Anda di halaman 1dari 34

MATERI

PELATIHAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


MATERI POKOK:
1. Profil perawat profesional
2. Kebijakan/ regulasi, Peran dan tanggung jawab perawat
3. Uraian tugas perawat primer / ketua tim dan perawat pelaksana
4. Penerimaan pasien baru
5. Teknik pengkajian/wawancara yang efektif
6. Edukasi klien
7. Rekonsiliasi obat
8. Discharge Planning dan Pemulangan Pasien
9. Komunikasi efektif
10. Informed consent
11. Sistem rujukan pasien
12. Dokumentasi asuhan keperawatan
13. Penanganan komplain pelanggan
14. Peran perawat dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien
15. Peran perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

PENERIMAAN PASIEN BARU


Oleh: Ns. Muhamad Rofii, S.Kp, M.Kep
A. Pengertian Penerimaan Pasien
Penerimaan Pasien Di Unit Perawatan
Setiap institusi mengikuti rangkaian kebijakan dan prosedur yang berbeda untuk
menerima klien masuk. Klien yang masuk dari unit gawat darurat kemungkinan tidak berada
dalam kondisi yang baik untuk menjalani proses wawancara penerimaan klien masuk.
Perawat dan petugas administrasi adalah petugas utama yang terlibat dalam prosedur awal
klien masuk di tempat perawatan (Potter & Perry, 2005).
Petugas memindahkan klien ke dalam unit perawatan dengan mempertimbangkan
kondisi klien, apakah dengan berjalan kaki atau menggunakan kursi roda atau kereta dorong.
Setelah sampai di unit perawatan klien dan keluarga diperkenalkan dengan perawat yang
bertanggung jawab terhadap perawatan klien. Saat awal dimulainya fase orientasi dalam
hubungan perawat-klien. Perawat melengkapi sejumlah prosedur yang telah dilakukan
selama proses penerimaan, termasuk prosedur untuk mengorientasikan klien dan keluarga
dengan ruangan dan unit (Potter & Perry, 2005).
B. Orientasi Pasien Baru
1. Pengertian Orientasi Pasien
Orientasi terhadap pasien baru adalah pemberian informasi kepada pasien baru
berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah sakit. Informasi
adalah pesan atau isi berita yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang lain
dengan harapan orang tersebut mengetahui dan mengerti akan maksud dan tujuan dari isi
pesan atau berita yang disampaikan. Orientasi terhadap pasien baru merupakan usaha
memberikan informasi/sosialisasi kepada pasien dan keluarga tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelayanan selama di rumah sakit (Ragusti, 2008).
Orientasi yang diberikan oleh perawat merupakan hal yang sangat penting bahwa
perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk menganalisa keadaan, sehingga
mereka bersama-sama dapat memahami, menjelaskan dan menyimpulkan masalah yang
ada. Tahapan orientasi ini dapat menyebabkan pasien langsung mampu menambah energy
dari rasa keragu-raguan memenuhi kebutuhanya untuk lebih berani menghadapi
permasalahannya. Hubungan telah dibentuk dan berlanjut lebih erat lagi sementara masalah
telah identifikasi. Sementara pasien dan keluarga berdiskusi dengan perawat keputusan
bersama dibuat tentang bentuk bantuan professional apa yang akan dilakukan. Perawat
yang menjadi sumber yang dapat bekerja dengan pasien dan keluarga. Pada tahap orientasi
perawat, pasien dan keluarga merencanakan jenis pelayanan apa yang dibutuhkan (Ragusti,
2008).
2. Tujuan Orientasi Pasien Baru
Orientasi pasien baru ini bertujuan untuk pemahaman pada pasien dan keluarga
tentang peraturan rumah sakit, semua fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya.
Pemberian informasi ini juga mengurangi stress dan dampak hospitalisasi rumah sakit.
3. Tahapan Orientasi Pasien Baru
Tahapan pertama perawat pada saat menerima pasien baru adalah melakukan
orientasi kepada pasien. Pasien dan atau keluarga mencari penolong professional yaitu
tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Tetapi kebutuhan ini belumlah diidentifikasi
atau dimengerti oleh individu-individu yang terlibat. Sebagai contoh seorang gadis remaja

