Pemeriksaan Diagnostik:
1. Pemeriksaan hematologi :
- Rutin : Hb, Eritrosit, lekosit, Hitung jenis lekosit
Indeks eritrosit (MCV,MCH, MCHC)
- Sediaan apus
- Hitung trombosit dan retikulosit
2. Urinalisa
- Pemeriksaan urin lengkap (protein, reduksi, sedimen)
- Urobilinogen
- Darah samar
- Hemosiderin
3. Feces lengkap, darah samar
4. Kimia klinik
- Bilirubin
- Protein
- Saturated iron (SI) & iron binding capacity (IBC)
- Ureum
5. Pemeriksaan sumsum tulang
- Sediaan apus
- Patologi anatomik
- Pewarnaan Fe
- Pewarnaan khusus lain dll
Klasifikasi Anemia
Menurut etiologi
1. Anemia post hemorrhagik :
- Akut
- Khronik
2. Anemia defisiensi :
- Defisiensi Fe
- Defisiensi asam folat
- Defisiensi vitamin B12
3. Anemia hemolitik
4. Anemia aplastik
5. Anemia sekunder :
- Anemia mielophtisik
- Anemia karena chronic disorders
Nilai eritrosit rata-rata (NER)
“Mean corpuscular values” atau “Nilai eritrosit rata2”
memberi keterangan mengenai ukuran rata2 eritrosit
dan mengenai banyaknya hemoglobin per eritrosit.
Nilai2 yg banyak dipakai adalah :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) = volume eritrosit
rata2 (VER), yakni volume rata2 sebuah eritrosit yg
dinyatakan dlm mikron kubik
2. Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) =
haemoglobin eritrosit rata2 (HER), yakni banyaknya
haemoglobin per eritrosit yang dinyatakan dalam
piko gram (=10-12 gram)
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concenration
(MCHC) = Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata2
(KHER) yakni kadar hemoglobin yang didapat per
eritrosit, dinyatakan dlm %
NER itu diperhitung berdasarkan :
1. Jumlah eritrosit per mm3 darah (E)
Hematokrit (%)
VER = ------------------------ x 100 u3 (fl)
eritrosit (juta/ul)
2. Kadar Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin (g/dl)
HER = ------------------------ x 100 uug (pg)
eritrosit (juta/ul)
3. Hematokrit
Hemoglobin (g/dl)
KHER = ------------------------ x 100 g/dl (g/L)
Hematokrit (%)
Berdasarkan nilai2 E, Hb dan Ht, dicari NER dgn
rumus2 dibawah ini:
VER = 10 Ht : E (mikron kubik)
HER = 10 Hb : E (piko gram)
KHER = 100 Hb : Ht (%)
Nilai normal :
VER = 82 – 92 mikron kubik
HER = 27 – 37 piko gram
KHER = 32 – 37 %
Arti pemeriksaan NER adalah untuk mengetahu
jenis2 anemia secara morfologik
Bila : VER normal, disebut normositik
VER kurang dari normal, disebut mikrositik
VER lebih dari normal, disebut makrositik
Bila : KHER normal, disebut pormokromik
KHER kurang dari normal, disebut hipokromik
KHER lebih dari normal, adalah tidak mungkin, sebab
pada keadaan normal kadar Hb sudah jenuh, jadi
tidak ada hiperkromik
Menurut morfologi
A. Makrositik normokronik
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi vitamin B12
B. Anemia normosotik normokromik
- Anemia post hemorrhagik acut
- Anemia hemolitik
- Anemia aplastik/hipoplastik
- Anemia pada penyakit kronik
- Anemia mielophthisik
C. Anemia mikrositik hipokrom
- Anemia defisiensi Fe
- Thalassemia
Anemia Post Hemorrhagik
Etiologi: perdarahan akut/kronik
Misal:
trauma (operasi, kecelakaan),
perdarahan GIT (ulkus peptikum, ankilostomiasis)
Perdarahan obstetri, hemorrhoid
Anemia Defisiensi Besi
Etiologi:
1. Intake yang kurang (minimal 12 mg/hr)
2. Gangguan absorbsi Fe (terutama di absorbsi di
duodenum dan proksimal jejenum)
3. Kehilangan darah yang kronik
mis: Ankilostomiasis, hemorrhoid, ulkus peptikum
4. Kebutuhan yang meningkat
Mis: kehamilan, menyusui, masa pertumbuhan
Gejala Klinis
1. Gejala umum anemia
berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, serta telinga mendenging
2. Gejala khas akibat defisiensi besi
- Koilorikia → kuku sendok (spoon nail)
- Atrofi papila lidah → permukaan lidah menjadi licin
- Stomatitis angularis → peradangan pada sudut mulut
Anemia aplastik
Adalah: Anemia normokromik normositer yang
disertai pansitopeni pada darah tepi karena kelainan
primer pada sumsum tulang tanpa adanya infiltrasi,
supresi atau pendesakan sumsum tulang sehingga sel
darah yang mati tidak diganti.
Etiologi:
- Genetik
- Obat-obatan: >> kloramfenikol
- Bahan kimia: senyawa benzen
- Infeksi, TBC, Influenza, Dengue dll.
