Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA APLASTIK

A. Konsep Teori Anemia Aplastik


1. Pengertian Anemia Aplastik

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang


rendah dalam darah. (WHO,2015). National Institute of Health (NIH)
Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak
memiliki jumlah sel darah merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017).

Menurut Ngastiyah (2012), Anemia adalah berkurangnya jumlah


eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya
volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml
darah. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan terhadap keseimbangan
antara pembentukan darah pada masa embrio setelah beberapa minggu
dari pada masa anak atau dewasa.

2. Etiologi Anemia
Etiologi anemia dapat diklasifikasikan menurut:
1. Etiologi atau fisiologi yang dimanifestasikan dengan penurunan
jumlah eritrosit atau hemoglobin dan tidak dapat kembali, seperti:
1) Kehilangan darah yang berlebihan.
Kehilangan darah yang berlebihan dapat diakibatkan karena
perdarahan (internal atau eksternal) yang bersifat akut ataupun
kronis. Biasanya akan terjadi anemia normostatik (ukuran
normal), normokromik (warna normal) dengan syarat simpanan
zat besi untuk sintesis hemoglobin (Hb) mencukupi.
2) Destruksi (hemolisis) eritrosit.
Sebagai akibat dari defek intrakorpuskular didalam sel darah
merah (misalnya anemia sel sabit) atau faktor ekstrakorpuskular
(misalnya, agen infeksius, zat kimia, mekanisme imun) yang
menyebabkan destruksi dengan kecepatan yang melebihi
kecepatan produksi eritrosit.
3) Penurunan atau gangguan pada produksi eritrosit atau
komponennya. Sebagai akibat dari kegagalan sumsum tulang
(yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti neoplastik, radiasi,
zat-zat kimia atau penyakit) atau defisiensi nutrien esensial
(misalnya zat besi).
2. Morfologi, yaitu perubahan khas dalam ukuran, bentuk dan warna
sel darah merah.
1) Ukuran sel darah merah: normosit (normal), mikrosit (lebih kecil
dari ukuran normal) atau makrosit (lebih besar dari ukuran
normal)
2) Bentuk sel darah merah: tidak teratur, misalnya: poikilosit (sel
darah merah yang bentuknya tidak teratur), sferosit (sel darah
merah yang bentuk nya globular) dan depranosit (sel darah
merah yang bentuk nya sabit/sel sabit).
3) Warna/sifatnya terhadap pewarnaan: mecerminkan konsentrasi
hemoglobin; misalnya normokromik (jumlah hemoglobin cukup
atau normal), hipokromik (jumlah hemoglobin berkurang).
3. Manifestasi Klinis
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita
anemia bisa mengalami gejala berupa:
a. Lemas dan cepat lelah
b. Sakit kepala dan pusing
c. Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan
d. Kulit terlihat pucat atau kekuningan
e. Detak jantung tidak teratur
f. Napas pendek
g. Nyeri dada
h. Dingin di tangan dan kaki
Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan
makin terasa seiring bertambah parahnya kondisi anemia.

4. Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah


merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:

a. Anemia aplastik

Penyebab:

1. agen neoplastik/sitoplastik
2. terapi radiasi
3. antibiotic tertentu
4. obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5. benzene

infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang

Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:

1. Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)


2. Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan
saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
3. Anemia pada penyakit ginjal
4. Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
5. Hematokrit turun 20-30%
6. Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun


defisiensi eritopoitin

c. Anemia pada penyakit kronis

Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis


normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan

d. Anemia defisiensi besi

Penyebab:

Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi

Gangguan absorbsi (post gastrektomi)

Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,


hemoroid, dll.)


gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:

- Atropi papilla lidah


- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
- Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e. Anemia megaloblastik

Penyebab:

Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat

Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor

Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing
pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah


Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah


disebabkan oleh destruksi sel darah merah:

- Pengaruh obat-obatan tertentu

- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik

- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

- Proses autoimun

- Reaksi transfusi

Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL

Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL

Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal

Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL

Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL

Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

5. Komplikasi Anemia

Komplikasi anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) adalah:


a. Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa
sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.
b. Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat
mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran
prematur.
c. Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat
atau ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung
harus memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan
oksigen dalam darah. Hal ini menyebabkan jantung membesar atau
gagal jantung.
d. Kematian¸beberapa anemia turunan, seperti anemia sel sabit, bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak
darah dengan cepat mengakibatkan anemia akut dan berat dan bisa
berakibat fatal.

