No. Kpts-0020/B00000/2013-S0
Tanggal 01 Juli 2013
PEDOMAN
PELAYANAN DAN PENGORGANISASIAN LUKA BAKAR
(BURN UNIT)
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan trauma yang merusak (devasting injury) dan di ikuti oleh angka
mortalitas tinggi. Dengan kerusakan jaringan yang terjadi demikian kompleks
permasalahan yang timbul sehingga luka bakar memerlukan penatalaksanaan yang
mengacu pada pendekatan multidisipliner secara terpadu dalam suatu tim medis,
tenaga-tenaga dari berbagai disiplin ilmu terkait bersama-sama mengatasi masalah yang
dijumpai dan membuahkan keberhasilkan dengan turunnya angka mortalitas.
Tim luka bakar terpadu adalah sekelompok professional dari berbagai disiplin ilmu yang
tergabung dalam suatu tim bersama-sama saling mendukung dalam upaya mengatasi
permasalahan pada luka bakar khususnya pada fase akut, keterpaduan disiplin ilmu
seperti anastesi, pulmonologi, kardiologi, internist, gizi klinik, psikiater dan rehabilitasi
medik.
Luka bakar sebagaimana bidang keilmuan lainnya berkembang sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan perjalanan waktu.banyak perubahan prinsipil terjadi dan
hal ini terlihat dampaknya dalam aspek manajemen penatalaksanaan penyakit.
Sebelumnya orientasi permasalahan yang dihadapi adalah berkisar di seputar proses
penyembuhan luka. Permasalahan saat ini selain masalah komplikasi yang terjadi acute
renal failure dan stress ulcer ,tingginya angka kematian di kaitkan dengan kejadian
infeksi yang dikenal dengan terminology sepsis, metabolism konsep systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) dan multisystem organ dysfunction syndrome
(MODS). Orientasi mengenai kasus luka bakar lebih terfokus pada permasalahan di
seputar acute burn injury. Disisi lain penatalaksaaan proses penyembuhan luka juga
mengalami perkembangan dengan konsep early debridement dan STSG dapat
memempercepat penyembuhan.
Unit perawatan luka bakar saat ini terdiri dari pelayanan perawatan ICU ,pelayanan
bedah, pelayanan anastesi dan perawatan luka. Oleh sebab itu, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan unit perawatan luka bakar secara keseluruhan di RSPP
disusunlah Pedoman Pelayanan Unit Luka Bakar
1
B. TUJUAN PEDOMAN
Kebijakan pelayanan bertujuan untuk memberikan panduan praktis mengenai intervensi
klinis yang relevan yang diperlukan untuk manajemen pasien yang efektif.
D. BATASAN OPERASIONAL
Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensif Care Unit) memiliki morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan penatalaksanaan dini yang
sesuai dengan pasien berisiko kritis atau pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat
membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk
sembuh. Comprehensive Critical Care Department of Health Inggris merekomendasikan
untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical
care without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien
tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit.
Hal ini dipersepsikan sama oleh tim pelayanan luka bakar bahwa pasien kritis
memerluka pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap
tindakan yang dilakukan. Dengan demikian pasien luka bakar kritis erat kaitannya
2
dengan perawatan intensif oleh karena dengan cepat dapat dipantau perubahan
fisiologis yang terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
2. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang – undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktek dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1203/Menkes/SK/XII/2008 tentang Standar
Pelayanan ICU.
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.04/I/1966/11 tentang
Petunjuk Tekhnis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah
Sakit.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
6 Anggota Regu - D III Keperawatan - Bersertifikat ICU
- S1 Keperawatan - BCLS
- Pelatihan Operasional Alat
Medik
- Burn Course
6 Administrasi - D3 Umum - Operator Komputer
- S1 Umum - Komunikasi Baik
7 Pekarya - SLTP - Petugas Kebersihan
- SLTA - Kurir Dokumen
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan ruang rawat Luka Bakar disesuaikan dengan kapasitas
tempat tidur yang dimiliki masing – masing ruangan yaitu:
1. Shift Pagi
Dinas pagi di ruang Luka Bakar berjumlah 2 – 3 orang perawat dan 1 orang dokter
umum yang merangkap ruang rawat inap Stroke Unit.
