Anda di halaman 1dari 47

ANTI MIKROBA

SETYO S RAHARDJO
FAK. KEDOKTERAN UNS
2017
ANTI MIKROBA :
“ Obat pembasmi mikroba, khususnya
yang merugikan manusia

ANTI BIOTIKA :
Zat yang dihasilkan mikroba terutama fungi yang
dapat menghambat/membasmi mikroba jenis lain

TOKSISITAS SELEKTIF :
Sifat sangat toksik terhadap mikroba, tetapi relatif
tak toksik terhadap hospes.

AKTIFITAS BAKTERIOSTATIK:
Bersifat menghambat pertumbuhan mikroba.
AKTIFITAS BAKTERISID :
Bersifat membunuh mikroba.

KHM (Kadar Hambat Minimal)


Kadar minimal yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba.

KBM ( Kadar Bunuh Minimal )


Kadar minimal yang diperlukan untuk
membunuh mikroba.
Resistensi Obat

Resistensi

Non Genetik Genetik Silang


Bakteri dlm keadaan Mikroba yg resisten thd AB
istirahat (= persisters) tertentu jg resisten thd AB lain
Alamiah Didapat

Induksi Transfer Mutasi Spontan


Akibat rangsangan AB Elemen resistensi Multiplikasi selektif strain yg
dari luar bermutasi mjd resisten

Transformasi Transduksi Konjugasi


Gen resistensi diinkorporasi Pemindahan sebagian kromosom DNA Tjd pemindahan mll
sel mikroba langsung dari dari mikroba resisten ke mikroba kontak langsung
sekitarnya sensitif dg perantaraan bakteriofag antara 2 sel mikroba
RESISTENSI
Suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel
mikroba oleh antimikroba.
Mekanisme alamiah untuk bertahan hidup

1. Resistensi Genetik
 Mutasi spontan : gen mikroba berubah
Sensitif Resisten (tanpa pengaruh AM)

 Resistensi dipindahkan : resisten akibat


memperoleh elemen pembawa factor resisten.

2. Resistensi Non Genetik : bakteri dalam keadaan


istirahat (persisters)
3. Resistensi Silang : resistensi terhadap anti
mikroba tertentu & AM lain

Mekanisme Resistensi :
1. Perubahan tempat kerja
2. Menurunkan permeabilitas
3. Inaktivasi obat oleh mikroba
4. Membentuk jalan pintas untuk menghindari
tahap yang dihambat anti mikroba
5. Meningkatkan produksi enzim yang dihambat
oleh anti mikroba
Klasifikasi Obat-Obat Antimikroba
MEKANISME KERJA ANTI MIKROBA

1 Anti mikroba yang menghambat metabolisme


sel mikroba (sulfonamid, trimetoprim, asam p-
aminosalisilat/PAS dan sulfon )

Mikroba mensintesa sendiri as folat dari


PABA analog as folat

OBAT

Efek: Bakterostatik
2. Anti mikroba yang menghambat sintesa
dinding sel (penisilin, sefalosporin, basitrasin,
vankomisin, sikloserin)
Kuman akan lisis, aktifitas bakterisidal

3. Anti mikroba yang mengganggu keutuhan


membran sel (polimiksin, gol polien dll)
Berbagai komponen sel akan keluar.

4. Antimikroba yang menghambat sintesa protein


sel mikroba (tetrasiklin, kloramfenikol,
aminoglikosid, makrolid, linkomisin)
5. Anti mikroba yang menghambat sintesa asam
nukleat sel mikroba (rifampisin & gol kuinolon)

EFEK SAMPING
1. Reaksi alergi : semua antibiotik bisa
menimbulkan reaksi alergi dan tak
terpengaruh besar dosis.
2. Reaksi idiosinkrasi : reaksi abnormal
diturunkan secara genetik
3. Reaksi toksik
4. Perubahan biologik dan metabolik
AM spektrum luas mikroflora normal

Super infeksi

“infeksi baru yang terjadi akibat terapi infeksi


primer dengan AM”
BERDASAR CAKUPAN KERJANYA
a. Narrow spectrum antibiotika
-bekerja pada beberapa jenis bakteri saja
-Penicillin G/V, Erythromycin, Kanamycin,
streptomycin.
b. Broad spectrum antibiotika
- bekerja pada banyak macam/jenis bakteri
- Sulfonamid,Ampicillin,Cephalosporin,
Rifampicin.