6. Patofisiologi dan Pathway


Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel


fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan
limpa. Hasil dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).

Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin


plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalamurin (hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien


disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar: 1)
hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2) derajat proliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
7. Proses Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

1. Lakukan pengkajian fisik

2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet

3. Observasi adanya manifestasi anemia

a. Manifestasi umum

- Kelemahan otot
- Mudah lelah
- Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat

- Sakit kepala
- Pusing
- Kunang-kunang
- Peka rangsang
- Proses berpikir lambat
- Penurunan lapang pandang
- Apatis
- Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)

- Perfusi perifer buruh


- Kulit lembab dan dingin
- Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
- Peningkatan frekwensi jatung

b. Nursing Care Plans

1) DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,


penurunan konsentrasi Hb dalam darah..
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
- Defisit perawatan diri b.d kelemahan
- Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
- Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
- Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
- Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
- Keletihan b.d anemia

a) Pengertian
Anemia defisiensi besi adalah satu jenis anemia yang disebabkan
kekurangan zat besi sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah merah
yang sehat. Zat besi diperlukan tubuh untuk menghasilkan komponen sel
darah merah yang dikenal sebagai hemoglobin. Saat tubuh mengalami
anemia defisiensi besi, maka sel darah merah juga akan
mengalami kekurangan pasokan hemoglobin yang berfungsi mengangkut
oksigen dalam sel darah merah untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh.
Tanpa pasokan oksigen yang cukup dalam darah, tubuh juga tidak mendapat
oksigen yang memadai sehingga dapat merasa lemas, lelah, dan sesak napas,
sehingga dapat ditegakan beberapa diagnosa dari penyakit Anemia tersebut.

b) Batasan karakteristik/faktor resiko


Adapun beberapa karakteristik dan faktor resiko dari Anemia yaitu :
1. Kelelahan

Kelelahan adalah gejala paling umum akibat kurang darah. Namun,


kelelahan yang jadi ciri-ciri anemia sedikit berbeda dengan kelelahan
biasa.

Kelelahan atau kecapekan terjadi karena tubuh Anda kekurangan


hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein khusus yang berfungsi
untuk mengikat oksigen dan mengangkutnya ke seluruh tubuh lewat
bantuan sel darah merah. Ketika tubuh kekurangan hemoglobin, otomatis
semua sel dan jaringan tubuh Anda akan kekurangan oksigen. Akibatnya,
jantung harus bekerja lebih keras untuk mengalirkan sel darah merah
beroksigen ke seluruh tubuh. Itu sebabnya, Anda jadi merasa cepat lelah.

2. Kulit pucat

Kulit pucat adalah salah satu ciri-ciri umum dari anemia. Hemoglobin
adalah pemberi warna merah pada darah.

Jaringan kulit itu sendiri memiliki banyak pembuluh darah kecil. Rona
kulit kita sedikit banyak dipengaruhi oleh sirkulasi darah yang lancar. Itu
sebabnya ketika kadar hemoglobin rendah, kulit dapat berwarna pucat.
Warna kulit pucat sebagai gejala kurang darah dapat terlihat pada seluruh
bagian tubuh, atau bagian tertentu saja. Namun, area yang biasanya
tampak lebih mudah memucat adalah wajah, gusi, bagian dalam bibir,
kelopak mata bawah, dan punggung kuku.

Seseorang yang kulit tubuhnya pucat biasanya sudah mengalami gejala


anemia sedang hingga berat.

3. Pusing dan sakit kepala

Sensasi pusing atau kliyengan seperti terasa berputar yang muncul tiba-
tiba bisa menjadi gejala anemia. Penyebabnya pun sama, yaitu karena
tubuh kekurangan persediaan hemoglobin yang cukup.

Selain bertugas untuk memberi warna merah pada darah, hemoglobin


berfungsi untuk membawa oksigen dan nutrisi ke sekujur tubuh. Ketika
kadar hemoglobin rendah, pasokan oksigen mungkin tidak dapat sampai
ke otak. Itu sebabnya, Anda merasakan pusing, terutama saat berdiri dari
duduk atau berbaring.

Selain itu, kekurangan oksigen juga membuat pembuluh darah di otak


bengkak dan menekan bagian lainnya sehingga menyebabkan sakit
kepala.