2. Shift Sore
Dinas sore di ruang Luka Bakar berjumlah 2 – 3 orang perawat dan 1 orang dokter
umum yang merangkap ruang rawat inap Unit A.
3. Shift Malam
Dinas malam di ruang Luka Bakar berjumlah 2 – 3 orang perawat dan 1 orang dokter
umum yang merangkap ruang rawat inap Unit A.
Setiap shift dinas dipimpin oleh seorang ketua regu dan dibantu oleh perawat pelaksana
yang terdiri dari 1-2 orang
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Perawat Ruang Luka Bakar
a. Pengaturan jaga perawat shift mengikuti pola kerja yang berlaku di RSPP dimana
setiap ruangan terdiri dari 4 team yang dipimpin oleh seorang ketua regu. Pola
jaga adalah 3:1 yaitu 3 hari kerja dan 1 hari libur.
b. Pengaturan jadwal dinas perawat Unit Luka Bakar dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh masing-masing Koordinator Layanan Keperawatan dan disetujui
oleh Kepala Unit Rawat Inap Khusus.
c. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan oleh
perawat pelaksana masing – masing unit perawatan luka bakar setiap satu bulan.
5
d. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan tukar dinas ke Koord Layanan
Keperawatan di Unit tersebut dengan seijin ketua regu yang tukar dinas.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada, apabila
tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka Koord
Layanan Keperawatan Unit dapat menyetujui permintaan tukar dinas tersebut.
e. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (Ketua Regu)
dengan syarat pendidikan minimal D III / S1 Keperawatan dan masa kerja
minimal 3 tahun, serta memiliki sertifikat ICU dan Burn Course.
f. Jadwal dinas terbagi atas shift pagi, shift sore, shift malam, libur dan cuti.
g. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Koordinator Luka Bakar untuk pengaturan
tenaga selanjutnya, dan perawat tersebut dikategorikan cuti.
6
harus menginformasikan ke Wadir Medis serta dokter tersebut wajib
menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
RUANG
PERAWAT
R. DOKTER
KAMAR OPERASI
RUANG ICU
8
B. STANDAR FASILITAS
1. Fasilitas dan Sarana
Pelayanan perawatan Luka Bakar di RSPP terdiri dari layanan ICU 2 tempat tidur, 6
tempat tidur rawat biasa dan dilengkapi dengan fasilitas kamar operasi.
Sarana yang ada di ruang luka bakar adalah:
a. Area pasien dengan luas 3,25m2x5 m2 untuk per kamar ICU, untuk kamar biasa 5
m2x4,75 m2 dan 6,30 m2x6,30 m2 dengan jarak antar tempat tidur adalah 2m.
Masing – masing tempat tidur terdapat 3 outlet udara tekan dan stop kontak
antara 10 – 16 titik untuk seluruh ruangan.
b. Kamar Operasi yang berukuran 5 m2x4,25 m2 yang dilengkapi dengan peralatan
operasi. Ruangan operasi mandiri memudahkan transfer pasien luka bakar ke
kamar operasi. Dan juga meminimalkan potensi bahaya gagal gagal nafas pada
pasien kritis saat transfer karena kontinuitas dalam pemantauan.
c. Area kerja meliputi ruang staf dokter, ruang perawat, ruang administrasi, lemari
pendingin.
d. Lingkungan dengan pendingin ruangan antara 18-20 oC dengan kelembaban
antara 50 – 70%.Lingkungan yang terkontrol bertujuan untuk mengurangi tingkat
organisme udara sehingga meminimalkan kontaminasi silang dari luka bakar
dengan organisme udara.
e. Koridor di luar ruangan luka bakar memungkinkan pasien di ruangan luka bakar
bisa kontak visual dengan keluarga tanpa masuk kedalam ruangan untuk kontak
langsung.
f. Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih.
g. Ruang tempat pembuangan alat/bahan kotor.
h. Ruang tunggu keluarga pasien.
