Anda di halaman 1dari 13

PANGKALAN UTAMA TNI AL XI

RUMKITAL MERAUKE

PANDUAN
KOMUNIKASI EFEKTIF

RUMKITAL MERAUKE LANTAMAL XI


2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat
mengabadikan diri dalam karya kemanusiaan bagi sesama manusia yang menderita
tanpa membedakan suku, bangsa dan status sosialnya. Sesuai dengan VISI dan MISI
Rumkital Merauke yang bertekad untuk menjadikan rumah sakit terbaik dalam pelayanan,
citra dan hasil dengan berpedoman pada kepuasan pelanggan dan keselamatan pasien.
Komunikasi efektif adalah suatu cara untuk menyampaikan informasi antar petugas
kesehatan, sehingga dengan komunikasi yang tepat meminimalkan terjadinya insiden
yang menyangkut keselamatan pasien. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan
menerbitkan “Panduan Komunikasi Efektif” ini, yang diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dan panduan bagi staf rumah sakit dalam memberikan pelayanan.
Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang mendalam kepada
kelompok penyusun panduan ini yang dengan dedikasi tinggi rela menyumbangkan
waktu, tenaga dan pemikiran demi tersusunnya panduan ini. Semoga usaha ini dapat
menunjang bagi kemajuan dan peningkatan mutu pelayanan di Rumkital Merauke. Kami
juga menyadari penyusunan Panduan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan.

Merauke, 15 Juni 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Keputusan Karumkital Merauke tentang Panduan Komunikasi Efektif
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
BAB I DEFINISI ............................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................................. 2
BAB III TATA LAKSANA .................................................................................................. 3
A. Komunikasi Lisan ................................................................................. 3
B. Komunikasi Tertulis.............................................................................. 6
C. Komunikasi Elektronik.......................................................................... 7
D. Edukasi Pasien .................................................................................... 7
E. Monitoring Dan Evaluasi ...................................................................... 8
BAB IV DOKUMENTASI............................................................................................. 9
Lampiran

ii
PANGKALAN UTAMA TNI AL XI Lampiran : Keputusan Karumkital Merauke
RUMKITAL MERAUKE Nomor : Kep / SKP / 04 / VI / 2018
Tanggal : 15 Juni 2018

`BAB I
DEFINISI

Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang


kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul
apa yang dimaksud oleh penyampain pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994). Komunikasi yang efektif adalah apabila informasi
yang disampaikan oleh pengirim pesan dapat diterima, dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan dan pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan
oleh penerima pesan serta tidak ada hambatan untuk hal itu.
Komunikasi TULBAKON (Tulis- Baca – Konfirmasi kembali ) digunakan pada saat
menerima instruksi dari dokter, saat menerima test kritis (critical test) , dan saat menerima
nilai kritis dari laboratorium / radiologi. Yang dimaksud dengan teknik SBAR adalah:
Situation: adalah pengenalan diri si pelapor secara singkat berikut identitas pasien yang
dilaporkan dan permasalahan yang dihadapi saat ini,
Background: menggambarkan keadaan umum pasien yang meliputi tingkat kesadaran
dan tanda– tanda vital pasien sesuai kondisi pasien saat ini,
Assesment: merupakan hasil pengkajian kondisi pasien saat ini , dan
Recommendation: berisi usul maupun saran dan apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien ini.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan ini meliputi tatacara komunikasi SBAR dan TULBAKON yang harus
digunakan oleh seluruh staf dan tenaga kesehatan di semua unit Rumkital Merauke dalam
interaksi untuk mendukung keselamatan pasien.