4. Sesak napas

Kurangnya kadar hemoglobin di dalam darah berimbas pada kurangnya


pasokan oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini membuat otot tak
mendapat cukup oksigen untuk bisa melakukan aktivitas normal sehari-
hari, seperti berjalan, naik turun tangga, hingga saat berolahraga ringan.

Ketika kadar oksigen tak mencukupi, laju pernapasan menjadi


meningkat. Ini merupakan salah satu cara tubuh untuk bisa mendapatkan
oksigen yang mencukupi.
Namun, semakin paru-paru bekerja keras untuk menampung oksigen,
dada akan terasa sesak meski hanya melakukan aktivitas ringan.

5. Jantung berdebar

Ciri-ciri anemia akibat kekurangan zat besi umumnya menimbulkan


sensasi jantung berdebar kencang, yang disebut palpitasi.

Minimnya kadar hemoglobin dalam darah membuat jantung harus


bekerja ekstra keras untuk mengalirkan darah beroksigen. Itu sebabnya
jantung berdetak lebih cepat dan kencang karena berusaha memompa
oksigen.

Gejala ini biasanya terjadi ketika Anda sudah menderita anemia dalam
waktu yang sudah cukup lama.

6. Kulit dan rambut kering

Gejala anemia juga bisa lihat dari kondisi kulit dan rambut. Kulit yang
kering serta rambut rusak biasanya menjadi salah satu tanda bahwa
seseorang kekurangan zat besi.

Ini karena pasokan oksigen dan nutrisi ke berbagai berbagai organ dan
jaringan tubuh berkurang. Kekurangan oksigen membuat jaringan
menjadi lebih lemah termasuk pada kulit dan rambut.

Bahkan, beberapa orang yang memiliki anemia juga mengalami gejala


rambut rontok.

7. Lidah bengkak serta mulut terasa sakit

Ciri-ciri lain yang menandakan bahwa Anda mengalami anemia adalah


lidah bengkak, meradang, dan berwarna pucat.

Kondisi ini lagi-lagi disebabkan rendahnya kadar hemoglobin sehingga


membuat lidah tak lagi berwarna pink seperti seharusnya.
Sementara itu, rendahnya kadar mioglobin juga memunculkan rasa sakit
pada lidah dan menyebabkannya bengkak. Mioglobin merupakan protein
di dalam sel darah merah yang membantu mendukung kerja otot.

Gejala anemia juga menyebabkan masalah mulut lainnya, seperti mulut


kering, retakan merah di sudut bibir, dan sariawan.

8. Tangan dan kaki dingin

Gejala kurang darah akibat anemia defisiensi zat besi dapat membuat
tangan dan kaki terasa dingin. Hal ini disebabkan karena minimnya
suplai oksigen yang dialirkan dari jantung menuju kedua bagian tersebut.

c) Faktor yang berhubungan/faktor risiko

Adapun faktor yang berhubungan dengan faktor resiko Anemia dan berbeda
pula gejala yang dimunculkannya. Selain sederet gejala umum di atas,
berikut adalah ciri-ciri lain yang khas hanya muncul pada setiap jenis
anemia:

1. Anemia defisiensi zat besi

Anemia defisiensi zat besi atau kekurangan zat besi biasanya ditunjukkan
dengan berbagai gejala, seperti:

a. Gampang capek
b. Kuku mudah patah atau rapuh
c. Lidah bengkak atau sakit
d. Luka pada sudut bibir
e. Mengidam sesuatu yang aneh (pica), seperti kertas dan es batu
f. Koilonychias (bentuk kuku seperti sendok)

Selain itu, anemia defisiensi zat besi juga mungkin menyebabkan gatal-gatal
pada kulit. Ketika Anda menggaruk kulit, hal ini juga dapat menyebabkan
kemerahan dan benjolan yang menyerupai ruam. Kondisi ini disebut
dengan anemia rash.

2. Anemia defisiensi asam folat

Asam folat ikut berperan penting dalam pembuatan sel darah merah yang
sehat. Kekurangan asam folat membuat Anda mengalami anemia defisiensi
asam folat, dengan gejala meliputi:

a. Gampang marah
b. Diare
c. Kulit pucat
d. Permukaan lidah halus dan bintil-bintil lidah hilang
e. Mati rasa pada bagian tubuh tertentu
f. Sulit untuk berjalan dengan baik; sering goyah, atau mudah jatuh
g. Otot lengan dan kaki sering kaku atau kesemutan

3. Anemia aplastik

Anemia aplastik adalah jenis anemia yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel
induk di sumsum tulang. Selain berbagai ciri-ciri umum yang telah
disebutkan di atas, anemia aplastik juga ditandai dengan gejala, seperti:

a. Mual
b. Ada darah dalam urine
c. Perut dan kaki yang membengkak
d. Ruam (anemia rash)

Ini adalah jenis anemia yang paling sering menyebabkan ruam. Ruamnya
menyerupai bercak atau bintik merah dan paling sering terjadi di area leher,
lengan, dan kaki.

