Dosen pengampu:
Ibu Wyssie Ika Sari, S.Kep.,Ns., M.Kep
Disusun oleh :
1. DEFINISI
Proses inflamasi pada lambung mengakibatkan mukosa lambung terka sehingga sering
kali penderita dapat merakan mual, muntah dan merasa nyeri pada ulu hati. Sehingga
penyakit ini sering kali menyebabkan kekambuahan oleh beberapa factor (Melani astari,
2016).
Pola makan yang tidak benar menjadi faktor utama penderita gastritis mengalami
gangguan pencernaan. Terutama pada lansia, penderita harus memperhatikan dengan benar
makanan yang dikonsumsi. Frekuensi makanan, jenis makanan dan juga tekstur harus sesuai
dan memastikan lambung tidak dalam keadaan kosong(Muhith & Siyoto, 2017).
Selain pola makan aktivitas yang berlebihan juga dapat mempengarui pencernaan.
Penderita yang mengalami stres juga dapat memicu kekambuhan gastritis kronis,
dikarenakan faktor fikiran dapat meimbulkan kekambuhan(Kurniyawan & Kosasih, 2015).
2. ETIOLOGI
MenurutSipponen and Maaroos (2015), Penyebab gastritis dapat di bedakan sesuai
dengan klasifikasi, yaitu sebagai berikut :
a. Gastritis Akut, disebabkan oleh penggunaan obat-obat analgetik dan anti
inflamasi terutapanaspirin secara bebastidak menggunakan resep dokter.
Mengkonsumsi bahan-bahan kimia seperti alkohol, kopi yang banyak
mengandung kafein.
b. Gastritis Kronik penyebab yang terjadipada umumnya belum diketahui secara
rinci, hanya saja sering bersifat multifaktor. Bisa terjadi akibat kuman, pola
makan yang tidak benar, memakan makanan yang dipantang, dan kurangnya
kepatuhan dalam terapi pengobatan.
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Dhani (2019), Gambaran klinis pada gastritis dibedakan menjadi dua dengan
manifestasi sebagai berikut, yaitu:
1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:
a. Timbulnya hemoragi yang mengakibatkan ulserasi superfisial pada
lambung.
b. Perasaan mual dan ingin muntah,sakit kepala, kelelahan dan
ketidaknyamanan pada abdomen.
c. Gejala asimptomatik sering terjadi pada beberapa pasien
d. Memuntahkan makanan yang membuat lambung iritasi agar tidak terjadi
diare dan kolik.
e. Dalam beberapa hari pasien akan pulih, namun sering kali nafsu makan
belum kembali selama kurang lebih 3 hari.
2. Gastritis Kronispada kasus gastritis kronis, sering terjadi penderita mengalami
kembung setelah memakan sesuatu, ketidaknyamanan pada mulut, terjadinya
mual dan muntah, paenderita juga sering mengalami nyeri pada ulu hati, dan juga
mengalami penurunan nafsu makan (anoreksia). Gelaja defisiensi B12 tidak akan
terjadi pada gastritis dengan tipe ayang mengalami asimtomatik.
4. KLASIFIKASI
Beberapa klarifikasigastritismenurutAngos (2016)gastritis dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Gastritis Akut Penyakit yang diakibatkan peradangan pada dinding lambung,
untuk melindungi lambung dari kerusakan akibat asam lambung, dinding lambung
dilapisi oleh lendir mukus yang cukup tebal. Gastritis akutdialami kurang dari tiga
bulan. Gastritis akut dapat mengakibatkan luka pada lambung bahkan sering
terjadi(Kurniyawan & Kosasih, 2015). Ada beberapa tipe pada gastritis kronis
diantaranya gastritis akut, erosive, dan eosinofilik. Secara umum gastritis
mempunyai tanda gejala yang serupa.
b. Gastritis kronik Gastritis kronik, peradangandi lapisan lambung yang terjadi
cukup lama penderita mengalami nyeri ulu hati perlahan dan dalam cukup lama.
Nyeri diawali dengan yang lebih ringan dibanding dengan gastritis akut. Namun
terjadi lebih lama dan sering muncuk sehingga mengakibatkan peradangan kronis.
Hal ini juga beresiko pada kanker lambung apabila tidak segera ditangani. Atropi
progresif kelenjar menjadi tanda bahwa terjadi gastritis kronis pada lambung,
karena hilangnya sel yang berperang pada lambung yaitu, sel parietal dan chief
sel. Gastritis kronik dibedakan menjaditiga jenisn yaitu gastritis superfisial,
gastritis atropi dan gastritis hipertropi (Kurniyawan & Kosasih, 2015).