2
BAB III
TATA LAKSANA SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Komunikasi efektif dalam hubungan antar profesi di Rumkita Merauke mengunakan


teknik SBAR dan TULBAKON. Komunikasi SBAR (Situation – Background – Assessment –
Recommendation) dipergunakan saat melakukan serah terima pasien antar unit, serah
terima pasien antar shift, dan sewaktu melaporkan kondisi pasien kepada DPJP.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai pelaksanaan komunikasi di Rumah
Sakita dalah:

A. Komunikasi Lisan :
1. Pada saat dokter, perawat, petugas kesehatan lainnya yang melakukan
konsultasi kepada dokter jaga atau kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP) maka penerima instruksi lisan / verbal / pesan lisan berkewajiban
menerapkan teknik TULBAKON ( Tulis-Baca-Konfirmasi kembali). Perintah lisan
dan melalui telepon, atau hasil test yang dilaporkan harus ditulis kembali / Write
Down kemudian dibaca ulang/Read Back oleh penerima pesan, kemudian
perintah dan hasil test kritis dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau penyampai
hasil test. DPJP / Konsulen jaga yang memberikan instruksi secara lisan /
melalui telepon maka pada kunjungan berikutnya harus melakukan verifikasi
terhadap instruksi yang diberikan dengan memberi paraf pada catatan
terintegrasi. Pada situasi gawat darurat di UGD atau ICU atau seperti di kamar
operasi diperbolehkan untuk tidak melakukan pembacaan kembali (read back).
2. Pada saat melaporkan keadaan pasien baik serah terima pasien antar shift
(dokter/perawat jaga) maupun transfer pasien antar unit, menggunakan teknik
SBAR (Situation – Background – Assessment – Recommendation).
3. Pendokumentasian komunikasi lisan didalam formulir catatan medis terintegrasi
disertai dengan membubuhi stempel SBAR dan TULBAKON.
4. Untuk permintaan semua obat termasuk obat narkotika, kemoterapi, atau
emergency tidak dapat dilakukan dengan perintah lisan.

3
Berikut merupakan contoh serah terima pelaporan pasien antar shift dengan teknik SBAR:

Pelaporan menggunakan SBAR dalam serah terima antar shift

Nama Pasien :
LOGO RS Tanggal lahir :

No. RM :

Situation Identitas pasien: Nama pasien , Tanggal Lahir, Nomor Rekam


Medis dan Nama DPJP
Situasi dan kondisi pasien saat ini
Jika serah terima di bangsal kebidanan dapat ditambahkan: Nama
Bidan
Ketuban Pecah Dini : Ya/ Tidak
Risiko tinggi untuk :
a. Preeklampsia
b. Post partum hemorhagia
c. Ruptur uterus
d. Fetal distress
Background Pelaporan tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien saat ini
meliputi tingkat kesadaran, sistem respirasi, kardiovaskuler,
pencernaan, muskuloskeletal, urinaria, kulit, hasil lab yang
abnormal, dan terapi yang telah diberikan saat ini.
Jika serah terima di bangsal kebidanan dapat ditambahkan:
Gravida__________Para__________
Riwayat Persalinan:
Selaput ketuban/cairan ketuban
Onset
Kontraksi
Pembukaan
Station
Medikasi : oxytosik , tocolytic (Magnesium), antibiotik

4
Assesment Progress pasien : normal / tidak normal
Komplikasi
Diagnosa
Hal yang perlu diperhatikan

Recommendation Saya mengharapkan TS untuk………………


pengawasan…….
mengambil/melihat hasil tes……….

Contoh dokumentasi komunikasi dengan SBAR pada catatan perkembangan pasien


terintegrasi

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI


PROFESI (Ditulis dalam format SOAP/SBAR, disertai dengan PARAF &
TGL/JAM
target terukur, evaluasi hasil tata laksana pada pengkajian NAMA
Subyektif / Obyektif )
05-06-2017 PERAWAT Menghubungi dr X melaporkan kondisi pasien
10.00 S : sesak napas
B : Dx Broncho Pneumonia Kesadaran composmentis
GCS:15 E4V5M6 vital sign T:110/60 mmhg, suhu
36◦C, nadi 100x/mnt, RR 34 x/mnt, Saturasi oksigen
94%, suara nafas mengi, sudah mendapat
kalmethason 1 amp.
A : curiga penyempitan jalan nafas atau kebersihan
jalan nafas tidak efektif
R : usul : pemberian nebulezer
Program dr. X : nebulizer ventolin – flixotide -
bisolvon : 1-1-1c
Ttd

