2014
INDONESIA
TANAH UNTUK
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Topik Utama
RPJMN 2015-2019
Ringkas Buku
Konsep Dasar
Reforma Agraria
Rancangan Teknokratik
RPJMN Bidang Pertanahan
DAFTAR ISI
Dari Redaksi
Pertanahan untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Fokus
3
11
INDONESIA
Reforma Agraria :
Sejarah, Konsep, dan Implementasinya
Sejarah Pelaksanaan Reforma Agraria
di Indonesia dari Masa ke Masa
TIM REDAKSI
Pelindung:
Deputi Bidang Pengembangan Regional
dan Otonomi Daerah
Rancangan Kebijakan
15
Roadmap Penyusunan
Kebijakan Reforma Agraria di Indonesia
Penanggung Jawab:
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
Agenda
17
Pemimpin Redaksi :
Hari Agraria
Nasional
Kasubdit Pertanahan
Pelaksanaan Kegiatan
19
21
Raffli Noor
Redaksi:
Ringkas Buku
23
Editor:
25 Kumpulan Artikel
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
DARI REDAKSI
Pertanahan
untuk
Kesejahteraan
Masyarakat
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
FOKUS
Reforma Agraria :
Sejarah, Konsep, dan Implementasinya
Oleh: Oswar Mungkasa
Salah satu program prioritas dari pemerintahan baru adalah reforma agraria, yang
secara jelas tercantum dalam dokumen Visi Misi dan Program Aksi. JALAN
PERUBAHAN untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian (Nawacita).
Reforma agraria menjadi bagian kelima Nawacita, yaitu kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Tulisan berikut menjelaskan secara ringkas sejarah awal, konsep dasar dan pembelajaran implementasi di Indonesia.
A. Pemahaman Dasar
Pengertian Reforma Agraria
Secara etimologis, kata agraria berasal dari kata bahasa
Latin ager yang artinya sebidang tanah (bahasa Inggris acre).
Kata bahasa Latin aggrarius meliputi arti yang ada hubungannya
dengan tanah, pembagian atas tanah terutama tanah umum,
bersifat perdesaan. Kata reform merujuk pada perombakan,
mengubah dan menyusun/membentuk kembali sesuatu menuju
perbaikan. Dengan demikian, reforma agraria dapat diartikan
secara sederhana sebagai penataan kembali struktur pemilikan,
penguasaan, dan penggunaan tanah/wilayah, demi kepentingan
petani kecil, penyakap, buruh tani (Rolaswati, tanpa tahun).
Sementara pengertian reforma agraria yang lebih lengkap
(Tuma, 1965) adalah suatu upaya sistematik, terencana, dan
dilakukan secara relatif cepat, dalam jangka waktu tertentu dan
terbatas, untuk menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial
serta menjadi pembuka jalan bagi pembentukan masyarakat
'baru' yang demokratis dan berkeadilan; yang dimulai dengan
langkah menata ulang penguasaan, penggunaan,dan
pemanfaatan tanah dan kekayaan alam lainnya, kemudian
disusul dengan sejumlah program pendukung lain untuk
meningkatkan produktivitas petani khususnya dan
perekonomian rakyat pada umumnya (Bachriadi, 2007)
Landreform atau Reforma Agraria
Istilah landreform pertama kali dicetuskan oeh Lenin dan
banyak digunakan di negara komunis atau blok timur pada saat
itu dengan adagium land to the tiller untuk memikat hati
rakyat dan petani yang menderita karena tekanan tuan tanah,
untuk kepentingan politis (Sumaya, 2003).
Tentu saja pemahaman ini berbeda dengan yang
dipergunakan di Indonesia. Pengertian landreform dalam UUPA
dan UU Nomor 56 Prp Tahun 1960 merupakan pengertian
dalam arti luas sesuai pengertian FAO (Food and Agriculture
Organization) yaitu meliputi program tindakan yang saling
berhubungan yang bertujuan untuk menghilangkan penghalang
di bidang ekonomi, sosial yang timbul dari kekurangan yang
terdapat dalam struktur pertanahan (Hermawan, 2003)
Sementara dalam PP Nomor 224 Tahun 1961 tentang
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian,
dijelaskan bahwa landreform bertujuan mengadakan
pembagian yang adil dan merata atas sumber penghidupan
rakyat tani yang berupa tanah, sehingga dengan pembagian
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
Sebagian besar materi sejarah reforma agraria disarikan dari Pengaruh Reforma Agraria Dunia terhadap
Reforma Agraria di Indonesia oleh Devi Kantini Rolaswati, tanpa tahun.
