Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan Bab IV

Untuk menentukan karakteristik dari ekstrak kental yang telah dihasilkan perlu
dilakukan beberapa penetapan-penetapan, dimana penetapan-penetapan ini berguna untuk
mengevaluasi kendali mutu suatu ekstrak. Penetapan ini perlu dilakukan karena setiap jenis
ekstrak mempunyai karakteristik berbeda, tergantung dari jenis senyawa kimia yang
dikandungnya. Penetapan-penetapan itu berupa penetapan karakteristik kimia dan
karakteristik fisika. Namun yang di analisis pada praktikkum ini hanya penetapan
karakteristik fisika saja, dan sifat fisika yang dapat ditentukan dari ekstrak kental adalah:

1. Organoleptis
2. Berat jenis
3. Kadar air
4. Kadar minyak atsiri
5. Kadar abu
6. Kadar abu tidak larut asam
7. Kadar sari larut air
8. Kadar sari larut atanol

Namun yang dilakukan pada praktikum ini hanya penetapan organoleptis, berat jenis, kadar
abu, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol.

Dari penetapan-penetapan tersebut di dapat kan hasil sebagai berikut:

Untuk organoleptis dari ekstrak kental kayu manis yang di dapat adalah berwarna
cokelat tua dan bau khas aromatik, karena di dalam kayu manis terdapat minyak atsiri.
Penetapan berat jenis di dapat hasil berat jenis sebesar 0,95891 g/ml. Nilai tersebut di dapat
dari hasil pembagian antara kerapatan (ρ) dengan kerapatan (ρ) air, dimana suhu yang
digunakan pada saat pengkondisian mencari kerapatan air dan kerapatan ekstrak adalah pada
suhu 20°C.

Untuk penetapan kadar abu, disiapkan 5 buah krus untuk mendestruksi ekstrak
tersebut menjadi bentuk abu, dimana setiap krus ditambahkan ekstrak kental sebanyak 2 g.
Dan penetapan tersebut terbilang penetapan yang tergolong membutuhkan waktu yang cukup
lama dikarenakan ekstrak tersebut harus menjadi abu yang berwarna putih keabu-abuan.
Dalam proses destruksi tersebut terjadi penguapan H2O dan CO2. Sehingga setelah mengalami
pemanasan yang cukup lama dan panas, ekstrak tersebut menjadi abu. Dan kadar abu rata-
rata yang dihasilkan dari kellima krus tadi adalah 0,65%.

Untuk penetapan kadar sari larut air adalah untuk membuktikan kelarutan dan
kepolaran ekstrak tersebut di dalam air, jika ekstrak tersebut larut dalam air dalam
penyimpanan selama 24 jam maka ekstrak tersebut dapat larut dalam air dan jika akan
mengekstraksi kayu manis dapat dengan menggunakan air sebagai pelarut/penyari. Sedang
untuk kadar sari larut etanol adalah untuk membuktikan kelarutan ekstrak tersebut di dalam
etanol, jika ekstrak tersebut larut dalam etanol dalam penyimpanan selam 24 jam maka
ekstrak tersebut dapat larut etanol, dan jika akan mengekstraksi kayu manis dapat
menggunakan etanol sebagai pelarut/penyari.

Setelah itu ekstrak yang digunakan pada penetapan kadar sari larut air dan kadar sari
larut etanol, dimasukan kedalam oven yang bertujuan untuk menghilangkan air dan etanol
yang terkandung dalam ekstrak tersebut. Dan dari hasil pemanasan di dalam oven tersebut di
dapat hasil penetapan kadar sari larut air sebesar 3,2 % b/b, sedangkan untuk penetapan kadar
sari larut etanol adalah 8,6 % b/b. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak
tersebut lebih larut di dalam etanol daripada di dalam air sehingga jika akan mengekstraksi
kayu manis hendaknya menggunakan etanol sebagai pelarut/penyari.

Anda mungkin juga menyukai