Zr. A

5
B. Komunikasi Tertulis
Pada saat melakukan komunikasi secara tertulis, maka petugas kesehatan
harus memperhatikan beberapa aspek antara lain:
1. Penulisan secara jelas dan lengkap informasi pasien dalam catatan
terintegrasi, antara lain: formulir pengkajian awal, rencana pemulangan pasien
( discharge planning )
2. Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap, dapat terbaca dengan
jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi.
3. Pemberi pesan/ instruksi harus menuliskan nama jelas, tanda tangan atau
paraf serta tanggal dan waktu penulisan pesan.
4. Penggunaan singkatan harus mengacu kepada daftar singkatan yang telah
ditetapkan oleh Rumah Sakit dan menuliskan kata dengan lengkap bila tidak
termasuk di dalam daftar singkatan yang sudah ditetapkan.
5. Mengunakan teknik TULBAKON (Tulis Baca dan Konfirmasi kembali) saat
menerima informasi pertelepon mengenai tes kritis (critical test) sesuai daftar
yang termasuk daftar hasil kritis di Rumkital Merauke dan pemeriksaan cito
yaitu pemeriksaan yang hasilnya NORMAL / ABNORMAL harus dikomunikasikan
SEGERA oleh petugas laboratorium / radiologi, contoh: pemeriksaan diagnostik
(x-ray)
6. Mengunakan teknik TULBAKON (Tulis Baca dan Konfirmasi kembali) saat
menerima informasi pertelepon mengenai nilai kritis petugas laboratorium/
radiologi. Nilai / hasil kritis (critical test result), yaitu hasil abnormal yang harus
dilaporkan segera setelah hasil kritis diketahui langsung ke dokter peminta
pemeriksaan /perawat ruangan. Perhitungan waktu sejak sampel/bahan
diterima petugas sampai dilaporkan melalui telepon. Hasil pemeriksaan cito
dilaporkan sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditentukan.
7. Pelaporan hasil kritis dan hasil pemeriksaan cito disampaikan dari unit
laboratorium, radiologi ke UGD, rawat jalan, rawat inap, maka pelapor harus
menulis tanggal, jam pelaporan, penerima (nama jelas) dan penelepon (nama
jelas) dalam buku nilai kritis yang ada di laboratorium/radiologi.
8. Dalam penulisan resep tidak boleh menyingkat, penyingkatan harus sesuai
dengan daftar singkatan yang ditetapkan oleh Rumkital Merauke contoh:
Satuan berat: mg (miligram), g (gram); Satuan volume: ml (mililiter), l (liter);
Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit), dan dosis / nilai harus spesifik untuk
menghindari salah penafsiran

6
9. Untuk penulisan angka, tidak diperbolehkan menghilangkan angka 0 didepan
koma misal : 2 yang benar ditulis 0,2 dan menuliskan angka 0 dibelakang
koma mis 2,0 yang benar ditulis 2

C. Komunikasi Elektronik
Memungkinkan untuk dilakukan konsultasi lewat SMS (short message service)
atau media sosial (Whatsapp, Line, BBM). Konsultasi menggunakan komunikasi
elektronik ditindak lanjuti dengan komunikasi tertulis pada catatan terintegrasi dan
diikuti dengan pemberian stampel TULBAKON dan dilakukan konfirmasi ulang 24 jam
pertama setelah dilakukan komunikasi.