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
barillacfn.com
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
FOKUS
Sejarah Kebijakan Pertanahan
1945
1960
1967
1997
2005
kini
Kebijakan pertanahan periode ini difokuskan pada pembenahan penguasaan dan pemilikan dari sistem kolonialis
menjadi sistem nasional. Dalam periode ini penguasaan dan kepemilikan asing dinasionalisasi. Dan penguasaan,
pemilikan tanah luas, perdikan, swapraja, partikelir, dan lainnya yang tidak sesuai dengan jiwa kemerdekaan diatur
kembali penggunaan dan penguasaanya oleh negara untuk kepentingan nasional.
Di masa ini, kebijakannya melanjutkan kenijakan yang telah dijalankan sebelumnya, dalam periode ini kebijakan
diarahkan pada distribusi dan redistribusi tanah oleh negara yang diperuntukkan kepada petani gurem/petani
penggarap dan buruh tani. Periode ini dikenal dengan periode Land Reform.
Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional, pada periode ini pembangunan pertanahan
diarahkan untuk mendukung kebijakan penanaman modal atau investasi, tanpa meninggalkan kebijakan untuk
sertipikasi tanahtanah golongan ekonomi lemah.
Di awal era reformasi, kebijakan pertanahan lebih diarahkan pada kebijakankebijakan yang langsung menyentuh
masyarakat, yang menekankan pada pendaftaran tanah yang dikuasai/dimiliki golongangolongan tidak mampu.
Pada periode ini, kebijakan pertanahan diarahkan pada "tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat". Periode ini
ditandai dengan kebijakan penertiban tanah terlantar, penyelesaian sengketa, redistribusi tanah, peningkatan
legalisasi asettanah masyarakat yang diimplementasikan melalui Reforma Agraria.
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
FOKUS
Pemerintah dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor
48 Tahun 1999 tentang Tim Pengkajian Kebijaksanaan dan
Peraturan Perundangundangan dalam rangka Pelaksanaan
Landreform.
Pada tahun 2001, MPR kembali menelurkan TAP MPR
Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam, yang mencantumkan prinsip
dan arah kebijakan pembaharuan agraria di Indonesia.TAP MPR
ini kemudian ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Keputusan
Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di
Bidang Pertanahan, yang secara jelas mencantumkan langkah
langkah percepatan reforma agraria berupa penyempurnaan
UUPA No 5/1960 dan regulasi lainnya, serta pembangunan
sistem informasi dan manajemen pertanahan.
Baru pada tahun 2006, pelaksanaan reforma agraria
dinyatakan secara tegas sebagai program pemerintah dengan
menetapkannya sebagai salah satu fungsi Badan Pertanahan
nasional (BPN) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10
Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. Dari 21 fungsi
yang diemban BPN, secara jelas
dicantumkan salah satunya adalah
reformasi agraria. Selain itu, BPN
bertanggungjawab langsung kepada
Presiden. Dengan demikian, Perpres
ini merupakan upaya memperkuat
aspek kelembagaan dari pelaksanaan
reforma agraria. Untuk lebih
memudahkan dalam memperoleh
tanah sumber redistribusi kemudian
diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, yang memberi
peluang bagi penetapan tanah terlantar jika tanah tidak
dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan
haknya.
Terlepas dari peraturan perundangundangan dan regulasi
yang ada, pada dasarnya sejak awal MPR telah menunjukkan
keinginan yang teguh untuk mendorong agar pemerintah
melaksanakan program landreform. Terbukti dari pencantuman
frasa penataan kembali penggunaan, penguasaan dan
pemilikan tanah sehingga benarbenar sesuai dengan asas adil
dan merata, termasuk menjadikan program transmigrasi
sebagai bagian dari upaya landreform, pada setiap Garis Besar
2
Haluan Negara (GBHN) . Bahkan dalam GBHN 1988 secara
khusus terdapat frasa perlu dicegah pemilikan tanah
perseorangan secara berlebihan, serta pembagian tanah
menjadi sangat kecil sehingga tidak menjadi sumber kehidupan
yang layak (Hendrawan, 2003)
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
Pasal 4 berbunyi negara mengatur pengelolaan sumberdaya agraria dan sumberdaya alam untuk
sebesar besar kemakmuran rakyat
tempokini.com
Berdasar PP Nomor 224 Tahun 1961 Jo. PP Nomor 41 Tahun 1961 menyebutkan tanah obyek landreform
adalah (i) tanah kelebihan maksimum, (ii) tanah absente, (iii) tanah swapraja dan bekas swapraja, (iv)
tanah lain yang dikuasai Negara.
