LATAR KEKUASAAN
BELAKANG DAN KONSEP
PEMERINTAHAN MUNCULNYA WEWENANG KEPEMILIKAN ANALISIS
LOKAL KEKUASAAN ADAT DI TANAH ADAT STUDI KASUS
ADAT DI TINGKAT MINANGKABAU
TINGKAT LOKAL LOKAL
Pemerintahan Lokal
pemerintahan Lokal berasal dari praktik pemerintahan di Eropa
pada abad 11 & 12. berawal dari satuan wilayah di tingkat dasar
yang merupakan komunitas swakelola yang disebut municipal
(kota), county (kabupaten), commune/gementee (desa). entitas
kolektif yang didasarkan hubungan saling mengenal,membantu
dalam ikatan genealogis maupun teritorial-eksistensi membuat
lembaga sesuai adat istiadatnya.
Fenomena ini jika di Indonesia seperti omunitas asli penduduk yang disebut desa,
nagari sumbar, dan gampoang aceh, marga sumsel, kampung kaltim.
SISTEM SENTRALISASI di MASA orde baru
Dalam sistem sentralisasi pemerintah daerah tidak mempunyai hak dan wewenang untuk membuat
peraturan sesuai daerah, kewenangan lokal dan adat di semua daerah mulai terkikis. Tentunya,
masyarakat adat merasa kesusahan dengan peraturan ini karena adat dan budayanya serasa
diseragamkan’ oleh pemerintah pusat dengan diadakannya pemerintah desa. Adanya pemerintah
desa ini tentunya menghilangkan kewenangan adat lokal yang bertahun-tahun mengisi peran
pemerintahan lokal.
Hukum adat masih diakui oleh negara sebagai alat kontrol sosial yang
sangat penting dan nomor satu untuk memprediksi dan mencegah
konflik hukum dalam masyarakat. Hukum adat yang diatur oleh
pemerintah, melahirkan hak-hak yang berbeda tergantung pada teritori
dimana adat itu berbeda, karena setiap adat di Indonesia memiliki corak,
kondisi sosial, dan ciri khas yang berbeda, maka akan ada perbedaan
pula di setiap peraturan daerah yang disusun dan disahkan.
Wewenang Adat
di Tingkat Lokal
Proses pembangunan JTTS (Jalan Tol Trans Sumatera) yang tidak kunjung selesai
hingga saat ini, terdapat beberapa kendala. Diantaranya, adanya kasus korupsi,
kemudian secara background, proyek ini tidak layak secara finansial, serta adanya
kendala pembebasan lahan. JTTS merupakan rangkaian jalan sepanjang ± 2.818 km
yang berfungsi sebagai penghubung antarkota di sepanjang pulau Sumatera, mulai
dari kota Lampung sampai kota Banda Aceh.
Hak-hak adat mempengaruhi proses pembangunan JTTS dikarenakan adanya
penolakan yang dilakukan oleh masyarakat adat di Nagari Sungai Abang, Nagari
Lubuk, Nagari Alung, dan Nagari Sicinicn. Agung Fajarwanto, Senior Executive Vice
President dari Divisi Pengembangan Jalan Tol Hutama Karya memaparkan bahwa
penolakan yang terjadi karena lahan yang dibangun jalan tol tersebut merupakan
tanah pusaka atau tanah adat yang telah diwariskan oleh leluhur terdahulu.
Didalam hukum adat, khususnya hak tradisional masyarakat adat memiliki Hak
Ulayat dan Pengelolaan Tanah Ulayat. Pada kasus pembangunan JTTS ini pula,
perlu diperhatikan terkait pengadaan lahan yang melewati tanah pusaka, dalam
Undang-Undang Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat No.6 Tahun 2008
terkait Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Ulayat, dalam Pasal 9 Ayat (2) yang
menjelaskan terkait pemanfaatan Tanah Ulayat untuk kepentingan umum yang
dapat dilakukan dengan cara penyerahan tanah oleh penguasa dan pemilik 10
Irene Mariane, Kearifan Lokal Pengelolaan Hukum Adat, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2014), hal. 78-79. 10 ulayat merujuk pada kesepakatan anggota
Masyarakat Adat yang bersangkutan, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e i p l n
k s m u a
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh hukum adat terhadap pengadaan lahan
dalam proses pembangunan Tol Trans Sumatera yaitu kekuasaan adat yang sangat
besar yang dapat mempengaruhi Pemerintahan Lokal Sumatera Barat, dimana
dalam adat Minangkabau Sumatera Barat terdapat sebuah peraturan adat yang
disebut dengan tanah ulayat nagari yang memberikan hak kepada ninik mamak
atau kepala adat untuk memperoleh tanah, hukum adat ini semakin erat karena
tercantum dalam pada amanat UUPA Pasal 3.
Pada akhirnya, TAP MPR disahkan, yang di dalamnya termasuk pelaksanaan
otonomi daerah, di mana kendali daerah diserahkan kepada pemerintahan lokal.
Memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk membuat peraturan
yang sesuai dengan kondisi dan budaya daerah tertentu.
Ada
Pertanyaan?
w i
n