menelpon pusat kesehatan masyarakat, karena ia merasa ketakutan. Inilah tahap bahwa
perawat perlu menolong pasien dan keluarga untuk memahami sesungguhnya apa yang
terjadi dengan pasien (Bowhuizen). Pada saat pasien masuk, pasien dan keluarga
menerima informasi tentang perawatan yang ditawarkan, kriteria yang diharapkan pada
perawatan, dan harapan biaya pada perawatan pasien (Joint Commission International,
2011).
Langkah pertama pada penerimaan klien masuk adalah memperoleh informasi
tentang klien yang dibutuhkan untuk identifikasi, antara lain nama lengkap, usia, tanggal
lahir, alamat, keluarga terdekat, dokter yang menerima klien masuk, agama, pekerjaan,
nomor yang bisa dihubungi dan asuransi yang dimiliki (Potter & Perry, 2005) .
4. Materi untuk Orientasi Pasien Baru
Orientasi Ruang Perawatan
Orientasi di ruang perawatan pada pasien yang pertama adalah barang apa saja
yang harus dibawa ke Instalasi Rawat Inap. Penyimpanan untuk barang-barang pribadi
terbatas, jadi klien dipersilakan membawa hanya barang-barang penting ke bangsal dan
meninggalkan barang-barang yang berlebihan kepada keluarga atau saudara. Perawat
tidak bertanggung jawab untuk barang milik klien yang hilang. Contoh barang yang
dibawa ke rawat inap adalah: alat mandi (sabun, roll-on deodorant, shampoo, conditioner)
dan pakaian (nyaman dan cocok sesuai musim) (Emmerson, 2014).
Obat yang ada lebih baik untuk ditinggalkan di rumah. Untuk memastikan
keselamatan pasien dan keselamatan pasien lain, pada saat pasien berada di rawat inap.
Setiap obat yang dibawa akan diamankan dan dikeluarkan oleh perawat (Emmerson,
2014).
Ada beberapa barang yang tidak boleh dibawa ke rawat inap. Untuk memastikan
rawat inap adalah tempat yang aman bagi konsumen dan staf, maka semua barang milik
pasien atau pengunjun harus diberikan kepada staf untuk pemeriksaan keamanan. Banyak
barang yang tidak diizinkan. Barang yang dianggap berbahaya atau berpotensi berbahaya
akan diambil dan disimpan untuk keselamatan. Barang akan dikembalikan kepada pasien
pada saat pulang. Perawat memastikan bahwa pengunjung menyadari apa yang tidak
boleh dibawa. Contoh barang yang tidak boleh dibawa adalah resep dan obat bebas;
kantong plastik, kaca atau benda/wadah dari keramik; kaleng aerosol; Obat-obatan
terlarang dan alkohol; Produk dari timah atau aluminium; Produk makanan; Benda tajam;
Peralatan olahraga; benda dari logam; cairan yang mudah terbakar; kamera dan ponsel
(Emmerson, 2014).
Perawat meminta untuk meninggalkan barang berharga dan uang yang berlebihan
kepada keluarga atau teman-teman. Jika pasien ingin tetap membawa sedikit barangbarang berharga di dalam ruangan, pasien agar meminta staf untuk mengunci barang
dalam loker samping tempat tidur pasien. Barang berharga atau uang yang disimpan pada
orang lain adalah risiko pasien sendiri. Kelebihan uang dan barang berharga juga bisa
disimpan di Rumah Sakit. Jam layanan: Senin sampai Jumat, 8:00-16:00 (Emmerson,
2014).
Semua peralatan listrik harus diuji oleh teknisi listrik eksternal dan ditandai
aman sebelum digunakan. Jika pasien ingin membawa peralatan listrik ke bangsal
dipersilakan membicarakan hal ini dengan tim yang merawat (Emmerson, 2014).
Sebuah ponsel adalah barang berharga yang tidak diizinkan di ruangan karena
ponsel dapat mengganggu peralatan listrik di rumah sakit. Panggilan telepon dapat dibuat
dari telepon umum di bangsal, dan menrima telepon di bangsal. Untuk informasi lebih
lanjut, pasien atau keluarga dapat melihat panggilan telepon dalam booklet (Emmerson,
2014).

