-tengah masa tanam dan panen dapat mengakibatkan kerusakan
tumbuhan dan gagal panen pada tanaman palawija (padi, jagung, dll.) sehingga
menghambat produksi pangan dan menyebabkan stabilitas pangan di Indonesia menjadi
terganggu.

2. Musim tanam mempengaruhi stabilitas secara musiman karena bahan pangan hanya ada
pada musim tertentu saja. Contohnya yaitu pada musim hujan, petani banyak yang
menanam padi. Sebenarnya padi dapat ditanam pada saat musim kemarau, asalkan
tersedia air irigasi untuk menyiram tanaman tersebut dan pada musim kemarau
masyarakat jarang yang menanam padi sehingga tingkat produksi padi pada musim hujan
tinggi dan pada musim kemarau rendah. Ditambah dengan saat ini, musim kemarau dan
penghujan datangnya tidak dapat diprediksi menyebabkan rawan kerusakan tanaman dan
gagal panen.

3. Kerawanan pangan permanen atau kronis bersifat jangka panjang dan persisten. Dimana
masyarakat tidak mampu untuk memperoleh kebutuhan pangan setiap hari yang terjadi
sepanjang waktu biasanya dikarenakan masyarakat yang ekonominya rendah termasuk
pengangguran.

Dari ketiga kerawanan pangan tersebut mempengaruhi ketidakstabilan ketersediaan pangan di


Indonesia yang mengakibatkan ketahanan pangan rendah. Contoh, seperti halnya pada analisis

3
terhadap kasus Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia Saat Ini, yaitu masalah komoditi pangan
utama masyarakat Indonesia adalah karena kelangkaan beras atau nasi. Dimana hal tersebut yang
menyebabkan kelangkaan beras saat itu dari faktor kerawanan pangan di atas.

2.2 Distribusi Pangan


Distribusi pangan adalah tersedianya pangan dan pasokan secara merata sepanjang waktu
baik jumlah, mutu, aman dan keragamannya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat,
sedangkan akses pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk dapat
menjangkau/mendapatkan pemenuhan kebutuhan pangan sepanjang waktu baik jumlah, mutu,
aman, keragaman untuk menunjang hidup yang akif, sehat dan produktif.

Subsistem distribusi pangan merupakan salah satu subsistem dari sistem ketahanan pangan
yang mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin
agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup
sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Bervariasinya kemampuan produksi pangan
antar wilayah dan antar musim menuntut kecermatan dalam mengelola sistem distribusi,
sehingga pangan tersedia sepanjang waktu di seluruh wilayah.

Kinerja subsistem distribusi dipengaruhi oleh kondisi prasarana dan sarana, kelembagaan dan
peraturan perundangan. Penguatan di subsistem produksi/ketersediaan pasokan tidak akan
memberi nilai tambah bagi masyarakat apabila tidak didukung dengan berjalannya subsistem
distribusi. Melihat kondisi Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki variasi kemampuan
produksi antar wilayah dan antar musim, manajemen distribusi yang baik dan berpihak kepada
seluruh lapisan masyarakat sangat mutlak diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan
sepanjang waktu. Hal ini membawa konsekuensi bagi pemerintah untuk menciptakan
perundangan dan sebuah lembaga yang mampu memastikan terciptanya kondisi dimana seluruh
masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses pangan secara mudah dengan harga yang
rasional dan terjangkau sepanjang waktu.

Kebijakan menyerahkan kelancaran subsistem distribusi komoditi pangan pokok kepada


entitas bisnis dalam mekanisme pasar, tentu saja, akan memicu kerawanan sosial dan berpotensi
dimanfaatkan oleh spekulan tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional. Hal ini berkorelasi
dengan fluktuasi harga dan pasokan pada komoditi pangan pokok yang dampaknya akan
menimbulkan kerugian bagi konsumen rakyat. Hampir semua negara berkembang di dunia
memiliki perangkat hukum dan kelembagaan untuk melakukan intervensi kebijakan, dalam
rangka menjaga stabilitas harga dan pasokan untuk komoditi pangan strategis yang
mempengaruhi hidup orang banyak. Indonesia memiliki Bulog sebagai lembaga pangan yang
pada masanya diakui dapat menjamin bekerjanya subsistem distribusi secara optimal. Dalam
perjalananya, Bulog mengalami berbagai proses transformasi, semisal kelembagaan, dengan
pembatasan kewenangan berkaitan dengan kegiatan operasional dan pengelolaan komoditi

4
(hanya beras). Transformasi Bulog paling signifikan adalah akibat dari tekanan IMF dan World
Bank pada era liberalisasi, yang berakibat tereduksinya peran Bulog secara signifikan dalam
menunjang keberhasilan subsistem distribusi pangan. Bulog mempunyai beban untuk
menjalankan fungsi komersial, ditengah fungsi sosial menjaga stabilisasi harga pangan.