D. Edukasi Pasien
Pada tahap assesmen pasien yaitu sebelum melakukan edukasi, petugas
sebaiknya menilai terlebih dahulu kebutuhan edukasi pasien dan keluarga
berdasarkan (data ini dapat diperoleh dari rekam medis):
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: depresi, senang dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Penyampaian informasi dan edukasi pada pasien/keluarga pasien dapat
dilakukan dengan pemberian leaflet sesuai dengan materi yang dibutuhkan oleh
pasien atau penyampaian materi secara lisan oleh petugas yang berwenang dan
kompeten. Penyampaian materi secara lisan harus mempertimbangkan hambatan-
hambatan seperti yang dijelaskan diatas. Di Rumkital Merauke pendokumentasian
pemberian materi secara lisan melalui pengisian formulir edukasi dimana setelah
memberikan materi, pemberi dan penerima informasi menuliskan nama dan tanda
tangan pada formulir tersebut dan berkas tersebut disatukan di dalam rekam medis.
Setiap kali di akhir pemberian materi, petugas pemberi materi mengevaluasi dan
menanyakan kembali apakah materi yang sudah disampaikan telah dipahami
dengan baik oleh penerima materi. Apabila penerima materi belum memahami
materi yang diberikan dapat diulang pemberian materi dengan memberikan
tambahan informasi menggunakan metode lain/alat bantu informasi (misal:
leaflet,brosur,dll).

7
E. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan komunikasi efektif dilakukan dengan monitoring terhadap
konsistensi pelaksanaan serta dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan pelayanan
kesehatan. Metode yang digunakan untuk evaluasi adalah dengan melakukan
supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung. Supervisi secara langsung
dapat dilakukan dengan cara mengamati petugas kesehatan saat melakukan
berbagai teknik komunikasi, sedangkan supervisi tidak langsung dilakukan dengan
melihat pendokumentasian rekam medik pasien pada catatan terintegrasi.

8
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai
sebagai bukti atau keterangan, dan mempunyai nilai hukum yang kuat, sehingga dapat
digunakan sebagai sumber keterangan, sumber penyelidikan/ penelitian ilmiah, dan
sebagai alat bukti keabsahan suatu keterangan.
Dokumentasian komunikasi efektif adalah suatu kegiatan pemberian atau
pengumpulan bukti-bukti dan keterangan pengelolaan kegiatan komunikasi efektif,
sebagai suatu bahan untuk refleksi kegiatan yang berfungsi sebagai alat evaluasi atau
refleksi dari perencanaan sampai implementasi suatu model komunikasi efektif. Informasi
teknik komunikasi efektif, strategi komunikasi efektif yang diterapkan, dan interaksi antar
pemberi pelayanan profesional terekam dalam proses dokumentasi.
Dokumentasi kegiatan komunikasi efektif:
1. Pendokumentasian pelaporan kondisi pasien ke dokter DPJP mengunakan teknik
SBAR dilakukan pada formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi.
2. Pendokumentasian konsultasi pasien dengan dokter baik secara lisan atau
pertelepon dilakukan pada formulir pemberian informasi dan edukasi.
3. Pendokumentasian penerima laporan pertelepon mengunakan teknik TULBAKON
dilakukan pada formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi
4. Pendokumentasian pelaporan hasil kritis dan pemeriksaan cito laboratorium
atauradiologi, dicatat dan ditandatangani oleh pelapor pada buku pelaporan nilai
kritis pemeriksaan laboratorium atau radiologi dan ditulis dalam catatan
perkembangan pasien terintegrasi yang ditandatangani oleh penerima pesan apabila
pelaporan hasil melalui telepon.

Ditetapkan di Merauke,
Pada tanggal 15 Juni 2018
Karumkital Merauke,

dr. Tutut Sandy Waskito, Sp. B


Mayor Laut (K) NRP. 15664/P

9
Lampiran
DAFTAR SINGKATAN YANG DIGUNAKAN

TNI ANGKATAN LAUT

A : AMBON N : NAMLEA
B : BANDUNG O : OPAK
C : CEPU P : PATI
D : DEMAK Q : QUEBEC
E : ENDE R : REMBANG
F : FLORES S : SOLO
G : GARUT T : TIMUR
H : HALONG U : UMAR
I : IRIAN V : VICTOR
J : JERAPA W : WILIS
K : KUDUS X : XRAY
L : LOMBOK Y : YANI
M : MEDAN Z : ZERO

Ditetapkan di Merauke,
Pada tanggal 15 Juni 2018
Karumkital Merauke,

dr. Tutut Sandy Waskito, Sp. B


Mayor Laut (K) NRP. 15664/P

Anda mungkin juga menyukai