Orientasi tentang Waktu di Ruangan


Jam berkunjung di ruang perawatan biasanya 11:00-13:00 dan 16.00 18.00.
Teman dan keluarga diminta untuk mempertimbangkan kebutuhan konsumen untuk
istirahat dan pemulihan, dan menjaga kunjungan pada waktu yang ditentukan. Keluarga
atau teman-teman yang ingin membawa anak-anak ke bangsal harus di cek oleh perawat
yang bertanggung jawab di bangsal (Emmerson, 2014).
Layanan untuk makan disediakan untuk semua makanan di ruang makan utama.
Untuk alasan klinis pasien mungkin diminta untuk makan di ruangan/tempat tidur.
Sarapan biasanya jam: 07:30-08:30, Makan siang jam: 12:00-12:45, Makan malam jam:
17:00-17:45. Pagi dan sore diberikan dan makan malam disajikan di ruang masingmasing. Mesin penjual juga tersedia di ruangan. Pasien membutuhkan koin membeli di
mesin penjual, sehingga pasien harus meminta teman atau keluarga untuk menukarkan
uang (Emmerson, 2014).
Perawat dapat membatasi asupan konsumen minuman kafein dalam beberapa
keadaan karena pasien dapat berinteraksi negatif dengan obat. Jika pasien memiliki
kebutuhan makanan tertentu atau pilihan, misalnya diet rendah natrium (Emmerson,
2014)
Orientasi tentang Akomodasi
Akomodasi tempat tidur ada yang double tepat tidur atau empat tempat tidur.
Tempat tidur adalah ruang pribadi, jadi diminta untuk tidak bersosialisasi di ruangan.
Kerabat dan teman-teman tidak diizinkan di ruangan. Kerabat dan teman-teman
dipersilakan menggunakan ruang tunggu umum atau beranda untuk bersosialisasi. Jika
tempat tidur pasien berada pada tingkat ketergantungan tinggi, maka menyimpan barangbarang kelebihan pasien di ruang tertentu. Ruangan pasien diatur supaya bersih dan rapi
setiap saat. Jika pasien memerlukan bantuan untuk melakukan kerapian, pasien bisa
bertanya perawat yang ditugaskan (Emmerson, 2014).
Fasilitas laundri termasuk mesin cuci dan pengering di setiap ruang. Pencucian
dibuka jam 8:00-20:00 setiap hari. Pasien diminta menaruh pakaian kotor dan handuk di
tas kain yang disediakan (Emmerson, 2014).
Merokok dilarang di semua ruangan publik. Merokok hanya boleh dilakukan pada
"Kawasan Bebas Rokok" dengan merokok hanya diperbolehkan keluar depan rumah
sakit. Korek api tidak diperbolehkan di semua bangsal karena risiko kebakaran dan
keselamatan. Korek api disimpan dan akan kembalikan pada saat pulang (Emmerson,
2014).
Kebijakan rumah sakit melarang alkohol dan semua obat non-resep di dalam
ruangan. Alkohol dan atau obat-obatan non-resep lainnya bisa sangat berbahaya jika
dicampur dengan obat yang diresepkan untuk pengobatan pasien. Rumah sakit mencegah
penggunaan tersebut saat pasien berada di ruang rawat. Siapa pun yang ditemukan
memiliki, atau memasok obat-obatan terlarang untuk pasien akan dilaporkan ke polisi dan
dapat dituntut (Emmerson, 2014).
5. Prosedur Orientasi Pasien Baru
Prosedur pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru terbagi menjadi :
Persiapan
a. Check list orientasi pasien baru
b. Kartu tunggu
c. Lembar tentang tata tertib rumah sakit
Prosedur kerja :
1) Memberi salam pada pasien dan keluarga

2) Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang semua fasilitas yang tersedia di
ruang perawatan dan prosedur penggunaannya
3) Menjelaskan tata tertib rumah sakit.
4) Menjelaskan hak-hak dan kewajiban pasien
5) Memberikan penjelasan dokter yang merawat dan perawat yang bertanggung jawab
6) Memberikan kartu tunggu
7) Setiap selesai melaksanakan orientasi harus tercatat pada check list dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Sumber pustaka
Edendale Hospital. 2010. Orientation and Conduct Policies, Department of Medicine, Edendale Hospital.
Emmerson, B. 2014. Finding Your Way Around the Ward: An Orientation to Your Inpatient Stay. Metro
North Mental Health, Royal Brisbane and Womens Hospital.
Joint Commission International. 2011. Joint Commission International Accreditation Standards For
Hospitals, 4th Edition. Permissions Editor, Department of Publications, Joint Commission
Resources, One Renaissance Boulevard, Oakbrook Terrace, Illinois 60181 U.S.A.
Potter, PA dan Perry, AG. 2005. Buku Ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktik, alih
bahasa: Yasmin Asih, et al. Editor edisi bahasa Indonesia Devi Yulianti, Monica Ester, Edisi 4,
Jakarta: EGC.

CHECKLIST ORIENTASI PASIEN


(Formulir ini disimpan dalam map pasien sampai pasien pulang)
Nama Pasien:_______________________________ Tanggal Masuk:___________

Prosedure Masuk
(Segera dilakukan oleh perawat)

Tanggal

Tanda
Tangan
Perawat

Almari/Tempat untuk menaruh barang pasien


Pakaian dan barang-barang pribadi diinventarisasi
Pasien dikaji oleh perawat
Tanda-tanda Vital diperiksa dan dicatat
Personal hygiene
Melengkapi dan mengisi formulir
Denah Gedung dan Ruangan
(Segera dilakukan oleh perawat)
Pintu keluar dan pintu darurat
Ruang/kamar tidur dan kamar mandi
Ruang jaga perawat
Tempat pengunjung
Pakaian di ruangan
Tempat tidur
Pengenalan Staf / Petugas Kesehatan
(Mulai minggu pertama dilakukan oleh perawat)

Dokter
Perawat
Tenaga kesehatan lain
Petugas Administrasi
Manajer ruang perawatan
Peraturan Rumah Sakit
(Mulai minggu pertama masuk dilakukan oleh perawat)
Peraturan Rumah Sakit / Ruangan
Peraturan pemakaian gelang identitas
Waktu Kunjungan Pasien
Jam Makan pasien

..............................................