Indikator keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat pangan telah mencapai ke
konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup secara kuantitas, aman bagi kesehatan, bergizi
baik, sesuai selera konsumen, harganya terjangkau, dan tersedia sepanjang tahun.

Distribusi Pangan mempunyai tugas membantu Kepala Badan Ketahanan Pangan dalam
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Distribusi Pangan. Bidang
Distribusi Pangan mempunyai fungsi :

a. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pengkajian distribusi pangan dan harga ;
b. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional kelembagaan distribusi pangan
masyarakat ;
c. Menyiapkan bahan pemantauan distribusi dan harga pangan ;
d. Menyiapkan bahan pengkajian kelembagaan distribusi pangan masyarakat
e. Melaksanakan kegiatan identifikasi distribusi pangan ;
f. Melaksanakan pemetaan akses distribusi pangan ;
g. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi dalam melaksanakan
kegiatan ;
h. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas kedinasan.

2.3 Pemerataan Distribusi dan Pasokan Pangan


Konsep ketahanan pangan dapat diterapkan untuk menyatakan situasi pangan pada
berbagai tingkatan yaitu tingkat global, nasional, regional, dan tingkat rumah tangga serta
individu yang merupakan suatu rangkaian. Hal ini menunjukkan bahwa konsep ketahanan
pangan sangat luas dan beragam serta merupakan permasalahan yang kompleks. Ketahanan
pangan menghendaki ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan setiap rumah
tangga. Dalam arti setiap penduduk dan rumah tangga mampu untuk mengkonsumsi pangan
dalam jumlah dan gizi yang cukup. Ketersediaan bahan pangan bagi penduduk akan semakin
terbatas akibat kesenjangan yang terjadi antara produksi dan permintaan, adanya pangan yang
cukup bagi seluruh aspek yang membutuhkan dapat tergantung dari system distribsi pangan yang
terlaksana dengan baik.

Untuk wilayah Indonesia Bagian Timur, kepulauan dan perbatasan pada umumnya memiliki
pasokan bahan pangan yang masih kurang dan sangat kurang. Jika kesenjangan antara
ketersediaan dan kebutuhan pangan semakin besar maka akan berdampak pada stabilitas
ketahanan pangan wilayah.

Permasalahan utama yang menyebabkan kurangnya pasokan bahan pangan di wilayah yaitu
masalah distribusi pangan, dimana ada 4 akar permasalah, yaitu :

5
1. dukungan infrastruktur, yaitu kurangnya dukungan akses terhadap pembangunan sarana
jalan, jembatan, dan lainnya.
2. sarana transportasi, yakni kurangnya perhatian pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
serta masyarakat di dalam pemeliharaan sarana transportasi.

3. sistem transportasi, yakni sistem transportasi yang masih kurang efektif dan efisien.
Selain itu juga kurangnya koordinasi antara setiap moda transportasi mengakibatkan
bahan pangan yang diangkut sering terlambat sampai ke tempat tujuan.
4. masalah keamanan dan pungutan liar, yakni pungutan liar yang dilakukan sepanjang jalur
transportasi di Indonesia.

2.4 Saluran Distribusi


Saluran distribusi dapat diartikan sebagai suatu jalur yang dilalui oleh arus distribusi suatu
produk yang dihasilkan oleh produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke konsumen.

Saluran distribusi mempunyai tujuan membawa suatu produk ke suatu tempat (pasar)
sehingga konsumen dapat memperoleh produk tersebut. Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari
kegitaan saluran distribusi. Sehingga saluran distribusi dapat diartikan sebagai suatu jalur
perantara yang membawa suatu produk dari produsen untuk melakukan pemasaran mulai dari
tahap transportasi/pengangkutan, maupun penyimpanan suatu produk pemasaran hingga
mencapai konsumen akhir.