Namun, bercak merah ini tidak menyebabkan nyeri atau gatal. Anda dapat
mengenali anemia rash dengan cara menekan ruam dan bercak akan tetap
berwarna merah.

4. Anemia fanconi

Anemia fanconi adalah penyakit darah keturunan yang mencegah sumsum


tulang menghasilkan tiga jenis sel darah utama (sel darah putih, sel darah
merah, dan keping darah/trombosit). Gejala anemia fanconi adalah:

a. Punya bentuk atau ukuran jari-jari yang abnormal.


b. Mengalami masalah pada jantung, ginjal, dan tulang
c. Ukuran tubuh, kepala, dan mata yang lebih kecil dari normal.

5. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat membuat cukup
sel darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang hancur
sebelum waktunya.

a. Gejala khas dari anemia hemolitik selain yang umum di atas adalah:
b. Kulit, kuku, bagian putih mata menguning (jaundice)
c. Luka borok bernanah yang sulit sembuh, biasanya pada kaki.
d. Limpa bengkak
e. Bagian perut atas terasa sakit

6. Anemia pernisiosa

Anemia pernisiosa adalah jenis anemia yang ini disebabkan oleh defisiensi
vitamin B12. Tubuh orang anemia yang tidak mampu menyerap atau
memiliki cukup vitamin B12 umumnya memunculkan gejala seperti:

a. Adanya saraf dalam tubuh yang rusak


b. Merasa kebingungan
c. Demensia
d. Gampang lupa
e. Depresi
f. Mual atau kadang mulas
g. Berat badan menurun

7. Anemia sel sabit

Anemia sel sabit atau anemia sickle cell memiliki gejala khas berupa nyeri
yang muncul tiba-tiba di sekujur tubuh. Kerusakan limpa juga menjadi
gejala khas dari penyakit darah yang satu ini.

Akibatnya Anda akan mengalami pembengkakan pada tangan dan kaki


sebagai gejala anemia sel sabit. Selain itu, jenis anemia ini juga dapat
menimbulkan ciri-ciri lain seperti:

a. Pembengkakan pada tangan dan kaki


b. Rentan terhadap infeksi.
c. Sakit perut atau nyeri sendi yang parah.
d. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat lambat.

Meski kadang tak bergejala, Anda sebaiknya tidak mengabaikan kondisi ini.
Jika dalam 2-3 minggu terakhir Anda merasa mudah lelah tanpa alasan yang
jelas, segeralah periksakan diri ke dokter.

Mudah capek bisa menjadi gejala Anda memiliki kadar hemoglobin atau sel
darah merah yang kurang. Namun, gejala ini bisa juga
menandakan kekurangan asupan gizi atau vitamin tertentu.

Dengan berkonsultasi ke dokter, Anda akan lebih cepat mengetahui apakah


Anda didiagnosis anemia dan menentukan pilihan pengobatan yang paling
tepat. Ketika Anda menjalani pengobatan yang tepat, komplikasi yang
mungkin terjadi akibat anemia pun dapat Anda cegah.

Untuk memastikan gejala yang anda alami positif anemia, dokter akan
melakukan berbagai pemeriksaan fisik dasar serta menganjurkan beberapa
tes di bawah ini:
a. Tes darah lengkap untuk menentukan jumlah, ukuran, volume, dan
kadar hemoglobin di dalam sel darah merah.
b. Tes kadar zat besi dalam darah dan tingkat ferritin serum untuk
melihat cadangan zat besi di tubuh.
c. Tes kadar vitamin B12 dan folat, keduanya merupakan vitamin yang
diperlukan untuk produksi sel darah merah.
d. Tes darah khusus untuk mendeteksi penyebab anemia yang jarang
terjadi.
e. Tes hitung retikulosit, bilirubin dan tes darah, serta tes urine lainnya
untuk mengetahui kemungkinan anemia hemolitik.

2. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N
SDKI SLKI SIKI
O
1 D.0009 L.02011 I.02068

Perfusi perifer Setelah dilakukan Peripheral Sensation


tidak efektif b/d tindakan Management (Manajemen
fungsi sensori, keperawatan sensasi perifer)
penurunan selama 3X24 jam
a. Monitor adanya daerah
konsentrasi Hb perfusi jaringan
tertentu yang hanya peka
dan darah, klien adekuat
terhadap
suplai oksigen dengan kriteria :
panas/dingin/tajam/tump
berkurang
a. Membran ul
mukosa b. Monitor adanya paretese
merah c. Instruksikan keluarga
b. Konjungtiva untuk mengobservasi
tidak anemis kulit jika ada lesi atau
c. Akral hangat laserasi
d. Tanda-tanda d. Gunakan sarun tangan
vital dalam untuk proteksi
rentang e. Batasi gerakan pada
normal kepala, leher dan
punggung
f. Monitor kemampuan
BAB
g. Kolaborasi pemberian
analgetik
h. Monitor adanya
tromboplebitis
i. Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi

2. Terapeutik
a. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
3. Kolaborasi
a. pemberian obat diuretik
jika perlu
2 D. 0149 L.01001 I.01014
Bersihan jalan
Bersihan Jalan
napas tidak Pemantauan respirasi
Napas
efektif
berhubungan Setelah dilakukan 1. Observasi
dengan tindakan a. Monitor frekuensi
hipersekresi keperawatan selama napas, kedalaman, dan
jalan napas, … diharapkan upaya napas
sekresi yang bersihan jalan napas b. Monitor pola napas
tertahan, tidak efektif teratasi c. Monitor kemampuan
disfungsi dengan kriteria hasil batuk efektif
neuromuskular, 1. Batuk efektif d. Monitor adanya
efek agen meningkat produksi sputum
farmakologis 2. Produksi sputum e. Monitor adanya
(anaestesi), menurun sumbatan jalan napas
adanya jalan 3. Mengi menurun f. Auskultasi bunyi napas
napas buatan 4. Gelisah menurun g. Monitor saturasi

5. Frekuensi napas oksigen

membaik
Sulit bicara 2. Terapeutik

menurun a. Atur interval


pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
I.01011 Manajemen Jalan Napas
1. Observasi
a. Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
b. Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi kering)
c. Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)

2. Terapeutik
a. Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
b. Berikan minum hangat
c. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
d. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
e. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
f. Penghisapan
endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
h. Berikan oksigen, jika
perlu

3. Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
b. Ajarkan teknik batuk
efektif

4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3 D.0129 Setelah dilakukan I.14564
tindakan Observasi
Gangguan
keperawatan 1. Monitor karakteristik
integritas
selama 1 x 24 luka (mis. Drainase,
kulit/jaringan
Jam diharapkan warna, ukuran, bau)
berhubungan
inspirasi dan/atau 2. Monitor tanda- tanda
dengan faktor
ekspirasi yang infeksi
mekanis
memberikan
ventilasi adekuat Terapeutik
membaik dengan 1. Bersihkan dengan cairan
kriteria hasil: NaCl atau pembersih
- Tekanan nontoksik. Sesuai
ekspirasi kebutuhan
menurun (1) 2. Bersihkan jaringan
nekrotik
- Tekanan
3. Berikan salep yang
inspirasi
sesuai ke kulit/lesi
menurun
(1) jika perlu
- Penggunaa 4. Pasang balutan sesuai
n otot jenis luka
bantu 5. Pertahankan teknik steril
napas saat
menurun melakukan perawatan luka
(5) 6. Ganti balutan
- Frekuensi sesuai jumlah
napas eksudat dan
membaik drainase
(5)
Kedalaman napas Edukasi
membaik (5 1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Anjurkan
mengkonsumis makanan
tinggi kalori
dan protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri

Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur
debridement mis.
Enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika
perlu
4. D.0056 L.05047 I.05178

Intoleransi Setelah dilakukan “Manajemen Energi”