................................

........
Tanda Tangan Pasien

Tanggal

DISCHARGE PLANNING
Oleh: Ns. Muhamad Rofii, S.Kp, M.Kep

A. Pengertian Discharge Planning


Perencanaan pasien pulang (discharge planning) adalah suatu mekanisme untuk
memberikan asuhan keperawatan secara terus-menerus, memberikan informasi tentang
kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pasien pulang, melaksanakan evaluasi dan
mengarahkan untuk perawatan diri sendiri (Swansburg, 2000). Perencanaan pasien pulang
ini merupakan elemen penting dalam penyusunan proses keperawatan. Pembuatan
perencanaan pasien pulang akan memendekkan lama perawatan pasien di rumah sakit dan
akan memberikan kesinambungan perawatan setelah pasien pulang ke rumah. Perencanaan
pulang ini akan menjadi suatu harapan kesembuhan pasien dari penyakitnya dan dapat
segera kembali ke rumah mereka sendiri.
Perencanaan pasien pulang adalah suatu discharge planning pasien yang ditulis di
kertas yang merupakan tujuan akhir dari perencanaan perawatan pasien, yang akhirnya
bertujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat keputusan dan berupaya, untuk
memaksimalkan potensi untuk hidup secara mandiri, dan untuk memberdayakan pasien
dengan melalui dukungan dan sumber-sumber yang ada dalam keluarga atau masyarakat
(NCSS, 2006). Perencanaan pasien pulang ini merupakan suatu proses yang digunakan
untuk memutuskan apakah klien perlu menjaga tingkat kesehatan saat ini yang sudah baik
atau perlu meningkatkan lagi status kesehatannya menjadi tingkat yang lebih tinggi lagi.
Pengertian lain tentang discharge planning adalah suatu proses yang digunakan
untuk menentukan apakah pasien sudah dapat dipindahkan dari satu tingkat perawatan ke
tingkat perawatan berikutnya. Pasien sering dipindahkan dari rumah sakit ke rumah atau ke
fasilitas perawatan rehabilitasi, atau bahkan ke sebuah panti jompo (Shelby, 2010,
http://www.ehow.com, diperoleh tanggal 11 Maret 2011). Ketika merencanakan pemulangan
dapat dilakukan secara bervariasi dari satu fasilitas pelayanan ke fasilitas pelayanan
berikutnya.
Proses perencanaan pulang pada pasien yang dilakukan secara dini adalah penting.
Ini sesuai dengan pernyataan dari The Joint Commission for Accreditation of Healthcare
Organization (JCAHO) yaitu untuk memfasilitasi pemulangan dilakukan sesegera mungkin
pada tingkat perawatan akut tidak lagi diperlukan, rencana pulang dimulai sedini mungkin
penentuan kebutuhan aktivitas ini dibuat (Swansburg, 2000). Perencanaan pasien pulang
yang kurang tepat bisa berdampak pada kembalinya pasien dari rumah sakit setelah pasca
perawatan dan pada akhirnya pasien akan menanggung finansial untuk biaya rawat inap di
rumah sakit. Pasien yang memerlukan perawatan di rumah, konseling kesehatan atau
penyuluhan kesehatan, dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu oleh perawat di rumah
sakit pada saat sebelum pemulangan klien akan berakibat pada kembalinya pasien untuk
dirawat di rumah sakit.
Perencanaan pasien pulang (discharge planning) pertama kali dikembangkan di
rumah sakit umum dengan fokus untuk menentukan waktu meninggalkan atau pulang dari
rumah sakit dan mengatur perawatan pada tingkat berikutnya (Moran, et al. 2005).
Pemulangan pasien dari rumah sakit kembali ke rumah telah disepakati oleh pasien. Dengan
melalui persetujuan pasien ini akan memberikan kesempatan pada pasien untuk
mempersiapkan diri untuk pemulangan. Persiapan secara fisik, mental dan psikologis
diperlukan untuk pemulangan.