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan landreform di Indonesia dapat dibagi dalam
2 (dua) periode, yaitu periode pertama (19621965) dan periode
kedua (setelah 1977). Pada masa 19651977, program
landreform mengalami stagnasi. Secara yuridis, landreform
telah dimulai sejak berlakunya PP Nomor 224 Tahun 1961,
walaupun konkritnya baru pada tahun 1962.
Pembelajaran Indonesia
Pembelajaran pelaksanaan landreform dan reforma agraria di
Indonesia dapat dikategorikan dalam 2 tahapan pelaksanaan
yaitu sebelum reformasi dan setelah reformasi.
A. Sebelum Reformasi
Pelaksanaan landreform terkendala oleh setidaknya 2 (hal)
mendasar, yaitu (i) penegak hukum belum memahami
sepenuhnya isu agraria, (ii) pemahaman agraria di kalangan
akademisi masih terbatas pada aspek hukumnya saja,
sementara agraria mencakup sosial, ekonomi, budaya,
lingkungan, politik, bahkan pertahanan dan keamanan
(Shohibuddin dan Salim, 2012).
Walf Ladejinsky, seorang arsitek landreform di Jepang,
menyampaikan 2 (dua) kritik utama terkait pelaksanaan
landreform di Indonesia, yaitu (i) ketidakkonsistenan antara
gagasan dan pelaksanaan. Pelaksanaan gagasan yang
dipandang revolusioner terhambat oleh birokrasi yang
berbelitbelit dan data yang tidak akurat (ii) model
redistribusi tidak sesuai dengan kondisi obyektif di lapangan.
Misal, batasan kepemilikan minimum 2 (dua) ha tidak realistis
disebabkan tidak jelas jumlah penerima dan tanah yang
menjadi obyek landreform (Shohibuddin, 2012).
Hal ini juga didukung oleh hasil pengamatan Herawan
(2003), yang menyatakan bahwa landreform hanya berhasil
dilaksanakan terhadap tanah negara sementara dari sumber
tanah kelebihan maksimum dan absentee masih belum dapat
dilaksanakan.Kendala utamanya adalah (i) belum tersedia
data yang akurat mengenai obyek serta subyek tanah; (ii)
kebanyakan pemilik tanah yang melebihi ketentuan
maksimum dan tanah absente adalah para penguasa dan
pengusaha yang berpengaruh.
Berdasar pengalaman berhentinya program landreform
antara tahun 19651967, dapat disimpulkan bahwa kondisi
politik juga dapat mempengaruhi pelaksanaan program
sejenis landreform. Apalagi dengan adanya stigma
landreform adalah produk negara komunis.
Pada saat pemerintah sedang gencar melaksanakan
revolusi hijau sebagai upaya swasembada beras, ternyata
membawa konsekuensi akumulasi penguasaan tanah pada
golongan petani tertentu, bahkan bagi petani kecil
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
FOKUS
Pembelajaran
Reforma Agraria:
Berkaca dari Mancanegara
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
10
FOKUS
Sejarah Pelaksanaan
Reforma Agraria di Indonesia
dari Masa ke Masa
Era Pemerintahan Presiden Soekarno
Pasca kemerdekaan di era Presiden Soekarno, Landreform di
Indonesia di atur dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokokpokok Agraria (UUPA), dan merupakan salah satu
tonggak utama pelaksanaannya di Indonesia. Terdapat lima
program atau panca program yang harus dilaksanakan dalam
UU tersebut, yaitu:
1. Pembaharuan Hukum Agraria, melalui unikasi hukum
yang berkonsepsi nasional dan pemberian jaminan
kepastian hukum;
2. Penghapusan terhadap segala macam hakhak asing
dan konsesikonsesi kolonial atas tanah;
3. Mengakhiri penghisapan feodal secara
berangsurangsur;
4. Perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan
tanah serta berbagai hubunganhubungan hukum yang
berkaitan dengan pengusahaan atas tanah dalam
mewujudkan pemerataan kemakmuran dan keadilan;
5. Perencanaan persediaan, peruntukan bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta
penggunaannya secara terencana sesuai dengan daya
dukung dan kemampuannya.
