Anda di halaman 1dari 31

PROFILAKSIS :

a. Tindakan untuk mencegah perkembangan penyakit dan


b. Ketika penyakit sudah berkembang dan pasien terlindungi melawan
proses yang semakin memburuk)

ANTI-INFEKSI : Senyawa yang digunakan untuk pengobatan


penyakit infeksi yang disebabkan oleh spesies
tertentu (serangga, metazoa, protozoa, bakteri,
riketsia atau virus).
RUANG LINGKUP

1. Desinfektan / Antiseptika
2. Antimikroba :
 Antibiotika
 Anti Tuberkulosa (Tuberkulostatika)
 Antivirus (Virusida)
3. Kemoterapi Parasit
 Amubisid (Anti amuba)
 Fungisida (Obat anti jamur)
 ANTISEPTIK adalah zat-zat yang dapat mematikan
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
setempat di jaringan hidup, khususnya di atas kulit
dan selaput lendir.

 DESINFEKTAN adalah zat-zat untuk mencegah


terjadinya infeksi dan pencemaran jasad reunik,
juga untuk mematikan/menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, terutama pada benda mati,
misalnya, sterilisasi alat kedokteran.
1. Penginaktifan enzim tertentu pada mikroba
2. Denaturasi (pengrusakan) protein mikroba
3. Mengubah permeabilitas membrane sitoplasma
mikroba
4. Interkalasi ke dalam DNA
5. Pembentukan khelat (senyawa kompleks)
1. BETADINE (larutan kompleks Polivinil-Pirolidon).
2. HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2)
3. YODIUM TINCTURE
4. KALIUM PERMANGANAT (PK)
5. FORMALIN (pengawet mayat)
6. FORMALDEHYDE tablet (Pengawet bahan kasa, kapas)
7. ALKOHOL (60% - 90% larutan dalam air)
8. CHLORHEXIDINE
9. CHLORINE (Merupakan oksidator kuat sebagai desinfektan)
10. SABUN DAN DETERGENT
 Zat yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme terutama fungi yang
dapat membasmi mikroorganisme jenis lain.
 Pertama kali ditemukan oleh Dr. Alexander Fleming (1928)

PENGGOLONGAN ANTIBIOTIKA
A. Berdasarkan sifat toksisitasnya
a. Bakterisida ( Antibiotik yang dapat mematikan kuman)
b. Bakteriostatika (Antibiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan kuman).

B. Berdasarkan luas aktivitas kerjanya


a.Spektrum Luas (broad spectrum),
b.Spektrum Sempit (narrow spectrum),
C. Berdasarkan mekanisme / tempat kerjanya :

a. Menghambat sintesis dinding sel mikroba, sehingga


dinding sel tidak sempurna -> pecah -> mati.
b. Menghambat sintesis protein sel mikroba, sehingga
sintesis protein terhenti -> mati
c. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat mikroba,
shg sintesis RNA & DNA terhenti -> mati
d. Merusak keutuhan membran sel mikroba, sehingga
lebih permeabel -> zat penting keluar -> mati
e. Mengganggu metabolisme sel mikroba, sehingga
metabolisme terhenti (secara antagonis kompetitif)
-> mati
a. MENGHAMBAT SINTESIS DINDING SEL :
1. Golongan β-laktam :
Penisilin G, Ampisilin, Metisilin, Oksasilin, Sefalosporin, Asam
Klavulanat, Basitrasin.

2. Golongan Glikopeptida (Contoh : Vankomisin)

b. MENGHAMBAT SINTESIS PROTEIN


1. Golongan Aminoglikosida : Streptomisin, Neomisin, Gentamisin,
Kanamisin
2. Golongan Tetrasiklin : Tetrasiklin & Doksisiklin
3. Golongan Makrolida : Eritromisin, Klaritromisin
4. Golongan Nitroaromatik : Kloramfenikol
5. Golongan Linkosamin : Linkomisin & Klindamisin
c. MENGHAMBAT SINTESIS DNA/RNA
1. Golongan Kuinolon : Asam Nalidiksat, Siprofloksasin
2. Golongan Ansamisin : Rifampisin