B. Alasan pentingnya Discharge Planning


Perencanaan pasien pulang ini sangat penting dan dibutuhkan oleh pasien.
Dokumentasi perencanaan pasien pulang akan membantu semua pihak yang terlibat dalam
perawatan klien dan klien itu sendiri, selain itu memberikan pemahaman yang jelas dan
harapan dari rencana tindakan termasuk harapan pemulangan pasien (NCSS, 2006). Tanpa
adanya suatu discharge planning pasien akan memungkinkan timbulnya suatu keragu-raguan
pada peran dan harapan dari pemberi pelayanan. Selain itu akan mempengaruhi motivasi
klien untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan perawatan. Alasan penting lainnya dari
perencanaan pulang adalah secara signifikan dapat meningkatkan kesehatan pasien saat
pemulangan, selain itu dapat menurunkan biaya perawatan kesehatan (Shelby, 2010,
http://www.ehow.com, diperoleh tanggal 11 Maret 2011).
Perencanaan pemulangan pasien ini penting untuk melakukan perencanaan bersamasama antara klien dan pemberi pelayanan (NCSS, 2006). Pembuatan discharge planning
pasien yang dilakukan diawal akan membuat ketertarikan tersendiri bagi klien, dan ini akan
membantu pemberi pelayanan dalam mencapai tujuan akhir dari pemberian dukungan
pelayanan bagi klien. Pemberdayaan klien untuk memaksimalkan potensi dan otonomi akan
memberikan kemampuan dan keunikan tersendiri.
C. Tujuan Discharge Planning
Persiapan untuk perencanaan pasien pulang dilakukan sesegera mungkin. Perawat
perlu untuk merencanakan pemulangan pasien. Menurut WHO (2005) dinyatakan bahwa
tujuan perencanaan pasien pulang adalah:
a. Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami
pasien dan kemungkinan adanya komplikasi dari penyakitnya dan hal-hal yang perlu
pembatasan yang akan diberlakukan pada pasien di rumah.
b. Mengembangkan kemampuan pasien dan keluarga untuk merawat dan memenuhi
kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman untuk pasien di rumah.
c. Memastikan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya pada pasien
dibuat dengan tepat.
Swansburg (2000) menyatakan bahwa tujuan dari perencanaan pasien pulang adalah:
a. Rencana antisipasi dan dokumentasi menurunkan jumlah penolakan dari pihak asuransi
kesehatan.
b. Menurunkan jumlah kekambuhan dan akhirnya dirawat kembali di rumah sakit ataupun
kunjungan ke ruang kedaruratan yang tidak perlu kecuali pada beberapa diagnosis
tertentu.
c. Memastikan penggunaan tenaga perawatan kesehatan yang tepat, penggunaan sumbersumber dan pelayanan yang optimal, dan menghindari duplikasi pelayanan.
d. Membantu pasien memahami tentang kebutuhan setelah perawatan dari rumah sakit dan
biaya pengobatan.
e. Memastikan sumber-sumber yang ada dimasyarakat dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.
f. Tujuan lain dari perencanaan pemulangan pasien menurut Baron, et al. (2008) adalah
untuk mencegah pasien dari rumah sakit menjadi tuna wisma dan menjadi pasien yang
dibuang.
Pembuatan perencanaan pemulangan pasien perlu diperhatikan masalah pasien dan
perawatan yang diperlukan. Ketika pasien dipulangkan ke rumah lebih awal dan masih
perlu banyak perawatan di rumah, maka ada kemungkinan pasien memerlukan bantuan
perawat untuk datang ke rumah dan memberikan perawatan di rumah. Pasien yang
meninggalkan rumah sakit tanpa masalah dan tidak memerlukan perawatan lanjut di