suaratani.blogspot.sg
INDONESIA
11 Edisi 1 - 2014
Era Reformasi
Program keagrariaan yang dimulai pada tahun 1997 ini,
diwujudkan dengan dibentuknya Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan Menteri
Agraria, serta Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 sebagai teknis
pelaksanaan Proyek Administrasi Pertanahan (PAP). Proyek
tersebut berupa sertikasi dan penertiban administrasi
pertanahan yang dijalankan oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN). Proyek ini direncanakan selama 25 tahun, dengan target
pensertipikatan 77 juta bidang tanah (Soehendra, 2010).
Lalu dikembangkan pula program pengembangan kebijakan
dan manajemen pertanahan yang mencakup kegiatan
pengembangan kebijakan pertanahan, peningkatan kapasitas
kelembagaan, percepatan pendaftaran tanah, pengembangan
sistem informasi pertanahan dan peningkatan kapasitas
pemerintah daerah dalam pelaksanaan manajemen
pertanahan, yang dikenal sebagai Land Management and Policy
Development (LMPDP). Instansi pelaksana program ini adalah
Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kementerian Dalam Negeri
(dahulu Departemen Dalam Negeri) dan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas).
asiapacic.anu.edu.au
disnak.jabarprov.go.id
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
12
Dalam keberjalanannya, Kepala BPN RI periode 20042009, Joyo Winoto, mengusung konsepsi propoor agrarian reform sebagai
upaya bersama pemerintah dan kekuatankekuatan sosial masyarakat untuk menata kembali distribusi penguasaan tanah yang
timpang, dengan bertumpu pada adanya organisasiorganisasi rakyat miskin pedesaan yang otonom; digalangnya koalisi politik
yang luas dan proreforma agraria; disalurkannya investasi publik, kredit pemerintah, dan asistensi teknis yang besar; dan
dijalankannya strategi pembangunan propoor yang berorientasi pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity).
Pada Tahun 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengarahkan pelaksanaan Reforma Agraria dilakukan secara bertahap,
dengan tujuan reforma agraria yang dirumuskan adalah (i) menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan
tanah kearah yang lebih adil; (ii) mengurangi kemiskinan; (iii) menciptakan lapangan kerja; (iv) memperbaiki akses rakyat kepada
sumbersumber ekonomi, terutama tanah; (v) mengurangi sengketa dan konik pertanahan; (vi) memperbaiki dan menjaga
kualitas lingkungan hidup; dan (vii) meningkatkan ketahanan pangan.
Dalam mekanisme penyelenggaraan reforma agraria, melingkupi empat kegiatan utama (Shohibuddin dkk 2007; Winoto 2008),
yakni penetapan objek, penetapan subjek, sistem mekanisme dan delivery system, dan pengembangan reforma akses.
Model dan Mekanisne PPAN
Access Reform
Obyek
Infrastruktur dan
Sarana Produksi
Penetapan
Obyek PPAN
Model II
(S O)
Model III
(O S)
Model I
(O S)
Pembinaan dan
Bimbingan Teknis
Permodalan
Penetapan
Subyek PPAN
Distribusi dan
Pemasaran
Subyek
Dukungan Lainnya
Gambar Alur Penetapan Obyek, Penetapan Subyek, Mekanisme dan Delivery System Aset Tanah, dan Penyediaan Akses
Pada kegiatan penetapan objek Reforma Agraria, tanah objek yang dimaksud merupakan tanah negara dari berbagai sumber yang
menurut peraturan perundangundangan dapat didistribusikan ke masyarakat, dan dalam pengalokasiannya mempertimbangkan
karakteristik sebaran penduduk berdasarkan wilayah kepadatan penduduk. Lalu pada penetapan subjek Reforma Agraria
(penerima manfaat), secara prinsip dialokasikan untuk rakyat miskin, dengan kriteria yang disusun dan pertimbangan standar
kemiskinan.