INFEKSI : Masuknya dan berkembangnya mikro


organisme patogen ke dalam tubuh yang
menyebabkan radang.
Ditandai dengan :
-Calor : panas
-Rubor : kemerahan
-Tumor : pembengkakan
-Dolor : nyeri/sakit
-Functio laesa :keterbatasan/ gangguan fungsi

Penyebab Infeksi
1. Bakteri : a. bakteri gram positif (coccus, basil)
b. bakteri gram negatif (coccus, basil)
2. Spirochaeta : treponama pallidum
3. Richetsia : chlamydia trachomatis
4. Virus : influenza, herpes zoster
5. Fungi : candida albicans, dermatophyt
6. Protozoa : plasmodium, entamoeba
histolitika, trichomonas
PENISILIN

I. SEJARAH & SUMBER

☺ 1928 London, Fleming AB pertama :penicillin


☺ Penicillin alam : P. nonatum, P. chrisogenum
☺ Penicillin semisintetik dibuat dengan cara :
mengubah struktur kimia P. alam, Sintetis inti
penicillin yaitu : As. 6 aminopenisilinat
II. KIMIA& PEMILAHAN

 Termasuk kel. AB Betalaktam


 Terdiri dari : 1 inti siklik (cincin tiazolidin,
cincin betalaktam)
1 rantai samping : gugus amino
bebas (mengikat radikal bebas)
 Penisilin alam: Benzil penisilin (penisilin G),
Fenoksimetil P (penisilin V)
 Penisilin semisintetik: Aminopenisilin
(Ampisilin, Amoksisilin)
III. AKTIVITAS ANTI MIKROBA

- Satuan potensi :1. UI (Unit International)


1 IU=0,6µg
2. Berat
- Kerja : menghambat pembentukan
mukopeptida (sintesa dinding sel)
- Mikroba sensitive : bakterisid
- Mikroba tak sensitive/ tak membelah/
persister : bakteriostatik
- Dirusak betalaktamase yang diproduksi
kuman gram (+) & gram (-)
IV. FARMAKOKINETIK
Absorbsi :
- Penisilin G mudah rusak dalam suasana
asam, dianjurkan tak untuk oral
- Makanan dalam saluran cerna menghambat
absorbsi obat
- Absorbsi amoksisilin lebih baik dari ampisilin

Distribusi :
- Luas dalam tubuh
- Ampisilin diikat protein plasma 20%
- Beberapa saat sebelum persalinan diberi
ampisilin, 1jam kemudian kadar darah
fetus menyamai ibunya
BIOTRANSFORMASI & EKSKRESI

- Biotransformasi dilakukan oleh mikroba (pada


hospes tak bermakna)
1. Penisilinase : memecah cincin
betalaktam (aktifitas AM hilang)
2. Amidase : memecah rantai samping
(aktifitas AM menurun)

- Ekskresi : proses sekresi di tubuli ginjal


(dihambat probenesid)
V. EFEK SAMPING
- Pemberian oral lebih jarang timbulkan ES
- Reaksi alergi didahului sensitasi,terberat
anafilaktik (tu parenteral)
-Nefropati
-Anemia hemolitik
-Gangguan fungsi hati
-R. toksik dan iritasi lokal
* Pada umumnya tak toksik
* Kemerahan kulit : pada R. alergi kecil,
pada R. toksik banyak
*7-10 hari setelah terapi menghilang
sendiri
*IM : nyeri, peradangan steril. IV : flebitis
* Iritasi saluran cerna