2. Peralatan
a. Peralatan yang tersedia di unit perawatan luka bakar untuk kamar ICU yang
mengacu kepada Buku Standar Pelayanan ICU Departermen Kesehatan RI untuk
penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien kritis sedangkan untuk kamar
operasi.
b. Alat yang tersedia adalah bersifat peralatan monitoring baik invasif maupun
noninvasif serta peralatan untuk bantuan life saving untuk kasus kritis dan
kegawatan selain itu peralatan untuk menunjang perawatan luka bakar , operasi
debridement, skin graft dan flap
9
c. Peralatan yang dimiliki di ruang perawatan intensif terdiri dari :
1) Ventilator
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
3) Alat hisap / suction baik sentral maupun portable
4) Peralatan akses vaskuler
5) Peralatan monitor invasif dan non infasif
6) Defibrilator dan alat pacu jantung
7) Pompa infus dan pompa syring
8) CVC Set untuk pemasangan CVC
9) Peralatan portable untuk transportasi
10) Tempat tidur khusus
11) Lampu untuk tindakan
Peralatan lain yang berada di kamar operasi adalah :
1) Meja Operasi.
2) Lampu Operasi.
3) Mesin anastesi.
4) Suction sentral maupun portable
5) Benang dan Pisau operasi
6) Dermatome.
7) Pasien Monitor
8) Mesin Elektrik Couter
9) Meja Mayo
10) Standart Infus
11) Sentral Oksigen
12) Sentral Nitrogen
Peralatan untuk perawatan luka :
1) Dressing set yang berisikan pinset cirrurgis, pinset anatomis,
Nierbeken/bengkok, kom kecil dan besar, gunting verban dan gunting
anatomis, spatel,doek steril dan korentang.
2) Kantong plastik tempat sampah kain dan plastic kuning untuk tempat
sampah infeksi.
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
11
f. Luka bakar dengan inhalasi injury
g. Luka bakar pada pasien dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya
yang bisa menyulitkan manajemen, memperpanjang pemulihan atau
menyebabkan kematian
h. Setiap pasien dengan luka bakar dan trauma bersamaan (seperti patah tulang) di
mana luka bakar menimbulkan risiko terbesar morbiditas atau mortalitas.
i. Luka bakar pada pasien yang akan memerlukan intervensi sosial, emosional atau
rehabilitasi khusus.
12
Penyembuhan terjadi secara spontan umumnya memerlukan waktu antara 10 –
14 hari, hal ini dimungkinkan karena membran basalis dan apendises kulit tetap
utuh, diketahui keduanya merupakan sumber proses epithelisasi
2) Derajat II dalam (deep partial thickness burn)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh (dua pertiga bagian superficial)
dermis.
b) Apensises kulit (integument) seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian utuh.
c) Dijumpai eskar tipis permukaan.
d) Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan memerlukan waktu lebih dari dua minggu.
c. Luka Bakar Derajat III ( Full Thickness Burn)
1) Kerukan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis) serta lapisan
yang lebih dalam.
2) Apendises kulit (adneksa, integument) seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
3) Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena terbentuk
eskar.
4) Nyeri tidak dijumpai bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf serabut
saraf sensorik mengalami kerusakan/ kematian.
5) Penyembuhan terjadi lama. Proses epithelisasi spontan baik dari tepi luka
(membrane basalis) maupun dari apendises kulit (folikel rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebasea yang memiliki potensi epithelialisasi) tidak
dimungkinkan terjadi karena struktur–struktur jaringan tersebut mengalami
kerusakan.
d. Klasifikasi berat dan ringannya luka bakar
1) Luka bakar ringan
a) Luka bakar derajat II < 15% pada orang dewasa.
b) Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak.
c) Luka bakar derajat III < 2%.
2) Luka bakar sedang
a) Luka bakar derajat II 15% – 25% pada orang dewasa.
b) Luka bakar derajat II 10% – 20% pada anak-anak.
c) Luka bakar derajat III < 10%
13
3) Luka bakar berat (mayor burn)
a) Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa.
b) Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak.
c) Luka bakar derajat III 10% atau lebih.
d) Luka bakar mengenai wajah, telinga, mata, dan genitalia/perineum.
e) Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain
Berdasarkan kritieria diatas dimana pasien memiliki luka bakar derajat II dengan
luas luka bakar ± 70 %, maka pasien termasuk dalam kriteria luka bakar berat
(mayor burn).