Berusia
minimal
18 tahun
atau
sudah
menikah
Warga
Negara
Indonesia
Kemaauan yang
tinggi untuk
mendayagunakan
tanah
Memiliki aset
yang bernilai
< 15 juta
rupiah
URUTAN
PRIORITAS
a. Tidak memiliki tanah (landless).
b. Jumlah tanggungan keluarga.
c. Lamanya bertempat tinggal
d. Mata pencaharian
e. Pendidikan
Miskin
Pembobotan
INDONESIA
13 Edisi 1 - 2014
FOKUS
Penyusunan penerima manfaat akan didasarkan pada
pendekatan hakhak dasar rakyat (basic rights approach) yang
merupakan hak yang universal dan dijamin oleh konstitusi. Dari
sini diperoleh tiga variabel pokok dalam menentukan kriteria,
yaitu kependudukan, sosialekonomi, dan penguasaan tanah
(Winoto 2007). Dari ketiga variabel ini ditetapkan kriteria
umum, kriteria khusus dan urutan prioritas.
Penduduk
Setempat
1
2
3
4
Buruh
Tani
Petani Gurem
5
Petani
6
Penduduk Miskin
Subjek Lain
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
14
RANCANGAN KEBIJAKAN
Roadmap
Penyusunan Kebijakan
Reforma Agraria di Indonesia
Redistribusi tanah (land reform) merupakan salah satu
bagian dari agrarian reform, atau yang sering disebut dengan
reforma agraria. Berdasarkan TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam,
Reforma Agraria dinyatakan sebagai pembaruan agraria yang
mencakup suatu proses berkesinambungan berkenaan dengan
penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan
pemanfaatan sumber daya agraria, yang dilaksanakan dalam
rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Reforma Agraria melalui Program Pembaruan Agraria
Nasional (PPAN) telah menjadi komitmen Pemerintah dalam
upaya memperbaiki permasalahan utama pada ketimpangan
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
(P4T). Salah satu tantangan pelaksanaan redistribusi tanah
sebagai bagian Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)
adalah belum tersedianya kerangka waktu pelaksanaan.
Pengalaman beberapa negara dalam melaksanakan reforma
agraria, misalnya di Filipina yang membutuhkan waktu 14 tahun
dalam upaya redistribusi tanpa pengembangan teknologi dan
tanpa penyelesaian konflik skala besar dan 8 tahun selanjutnya
berupa penerapan teknologi usaha tani untuk pertanian lahan
sawah. Sedangkan di Brasil, membutuhkan waktu 8 tahun untuk
melakukan redistribusi tanah yang dampaknya menyelesaikan
konflik agrobisnis dengan keluarga petani, kompensasi sosial
serta distribusi kekayaan.
Sebagai gambaran pengalaman negaranegara lain, Filipina
berhasil melakukan redistribusi seluas 5,96 juta Ha, Thailand telah
melakukan redistribusi tanah seluas 6,22 juta Ha, dan Brasil telah
menyelesaikan sengketa dan konflik pertanahan skala besar dan
redistribusi tanah seluas 85,8 juta Ha. Mengingat kebutuhan
Indonesia untuk menyelesaikan konflik skala besar dan
mengakomodasi pengembangan teknologi pertanian dan
pangan, maka diusulkan redistribusi tanah dilaksanakan dalam
kurun waktu sepuluh tahun secara bertahap.
