Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH HUKUM ADAT MINANGKABAU

TERHADAP PENGADAAN LAHAN


DALAM PROSES PEMBANGUNAN TOL TRANS SUMATERA
Dasar Dasar Ilmu Pemerintahan
Dosen Pengampu : Ruth Agnesia Sembiring, S.sos., M.A.
d n
N I S R I N A K H A N S A A N J A N I
o
A I S H A D J O D Y S H A N A T A
R A F I K H A I R A N
P R I M A S W . S I M A N J U N T A K
N A J W A S A F I N A N U R H A L I Z A
H A I Q A L F A Z E L P A S Y A A S A R I
S I T I U L U L A Z ’ M I A
A D I N D A R E S I N T A D W I F I T R I A
H U D Z A I F I A B D I L L A H
F A R A D I V A D E V I N D A S E N A N D A
A D A M A N U G R A H H A R I Y A D I
Hal
Hal Yang
Yang Akan
Akan Dibahas
Dibahas

LATAR KEKUASAAN
BELAKANG DAN KONSEP
PEMERINTAHAN MUNCULNYA WEWENANG KEPEMILIKAN ANALISIS
LOKAL KEKUASAAN ADAT DI TANAH ADAT STUDI KASUS
ADAT DI TINGKAT MINANGKABAU
TINGKAT LOKAL LOKAL
Pemerintahan Lokal
pemerintahan Lokal berasal dari praktik pemerintahan di Eropa
pada abad 11 & 12. berawal dari satuan wilayah di tingkat dasar
yang merupakan komunitas swakelola yang disebut municipal
(kota), county (kabupaten), commune/gementee (desa). entitas
kolektif yang didasarkan hubungan saling mengenal,membantu
dalam ikatan genealogis maupun teritorial-eksistensi membuat
lembaga sesuai adat istiadatnya.

Fenomena ini jika di Indonesia seperti omunitas asli penduduk yang disebut desa,
nagari sumbar, dan gampoang aceh, marga sumsel, kampung kaltim.
SISTEM SENTRALISASI di MASA orde baru
Dalam sistem sentralisasi pemerintah daerah tidak mempunyai hak dan wewenang untuk membuat
peraturan sesuai daerah, kewenangan lokal dan adat di semua daerah mulai terkikis. Tentunya,
masyarakat adat merasa kesusahan dengan peraturan ini karena adat dan budayanya serasa
diseragamkan’ oleh pemerintah pusat dengan diadakannya pemerintah desa. Adanya pemerintah
desa ini tentunya menghilangkan kewenangan adat lokal yang bertahun-tahun mengisi peran
pemerintahan lokal.

SISTEM SENTRALISASI di era reformasi

Dengan dilaksanakannya desentralisasi dan otonomi daerah, pemerintah daerah dapat


merekontruksi peraturan dan kewenangan local pada setiap daerah. Hal ini dapat mengkolaborasikan
kekuasaan adat lokal dan kekuasaan pemerintah secara keseluruhan. Masyarakat daerah pun dapat
merasakan manfaat dari pemerintah daerah sendiri karena pemerintah daerah adalah pemerintahan
yang paling dekat dengan masyarakat sehingga terjadi hubungan mutual. Sehingga masyarakat
daerah bisa menyalurkan aspirasi-aspirasinya pada pemerintah daerah.
Menurut UUD 1945 pasal 18 ayat 2
yang berisi tentang kebebasan bagi
Disahkannya Tap MPR RI No. XV/MPR/1998 pemerintah daerah untuk
menghasilkan tatanan tidak
Membahas tentang bertentangan dengan kondisi dan
penyelenggaraan otonomi budaya dari suatu daerah tersebut.
daerah, pemerintah daerah
tentunya memiliki kuasa
untuk mengatur daerahnya Ditetapkan pada UUD 1945 pasal 28I
ayat 3 tentang adat dan budaya masyarakat
sendiri. Ketetapan ini juga
yang berisi tentang pengakuan atas
berisi tentang kontrol, identitas budaya dan hak masyarakat
alokasi, dan pendayagunaan hukum adat atau masyarakat tradisional
sumber daya di setiap daerah. yang harus dihormati berpadana dengan
perkembangan zaman dan kemajuan.
Kekuasaan Adat di Tingkat Lokal

Hukum adat masih diakui oleh negara sebagai alat kontrol sosial yang
sangat penting dan nomor satu untuk memprediksi dan mencegah
konflik hukum dalam masyarakat. Hukum adat yang diatur oleh
pemerintah, melahirkan hak-hak yang berbeda tergantung pada teritori
dimana adat itu berbeda, karena setiap adat di Indonesia memiliki corak,
kondisi sosial, dan ciri khas yang berbeda, maka akan ada perbedaan
pula di setiap peraturan daerah yang disusun dan disahkan.
Wewenang Adat
di Tingkat Lokal

Secara general, kewenangan Masyarakat Hukum Adat terbagi menjadi Hak


Konstitusional, Hak Tradisional, dan Hak yang bersifat Immateriil. Hak
Konstitusional Masyarakat Adat memiliki Hak konstitusional yang bersifat
sebagai Hak Tradisional atau disebut dengan Hak Tradisional MHA. Berdasarkan
Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yakni “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”
Wewenang Adat di Tingkat Lokal