5. PATOFISIOLOGI
MenurutToh (2014), dibedakan menjadi beberapa antara lain: GastritisAkut, ada 2 hal
yang akan terjadi apabila lambung teriritasi oleh zat asing, yaitu :
a. Meningkatnya sekresi berupa HCO3 berkaitan dengan NaCLmenghasilkan
NaCO3 mengakibatkan iritasi lambung, terjadinya mual dan muntah dan
gangguan nutrisib.
b. Terjadinya hemostastis yang diakibatkan oleh mukosa lambung. Jikaterjadi erosi
dikemudian hari dikarenakan penanganan terlambat maka akan mengakibatkan
nyeri pada lambung dan terjadi hipovolemikkarena pendarahan.
c. Gastritis Kronik, hal ini terjadi disebabkan gastritis akut yang terjadi berulang
oleh karena itu mengakibatkan penyembuhan yang tidak sempurnya sehingga
akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL Pepsin dan fungsi
intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis. Gastritis
itu tidak bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi
ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi. Gangguan cairan ketika terjadi
muntah hebat.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,
akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Ulkus peptikum juga keganasan
lambung. Menurut Sipponen and Maaroos (2015)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nyeri
kelemahan fisik
Intoleransi aktivitas
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS
PENGKAJIAN
I. Biodata
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai kantor
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri ulu hati.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mempunyai penyakit gastritis.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien sering merasa
nyeri pada perut bagian sebelah kirinya. Rasa nyerinya itu seperti diremas-remas
serta terasa panas. Rasa nyerinya berada di skala 5 dari skala nyeri 0-10 Pasien
mengatakan merasa lebih baik jika dibuat berbaring. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah sudah 6x yang membuat nafsu makan pasien menurun.
III. Pengkajian
1. Pola Fungsional
a. Pola Nutrisi-Metabolik
b. Pola Eliminasi
c. Pola Istirahat-Tidur
No Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Pasien mengatakan lama
Pasien mengatakan lama
1 Lama tidur tidur 6 jam terkadang
tidur 8 jam
susah tidur karena muntah
Pasien mengatakan jam Pasien mengatakan jam
tidur mulai jam 21.00 dan tidur mulai jam 19.00 dan
2 Jam Tidur-Jam Bangun
bangun jam 04.00 kadang terbangun malam
hari
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
3 Kualitas tidur kualitas tidur normal kualitas tidur tidak
teratur/ susah tidur
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
sebelum tidur mengobrol sebelum tidur menonton
Kebiasaan sebelum tidur dengan suami tv untuk mengalihkan
4
rasa sakit jika
penyakitnya kambuh
Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan
5
Kesulitan tidur ada kesulitan tidur kesulitan tidur
d. Pola Kognitif-Persepsi
P : Nyeri pada pagi hari saat bangun tidur
Q : Nyeri seperti diremas remas dan terasa panas
R : Daerah epigastrium
S : Skala nyeri 5 dari 0-10
T : Hilang Timbul
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : compos mentis
Tanda – tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
S : 37°C
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
a) Pemeriksaan Abdomen
No.
Dx Data Etiologi Problem
peningkatan aktifitas
2.
lambung
kehilangan cairan
V. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan
3. Defisien volume cairan berhubungan dengan gangguan yang mempengaruhi
asupan cairan
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
VI. Rencana keperawatan
No.
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
dx
1. Setelah dilakukan Dengan kriteria hasil : 1. Pemberian Analgesik :
tindakan 3x24 1. Diharapkan nyeri a. Tentukan lokasi, karakteristik,
jam : pasien dapat kualitas dan keparahan nyeri
a. Diharapkan terkontrol : sebelum mengobati pasien.
nyeri pasien dapat a. Mengenali b. Cek perintah pengobatan meliputi
terkontrol. kapan nyeri obat, dosis, dan frekuensi obat
terjadi dengan analgesic yang diresepkan.
skala outcome c. Cek adanya riwayat alergi obat.
(3) d. Berikan kebutuhan kenyamanan
b. Menggambarka dan aktivitas lain yang dapat
n factor membantu relaksasi untuk
penyebab memfasilitasi penurunan nyeri.
dengan skala e. Berikan analgesic sesuai waktu
outcome (3) paruhnya, terutama pada nyeri
c. Menggunakan yang berat.
analgesic yang 2. Manajemen Nyeri :
direkmendasika a. Lakukan pengkajian nyeri
n dengan skala komprehensif yang meliputi
outcome lokasi, karakteristik,onset/durasi,
(3) frekuensi, kualitas, intensitas
d. Melaporkan atau beratnya nyeri dan factor
perubahan pencetus.
terhadap gejala b. Pastikan perawatan analgesic
nyeri pada bagi pasien dilakukan dengan
professional pemantauan yang ketat.
kesehatan c. Gunakan strategi komunikasi
dengan skala terapeutik untuk mengetahui
outcome (3) pengalaman nyeri dan
e. Melaporkan sampaikan penerimaan psien
nyeri yang terhadap nyeri.
terkontrol d. Berikan informasi mengenai
dengan skala nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
outcome (3)
1. Monitor Cairan :
a. Monitor asupan dan
pengeluaran.
b. Berikan cairan dengan
tepat.
2. Manajemen Hipovolemi :
a. Monitor adanya tanda-
tanda dehidrasi (misalnya,
3. Defisien volume turgor kulit buruk, capillary
cairan b/d gangguan refill terlambat, nadi
Sabtu, 10-4-
yang mempengaruhi lemah/thread pulse, sangat
2021/20.00
asupan cairan haus, membrane mukosa
kering dan penurunan urin
output).
a. Dukung asupan cairan oral
(misalnya, berikan cairan
lebih dari 24 jam dan
berikan cairan dengan
makanan), jika tidak ada
kontraindikasi.
VIII. Evaluasi Keperawatan