-Perubahan biologik
Abses karena stafilokokus & bakteri gram (-)
SEFALOSPORIN
I. KIMIA & KLASIFIKASI
♥ Berasal dari fungus Chephalosporium
acremonium (1948)
sefalosporin P, N, C : semisintetik
♥ DIbagi 4 generasi
* Generasi I : sefadroksil, sefaleksin, sefalotin,
sefapirin, sefadin, sefazolin
* Generasi II: sefamandol, sefoksilin, sefaklor,
sefuroksim, sefonisid, seforanid
*Generasi III : sefotaksim, moksalaktam,
seftizoksim, seftriakson,
sefoperazon
*Generasi IV : cefepime, cefpirone
AKTIFITAS ANTI MIKROBA

o Menghambat sintesa dinding sel protein

o Aktif pada kuman gram (+) dan gram (-)

o Sef. Generasi I terutama aktif pada gram (+),


aktif terhadap bakteri penghasil penisilase

o Sef. Generasi II kurang aktif dibanding


generasi I, aktif terhadap enterobakter
III. SIFAT UMUM

FARMAKOKINETIK

*Peroral : sefaleksin, sefradin,


sefaklor, sefadroksil
*Parenteral IV : sefalotin, sefapirin
(iritasi lokal/ nyeri)
*Bisa mencapai CSS, untuk Tx meningitis
purulenta (cefuroksim)
*Dieksresi dalam bentuk utuh :
lewat ginjal, lewat empedu (sefaperazon)
EFEK SAMPING

- R. alergi, anafilaktik, R. silang dengan


penderita alergi penisilin berat

- Depresi sumsum tulang, nefrotoksik

- Diare, tu sefaloperazon (mengganggu flora


normal usus)

IV. INDIKASI
Infeksi bakteri berat : harga mahal, sebagai Tx
cadangan
AB. BETALAKTAM LAIN
I. MONOBAKTAM
Senyawa betalaktam monosiklik, cincin tunggal
(asam-3 Amino baktamat) : Aztreonam (derivat
monobaktam pertama bermanfaat secara klinik)

 Mekanisme kerja :
- menghambat sintesa dinding sel
- Aktif : hanya pada kuman gram (-), areobik

 Farmakokinetik
-tak diabsorbsi saluran cerna : IM, IV
-distribusi luas
-eks mel. Filt glomerulus & sekresi tubulus :
btk utuh
 Indikasi
- Tunggal/kombinasi : terhadap gram (-) aerobik
- Infeksi berat (sal. Kemih dng komplikasi, sal
nafas bawah, kulit dan struktur kulit, alat
kelamin, intra abdominal, tulang, bakterimia)
 Efek samping : sama dengan gol. Betalaktam,
neonatus jangan !!!
 Posologi :
- IM dalam, bolus IV perlahan, infus intermitten
- Dewasa : 1-8 g/ hari dibagi untuk pemberian
6-12 jam
- > 1g : IV
II. PENGHAMBAT BETALAKTAM DNG
KOMBINASINYA

- Penghambat Betalaktamase:
 Asam klavulanat, sulbaktam (aktifitas AB tak ada)
 Dikombinasi dng AB betalaktam (akan mengikat
enzim betalaktamase)
 AB pasanganya tak rusak