Pada umumnya, saluran distribusi untuk komoditas pertanian sangat panjang yang akan
menghubungkan dari produsen (petani) dimana produk pangan akan berpindahdari sisi produksi
ke sisi konsumenakhir. Proses distribusi tersebutdapat dilakukan oleh:

(i) pedagang pengumpul yang melakukan pengumpulan dari daerah produsen untuk
dibawa ke pasar atau ke industri pengolahan pangan sebelum sampai ke
konsumenakhir,
(ii) penggilingan, yang memproses gabah untuk dilakukan penggilingan sebelum di jual
kepasar;
(iii) pedagang besar/distributor/pedagang antar pulau dan antar wilayah untuk
mendistribusikan atau memasarkan di dalam atau luar wilayah produsenmaupun
dijual ke industri pengolahan sebagai bahan baku industripengolahan pangan, atau
(iv) pedagang pengecer di wilayah produsen dan lain-lain

2.5 Fungsi Distribusi


Dalam melakukan proses penyaluran, suatu produk/barang memerlukan lembaga-lembaga
distribusi/pemasaran yang akan menyalurkan atau menyampaikan produk atau jasa ke konsumen.
Lembaga distribusi/pemasaran khusus untuk komoditas pangan akan berusaha untuk memindahkan
secara cepat juga melakukan pertimbanganpertimbangan, seperti :

6
1. Letak geografis konsumen yang menyebar dan produsen pangan yang terbatas pada wilayah
-wilayah tertentu.
2. Waktu produk komoditas pertanian diproduksi tidak selalu bersamaan dengan waktu produk
tersebut dibutuhkan oleh konsumen.
3. Sifat produk yang tidak dapat disimpan terlalu lama dan mudah rusak sedangkan variasi/selera
konsumen sangat beragam.
4. Produsen dan konsumen sukar untuk saling mengetahui dan berkomunikasi kapan suatu produk
akan diproduksi,apa masalah yang dihadapi dalam mendistribusikannya.
5. Produk pertanian tidak dapat diproduksi secara massal dan sangat tergantung pada musim,
sedangkan kebutuhan konsumen sehari-hari sudah tertentu.

Oleh karena itu, setiap lembaga distribusi/pemasaran akan melakukan fungsi-fungsinya yang terdiri
dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi
pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi fisik terdiri dari fungsi pengangkutan, pengolahan, dan
penyimpanan. Sedangkan fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi, sortasi, grading,
pengepakan, pelabelan, penang-gungan resiko, pembiayaan, promosi, informasi pasar, dan
sebagainya.

7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Distribusi pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan yang peranannya
sangat strategis, apabila tidak dapat terselenggara secara baik dan lancar, bahan pangan yang
dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi pangan ini diharapkan dapat
terlaksana secara efektif, efisien dan merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan
pangan kebutuhan masyarakat. Gangguan distribusi pangan ini berdampak terhadap
kelangkaan bahan pangan dan kenaikan harga pangan serta berpengaruh terhadap rendahnya
akses pangan masyarakat karena daya beli bahan pangan menjadi menurun.

Keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat pangan telah mencapai ke
konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup secara kuantitas, aman bagi kesehatan,
bergizi baik, sesuai selera konsumen, harganya terjangkau, dan tersedia sepanjang tahun.
Ketahanan Pangan bagi masyarakat akan terealisasi dengan baik jika terjadi kelancaran
dalam Distribusi Pangan.

B. Saran
Ketahanan pangan di Indonesia harus ditingkatkan dan dimantapkan karena pangan merupakan
salah satu pengukur tingkat kesejahteraan bagi Indonesia, oleh karena itu solusi dan saran dari
kelompok kami adalah :

 Mengembangkan Pangan lokal sebagai pengganti beras yang merupakan kebutuhan


pokok
 Petani sebagai jantung dari ketahanan pangan harus mendapat fasilitas dan dukungan dari
pemerintah sehingga dapat menghasilkan produk yang kualitas dan kuantitasnya selalu
mengalami peningkatan
 Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat harus semakin kondusif sehingga
mendukung ketahanan pangan
 Ketahanan Pangan harus dimulai dari tingkat rumah tangga

8
Daftar Pustaka

Kaman nainggolan, 2008. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 6 No.2. Jurnal KETAHANAN
DAN STABILITAS PASOKAN, PERMINTAAN, DAN HARGA KOMODITAS PANGAN
(https://media.neliti.com/media/publications/54578-ID-ketahanan-dan-stabilitas-pasokan-permint.pdf)
diakses pada 23 oktober 2020

https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ketahanan_pangan&action=edit&section=6

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25412/4/Chapter%20I.pdf

Emy Rahmawati, 2012. Aspek Distribusi pada Ketahanan Pangan Masyarakat di Kabupaten Tapin, Jurnal
Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03 September

Suryana, Akhmad. 2003. Kebijakan Ketahanan Pangan. Dalam kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan
Ketahanan Pangan. BPFE. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai