Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GANGGUAN KOMUNIKASI PADA LANSIA

“DEMENSIA PADA LANSIA”

Dosen Pengampu : Lilis Sulistiya Nengrum, S.Kep, Ns, M.Ked (Trop)

Disusun oleh :
Maslikhah Nurul H (182102105)
Melni Lindasari (182102106)
Riris Nofiati (192102106)
Khoirotul Ummah (182102108)
Dina Dwi Fransisca (192102109)

SUB DEPARTEMEN S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin
bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Di Indonesia jumlah penduduk
lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan secara cepat setiap tahunnya, sehingga Indonesia
diperkirakan akan mengalami “elderly population boom” pada 2 dekade awal abad ke-21 sebagai
dampak dari baby boom pada beberapa puluh tahun yang lalu.
Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut (lansia) tentumenimbulkan masalah terutama dari segi
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan berkembang menjadi
masalah yang lebih kompleks. Masalah yang kompleks pada lansia baik dari segi fisik, mental, dan
sosial berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka (Notoadmodjo,2011). Pertambahan usia
dan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular, merupakan faktor utama penyebab penurunan
fungsi kognitif dan intelektual yang kelak akan meningkatkan penyakit Alzheimer dan demensia pada
kelompok lanjut usia. Penurunan fungsi kognitif berdampak pada menurunnya aktivitas sosial sehari-
hari pada lanjut usia yang menjadi problem dalam kesehatan masyarakat, dan berdampak pada
bertambahnya pembiayaan keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Lansia adalah seseorang yang unik yangpendekatannya berbeda-beda antara satu lansia dengan
lansia lainnya.Jumlah lansia di dunia semakin meningkat yang disebabkan olehbertambahnya usia
harapan hidup. Selain itu, faktor yang menyebabkanpeningkatan lansia ialah penuaan generasi baby-
boomer danpertumbuhan segmen populasi usia 85 ke atas (Potter & Perry, 2009) Lansia adalah satu
kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lansiasangat memrlukan perhatian khusus sesuai dengan
keberadaanya, dimana individumenjadi tua dan seluruh organ tubuh mulai tidak berfungsi dengan baik
(Hadi,2017)
Proses komunikasi dengan lansia harus memperhatikan beberapa halyaitu faktor fisik, psikologi,
dan lingkungan untuk menerapkan keterampilan komunikasi yang tepat. Selain itu, juga harus
menggunakan konsentrasi penuh dalam berkomunikasi dengan lansia. Perubahan pada lansia juga
mengakibatkan lansia mengalami kesulitan dalam komunikasi. Tujuan lansia harus selalu diajak
berkomunikasi ialah menumbuhkan rasa percaya diri lansia kepada pemberi asuhan, memberi rasa
aman nyaman kepada lansia dalam mengungkapkan perasaan, memenuhi kebutuhan lansia akan kasih
sayang, melatih lansia mengembangkan berbicara,mendengar, dan menerima rangsangan.
mempertahankan kemampuan lansia mengambil keputusan; dan menciptakan atau meningkatkan
hubungan sosial dalam masyarakat (Nugroho, 2009)
Pada lanjut usia, daya ingat merupakan salah satu fungsi kognitif yang sering kali paling awal
mengalami penurunan. Kerusakan kognitif pada lansia yang berupa penurunan daya ingat biasa disebut
dengan demensia. Demensia merupakan suatu sindrom yang biasanya bersifat kronis atau progresif
dimana ada kerusakan fungsi kognitif yaitu kemampuan untuk memproses pikiran di luar apa yang
mungkin diharapkan dari penuaan normal. Hal ini mempengaruhi ingatan,pemikiran, orientasi,
pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa,dan penilaian. Namun tidak mempengaruhi status
kesadaran. Gangguan dalam fungsi kognitif biasanya disertai, dan kadang-kadang didahului oleh
penurunan kontrol emosi, perilaku sosial, atau motivasi (WHO, 2016)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit
otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas
kerja dan sosial secara bermakna. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu
dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi lansia ?
2. Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia ?
3. Bagaimana Komunikasi pada lansia ?
4. Apa saja hambatan dalam komunikasi dengan lansia ?
5. Masalah pada lansia dengan gangguan komunikasi ?

C. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami tentang konsep lansia dan masalah yang terjadi pada lansia dengan
gangguan komunikasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang unik yangpendekatannya berbeda-beda antara satu lansia dengan
lansia lainnya.Jumlah lansia di dunia semakin meningkat yang disebabkan olehbertambahnya usia
harapan hidup. Selain itu, faktor yang menyebabkanpeningkatan lansia ialah penuaan generasi baby-
boomer danpertumbuhan segmen populasi usia 85 ke atas (Potter & Perry, 2009) Lansia adalah satu
kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lansiasangat memrlukan perhatian khusus sesuai dengan
keberadaanya, dimana individumenjadi tua dan seluruh organ tubuh mulai tidak berfungsi dengan baik
(Hadi,2017)
Tahap usia lanjut adalah tahap terjadinya penurunan fungsi tubuh. Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup,termasuk jaringan dan sel yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas dan mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit (Khalifah, 2016)