Reforma Agraria secara ideal terdiri dari redistribusi tanah
(Asset Reform) dan Reforma Akses (Access Reform). Penyediaan
input sumber daya pendamping bagi penerima program
redistribusi tanah atau populer yang disebut Reforma Akses,
merupakan upaya mengeluarkan penduduk miskin dari jebakan
kemiskinan (poverty trap), karena dalam pelaksanaan kebijakan
redistribusi tanah banyak terjadi penyimpangan berupa
pengalihan hak atas tanah yang telah diserahkan. Pemerintah
perlu melengkapi pemberian bidang tanah dengan sumber daya
lain yang dibutuhkan oleh penduduk miskin penerima untuk
frewaremini.com
INDONESIA
15 Edisi 1 - 2014
2019
2018
2017
Pelaksanaan
Reforma Agraria
2016
2015
2014
2013
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
16
AGENDA
Satu
yang tidak
terpisahpisahkan
17
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
18
PELAKSANAAN KEGIATAN
Uji Coba Reforma Agraria
di Provinsi Bangka Belitung
dan Jawa Tengah
Reforma Agraria adalah kebijakan Pemerintah yang
bertujuan untuk mengurangi ketimpangan penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T). Hal ini
menjadi penting mempertimbangkan luas wilayah darat
nasional di luar kawasan hutan seluas 65 juta Ha, hanya sekitar
39,6 juta Ha yang dikuasai oleh petani. Sensus pertanian 2013
menunjukkan 26,14 juta rumah tangga tani hanya menguasai
lahan ratarata 0,89 hektar (Ha) dan 14,25 juta rumah tangga
tani hanya menguasai lahan kurang dari 0,5 Ha per keluarga.
Sehingga pada kondisi ini, perlu upaya mengurangi
ketimpangan, melalui kegiatan pemberian tanah yang dikenal
dengan redistribusi tanah atau landreform. Kegiatan ini
sebenarnya telah dilaksanakan sejak tahun 1961, namun
kegiatan Reforma Agraria ini sempat terhenti pada tahun 1965
setelah terjadi tragedi G 30 S PKI, dan pada zaman Orde Baru,
program reforma agraria dicoba untuk kembali dilaksanakan.
Dengan kondisi dan kendala tersebut, Tim Koordinasi
Strategis Reforma Agraria Nasional bergerak menginisiasi
kembali pelaksanaan Reforma Agraria yang sempat terhenti
dengan Uji Coba (Pilot Project). Reforma Agraria yang
dikonsepkan oleh Tim Koordinasi ini, tidak hanya redistribusi
tanah, namun juga didampingi oleh Reforma Akses. Reforma
Akses yang dimaksud adalah sumber daya lain yang
dibutuhkan penduduk miskin penerima untuk dapat
mengolah dan memanfaatkan tanah redistribusi.
Model pelaksanaan Uji Coba (Pilot Project) Reforma Agraria
oleh Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional,
dilakukan dalam 2 skema, yaitu (i) Skema Aset mengikuti Akses,
dengan mengarahkan pelaksanaan program K/LPemda yang
memberikan pemberdayaan pada lokasilokasi program
redistribusi tanah yang telah dilakukan BPN, dan (ii) Skema
Aset mengikuti Akses, pendekatannya BPN menyesuaikan/
mengarahkan rencana lokasi program legalisasi aset tanah,
pada lokasi program K/LPemda yang telah memberikan
Kondisi lahan yang akan menjadi target bidang redistribusi tahun depan, berada disekitar area lahan redistribusi tahun 2013
Dok. Dit TRP Bappenas
INDONESIA
19 Edisi 1 - 2014
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
20
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan Program
Agraria Daerah di
Provinsi Kalimantan Timur
Secara nasional, data dari Badan Pertanahan Nasional
(BPN) menunjukan bahwa jumlah total bidang tanah
yang telah bersertipikat di Indonesia hingga tahun 2013
mencapai 44.982.125 bidang tanah atau 51,80 persen
dari jumlah keseluruhan 86.845.839 bidang tanah yang
ada di Indonesia. Salah satu program pemerintah di
bidang pertanahan adalah penerbitan sertipikat tanah
(legalisasi aset) bagi masyarakat melalui kegiatan
Program Nasional Agraria (PRONA) yang dibiayai
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
INDONESIA
21 Edisi 1 - 2014
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
22
RINGKAS BUKU
TANAH: Dalam Perspektif
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Buku "TANAH: Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya" karya
Prof. Dr. Maria S.W. Sumardjono, SH. MCL. MPA., berisi kumpulan artikel terpilih
beliau yang pernah disampaikan pada berbagai temu ilmiah terkait dengan
pertanahan sebagai hak dasar setiap orang yang keberadaannya dijamin dalam
UndangUndang Dasar 1945. Buku ini terdiri atas 4 Bab yang mengemukakan
berbagai hal mengenai perkembangan hukum pertanahan dan kebijakan pertanahan
(termasuk mengenai pembaruan agraria); hak atas tanah, hak ulayat, dan hak
pengelolaan; serta beberapa isu dalam perolehan tanah oleh pemerintah.