- Kombinasi amoksisilin + kalium klavulanat


 Farmakokinetik : tak saling menghambat
 Absorbsi klavulanat tak dipengaruhi : makanan,
susu, antasid
 30% terikat protein plasma
 Dalam cairan amnion/ tali pusat mencapai 50%
dari kadar dalam darah
 Ekskresi terutama melalui ginjal
 Dalam urin : bentuk asal
 Indikasi : gram(+), gram(-), kuman produksi
betalaktamase
 Untuk Tx :
* Infeksi akut pada telinga
* Infeksi sal. Kemih berulang
* Infeksi jaringan lunak
* Infeksi luka gigitan manusia/ binatang
 Posologi
* BB > 40 Kg : 250mg/125mg/8 jam
* Infeksi berat : 500mg/125mg/8 jam
* BB < 40 KG : Amox : 20mg/Kg BB/ hari
KV : menyesuaikan
AMINOGLIKOSID
Streptomyces griceus : Streptomycin :
Kanamycin
Gentamycin
Amikasin dll
EFEK ANTI MIKROBA
1 Aktivitas dan mekanisme kerja

 Pada basil gram (-) yang aerobik


 Aktivitas lebih tinggi pada suasana alkali
daripada suasana asam
 Terikat pada ribosom 30S dan menghambat
sintesa protein
 Bersifat bakterisidal cepat
2 Spektrum anti mikroba
 Spektrum aminoglikosid lain lebih luas dari
streptomisin
 Kadar efektif streptomisin 0,3 – 128 µg/ ml

3 Resistensi
 Terjadi pada penggunaan streptomisin secara
kronis
 Penyebab :
*Kegagalan penetrasi ke dalam kuman
*Rendahnya afinitas obat ke dalam ribosom
*Inaktivasi obat oleh enzim kuman ( fosforilase,
adenilase, asetilase )
FARMAKOKINETIK

 Sukar diabsorbsi saluran cerna : polikation


 Peroral : untuk efek lokal
 Parenteral : efektif
 Aminoglikosid parenteral : streptomisin,
gentamisin
 IM : mudah diserap kadar puncak ½ - 2 jam
 Ekskresi : mel. ginjal (filtrasi glomerulus) mel.
empedu
 Aminoglikosid non sistemik : neomisin, paromisin,
framisetin (terlalu toksik)
EFEK SAMPING

1. Alergi : potensi rendah (rash, eosinofilia,


demam, diskrasiadarah, angioudem, dermatitis
ekfoliatif, stomatis, syok anafilaktik)
2. Reaksi iritasi dan toksik

Reaksi iritasi :
 Rasa nyeri ditempat suntikan, radang steril,
peningkatan suhu tubuh
 Streptomisin IM
Reaksi toksik

 Gangguan vestibuler : sakit kepala, pusing, mual,


muntah, gangguan keseimbangan (fase akut),
gangguan nyata bila berjalan/ gerakan tiba – tiba
(fase kronik), fase kompensasi: laten, gejala nyata
bila menutup mata. Tx . Hentikan pemberian obat

 Gangguan akustik : tidak selalu terjadi pada


kedua telinga sekaligus, kepekaan terhadap
gelombang frekwensi tinggi menurun, tuli saraf.
Tx. Hentikan obat (gejala tinnitus masih ada ± 2
minggu)
 Efek nefrotoksik : reversible, tergantung
kadar dalam plasma (terkuat neomisin, terlemah
streptomisin)

3 Perubahan Biologik
 Gangguan mikroflora tubuh
 Gangguan absorbsi
GOL.TETRASIKLIN &
KLORAMFENIKOL
I. TETRASIKLIN
1. ASAL DAN KIMIA

* Yang pertama : klortetrasiklin,


oksitetrasiklin
* Tetrasiklin semisintetik dari klortetrasiklin
* Basa yang sukar larut dalam air

2. MEKANISME KERJA
* Menghambat sintesa protein bakteri
“ pada ribosomnya ”
3. EFEK ANTIMIKROBA

* Spektrum anti bakteri luas (gram +/ - ,


aerobik, anaerobik)
* Bakteriostatik

4. FARMAKOKINETIK
- Absorbsi
* Terutama lambung dan usus bagian atas
* Makanan menghambat absorbsi (kec.
Minoksiklin dan doksisiklin)
- Distribusi

Terikat protein plasma (jumlah bervariasi)


