Anda di halaman 1dari 19

ANEMIA

Pamela Actinina Sri Rumata 08-053

DEFINISI
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.

KRITERIA ANEMIA
WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g/dl pada pria dan di bawah 12 g/dl pada wanita tidak hamil, dan di bawah 11 g/dl untuk wanita hamil

PREVALENSI ANEMIA
Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Indonesia: Anak pra sekolah : 30-40% Anak Usia sekolah: 25-35% Perempuan dewasa tidak hamil: 30-40% Perempuan hamil: 50-70 % laki-laki dewasa : 20-30 % pekerja berpenghasilan rendah: 20-40 %

ETIOLOGI DAN KALSIFIKASI


Anemia merupakan kumpulan gejala yang disebabkan bermacam penyebab. Pada dasarnya disebabkan oleh: 1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang 2. kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan) 3. proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

A. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang:


1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit: A. Anemia defisiensi besi B. Anemia defisiensi asam folat c. Anemia defisiensi vitamin B12 2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi a. anemia akibat penyakit kronik b. anemia sideroblastik 3. Kerusakan sumsum tulang a. anemia aplastik b. anemia mieloplastik c. anemia pada keganasan hematologi d. anemia diseritropoietik Anemia akibat kekurangan eritropoetin : anemia pada gagal ginjal kronik

B. Anemia akibat hemoragi


1. Anemia pasca perdarahan akut 2. Anemia akibat perdarahan kronik

C. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular a. gangguan membran eritrosit b. gangguan enzim eritrosit; anemia akibat defisiensi G6PD c. gangguan hemoglobin 2. Anemia hemolitik ektrakopuskuler a. Anemia hemolitik autoimun b. anemia hemolitik mikroangiopati D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang kompleks

Berdasarkan Morfologi
1. Anemia hipokromik mikrositer: MCV< 80fl an MCH < 27 pg 2. Anemia normokrom normositer : MCV 80-95 dan MCH 27-34 pg 3. Anemia makrositer MCV > 95 fl

Gejala Umum Anemia


Sindrom anemia: timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin, gejala muncul pada penurunan Hb < 7 gr/dl Sindrom anemia: rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga berdenging (tinitus), mata berkunangkunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dispepsia. PJ: tampak pucat (konjungtiva, mukosa mulut, tealapak tangan, jaringan di bawah kuku)

Gejala Khas:
Anemia defisisensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, kuku sendok (koilonychia) Anemia megaloblastik: glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vit B12 Anemia hemolitik: ikterus, splenomegali, hepatomegali Anemia Aplastik: perdarahan dan tanda-tanda infeksi

Gejala Penyakit Dasar


Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia. Misalnya: a. Gejala akinbat cacing tambang; sakit perut, pembengkakan parotis, dan warna kuning pada telapak tangan.

PEMERIKSAAN
1. Laboratorium: a. pemeriksaan penyaring b. darah seri anemia c. pemeriksaan sumsum tulang d. pemeriksaan khusus

a. pemeriksaan penyaring
Hemoglobin, indeks eritrosit, hapusan darah tepi untuk memastikan adanya anemia serat jenis morfologinya

b. Darah seri anemia


Hitung leukosit, trombosit, retikulosit, laju endap darah.

c. Pemeriksaan Sumsum Tulang


Untuk mengetahui keadaan sistem hematopoesis. Terutama pada anemia aplastik, anemia megaloblastik, serat pada kelainan hematologi yang dapat mensupresi sistem eritroid

Pemeriksaan Khusus:
Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC (total iron binding capacity), saturasi transferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor transferin dan pengecatan besi pada sumsum tulang Anemia megaloblastik: folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi, deoksiuridin, dan tes schiling Anemia hemoloitik: bilirubin serum, tes coomb, elektroforesis hemoglobin Anemia Aplastik: biopsi sumsum tulang

PENDEKATAN TERAPI
Pemberian terapi perlu diperhatikan: pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitif yang telah ditegakkan terlebih dahulu, pemberian hematinik tanpa inidkasi yang jelas tidak dianjurka, pengobatan anemia dapat berupa: a. terapi untuk keadaan darurat, seprti misalnya pada perdarahan akut akibat anemia aplastik yang mengancam nyawa atau pada anemia pasca perdarahan akut yang disertai gangguan hemodinamik b. terapi suportif, c. terapi yang khas untuk masing-masing anemia d. terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menyebabkan anemia Dalam keadaan diaman diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan, terpaksa memberi terapi percobaan (terapi ex juvantis), transfusi darah pad anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguan hemodinamik

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai