Anda di halaman 1dari 25

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Hematologi : Anemia

Disampaikan oleh :
Sena Wahyu Purwanza, S.Kep., Ners., M.Kep
Dosen Profesi Ners
STIKes WCH Malang
2020
Apa itu Anemia ???
• Dikenal sebagai “kurang darah”
• Adalah suatu keadaan dimana jumlah Hemoglobin dalam darah kurang
dari normal. Zat ini dibuat di dalam sel darah merah, sehingga Anemia
dapat terjadi baik karena sel darah merah mengandung terlalu sedikit
hemoglobin maupun karena jumlah sel darah yang tidak cukup.
• Sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan-
jaringan dan mengangkut Karbondioksida dari jaringan-jaringan ke
paru-paru. Setiap keadaan yang mengurangi kemampuan membawa
oksigen dari sel-sel darah merah akan mengurangi pemasokan
oksigen ke jaringan-jaringan termasuk otak dan otot. Gejala akan
mencakup kelesuan, konsentrasi yang buruk dan kelemahan.
Apakah kurang darah(anemia) sama dengan
darah rendah?
• Tekanan darah rendah adalah kurangnya
kemampuan otot jantung untuk memompa darah ke
seluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya
aliran darah yang sampai ke otak dan bagian tubuh
lainnya.
• JADI KURANG DARAH DAN DARAH RENDAH
TIDAK SAMA
Batasan Anemia (Depkes RI)
Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan- 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun-14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Ibu Hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0

Klasifikasi menurut WHO


a) Normal : ≤ 11 gr %
b) Anemia ringan : 9-10 gr %
c) Anemia sedang : 7-8 gr%
d) Anemia berat : < 7 gr%
Etiologi Anemia

• Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua


kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya
oksigen yang tersedia untuk jaringan. Smeltzer & Bare (2001),
etiologi anemia secara umum:
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel
darah  merah yang berlebihan.
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d. Faktor lain, meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor
keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
Klasifikasi Anemia
1.  Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah oleh karena defek produksi sel darah merah, meliputi:
a.   Anemia aplastik
Penyebab:
• agen neoplastik/sitoplastik
• terapi radiasi, antibiotic tertentu
• obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
• benzene
• infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum
tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi,
deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
• Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
• Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis,
perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran
kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
• Morfologis: anemia normositik normokromik
b.    Anemia pada penyakit ginjal
• Nitrogen urea darah (BUN) > 10 mg/dl
• Hematokrit turun 20-30%
• Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
• Penyebab: menurunnya ketahanan hidup sel darah merah atau
defisiensi eritropoitin
Tanda dan Gejala:
• Atropi papilla lidah
• Lidah pucat, merah, meradang
• Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
• Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
c.    Anemia megaloblastik
Penyebab:
• Defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
• Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, konsumsi ikan segar yang
terinfeksi, alkoholisme.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
d.   Anemia defisiensi besi
Penyebab:
• Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat
selama hamil, menstruasi
• Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
• Kehilangan darah yang menetap: neoplasma, polip,
gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.
c.  Anemia pada penyakit kronis
• Berbagai penyakit inflamasi kronis yang
berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan
warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan
2. Anemia hemolitika  defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
• Pengaruh obat-obatan tertentu
• Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, mieloma multiple,
leukemia limfositik kronik
• Defisiensi glukosa 6 fosfat dehidrogenase
• Proses autoimun
• Reaksi transfusi
• Malaria
Anemia Hemolitik
•  anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darah
merah.
• Normal, waktu hidup eritrosit adl 120 hari.
•  terjadi penurunan usia sel darah merah, baik sementara atau terus-
menerus.  sumsum tulang tidak mampu mengatasinya karena usia sel
darah merah sangat pendek
• Kemampuan sumsum tulang terganggu oleh sebab lain, misal: suatu
penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis),
sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat
pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan
normal.
• Penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya
Etiologi