B. Perubahan Pada Lansia


Menurut Azizah dan Lilik M dalam Khalifah (2016), semakinbertambahnya umur manusia terjadi proses
penuaan secara degeneratifyang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,tidak
hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial danseksual, diantaranya :
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik lansia meliputi perubahan sistem indera, integumen,muskuloskeletal,
kardiovaskuler, respirasi, pencernaan,perkemihan, dan saraf.
2. Perubahan Kognitif
Perubahan kognitif meliputi daya ingat (memory), IQ (IntellegentQuotient), kemampuan belajar
(Learning), kemampuan pemahaman (Comprehension), pemecahan masalah (Problem Solving),
pengambilan keputusan (Decision Making), kebijaksanaan(Wisdom), kinerja (Performance), dan
motivasi (Motivation)
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah perubahan fisik, khususnya organ
perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, gangguan saraf
panca indra, gangguan konsep diri, rangkaian dari kehilangan,hilangnya kekuatan dan ketegapan
fisik, perubahan terhadap gambaran diri, dan perubahan konsep diri.
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.Lansia semakin matang (mature)
dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
5. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial diantaranya ialah kesepian, duka cita (Bereavement), depresi, gangguan
cemas, parafrenia (suatu bentuk skizofrenia pada lansia), dan sindroma diogenes yang merupakan
suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu

C. Komunikasi Pada Lansia


Komunikasi merupakan alat efektif untuk memengaruhi tingkah laku manusia. Komunikasi bertujuan
untuk memudahkan, melancarkan, serta melaksanakan kegiatan tertentu dalam menuai tujuan secara
optimal hubungan antar manusia. Proses komunikasi dengan lansia harus memperhatikan beberapa
halyaitu faktor fisik, psikologi, dan lingkungan untuk menerapkan keterampilan komunikasi yang tepat.
Selain itu, juga harus menggunakan konsentrasi penuh dalam berkomunikasi dengan lansia. Perubahan
pada lansia juga mengakibatkan lansia mengalami kesulitan dalam komunikasi(Zen, 2013). Menurut
Zen (2013), dalam berkomunikasi dengan lansia ada beberapa teknik yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pendekatan perawatan terhadap lansia baik secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual serta
menunjukkan rasa hormat dankeprihatinan,
2. Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik denganmenggunakna kalimat sederhana dan
pendek, kecepatan dan tekanansuara tepat, berikan kesempatan lansia untuk bicara, hindari
pertanyaan yang mengakibatkan lansia menjawab “ya” dan “tidak”dan ubah topik pembicaraan jika
lansia sudah tidak tertarik,
3. Komunikasi nonverbal yang meliputi perilaku, kontak mata,ekspresi wajah, postur dan tubuh, dan
sentuhan,
4. Meningkatkan komunikasi dengan lansia yaitu dengan memulai kontak.
5. Suasana komunikasi harus diciptakan senyaman mungkin saat berkomunikasi dengan lansia,
misalnya posisi duduk berhadapan,jaga privasi, penerangan yang cukup, dan kurangi kebisingan.
Tujuan lansia harus selalu diajak berkomunikasi ialah menumbuhkan rasa percaya diri lansia kepada
pemberi asuhan, memberi rasa aman nyaman kepada lansia dalam mengungkapkan perasaan,
memenuhi kebutuhan lansia akan kasih sayang, melatih lansia mengembangkan berbicara,mendengar,
dan menerima rangsangan. mempertahankan kemampuan lansia mengambil keputusan; dan
menciptakan atau meningkatkan hubungan sosial dalam masyarakat (Nugroho, 2009)

D. Hambatan Komunikasi Pada Lansia


Proses komunikasi dengan lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non asertif.
Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku, diantaranya berusaha mengontrol dan mendominasi
orang lain, meremehkan orang lain, memepertahankan haknya dengan menyerang orang lain,
menonjolkan diri sendiri, dan mempermalukan orang lain didepan umum. Sedangkan tanda sikap non
asertif diantaranya ialah menarik diri bila diajak berbicara, merasa tidak sebaik orang lain,merasa tidak
berdaya, tidak berani mengungkap keyakinan,membiarkan orang lain membuat keputusan untuk
dirinya, tampil pasif (diam), mengkuti kehendak orang lain, mengorbankan kepentingan dirinya untuk
menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selain itu,kendala lain dalam berkomunikasi dengan lansia
ialah gangguan neurologi yang menyebebkan gangguan bicara, penurunan daya pikir,mudah
tersinggung, sulit menjalin hubungan mudah percaya, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan,
gangguan fisik, dan hambatan lingkungan (Aspiani, 2014)