d. MERUSAK MEMBRAN PLASMA


Golongan Polimiksin : Polimiksin-B

e. MENGHAMBAT METABOLISME SEL


1. Golongan Sulfonamida : Kotrimoksazol
a. Reaksi alergi dan hipersensitivitas
 Respon ini dapat terjadi kemudian atau segera, terjadi
pada pemberian pertama atau pada pajanan
berikutnya. Contoh : Penisilin dan sulfonamid
 menimbulkan hipersensitivitas (ruam dan gatal-gatal)
pada kulit hingga reaksi anafilaksis yang fatal.
b. Toksisitas obat yang langsung
 Beberapa antibiotik membawa resiko yang cukup besar untuk
menimbulkan kerusakan organ.
 Beberapa masalah paling serius yang ditemukan pada
antimikroba adalah efek yang ditimbulkannya terhadap janin.
 Sebagian besar antibiotik dapat mengakibatkan gangguan
gastrointestinal
c.Superinfeksi
 Superinfeksi terjadi ketika antibiotika membunuh
mikroflora normal pada kulit atau dalam traktus
gastrointestinal (sebenarnya diperlukan tubuh).
 Penggunaan antibiotik jangka-panjang dapat
menyebabkan defisiensi nutrient karena menghambat
tumbuhnya bakteri penghasil vitamin didalam usus.
d. Resistensi (Kebal/tidak sensitif)
 Sebagian besar mikroorganisme sudah memiliki resistensi
tersendiri yang melekat dalam dirinya terhadap preparat antibiotik
tertentu
 resistensi ini terbentuk karena struktur atau metabolismenya.
 Mutan bakteri yang resisten dapat muncul secara spontan, terjadi
setelah pajanan yang lama terhadap suatu antibiotic.
 Bakteri dapat pula memperoleh resistennya lewat pemindahan
material secara genetik
 Resistensi dapat diteruskan dari sel satu ke sel yang lainnya
sehingga tercipta populasi bakteri yang sepenuhnya resisten
terhadap suatu kisaran antibiotic.
 Terjadi karena penggunaan yang tidak rasional (Tidak infeksi, dosis
terlalu rendah, frekuensi kurang, dsb)
PREPARAT EFEK MERUGIKAN YANG DILAPORKAN
ANTIBIOTIK
UMUM IBU NEONATUS/ANAK-
HAMIL/MENYUSUI ANAK
Penisilin Alergi - Ruam dan diare pd neonates
Amoksisilin -Gangguan gastrointestinal - Diare pada neonates
-Ruam kulit ; reaksi alergi
Sefalosporin Reaksi alergi - Gangguan gastrointestinal
Streptomisin -Toksisitas pd telinga: tuli Melintasi plasenta Diare sesudah menyusui
-toksisitas ginjal toksisitas pada telinga
-gangguan gastrointestinal dalam bayi---tuli
Doksisiklin -Gangguan gastrointestinal -Mempengaruhi perkemb Dapat mempengaruhi
-reaksi alergi kulit gigi dan tulang pertumbuhan tulang
-noda pada gigi -Toksisitas pd hati
Eritromisin Gangguan gastrointestinal - Gangguan gastrointestinal
Klaritromisin Anafilaksis jarang - Ruam kulit
Gangguan pendengaran Sakit kepala
Kloramfenikol Anemia aplastik (kontraindikasi pd laktasi) Supresi sumsum tulang
Rifampisin -Gangguan gastrointestinal - -
-perubahan warna urin/cairan
tubuh
-hepatitis, reaksi mirip flu
Trimetropin Nefrotoksisitas Resiko teratogenikdapat Ertima toksik yg ringan
-sulfametoksazol Gangguan gastrointestinal mengganggu metabolism
Ruam kulit as.folat
 Harus tepat, dengan mempertimbangkan faktor sensitivitas
mikroorganisme, dan keadaan tubuh hospes
 Penggunaan antibiotika yang bersifat bakteriostatik, proses
pemusnahan mikroorganismenya tergantung juga pada daya tahan
tubuh,
 Pemakaian antibiotika yang berspektrum luas perlu dipertimbangkan
karena dapat menimbulkan superinfeksi.
 Hindari penggunaan antibiotik baru untuk keperluan rutin, agar jika terjadi
resistensi, masih tersedia antibiotik yang efektif.
 Kondisi pasien dengan gangguan fungsi organ tertentu (ginjal, hepar,
dsb, perlu dipertimbangkan,
 Biaya pengobatan selain ditentukan oleh harga suatu obat, tetapi juga
ditentukan oleh lamanya pengobatan.
1. AB. GOL.AMINOGLIKOSID (Streptomisin, Gentamisin, Neomisin)
 Spektrum luas dan bakterisidal.
 Bersifat ototoksik (gangguan pendengaran/tuli) dan nefrotoksis
(merusak ginjal), (KI : wanita hamil)

2. AB. GOL. KLORAMFENIKOL


 Spektrum luas, dahulu Drug of choice (obat pilhan) untuk Thypoid.