Doksisiklin boleh pada penderita gagal ginjal
(masa paruh tak berubah)
Ditimbun dalam : hati, limpha, sumsum tulang,
dentin dan email gigi yang belum erupsi
Menembus sawar uri

- Ekskresi

Melalui urin (filtrasi glomerulus)


Melalui empedu
5. EFEK SAMPING
a. Reaksi kepekaan :
Reaksi kulit : erupsi morbili formis, urtikaria,
dermatitis eksfoliatif
Reaksi lebih hebat : udem angioneurotik,
anafilaktik

b. Reaksi toksik dan iriatif


Pemberian peroral : iritasi lambung (diare)
Pemberian IV : tromboflebitis
Pemberian IM : nyeri
Fototoksik : pada pemberian demetiklor
tetrasiklin
Fotosensitivitas, demam, eosinofilia
Pigmentasi kuku, anikolisis
Hepatotoksisitas (> 2 gram perhari)
terutama parenteral

c. Efek samping akibat perubahan biologik

Superinfeksi oleh kuman dan jamur


(candida : mulut, faring, infeksi sistemik)
Manifestasi superinfeksi : diare (flora
normal terganggu)
Untuk memperkecil efek non terapi :

1. Tidak diberikan pada wanita hamil


2. Tak ada indikasi kuat jangan diberikan
pada anak-anak
3. Gagal ginjal : doksisiklin
4. Hindarkan untuk tujuan profilaksis
5. Sisa obat harus segera dibuang
6. Jangan diberikan pada pasien
hipersensitif

6. PENGGUNAAN KLINIK DAN SEDIAAN/


POSOLOGI
II. KLORAMFENIKOL

1. ASAL DAN KIMIA


Diisolasi dari Streptomyces venezuelae (1947)
Kristal putih, sukar larut dalam air

2. EFEK ANTI MIKROBA


Menghambat sintesa protein kuman
Bakteriostatik, kadang bakterisid (pada
konsentrasi tinggi, pada kuman tertentu)
Spektrum luas
3. FARMAKOKINETIK

Pemberian oral diserap cepat, kadar puncak


tercapai dalam 2 jam
Masa paruh 3 jam, bayi 2 mg : 24 jam
Distribusi baik keberbagai jaringan tubuh
termasuk otak, cairan cerebrospinal, mata
Oral : dalam 24 jam 80 – 90 % ekskresi melalui
ginjal
Parenteral : kloramfenikol suksinat
hidrolisis kloramfenikol
4. EFEK SAMPING
a. Reaksi hematologik : 2 bentuk
Reaksi toksik :
* Depresi sumsum tulang
* Terjadi bila kadar dalam serum > 25µg/ml
* Reversibel (bila pengobatan dihentikan)

Prognosis buruk :
* Irreversibel
* Karena reaksi idiosinkrasi (kelainan genetik)
*Tak tergantung dosis/ lama pengobatan
b. Reaksi alergi
* Kemerahan kulit, angioudem, urtikaria,
anafilaksis
c. Reaksi saluran cerna
* Mual, muntah, glositis, diare dan anterokolitis
d. “Sindroma Gray”
* Pada neonatus/ premature : dosis tinggi
(200 mg/ Kg BB)
* Hari 2 - 9 (rata-rata hari 4)
* Mula – mula : muntah, tak mau menyusu, nafas
cepat tak teratur, perut kembung, cianosis, diare,
bayi tampak sakit berat
* Hari berikutnya : bayi tampak keabu- abuan,
lemas, hipotermia
* Angka kematian 40%
* Pencegahan : dosis bayi < 1 bulan tak boleh
>25 mg/ KG BB/hari

e. Reaksi neurologik
* Depresi
* Delirium
* Bingung
* Sakit kepala
5. PENGGUNAAN KLINIK DAN SEDIAAN/ POSOLOGI

Anda mungkin juga menyukai