E. Lansia Dengan Gangguan Neuorogis


Demensia adalah gejala yang disebabkan oleh penyakit otak yang biasanya bersifat kronis dan
progesif. Dimana gangguan dari beberapa fungsi kortikal lebih tinggi, termasuk memori, berpikir,
orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,berbahasa, dan penilaian. Gangguan fungsi kognitif
terkadang didahului dengan penuaan, pengendalian emosi, perilaku sosial, dan motivasi (Wicitania,
2016). Menurut Kaplan (2010), ada beberapa tes yang dapat membantumen diagnosis demensia,
misalnya Mini Mental State Examination (MMSE).Kriteria diagnostik untuk demensia, yaitu:
1. Kemampuan intlektual menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan dan lingkungan
2. Defisit kognitif selalu melibatkan memori, biasanya didapatkan kemampuan berpikir abstrak,
menganalisis masalah, pertimbangan terganggu, dan perubahan kepribadian.
3. Sadar saat melakukan wawancara dengan mewancarai penderita, ada beberapa yang dapat
ditelusuri seperti waktu menanyakan nama, alamat, pekerjaan, umur,tanggal lahir dan riwayat
penyakit. Dengan pernyataan ini dapat memperoleh kesan mengenai memori, kelancaran bahasa,
dan mengucapkan kata-kata.

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit
otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas
kerja dan sosial secara bermakna. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu
dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
Faktor risiko : hipertensi, diabetes militus, gangguan jantung, penyekit paru obstruktif kronis dan
obesitas. Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan gangguan
kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang timbul dalam jangka
pendek dan berfluktuasi. Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek,
gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan prosespikir (diorientasi waktu, tempat,
orang),komunikasi tidak relevan. Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda
dan gejalayang dialami pada Demensia antara lain :
1. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang informasi yang baru
di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasayang di alami lansia yang menderita demensia
seperti lupa dengan pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita
demensia akan sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan
sehari-hari. Lansia yang mengadalamiDemensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak
mengerti tentang langkah-langkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan
makanan,menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.
3. Masalah dengan bahasa
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah kata yang tepat,
mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat kalimat yang sulit untuk di
mengerti orang lain.
4. Disorientasi waktu dan tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit Demensia lupa dengan hari atau
diaman dia berada, namun dengan lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa
dengan dimana mereka beradadan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak
mengetahui bagaimana kembali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna dalam setiap
waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat
mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun senang atau
mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami
demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan
marah tanpa alasan yang jelas.Kepribadian seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun
dengan yang dialami lansia dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan
kepribadian,misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan
ketergantungan pada anggota keluarga.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh
penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran sehingga
mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna. Demensia tidak hanya masalah pada
memori. Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan
atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa,
dan terganggunya aktivitas. Faktor risiko : hipertensi, diabetes militus, gangguan jantung, penyekit
paru obstruktif kronis dan obesitas. Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang
ditandai dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi
yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi. Gejalanya: gangguan kognitif global berupa
gangguan memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan prosespikir
(diorientasi waktu, tempat, orang),komunikasi tidak relevan.
Tujuan lansia harus selalu diajak berkomunikasi ialah menumbuhkan rasa percaya diri
lansia kepada pemberi asuhan, memberi rasa aman nyaman kepada lansia dalam
mengungkapkan perasaan, memenuhi kebutuhan lansia akan kasih sayang, melatih lansia
mengembangkan berbicara,mendengar, dan menerima rangsangan. mempertahankan
kemampuan lansia mengambil keputusan; dan menciptakan atau meningkatkan hubungan sosial
dalam masyarakat (Nugroho, 2009)
Proses komunikasi dengan lansia akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non
asertif. Sikap agresif ditandai dengan beberapa perilaku, diantaranya berusaha mengontrol dan
mendominasi orang lain, meremehkan orang lain, memepertahankan haknya dengan menyerang
orang lain, menonjolkan diri sendiri, dan mempermalukan orang lain didepan umum. Sedangkan
tanda sikap non asertif diantaranya ialah menarik diri bila diajak berbicara, merasa tidak sebaik
orang lain,merasa tidak berdaya, tidak berani mengungkap keyakinan,membiarkan orang lain
membuat keputusan untuk dirinya, tampil pasif (diam), mengkuti kehendak orang lain,
mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selain
itu,kendala lain dalam berkomunikasi dengan lansia ialah gangguan neurologi yang menyebebkan
gangguan bicara, penurunan daya pikir,mudah tersinggung, sulit menjalin hubungan mudah
percaya, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan hambatan
lingkungan (Aspiani, 2014)

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan adanya masukan dan kritik dari pembaca serta pembaca
dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan di bidang kesehatan lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Khalifah, Siti Nur. 2016. Modul bahan ajar cetak keperawatan: keperawatan gerontik . Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan
Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.2011
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : SalembaMedika
Wicitania N. Faktor Risiko Gizi Terhadap Kejadian Demensia pada Lanjut Usia diPanti Werdha Elim
Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang; 2016.
Zen, Pribadi. (2013). Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan Profesional. Yogyakarta : D-
Medika

Anda mungkin juga menyukai