Aktivitas tindakan
keperawatan selama
berhubungan 3x24 jam Observasi
dengan diharapkan respon
fisiologis terhadap 1. Identifikasi gangguan fungsi
kelemahan ubuh yang mengakibatkan
aktivitas yang
kelelahan
membutuhkan
tenaga meningkat
dengan kriteria hasil Terapeutik
:
1. Sediakan lingkungan yang
1. Frekuensi nadi nyaman
(2, cukup 2. Lakukan latihan rentang
menurun) gerak pasif dan/atau pasif
2. Kekuatan tubuh
bagian atas (4,
Kolaborasi
cukup
meningkat) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Kekuatan tubuh tentang cara meningkatkan
bagian bawah asupan makanan
(4,cukup
meningkat)
4. Warna kulit (4,
cukup membaik)
5. Tekanan darah
(4,cukup
membaik)
Frekuensi napas
(4,cukup
membaik)

Implementasi

Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan


yang telah ditetapkan untuk tindakan perawatan klien. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
keterampilan interpersonal, intelektual. Tekhnikal yang dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik
dan psikologis. Setelah selesai implementasi dilakukan evaluasi kemudian
didokumntasikan yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan serta bagaimana
respon klien.

Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Dalam
dokumentasi dikenal 2 cara yaitu secara sumatif dan formatif. Biasanya evaluasi
menggunakan acuan SOAP atau SOAPIER sebagai tolak ukur pencapaian
implementasi. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai :

Berhasil : perilaku klien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau


tanggal yang ditetapkan pada tujuan.
Tercapai sebagian : pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku
yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2010. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi
5. Jakarta: EGC.

Fikawati, S., Syafiq, A., & Veratamala, A. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok:
PT. RajaGrafindo Persada.

Jitowiyono, Sugeng. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

National Institutes Of Health U.S. Departement of Health and Human


services.Your Guide to Anemia. Geneva: World Health Organization
[Online] NIH Publication 11-7629. 2011.

Ngastiyah, 2012. Perawatan anak sakit.Edisi II. Jakarta: EGC. The global
prevalence of anaemia in 2011 [Internet]. Word Health OrganizationS.
2015.

Wong, D.L, Hockenberry, M, et al. (2016). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.


Alih bahasa, Monica Ester; (6th.ed). volumen 2. Jakarta: EGC.

Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia; 2015. Bianchi VE. Anemia
in The Elderly Population. J Hematol. 2014;3(4):95-106

Olivers M, Hertrampf, Capurro, Wegner D. Prevalence of anemia in elderly


subject living at home: role of micronutrient deficiency and inflammation.
2000; 834-839

Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013.

Lucca U dkk. Association of Mild Anemia with Cognitive, Functional, Mood and
Quality of Life Outcomes in The Elderly. The Health and Anemia Study.
2008;3

Santos IS, Lotufo PA, Menezes PR, Bense IM. Anemia and Dementia Among The
Elderly. The Sao Paulo Ageing and Health Study. 2012; 74-81 7. Belakang
AL. Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia. Geriatric J. 2003;1(6):56

Wreksoatmodjo BR. Aktivitas Kognitif Mempengaruhi Fungsi Kognitif Lanjut


Usia di Jakarta. 2015;42:7-13

Le CHH. The Prevalence of Anemia and Moderate-Severe Anemia in the US


Population (NHANES 2003-2012). PloSONE 2016; 11(11).

Tettamanti M, Lucca U, Gandini F, Recchia A, Mosconi P, Apolone G, Nobili A,


Tallone MV, Detoma P, Giacomin A, Clerico M, Tempia P, Savoia L,
Fasolo G, Ponchio L, Della Porta MG, and Riva E. Prevalence, incidence
and types of mild anemia in the elderly: the Health and Anemia
population-based study. Haematologica 2010;95(11):1849-1856

Geisel T, Martin J, Schulze B, Schaefer R, Bash M, Virgin G, Stein J. An


Etiologic Profile of Anemia in 405 Geriatric Patients. Hindawi Publishing
Corporation. 2014;10.1155

Siregar RD, Arneliwati, Nauli FA. Hubungan Status Gizi Terhadap Kejadian
Anemia pada Lansia. Universitas Riau; 2014

Prasetya HR, Sistiyono, Naur MEE. 2013. Gambaran Anemia pada Lanjut Usia di
Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Tahun 2013. Yogyakarta

Prakash KG, Devendrappa KR, Madhukumar MH, Priyashree R, Avinash BH.


Clinical Profile of Anemia in Elderly: A Cross Sectional Study from a
Tertiary Care Centre.Scholars Journal of Applied Medical Sciences.
2015;3(3C):1266-1270

Anda mungkin juga menyukai