Intrinsik
• Kelainan membran: sferositosis herediter, hemoglobinuria nokturnal paroksismal.
• Kelainan glikolisis:defisiensi piruvat kinase.
• Kelainan enzim: defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
• Hemoglobinopati: seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia.
Ekstrinsik
• Gangguan sistem imun  penyakit autoimun, penyakit limfoproliferatif, keracunan
obat.
• Mikroangiopati purpura trombotik trombositopenik, koagulasi intravaskular
diseminata (KID).
• Infeksi  akibat plasmodium, klostridium, borrelia.
• Hipersplenisme
• Luka bakar
PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
a. Kadar porfirin eritrosit bebas ---- meningkat
b. Konsentrasi besi serum ------- menurun
c. Saturasi transferin ------ menurun
d. Konsentrasi feritin serum ---- menurun
e. Hemoglobin menurun
f. Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ---- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic
untuk defisiensi besi
g. Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin
concentration ( MCHC ) ---- menurun menyebabkan anemia hipokrom
mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil dan pucat.
h. Selama pengobatan  jumlah retikulosit ---- meningkat dalam 3 sampai 5
hari sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik
yang positif.
i. Dengan pengobatan, hemoglobin------- kembali normal dalam 4 sampai 8
minggu mengindikasikan penambahan besi dan nutrisi yang adekuat.
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik:
• Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte
globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk
jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi
RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2. Anemia pada penyakit ginjal
• Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
• Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
• Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.   Anemia pada defisiensi besi
• Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x
10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam
folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5.   Anemia megaloblastik
• Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
• Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
• Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
6.   Anemia pasca perdarahan ;
• Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan
intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7.   Anemia hemolitik ;
• Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
PROSES KEPERAWATAN
• PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Aktivitas
1. Data Subjektif
- keletihan, kelemahan, malaise umum
- kehilangan produktivitas/semangat kerja
- toleransi terhdap latihan rendah
- kebutuhan u/ tidur&istirahat lebih byk
2. Data Objektif
- Takikardi/Takipnea
- letargi, menarik diri, lesu, <<< tertarik pd lingkungan
- kelemahan otot dan penurunan kekuatan
- postur lunglai, berjalan lambat, bahu menurun
B. SIRKULASI
1. Subjektif
- riwayat kehilangan darah kronis
- palpitasi
2. Objektif
- peningkatan TD darah (sistolik)
- disritmia
- pucat
- sklera: biru/putih
- CRT <<
- kuku: mudah patah, kolinoika
- rambut: kering, mudah putus, tipis
3. MAKANAN
1. Subjektif
- penurunan pemasukan diit, kesulitan menelan, anoreksia, penurunan BB
2. Objektif
- lidah tampak merah daging
- turgor kulit jelek, membran mukosa kering&pucat, stomatitis
4. NEUROSENSORI
1. Subjektif
- sakit kepala, insomnia, penurunan penglihatan
2. Objektif
- peka rangsang
- gelisah, depresi, apatis
- respon lambat
- gangguan koordinasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• PERUBAHAN PERFUSI JARINGAN PERIFER B.D PENURUNAN
KOMPONEN SELULER
Fokus Intervensi:
1. Awasi TTV, CRT, warna kulit dan mukosa
2. Kaji respon verbal
3. Pertahankan suhu lingkungan
4. Berikan oksigen
5. berikan transfusi darah
6. Lakukan pemeriksaan Hb/Ht, AGDA, SDM
• INTOLERANSI AKTIVITAS B.D KETIDAKSEIMBANGAN SUPLAI O2
DENGAN KEBUTUHAN
Fokus intervensi:
1. Kaji kemampuan toleransi pasien
2. Kaji tingkat ketergantungan
3. Awasi TTV selama dan sesudah aktivitas
4. Berikan bantuan pada saat aktivitas
5. Gunakan aktivitas dengan tehnik menghemat energi
6. Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
• NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH B.D
GANGGUAN ABSORBSI NUTRIEN
Fokus Intervensi:
1. Kaji riwayat nutrisi
2. Observasi intake makanan
3. Monitor BB/hari
4. Pantau hasil lab: protein darah, besi serum, B12, asam folat
Terimakasih…

Anda mungkin juga menyukai