rumah, maka perawat perlu untuk memastikan pada keluarga dan pasien memahami
kemungkinan masalah yang bisa muncul dan mereka diberitahu tentang apa yang harus
diperhatikan dan dilakukan bila masalah tersebut muncul.
Perencanaan pasien pulang harus melibatkan pasien dan anggota keluarga atau orang
lain yang akan membantu memberikan perawatan pasien di rumah. Perawat harus
memastikan pada pasien sesegera mungkin perihal apakah ada anggota keluarga atau orang
lain di rumah yang membantu pasien selama di rumah. Perawat perlu untuk mengajarkan
pada pasien dan memberi perawatan apa yang akan dilakukan di rumah (WHO, 2005).
D. Manfaat Discharge Planning
Berbagai manfaat yang diperoleh dari discharge planning, baik untuk pasien,
keluarga, pelayanan kesehatan di masyarakat maupun rumah sakit. Manfaat yang diperoleh
dari perencanaan pasien pulang bagi klien menurut NCSS (2006) antara lain untuk
menetapkan tujuan bersama antara klien dan pemberi pelayanan sesuai dengan kebutuhan
klien, untuk mengelola perawatan jangka panjang, untuk mendorong pendekatan tim baik
dari pemberi pelayanan yang formal maupun informal, dan untuk mendapatkan jaminan
kelangsungan perawatan.
Manfaat lain dari perencanaan pulang adalah merasakan bahwa dirinya adalah bagian
dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya,
menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya, merasa nyaman untuk kelanjutan
perawatannya dan memperoleh support sebelum timbulnya masalah, dapat memilih prosedur
perawatannya, dan mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubunginya (Pemila, 2009).
Manfaat perencanaan pulang bagi perawat antara lain merasakan bahwa keahliannya
diterima dan dapat digunakan, menerima informasi kunci setiap waktu, memahami perannya
dalam sistem, dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru, memiliki
kesempatan untuk bekerja dalam tempat yang berbeda dan cara yang berbeda, dan bekerja
dalam suatu sistem dengan efektif (Pemila, 2009).
E. Sasaran Discharge Planning
Setiap klien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan perencanaan pemulangan
pasien. Klien yang memiliki kebutuhan komplek yang timbul dari interaksi kebutuhan fisik,
medis, sosial emosional akan mendapatkan keuntungan dari perencanaan pemulangan pasien
(NCSS, 2006). Klien memerlukan perawat yang terampil dalam pengkajian dan mampu
mengelola pelayanan keperawatan yang komprehensif. Klien juga memerlukan pelayanan
keperawatan yang terkoordinasi yang baik dengan tim kesehatan yang lain dan dukungandukungan pelayanan, sehingga mereka dapat selalu dipantau terhadap kebutuhan perawatan
klien. Para orang lanjut usia yang sudah lemah yang tinggal sendirian di rumah maupun
tinggal bersama keluarga dengan dukungan keluarga secara minimal, serta anak-anak dan
orang dewasa penyandang cacat akan memerlukan perencanaan pasien pulang. The
Interagency Council on Homelessness tahun 1994 (Baron, et al. 2008) dinyatakan bahwa
perencanaan pasien pulang yang tidak memadai merupakan faktor yang memberikan
kontribusi bagi tunawisma pada orang-orang yang mengalami sakit mental maupun
gangguan penggunaan narkoba.
Menurut Rice (1992, dalam Potter & Perry, 2005) bahwa setiap klien yang dirawat di
rumah sakit membutuhkan perencanaan pulang. Tetapi ada beberapa kondisi yang
menyebabkan klien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan perawatan setelah klien
pulang. Kondisi klien dengan penyakit terminal, kecacatan permanen, kurangnya sumber
dana, operasi besar, operasi radikal, isolasi sosial, dan emosi atau mental yang tidak stabil
dapat beresiko dalam perencanaan pulang. Jika klien mengalami kondisi seperti ini, maka

perlu dilakukan pengkajian tentang keinginan dan kemampuan klien untuk merawat di
rumah.
F. Waktu pelaksanaan Discharge Planning
Perencanaan pemulangan pasien harus dilakukan dengan jangka waktu yang optimal
untuk klien. Perencanaan pemulangan pasien dilakukan setelah dilakukan pengkajian kepada
klien (NCSS, 2006). Perencanaan pasien pulang harus dimulai setelah masuk ke rumah sakit
(Baron, M., et al., 2008). Perawat harus mengembangkan jadwal perencanaan pemulangan
pasien sesuai dengan filosofi keperawatan dan harapan dari klien.
G. Peran dan tanggung-jawab perawat dalam Discharge Planning
Manajer kasus adalah petugas kesehatan yang akan melaksanakan,
mengkoordinasikan dan memantau kemajuan perawatan dan kesiapan klien untuk
pemulangan. Klien dan pemberi pelayanan (orang tua, wali atau keluarga) dan atau orang
lain yang penting juga harus aktif terlibat dan dikonsultasikan dalam perencanaan
pemulangan pasien (NCSS, 2006). Jika model penugasan keperawatan adalah tim
keperawatan, maka ketua tim adalah petugas kesehatan yang terlibat dalam perencanaan
pemulangan pasien.
Tanggung jawab pada perencanaan pulang di beberapa rumah sakit adalah tanggungjawab staf keperawatan, selain juga tanggung-jawab staf pekerja sosial (Baron, et al. 2008).
Koordinasi awal nampaknya sangat diperlukan antara staf keperawatan dengan staf pekerja
sosial pada perencanaan pemulangan, ini menjadi komponen yang penting dari perencanaan
tugas secara efektif di komunitas. Perawat membuat perencanaan pemulangan berfokus pada
pasien, sedangkan pekerja sosial membuat perencanaan pemulangan berfokus pada sistem
keluarga.
Menurut Owyoung (2010, Role of a nurse in discharge planning,
http://www.ehow.com, diperoleh tanggal 11 Maret 2011) bahwa perawat berperan dalam
pembuat rencana pulang bagi pasien, yaitu mengidentifikasi klien yang membutuhkan
perencanaan pulang, memindahkan pasien dari satu fasilitas ke fasilitas lain (misalnya pusat
perawatan masyarakat, panti jompo) dan terus menerus mengkaji dan menentukan sumber
daya seperti staf dan tenaga medis yang dibutuhkan untuk menjaga kualitas pelayanan untuk
pasien diluar rumah sakit. Perawat juga bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan
pasien dan penyedia layanan kesehatan di masyarakat, membangun pelayanan rujukan
kesehatan, dan memeriksa pasien yang masuk setiap hari, serta memulangkan dengan
menentukan mana yang akan memerlukan perawatan di luar rumah sakit. Perawat juga
bertanggung jawab untuk berkoordinasi dan mempertahankan hubungan dengan perawatan,
fasilitas profesional dan sumber daya (misalnya penyedia kursi roda) yang mungkin
diperlukan untuk pemulihan pasien.
H. Elemen Discharge Planning
Identifikasi faktor-faktor seperti lamanya tinggal, riwayat penyakit mental,
penyalahgunaan zat, dan sejarah dan status tunawisma membantu perawat dalam
mengantisipasi perencanaan pemulangan. Perencanaan pemulangan secara optimal dimulai
pada saat pasien masuk. Elemen perencanaan pemulangan yang sukses harus mencakup
sebagai berikut (Baron, et al. 2008):
a. Perencanaan pemulangan harus dimulai pada saat pasien masuk.
b. Pergunakan alat skrining perencanaan pemulangan yang khusus sehingga informasi
yang diambil tidak semata-mata dari catatan pengakuan saja.
c. Rumuskan alat skrining standard yang berkisar pada aturan-aturan prediksi, seperti
checklist gejala atau format lain yang bisa digunakan.

