Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara yang terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia
dan Australia dan di antara dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Australia, tentu
saja dengan letak geografis yang seperti ini membuat Indonesia menjadi negara yang
memiliki banyak pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dalam perkembangan
yang lebih jauh membuat Indonesia memiliki berbagai macam adat dan budaya yang
beragam dan berbeda satu sama lain. Adat dan budaya tersebut memiliki aturan tersendiri
yang digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakat adatnya mulai dari hal yang
sederhana seperti masalah sosial sehari-hari sampai ke masalah yang rumit seperti
pernikahan, warisan, dan pertanahan adat di masyarkat. Dalam makalah kali ini mungkin
akan disinggung lebih banyak tentang permasalahan yang berhubungan dengan masalah
pertanahan di msayarakat.

Sebagai salah satu unsur esensial pembentuk negara, tanah memegang peran
penting dalam kehidupan dan penghidupan bangsa sebagai pendukung negara yang
bersangkutan, terutama wilayah yang corak agrarisnya berdominasi. Masyarakat adat yang
awalnya hidup nomadenberpindah-pindah), sehingga dalam perkembangannya
mengakibatka semua tanah yang telah dimanfaatkan menjadi milik bersama dan
memanfaatkannya juga berdasarkan sifat gotong royong, akan tetapi jika kita melihat lagi
perkembangan zaman yang sudah semakin meningkat dan juga kebutuhan manusia yang
semakin kompleks dan berkembang membuat kondisi kebersamaan masyarakat adat tidak
berjalan lagi seperti dahulu yang selalu dipenuhi rasa kebersamaan.

Jika dilihat dari sisi lain tanah memang memiliki arti penting dan tidak terpisahkan
dalam kehidupan suatu masyarakat hukum adat. Hubungan antara masyarakat adat dan
tanah memiliki hubungan yang sangat erat dan bersifat religio-magis, yang mengakibatkan
masyarakat berhak untuk memperoleh hak untuk menguasai tanah yang dimaksud,
memanfaatkan tanah, memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan dan berburu binatang yang
hidup diatas tanah tersebut. Hak pemilikan bersama atas tanah ini lebih lanjut disebut
dengan hak persekutuan adat atau yang lebih sering didengar dengan hak ulayat.

Kedudukan dari hak persekutuan ini berlaku ke dalam dan keluar. Hak ini dikatakan berlaku
ke luar karena pada prinsipnya jika seseorang itu bukan merupakan bagian dari masyarakat
adat maka tidak diperbolehkan turut menggarap tanah yang merupakan wilayah kekuasaan
persekutuan yang bersangkutan, tanpa seizin masyarakat \ persekutuan adat tersebut.
Selain itu hak ini juga dikatakan berlaku kedalam, karena hak persekutuan itu bersifat
menyeluruh bagi setiap anggota persekutuan nya sehingga memungkinkan para anggotanya
untuk memanfaatkan tanah dan mengambil serta berburu tumbuhan dan hewan yang hidup
di atas tanah tersebut.

Namun demikian dengan semakin meningkatnya jumlah anggota masyarakat dan semakin
berkembangnya tingkat kebutuhan membuat para anggota masyarakat harus memiliki suatu
hak yang dapat menjamin kehidupan mereka secara individu. Dengan kondisi yang sepereti
ini maka terjadilah pembagian tanah persekutuan yang tadinya milik bersama-sama menjadi
milik masing-masing dari anggota masyarakat tersebut. Selain itu masalah yang lebih
penting lagi adalah bagaimana cara pengaturan terhadap kedua hak ini yang saling berbda
antara satu masyarakat dengan satu masyarakat lain.

Berangkat dari permasalahn seperti ini maka pada tanggal 24 Sepetember 1960
dikeluarkanlah sebuah undang-undang yang mengatur dan menyeragamkan tentang
pengaturan pertanahan di Indonesia yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang
Pokok Agraria yang diresmikan oleh Ir.Soekarno dan diundangkan dalam Lembaran Negara
RI no.104 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA.

Dalam UUPA dimuat tujuan, konsepsi, asas-asas, lembaga-lembaga hukum dan garis-garis
besar ketentuan pokok Hukum Agraria Nasional. Tujuan UUPA adalah akan mewujudkan apa
yang digariskan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, bahwa bumi,air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya, yang penguasaannya ditugaskan kepada negara Republik
Indonesia, harus dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. UUPA
menciptakan Hukum Agraria Nasional berstruktur tunggal, berdasarkan atas Hukum Adat
tentang tanah, sebagai hukum aslinya sebagian terbesar rakyat Indonesia.

Dengan mulai berlakunya UUPA maka terjadilah perubahan fundamental pada Hukum
Agraria di Indonesia, terutama hukum dibidang pertanahan (Hukum Agraria). Perubahan
tersebut bersifat mendasar atau fundamental karena berubahnya struktur perangkat
hukum, konsepsi yang mendasari dan isinya yang menyatakan bahwa UUPA harus sesuai
dengan kepentingan rakyat Indonesia sertasesuai dengan perkembangan zaman.
Pasal 5 UUPA menyatakan bahwa hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa sumber dari UUPA
adalah hukum adat itu sendiri, yang dalam perkembangannya hukum adat dijadikan sumber
untuk mengambil bahan-bahan yang diperlukan dalam pembentukan UUPA, dengan
memakai hukum adat sebagai dasar dari pembentukan UUPA maka diharapkan akan dapat
menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan masyarakat di Indonesia yang pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran yang mengarah pada
terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana eksistensi nilai-nilai hukum adat di dalam UUPA?
2. Bagaimana kedudukan hukum adat dalam pembentukan UUPA?
3. Bagaimana kualifikasi Hukum Adat yang digunakan dalam pembentukan UUPA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui eksistensi nilai-nilai hukum adat dalam UUPA.
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum adat dalam pembentukan UUPA.
3. Untuk mengetahui kualifikasi dari hukum adat yang digunakan dalam pembentukan
UUPA.

Anda mungkin juga menyukai