14
C. INDIKASI PASIEN MASUK DAN KELUAR DARI ICU LUKA BAKAR
1. Indikasi Pasien Masuk Ruang ICU Luka Bakar
a. Dewasa TBSA > 50 dengan kedalam grade II dalam (partial thickness)
b. Inhalational injury
c. Perlu pemakaian alat bantu nafas (ventilator)
d. Luka bakar grade II dalam dengan daerah luka muka dan leher melingkar
e. Luka bakar kimia TBSA > 20
f. Luka bakar Listrik TBSA > 20 grade II dalam
g. Manula > 70 tahun dengan TBSA > 30 dan grade II dalam
h. Anak TBSA > 20 grade II dalam
2. Indikasi pasien keluar dari ruang ICU luka bakar
a. Gangguan pada saluran nafas akibat eskar melingkar di dada atau trauma
multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan
elektrolit, syok hipovolemia sudah dapat teratasi dengan baik.Dengan
memperlihatkan perbaikan pada hasil – hasil laboratorium.
b. Tidak terjadi Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-
system Organ Dysfunction Syndrome (MODS).
D. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pasien yang memerlukan perawatan di luka bakar ditempatkan secara selektif
berdasarkan indikasi medis serta mempertimbangkan kebutuhan keluarga dari aspek
psikososial yang dihadapi pasien dan keluarga selama perawatan.
15
ACUTE BURN INJURY
Perawatan Semi
Intensif
Instalasi Gawat
Darurat
(IGD)
Perawatan Luka
Luka Bakar Bakar
Sedang (Ward)
Non Kritis
2. Penempatan pasien di ICU luka bakar diutamakan untuk pasien dengan kasus luka
bakar dengan kriteria seperti di atas.
3. Pasien yang dirawat di ruang luka bakar dikelola oleh seorang DPJP. Selama
perawatan DPJP berhak untuk melakukan konsultasi dengan dokter spesialis lain bila
dari hasil penilaian terhadap pasien menunjukan hasil yang memerlukan konsultasi
ke bagian lain melalui sistem rujukan.
4. Perawatan pasien di ruang rawat luka bakar dilakukan secara team yang terdiri dari
multidisiplin dan dikoordinasikan oleh DPJP. Setiap sebelum pelaksanaan operasi
debridement atau skin graft pasien di konsulkan kepada team.
5. Tindakan perawatan/terapi yang dilakukan adalah :
a. Mengelola jalan nafas :
1) Intubasi
2) Krikotiroidotomi/tracheostomi : Segera dilakukan dengan tanda-tanda
visualisasi secara langsung didapatkan eritema atau pembengkakan
oropharing.Perubahan suara dengan batuk yang kasar atau suara
serak.Stridor, tachypnoe atau dyspnoea.
3) Perawatan jalan nafas
4) Penghisapan sekret (secara berkala)
16
5) Pemberian terapi inhalasi
6) Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
7) Eskarotomi pada dinding toraks memperbaiki kompliansi paru
b. Tatalaksana Resusitasi cairan
1) Cairan infus 24 jam I
Rumus : 2,5 – 3 cc/kg/%.
Setengahnya diberikan dalam 8 jam I (dihitung mulai jam kecelakaan).
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Cairan yang diberikan :
100% elektrolit (RL) bila total cairan yang diberikan <= 3000cc.
Atau
50% elektrolit (RL), 25% hypertonic, 25% Isotonik/koloid bila total cairan yang
diberikan > 3000cc.