d. Pilih perencanaan pemulangan yang paling sesuai dengan pasien.


Prinsip-prinsip perencanaan pulang merupakan bagian integral dari prinsip dasar
rumah sakit. Menurut Hedges, et al. (1999, dalam Departement of Veterans Affairs, 2005)
bahwa prinsip-prinsip perencanaan pemulangan pasien telah dirumuskan melalui suatu
konsultasi dengan jangka yang lama oleh pemberi pelayanan kesehatan, pasien dan pemberi
perawatan. Prinsip-prinsip pemulangan pasien adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan pemulangan harus sesuai dengan waktu pasien masuk rumah sakit.
b. Perencanaan pemulangan adalah tanggung jawab semua pemberi pelayanan kesehatan
yang terlibat dalam perawatan pasien.
c. Pendekatan multidisiplin adalah pendekatan yang paling tepat untuk mengembangkan
dan mengimplementasikan perencanaan pemulangan. Untuk mencapai pelaksanaan tim
multidisiplin yang terbaik harus bekerja secara kolaborasi dan terencana, serta dengan
cara yang terintegrasi.
d. Dokumentasi perencanaan pemulangan harus dimulai sebelum atau pada saat masuk
rumah sakit. Perencanaan pemulangan harus menjadi subyek untuk pengkajian yang
terus menerus selama tinggal di rumah sakit untuk mengkaji setiap perubahan pasien,
pemberi pelayanan kesehatan dan status sosial.
e. Pasien dan pemberi pelayanan harus diberi informasi dan konsultasi pada setiap tahap
selama proses pemulangan.
f. Semua tahap yang dilalui selama tinggal di rumah sakit, informasi dan pendidikan harus
diberikan pada pasien dan pemberi pelayanan, tentang semua aspek perawatan yang
akan diberikan setelah meninggalkan rumah sakit.
g. Pemulangan dari rumah sakit harus tepat waktu, ini diperlukan untuk menghubungkan
petugas kesehatan yang ada di masyarakat.
h. Koordinasi dan komunikasi yang terus menerus antara rumah sakit dan petugas
kesehatan komunitas penting untuk dilakukan, karena untuk menjamin keselamatan,
efisiensi dan efektifitas pemulangan pasien dari rumah sakit ke komunitas.
I. Prosedur dan alur discharge planning
Perawat berperan dalam penyusunan perencanaan pulang bagi klien, maka perawat
harus menerapkan langkah-langkah pada prosedur perencanaan pulang. Menurut Potter dan
Perry (2005), langkah-langkah prosedur dalam perencanaan pulang adalah sebagai berikut:
a. Sejak waktu penerimaan klien, lakukan pengkajian tentang kebutuhan pelayanan
kesehatan untuk klien pulang, dengan menggunakan riwayat keperawatan, rencana
perawatan, dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang dilakukan secara
terus menerus.
b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga yang terkait dengan
pelaksanaan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindari, dan komplikasi yang
mungkin terjadi.
c. Kaji faktor-faktor lingkungan di rumah bersama klien dan keluarga tentang hal-hal yang
mengganggu perawatan diri.
d. Berkolaborasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain mengkaji perlunya rujukan
untuk mendapat perawatan di rumah atau ditempat pelayanan yang lainnya.
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan dengan
masalah kesehatan tersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan klien setelah
pulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawaan dan rencana keperawatan. Lakukan implementasi
rencana perawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus. Tentukan tujuan pulang