 ESO : Menyebabkan anemia aptastik, Grey baby syndrome.

sekarang sudah digantikan dengan ciprofloksasin, sefixime

3. AB. GOL.KUINOLON (Ciprofloksasin)


 Spektrum luas, namun kurang efektif terhadap bakteri gram positif,
 Indikasi : Thypoid, infeksi saluran kemih, gonorhoe dsb
 KI : Pada anak-anak < 14 tahun (dapat mengganggu
pertumbuhan efipise tulang), menjadi rapuh.
4. AB.GOL.TETRASIKLIN (Tetrasiklin, Oksitetrasiklin)
 Spektrum luas.
 ESO : Kerapuhan tulang dan gigi (carries), Iritasi lambung (oral)

tromboflebitis (I.v.), menghambat pertumbuhan tulang pada


janin sampai anak 3 tahun.
 K.I : Pasien dengan gangguan ginjal, wanita hamil, Anak-anak.
 Indikasi : Acne Vulgaris (jerawat)
 Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular yang paling
sering terjadi di paru-paru (sekitar 80%). dapat juga menyerang
tulang, ginjal, usus, dan kulit.
 Penyebabnya adalah suatu basil Gram positif tahan asam dengan
pertumbuhan sangat lamban, yakni Mycobakterium tuberculosis
(dr.Robert Koch,1882).
 Gejala TBC antara lain batuk kronis, demam, berkeringat waktu
malam, keluhan pernafasan, perasaan letih, hilang nafsu makan,
turunnya berat badan, rasa nyeri dibagian dada. Dahak penderita
berupa lendir (mucoid), purulent, atau mengandung darah.
 Obat TBC bersifat BAKTERIOSTATIK.
 Lama pengobatan sekitar 6-7 bulan.
 Yang termasuk ke dalam obat primer : Isoniazida
(INH), Rifampisin, Pirazinamida, Etambutol, dan
Streptomisin.
 Obat sekunder diantaranya : klofazimin,
fluorkinolon, sikloserin,rifabutin dan asam
paminosalisilat (PAS).
 Obat anti tuberkulosis “fixed-dose combination” (OAT-
FDC ) berisi kombinasi beberapa jenis obat anti TBC.
OBAT PRIMER
 Paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi
menimbulkan resistensi dengan cepat bila digunakan
sebagai obat tunggal. Maka terapi selalu dilakukan
dengan kombinasi dari 3-4 obat untuk kuman TBC yang
sensitif.
OBAT SEKUNDER :
 Obat-obat ini memiliki daya kerja yang lebih lemah
 hanya digunakan bila terdapat resistensi atau intoleransi
terhadap obat-obat primer.
 Fluorkinolon (ciprofloxacin,ofloxacin), bekerja sebagai
bakterisida. Obat ini memegang peranan penting pada
TBC multi-resisten, aktivitasnya dapat disamakan
dengan INH.
 Penggunaan kebanyakan obat TBC harus hati-hati pada
penderita gangguan fungsi hati dan ginjal.
Infeksi jamur (mikosis), pada umumnya bersifat kronis.
terletak dipermukaan kulit atau daerah subkutan.