Pengakuan dan penghormatan Hak-hak tradisional masyarakat Selain hak-hak tradisional


terhadap kesatuan MHA adat terbagi menjadi 5, yaitu; (materiil) terdapat pula hak-
beserta hak-hak tradisionalnya 1. Hak Pengelolaan dan hak immaterial. Hak-hak non-
harus didasarkan pada syarat- Pemanfaatan Hutan benda yang melekat pada
syarat sebagai berikut: 2. Hak Ulayat dan Penguasaan masyarakat hokum adat antara
1. Sepanjang Hidup Tanah Ulayat lain sebagai berikut.
2. Sesuai dengan 3. Hak Pengelolaan atas Ladang 1. Hak Cipta
perkembangan masyarakat atau Perkebunan 2. Hak Penyebutan Gelar
dan prinsip Negara 4. Perlindungan dan 3. Hak atas Kekayaan atas
Kesatuan Republik Pengelolaan Lingkungan Tradisi Lisan dan Kesusastraan
Indonesia Hidup 4. Hak atas Kekayaan
3. Diatur dalam Undang- 5. Pengelolaan Wilayah Pesisir. Intelektual, warisan budaya
Undang. dan Pengetahuan Tradisional.
Konsep Kepemilikan Tanah
Adat Minangkabau
Dalam pandangan hidup orang Minangkabau dikatakan bahwa
setiap tanah yang terdapat dalam kawasan budaya Minangkabau
adalah milik masyarakat. misalnya tanah ulayat, setiap desa
memiliki tanah ulayat. Tanah normal dalam skala mikro adalah
milik suatu suku. Tanah tersebut memiliki ciri khas masyarakat
Minangkabau. Lahan yang digarap adalah sawah dan ladang.
Lahan terbuka adalah lahan yang telah digali dan diolah. Hutan
bebas adalah tanah yang dipersiapkan untuk anak-cucu mereka
karena populasi yang terus meningkat.
STUDI KASUS

Proses pembangunan JTTS (Jalan Tol Trans Sumatera) yang tidak kunjung selesai
hingga saat ini, terdapat beberapa kendala. Diantaranya, adanya kasus korupsi,
kemudian secara background, proyek ini tidak layak secara finansial, serta adanya
kendala pembebasan lahan. JTTS merupakan rangkaian jalan sepanjang ± 2.818 km
yang berfungsi sebagai penghubung antarkota di sepanjang pulau Sumatera, mulai
dari kota Lampung sampai kota Banda Aceh.
Hak-hak adat mempengaruhi proses pembangunan JTTS dikarenakan adanya
penolakan yang dilakukan oleh masyarakat adat di Nagari Sungai Abang, Nagari
Lubuk, Nagari Alung, dan Nagari Sicinicn. Agung Fajarwanto, Senior Executive Vice
President dari Divisi Pengembangan Jalan Tol Hutama Karya memaparkan bahwa
penolakan yang terjadi karena lahan yang dibangun jalan tol tersebut merupakan
tanah pusaka atau tanah adat yang telah diwariskan oleh leluhur terdahulu.

Didalam hukum adat, khususnya hak tradisional masyarakat adat memiliki Hak
Ulayat dan Pengelolaan Tanah Ulayat. Pada kasus pembangunan JTTS ini pula,
perlu diperhatikan terkait pengadaan lahan yang melewati tanah pusaka, dalam
Undang-Undang Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat No.6 Tahun 2008
terkait Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Ulayat, dalam Pasal 9 Ayat (2) yang
menjelaskan terkait pemanfaatan Tanah Ulayat untuk kepentingan umum yang
dapat dilakukan dengan cara penyerahan tanah oleh penguasa dan pemilik 10
Irene Mariane, Kearifan Lokal Pengelolaan Hukum Adat, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2014), hal. 78-79. 10 ulayat merujuk pada kesepakatan anggota
Masyarakat Adat yang bersangkutan, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e i p l n
k s m u a
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh hukum adat terhadap pengadaan lahan
dalam proses pembangunan Tol Trans Sumatera yaitu kekuasaan adat yang sangat
besar yang dapat mempengaruhi Pemerintahan Lokal Sumatera Barat, dimana
dalam adat Minangkabau Sumatera Barat terdapat sebuah peraturan adat yang
disebut dengan tanah ulayat nagari yang memberikan hak kepada ninik mamak
atau kepala adat untuk memperoleh tanah, hukum adat ini semakin erat karena
tercantum dalam pada amanat UUPA Pasal 3.
Pada akhirnya, TAP MPR disahkan, yang di dalamnya termasuk pelaksanaan
otonomi daerah, di mana kendali daerah diserahkan kepada pemerintahan lokal.
Memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk membuat peraturan
yang sesuai dengan kondisi dan budaya daerah tertentu.
Ada
Pertanyaan?

Thank You for Your Attention!


don't you worry your pretty, little mind.
people throw rocks at things that shine.

w i
n

Anda mungkin juga menyukai