Bab I Pendahuluan.
Pada bagian ini, Guru Besar Hukum Pertanahan Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta tersebut mengungkapkan mengenai
hak atas tanah yang merupakan hak ekonomi, sosial dan
budaya yang diatur dalam UU No. 11/2005 Tentang Pengesahan
International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
(Kovenan Internasional tentang Hakhak Ekonomi, Sosial dan
Budaya). Beliau juga menyatakan bahwa dalam perjalanan
waktu terjadi pergeseran kebijakan pertanahan dari yang
semula berciri populis (pada era 1960an dengan ditetapkannya
UUPA) ke arah kebijakan yang cenderung prokapital yang
terjadi karena pilihan orientasi kebijakan ekonomi.
Bab II Perkembangan Hukum Pertanahan dan Kebijakan
Pertanahan.
Prof. Maria menyampaikan pokokpokok pikiran seputar
UndangUndang No. 5/1960 (UUPA) terkait dengan aspek
yuridis penguasaan dan pemilikan tanah perkotaan.
Pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya nilai ekonomis tanah
mengakibatkan semakin tajamnya kesenjangan sosial antara
mereka yang mempunyai akses yang memungkinkan
penguasaan tanah bangunan yang melampui batas kewajaran
dihadapkan dengan mereka yang paling membutuhkan tanah,
namun berada dalam posisi yang tersudutkan. Hal ini
memunculkan kembali ide alternatif pemecahan masalah
melalui pengendalian pemilikan dan penguasaan tanah
bangunan. Untuk itu, perlu dilakukan adanya kewajiban untuk
mendaftarkan tanah, pengaturan tentang penelantaran tanah,
dan pengaturan tentang pemberian dan penggunaan kuasa di
bidang pertanahan.
Pada bagian ini dijelaskan juga mengenai pentingnya upaya
harmonisasi perwujudan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan
kepentingan investasi yang difokuskan pada kesiapan hukum
tanah menjelang pelaksanaan secara penuh sistem
perdagangan bebas dengan menitikberatkan pada kualitas
peraturan perundangundangan yang diperlukan. Intensitas
pembangunan yang menuntut penyediaan tanah yang relatif
luas untuk berbagai keperluan (permukiman, industri, berbagai
prasarana) memaksa alih fungsi tanah pertanian, terutama di
INDONESIA
23 Edisi 1 - 2014
disbudpar.bantenprov.go.id
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
24
KUMPULAN ARTIKEL
Diskusi Panel: Reformasi Pertanahan melalui
Kementerian Agraria
http://www.trp.or.id/detailberita/309/ReformasiPertanahanmelalui
KementerianAgraria.html
Reforma Agraria
dalam rangka Ketahanan Pangan
http://www.trp.or.id/detailberita/324/ReformaAgrariadalamrangka
KetahananPangan.html
INDONESIA
25 Edisi 1 - 2014
st
edi
ribusi Tana
Sertipikasi Tanah
Lintas Sektor
630.641 bidang
7.482 Bidang
1.03
3
12,
279.587
153.089
36.580
18.397
55.185
da
n
Ta
na
h
Ta
na
h
Pe
ta
ni
CAPAIAN
REDISTRIBUSI TANAH
DAN LEGALISASI ASET
2004 - 2013
Ne
la
ya
Ta
n
M na
en h
en Us
ga ah
h aK
(U e
Ta
KM cil
na
)
h
Tr
an
sm
Be
ig
ra
rp Ta
si
en na
gh h
as Ma
ila sy
n ar
Re ak
nd at
Ta
ah
na
Pa h M
a
sc s
a ya
Be ra
nc ka
an t
a
87.803
5.122.937 BIDANG
Redistribusi Tanah
(bidang)
(bidang)
(bidang)
(bidang)
Sertipikasi Tanah
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(bidang)
(bidang)
(bidang)
INDONESIA
Edisi 1 - 2014
26
Kementerian PPN/Bappenas
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Gedung Madiun Lt 3
Jl. Taman Suropati No 2. Menteng. Jakarta Pusat.
Telp/Fax: 021-3926601
Email: landspatial@gmail.com
MEMPERINGATI LAHIRNYA
UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA KE-54
agrariaindonesia.org
INDONESIA