Anti jamur (Mikotika) dibagi menjadi :


1. Untuk mikosis subkutan dan sistemik :
 Amfoterisin B
 Flukonazol
 Flusitosin
 Itrakonazol
 Ketokonazol
2. Untuk mikosis superfisial :
 Klotrimazol
 Griseofuluin
 Mikonazol
 Nistatin
1. Amfoterisin B
Pemberian obat biasanya dilakukan secara IV, bersifat
sangat toksis sehingga pengobatan dilakukan di RS.
Tanda toksisitas (demam, menggigil, gagal ginjal,
hipotensi, anemia dan efek neurologik).
Efek fungiostatik atau fungisid tergantung jenis jamur
dan dosis. Sediaan : Injeksi, krem, lotion dan salep
mengandung 3% amfoterisin.
2. Flusitosin
Berefek fungistatik. Penggunaan biasanya digabung
dengan amfoterisin B untuk mengurangi resistensi.
Tersedia dalam bentuk kapsul 250mg dan 500mg.
3. Ketokonazol
Efek fungiostatik atau fungisid tergantung dosis. Penggunaan
peroral, dan topikal absorpsi menurun bila ada makanan, antasid,
simetidin, dan rifampisin.
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena dapat menimbulkan
kecacatan pada janin. Dosis 1kali sehari 200mg.
4. Griseofulvin
Berefek fungistatik dan hanya efektif untuk dermatomikosis (kulit,
rambut, dan kuku). Tersedia dalam bentuk tablet 125mg dan 500mg.
5. Mikonazol dan klotrimazol
Diberikan secara lokal. Mikonazol tersedia dalam bentuk krim 2%
dan bedak tabur. Kotrimazol tersedia dalam bentuk krim
dengankadar1%.
 Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang
disebabkan oleh Entamoeba histolytica (parasit bersel
tunggal), memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus hidupnya,
yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista).
 Antiamuba bekerja sebagai amubisid yaitu membunuh
amuba untuk mengobati amubiasis.
1. EMETIN
2. DERIVAT 8-HIDROKSIKUINOLIN
3. METRONIDAZOL
4. KLOROKUIN
5. AMUBIASIS LAINNYA
-SENYAWA ARSEN
-DILOKSANID FUROAT
Berdasarkan tempat kerjanya, amubisid terdiri dari :
(1) amubisid jaringan, yaitu obat yang bekerja terutama
pada dinding usus, hati dan jaringan ekstra intestinal
lainnya.
 Contoh obat : dehidroemetin, emetin dan klorokuin
(2) amubisid luminal, yaitu yang bekerja dalam usus dan
disebut juga amubisid kontak;
Contoh obat : Di-Iodohidroksikuin, Iodoklorhidroksikuin,
kiniofon, glikobiarsol, karbarson, emetin bismuth yodida,
klefamid, diloksanisd furuat, dan beberapa antibiotic
misalnya tertasiklin dan paramomisin; dan
(3) amubisid yang bekerja pada lumen usus dan
jaringan antara lain metronidazol.
 Amubiasis dinyatakan berhasil bila pada pemeriksaan
laboratorium berkala dalam waktu 1, 3 dan 6 bulan tidak
ditemukan lagi adanya amuba bentuk histolytica dan
kista.
 Hilangnya gejala klinik amubiasis belum merupakan
jaminan penderita sembuh dari penyakit
amubiasis.Penting untuk mencegah terjadinya infeksi
ulang dan ini dapat dilaksanakan dengan pemberian anti
amuba yang bekerja sekaligus di jaringan dan lumen
usus disertai dengan peningkatan higiene perorangan
dan kesehatan lingkungan.
 Amubiasis memiliki gejala yang samar-samar, sehingga
hampir tidak diketahui. Gejalanya bisa berupa diare
yang hilang-timbul dan sembelit, banyak buang gas
(flatulensi) dan kram perut.
 Selain itu, bila perut disentuh akan terasa nyeri dan tinja
mengandung darah serta lendir. Bisa terjadi demam
ringan.
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba
pada contoh tinja penderita. Amuba penyebab
amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh
tinja, karena itu biasanya diperlukan pemeriksaan tinja
sebanyak 3-6 kali.
 Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang
ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang
encer secara terus menerus (diare) yang bercampur
lendir dan darah.
 Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan
menjadi dua yaitu disentri amuba dan disentri basiler.
Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi
parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan
disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella
yang menjadi penyebab disentri basiler
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya
amuba pada contoh tinja penderita.
 Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan
pada setiap contoh tinja, karena itu biasanya
diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali.
Selain pemberian antiamuba, diperlukan juga

tindakan lain yang sifatnya menguntungkan
penderita seperti diet rendah karbohidrat serta
protein yang mudah dicerna, pemberian obat yang
bersifat simtomatik dan kadang diperlukan
antimikroba untuk mengendalikan infeksi yang
menyertai amubiasis

Anda mungkin juga menyukai