TANAH PERORANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
Radar banyumas
TINJAUAN PUSTAKA
Ruang lingkup agraria menurut UUPA meliputi bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam. A.P Parlindungan menyatakan bahwa pengertian agraria memiliki ruang
lingkup, yaitu dalam arti sempit, biasa berwujud hak-hak atas tanah, ataupun pertanian
saja3, sedangkan dalam pasal 1 dan pasal 2 UUPA telah mengambil sikap dalam
pengertian yang meluas, yaitu bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya. Ruang lingkup agraria menurut UUPA dan Tap MPR
RI.No.IX/MPR/2001 tentang pembaharuan agrarian dan pengelolaan sumber daya alam
dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Bumi
Bumi menurrut pasal 1 ayat (4) UUPA dalam permukaan bumi, termasuk pula tubuh
bumi dibawahnya serta yang berada dibawah air. Permukaan bumi menurut pasal 1
ayat (4) UUPA adalah tanah.
b. Air Menurut pasal 1 ayat (5) UUPA adalah air yang berada diperairan pedalaman
maupun air yang berada dilaut wilayah Indonesia. Dalam pasal 1 angka 3 Undang-
undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang pengairan, disebutkan bahwa pengertian air
2
Boedi Harsono, hukum Agraria Indonesia, sejarah pembantukan Undang-undang Pokok Agraria,isi dan
pelaksanaannya, jilid 1 Hukum Tanah,Djambatan, Jakarta,1994,Hlm.5
3
A.P.Parlindungan, komentar atas undang-undang pokok agrarian,mandar maju, bandung,1991,hal.36
meliputi air yang terdapat dalam dan/atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang
terdapat diatas maupun dibawah permukaan tanah, tetapi tidak meliputi air yang
terdapat dilaut.
c. Ruang angkasa Pasal 1 ayat (6) UUPA adalah ruang diatas bumi wilayah Indonesia
dan ruang diatas air wilayah Indonesia. Penegertian Ruang angkasa menurut pasal 48
UUPA, ruang diatas bumi dan air yang mengandung tenaga dan unsur-unsur yang
dapat digunakan untuk usaha-usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburan
bumi, air, serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dan hal-hal yang
bersangkutan dengan itu.
d. Kekayaan alam yang terkandung didalamnya Kekayaan alam yang terkandung
didalam bumi disebut bahan,yaitu unsurunsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih ,dan
segala macam bantuan,termasuk bantuan-bantuan mulia merupakan endapan-endapan
alam (UU No.11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan)
4
Urip Santoso. 2010. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana Prenadamedia. Jakarta. hlm. 82.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Penyelenggaraan reforma agraria di Indonesia diarahkan untuk melakukan
perubahan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah untuk
menjamin terwujudnya keadilan dan kepastian hukum dalam penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah. Wewenang reformasi agraria dilakukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang mencakup kebangsaan, kemerdekaan, dan
kesejahteraan. Kemudian, terkait pemberian tanah kepada orang atau badan hukum, dapat
dilakukan dengan pemberian kepadanya hak atas tanah. Hak atas tanah ini kemudian
dilakukan pendaftaran tanah untuk menjamin kepastian hukum dan memiliki kekuatan
hukum mengikat, namun, dalam prakteknya, tidak berjalan demikian. Seperti dalam suatu
masyarakat adat yang mengalami konflik klaim hak ulayat dengan perusahaan, kemudian
diselesaikan dengan reforma agraria, memang dibagikan sertifikat atas tanah kepada
masyarakat adat tersebut. Namun, pengelolaan atas tanah tersebut tetap dilakukan oleh
perusahaan. Kerap kali masyarakat adat punya sertifikatnya, tapi mereka tidak dapat
mengelola tanahnya. Ini artinya aset reformnya berjalan, tetapi tidak dengan akses
reformnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka hendaknya dilakukan upaya melakukan
pelaksanaan reformasi pertanahan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuannya yaitu
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi kebijakan
reformasi ini karena pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum bisa
merasakan pengaruh positif dari reformasi pertanahan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Urip. 2010. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana Prenadamedia.
Jakarta.
Radar Banyumas.