2) Cairan infuse 24 jam II
Rumus : 24 x (25 + % LLB) x BSA
Cairan yang diberikan :
50% elektrolit (RL), 25% hypertonic, 25% Isotonik/koloid
3) Insensible waterloss
Rumus : (25 + kg ) x BSA
c. Terapi Pembedahan pada luka bakar
Eksisi dini tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement)
yang dilakukan dalam waktu < 7 hari pasca cedera termis. Tindakan eskarotomi
atau fasiotomi dapat dilakukan untuk luka bakar dengan grade II dalam dan grade
III menghindari terjadinya kompartemen sindrom.Eskarotomi dilakukan bila ada
penurunan aliran darah ke ujung extremitas (tes pengisian kapiler lambat),
cyanosis dan pulse tidak teraba.Untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II
dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan skin grafting. Eksisi dini terdiri
dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
d. Skin grafting
Tujuan dari metode ini:
1) Menghentikan evaporate heat loss
2) Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
3) Melindungi jaringan yang terbuka
Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara split
thickness skin graft atau full thickness skin graft. Untuk memaksimalkan
17
penggunaan kulit donor, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat
lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan
tertentu, sekitar 1 : 2 sampai 1 : 3) dengan mesin. mess grafting.
Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan
grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit
donor sebelumnya.
Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin ‘dermatome’.
e. Terapi Nutrisi
Penilaian Nutrisi
Normal Menurun
Toleransi Ya Tidak
Nutrien Formula
utuh khusus
Nutrisi
Per Oral Diet lebih
Parenteral
kompleks
Suplemen
per oral
selama di
toleransi
Per Oral
18
f. Penatalaksaan Luka
BURN
Setelah 5 Desinfektan /
hari: debridement
kegagalan mempersiapkan
graft luka untuk graft
atau penyembuhan
luka
19
g. Pemberian Antibiotik
1) Diberikan sejak pasien di IGD dengan antibiotik broad spectrum.
j. Pengelolaan nyeri.
Pada luka bakar manajemen nyeri dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sederhana dengan penutupan luka secara cepat.Kemudian pemberian Nonopioid
Analgesia dapat diberikan pada pasien dengan skala nyeri 3-5 dan pemberian
opioid dapat diberikan pada pasien dengan skla nyeri 6-10. Pemberian Nonopioid
ketorolak 30mg/bolus. Pemberian Opioid melalui intravena melalui syringe pump
dengan dosis morfin 10mg dalam 24 jam atau pethidine 100mg dalam 24 jam.
E. SISTEM RUJUKAN
1. Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas /
wewenang dan tanggung jawab secara timbal balik baik horizontal maupun vertikal
terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan
karena adanya keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh
pasien.
2. Jenis rujukan yang dilakukan adalah:
a) Rujukan eksternal (rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan) yang terdiri dari :
1) Rujukan vertikal yaitu rujukan dari unit perawatan luka bakar RSPP ke unit
peraatan luka bakar dengan fasilitas dan layanan yang lebih lengkap dari
RSPP
20
2) Rujukan horizontal yaitu rujukan yang terjadi unit perawatan luka bakar RSPP
ke unit luka bakar rumah sakit dengan fasilitas yang setara dengan RSPP.
b) Rujukan internal (rujukan di dalam fasilitas kesehatan dari tenaga kesehatan ke
tenaga kesehatan lainnya : dokter ke dokter, rujukan triase) yang terdiri dari:
1) Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit yaitu rujukan yang dilakukan
berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa pengiriman pasien
(kasus), spesimen dan pengetahuan tentang penyakit.
2) Rujukan permasalahan kesehatan yaitu rujukan yang dilakukan berkaitan
dengan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa fasilitas,
teknologi dan operasional.
3. RSPP mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang memerlukan pelayanan
diluar kemampuannya. RS penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa pasien
yang dirujuk tersebut akan mendapat penanganan segera. Rujukan balik ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang merujuk dilakukan segera setelah alasan rujukan sudah
tertangani, oleh karena itu rujukan merupakan proses timbal balik yang meliputi kerja
sama, koordinasi dan transfer informasi antar fasilitas pelayanan kesehatan. RSPP
sebagai rumah sakit referal tertinggi di Group PERTAMEDIKA menerima rujukan dari
RS unit PERTAMEDIKA. Selain itu RSPP menjalin kerja sama dengan beberapa
rumah sakit rujukan maupun rumah sakit yang merujuk.