- Iradiasi (sinar X)
- Idiopatik
GK/
1. Sindrom anemia
2. Gejala perdarahan: dlm bentuk perdarahan kulit
seperti petekie dan ekimosis. Perdarahan mukosa
berupa epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis
melena, menorhagia
3. Tanda infeksi berupa ulserasi mulut atau tenggorokan,
febris, dan sepsis
4. Organomegali dpt berupa hepatomegali dan
splenomegali
Anemia Hemolitik
Adalah: anemia yang disebabkan oleh destruksi
eritrosit yang berlebihan, yakni destruksi lebih besar
daripada pembentukan. Normal umur eritosit 120
hari. Pada anemia hemolitik umur eritrosit < 120
hari.
Hipokrom Mikrositer
Eritrosit :
Normositer
Mikrositer
Makrositer
Eritrosit normal
Makrositer :
Ø = 10 – 12 µm
Sickle cells
PENYAKIT ATOPIK/ALERGI
Pada dasarnya tubuh kita memiliki :
sistim imunitas alamiah yang bersifat non-spesifik
dan spesifik
Imunitas spesifik :
→sistem imunitas humoral yang secara aktif
diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5
macam imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE)
→sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel
limfosit T.
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh
akan mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut
hancur, maka ini merupakan hal yang
menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan
imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh
menjadi rusak, maka terjadilah reaksi
hipersensitivitas atau alergi.
• Penyakit atopik/alergi adalah: Reaksi berlebihan oleh
sistem imun kita terhadap behan asing (alergen).
• Patofisiologi:
IgE akan berikatan dengan alergen yang kemudian
ikatan ini akan diikat oleh sel mast akibatnya terjadi
pelepasan mediator-mediator primer dan sekunder.
Mediator primer akan merangsang terjadinya reaksi
permulaan yang bersifat segera.
Contoh:
- Histamin yang menyebabkan kontraksi otot polos
bronkus, permeabilitas vaskuler dan sekresi kelenjar
mukus.
GK/
- Mata berair atau gatal
- Bersin
- Gg pernafasan, kel fungsi jantung atau syok
PENYAKIT KANDUNGAN
Penyakit kandungan akibat infeksi lebih sering terjadi
di daerah tropis akibat:
- Hygiene belum sempurna
- Perawatan persalinan dan abortus belum
memenuhi persyaratan
- Infeksi veneris belum terkendali
Pembagian:
I. Infeksi rendah: dari vulva, vagina, cervix
Mis: vulvitis, vaginitis, cervicitis.
II. Infeksi tinggi: dari uterus, tuba, ovarium,
parametrium, peritoneum.
Faktor-faktor etiologi:
Pada wanita yang menikah muda, sering ganti
pasangan
GK/
- Perdarahan intermenstruil atau perdarahan kontak
- Keputihan menyerupai air
Therapy Drug Monitoring
Therapy drug monitoring (TDM):
• adalah pemeriksaan secara berkala kadar obat
dalam darah guna membantu klinisi dalam
menetapkan dosis obat yang dapat
menyembuhkan atau mengobati penyakit
penderita.
• Tinggi rendahnya kadar obat dalam darah
merupakan hasil dari besarnya dosis yang
diberikan, dan pengaruh-pengaruh
proses-proses alami dalam tubuh mulai dari
absorpsi, distribusi, metabolisme sampai
ekskresi obat.
• Manfaat dari TDM:
- untuk memilih obat yang tepat
- untuk merancang regimen dosis
- mengevaluasi respon pasien
- menentukan kadar obat.
• Dalam praktek pemberian obat pada
umumnya didasarkan atas dosis rata-rata.
• Dosis rata-rata:
dosis yang diperkirakan memberikan efek
terapeutik dengan efek samping minimal.
• Supaya kadar obat dalam plasma tetap berada
dalam theurapic window perlu dilakukan TDM
guna membantu klinisi dalam menetapkan
dosis obat yang dapat menyembuhkan atau
mengobati penyakit penderita.
• Therapeutic window:
Adalah daerah kerja efektif obat .
TDM bermanfaat untuk obat-obatan yang :
- kecepatan metabolismenya berbeda nyata
secara individual
- mempunyai “therapeutic window” yg sempit
- efek terapeutiknya sukar atau tidak segera
dapat diukur
- gejala penyakit sukar dibedakan dgn efek
samping obat
Cara TDM:
BP
• Darah: menunjukkan kadar obat yang bekerja dalam
tubuh pada waktu yang spesifik.
• Urine:menunjukkan kadar obat yang dikeluarkan
oleh tubuh dan sangat tergantung dari laju eksresi.
• Metode:Fotometer
• Obat-obatan yang sering dilakukan TDM:
- Teofilin
- fenitoin
- Fenobarbital
- Quinidin
- Antidepresan: amitriptilin
MANAJEMEN LABORATORIUM
• Laboratorium klinik merupakan tempat untuk
melakukan pemeriksaan laboratorium yang
bertujuan membantu menegakkan diagnosis,
pemantauan perjalanan penyakit, serta pemantauan
pengobatan.
Organisasi laboratorium:
Dibentuk berdasarkan strategi fungsional yang
umumnya meliputi kegiatan pokok laboratorium.
mis: bagian pemasaran, keuangan dan logistik,
produksi, SDM, administrasi.
Proses:
Manajemen proses di laboratorium bertujuan untuk
mencapai produk yang bermutu yaitu dengan
memperhatikan proses pra analitik, analitik dan
pasca analitik sesuai standar operasional (SOP).
Produk/hasil:
Hasil jasa pelayanan laboratorium yang dapat
memenuhi nilai-nilai pelanggan.