4. Tujuan dilakukan sistem rujukan antara lain adalah:
a) Membutuhkan pendapat dari ahli (second opinion)
b) Memerlukan pemeriksaan yang tidak tersedia di fasilitas RSPP
c) Memerlukan intervensi medis di luar kemampuan RSPP
d) Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya
e) Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan.
F. KONDISI BENCANA
Semua petugas di unit perawatan luka bakar harus memahami prosedur penanganan
bencana baik internal maupun eksternal.
Dalam kondisi bencana masal, unit luka bakar harus menyediakan satu tempat tidur
untuk mendukung pasien korban bencana dan berkoordinasi dengan Instalasi Gawat
Darurat.
21
BAB V
LOGISTIK
A. PENYEDIAAN FARMASI
Penyediaan kebutuhan obat – obatan dan alat kesehatan disediakan oleh bagian farmasi
rawat inap melalui resep. Persediaan obat injeksi dan cairan infus diresepkan untuk
persediaan satu hari, sedangkan untuk obat oral diresepkan untuk 2 – 3 hari. Bila obat
dihentikan maka sisa obat dan alkes tersebut dikembalikan ke bagian farmasi.
Untuk kebutuhan obat dan alkes dalam kondisi kegawatan dan kedaruratan, unit luka
bakar menyediakan persediaan di dalam emergency trolley yang jenis dan jumlahnya
telah ditetapkan. Bila terjadi kegawatan maka akan menggunakan obat di emergency
trolley dan setelah kegawatan tertangani, maka dilakukan penggantian terhadap
penggunaan obat dan alat tersebut sehingga jumlah dan jenisnya adalah tetap. Setiap
petugas di unit perawatan luka bakar berkewajiban menjaga agar emergency trolley
selalu terpelihara.
Penggunaan alkes pendukung disediakan oleh unit perawatan luka bakar melalui
permintaan barang ke bagian farmasi dimana permintaan dan pengeluarannya dicatat
serta dilakukan stok opname secara berkala.
22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
23
Di unit perawatan intensif pasien harus dipantau untuk resik jatuh, melalui
pengkajian,penggunaan tempat tidur khusus, penjelasan ke pasien dan atau keluarga
pasien, dan bila perlu melalui restrain.
24
3. Kesalahan Medis / Medical Error
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Sentinel / Sentinel Event
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
25
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah berkaitan dengan upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor
bahaya, baik berasal dari pelaksanaan pekerjaan maupun lingkungan kerja serta
tindakan pekerja sendiri.
B. TUJUAN
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas kerja.
2. Menjaminkeselamatansetiap orang lain yang beradaditempatkerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
26
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
27
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
28
C. PENGENDALIAN MUTU DAN PENGAWASAN PELAYANAN LUKA BAKAR
Pengendalian mutu dan kualitas pelayanan perawatan luka bakar merupakan satu
program yang bersifat objektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan
masalah yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan
mencapai standar klinis yang bermutu.
Pemantauan kualitas adalah kegiatan pemantauan yang dilaksanakan setiap hari secara
objektif bekerjasama dengan Manajemen Mutu dan Infection Control Nurse.
Pelaksanaan pemantauan meliputi:
1. Self Assesment adalah kegiatan memantau parameter mutu pelayanan dan hasilnya
dilaporkan ke Manajemen Mutu
Pemantauan meliputi penilaian penyembuhan luka, pertemuan staf ruang luka bakar,
diskusi kasus sulit, laporan berkala.
2. Independent Audit merupakan pelaksanaan parameter mutu pelayanan yang tolak
ukur keberhasilannya ditentukan sesuai prioritas dan dilaksanakan oleh Manajemen
Mutu.
29
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Perawatan Luka Bakar di RSPP ini diharapkan dapat menjadi panduan
bagi Unit Luka Bakar di RSPP. Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang
berkepentingan terhadap layanan perawatan luka bakar di RSPP yang selanjutnya perlu
dijabarkan dalam bentuk Standar Prosedur Operasional guna kelancaran pelaksanaannya.
Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Pedoman Pelayanan
Perawatan Luka Bakar di RSPP ini, maka akan dilakukan penyempurnaan pada penyusunan
petunjuk teknis selanjutnya.
30