yang relevan, yaitu klien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya, mampu
memenuhi kebutuhan individualnya, lingkungan rumah akan menjadi aman, dan
tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah..
Setiap rumah sakit mempunyai kebijakan perencanaan pemulangan sendiri-sendiri,
tergantung dari kebijakan tiap rumah sakit. Perencanaan pemulangan menurut California
Health and Safety Codes Section 1262 adalah sebagai berikut (Baron, et al. 2008):
a. Rumah sakit tidak ada yang memindahkan pasien tuna wisma dari suatu daerah ke
daerah lain tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada badan tertentu yang berwenang,
badan pelayanan sosial, petugas pelayanan kesehatan maupun petugas pelayanan sosial.
b. Pasien tunawisma adalah seorang individu yang tidak memiliki tempat tinggal tetap.
c. Setiap rumah sakit harus memiliki kebijakan dan proses perencanaan pemulangan
secara tertulis.
d. Kebijakan ini mengharuskan bahwa pengaturan yang sesuai setelah perawatan dari
rumah sakit yang dilakukan sebelum pemulangan.
e. Pasien harus diberitahukan secara lisan maupun tertulis tentang keperluan pasca
pemulangan.
f. Ringkasan pemindahan harus disertakan pada pasien saat penyerahan kepada setiap
fasilitas pelayanan kesehatan lain. Pasien akan diberikan salinan pemindahan.
g. Pasien akan menerima informasi tentang pengobatan.
h. Rumah sakit harus menyediakan pada setiap pasien yang membutuhkan perawatan
jangka panjang pada saat pemulangan dengan kontak informasi paling sedikit untuk satu
instansi publik atau badan sosial untuk menyediakan informasi atau pelayanan rujukan
yang ada di masyarakat.
i. Setiap rumah sakit wajib memberikan kepada setiap pasien, pada saat masuk atau segera
sesudahnya suatu informasi tertulis tentang hak pasien.
Proses perencanaan pulang dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Untuk
mempermudah pelaksanaan perencanaan pasien pulang diperlukan alur yang jelas, sehingga
perawat atau petugas kesehatan dapat mudah untuk mengaplikasikannya. Berikut ini adalah
alur proses perencanaan perawatan dan pemulangan pasien. (skema proses discharge
planning pada halaman berikut).
J. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program Discharge Planning
Keberhasilan program discharge planning dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan program discharge planning adalah sebagai berikut
(Swansburg, 2000):
a. Derajat penyakit / kesehatan
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber.

Skema Proses perencanaan perawatan dan pemulangan pasien (NCSS, 2006)


Pengkajian masuk

Masuk
Pengkajian kebutuhan,
jika perlu oleh multidisiplin

Ringkasan interpretasi
Menyusun rencana perawatan dan pemulangan
dengan konsultasi dengan klien dan pemberi layanan

Rencana implementasi perawatan

Monitor kriteria hasil, review rencana perawatan


berdasarkan perubahan kebutuhan dan terus-menerus
Persiapkan pemulangan- discharge planning secara
detail, termasuk rencana tindak lanjut
Pemulangan
Tindak lanjut

K. Pengkajian Discharge Planning


Format pengkajian dalam bentuk Checklist discharge planning rumah sakit telah
dikembangkan oleh British Columbia Schizophrenia Society (British Columbia
Schizophrenia Society, 2007. http://www.bcss.org, diperoleh tanggal 21 Maret 2011).
Format Checklist discharge planning rumah sakit ini mengkaji tentang pengobatan, tempat
tinggal, tindak lanjut kesehatan mental, aktivitas sehari-hari, tindak lanjut medical care,
kebutuhan khusus, dan komentar tambahan.
Format pengkajian discharge planning juga telah dikembangkan oleh Management
and Network Services (MNS, 2011. http://ebookbrowse.com, diperoleh tanggal 21 Maret
2011). Format pengkajian discharge planning menggambarkan tentang nama, tanggal,
tempat tinggal, data pengasuh, keluarga pendukung, kebutuhan transportasi, aktivitas, status
mental, keamanan, keuangan, dan tindak lanjut.
Format pengkajian perencanaan pulang yang dikembangkan oleh Nursalam (2001)
mendeskripsikan tentang dengan siapa pasien tinggal, keinginan untuk tinggal setelah
pulang, pelayanan kesehatan yang digunakan sebelum dari rumah sakit, transportasi yang
digunakan saat pulang, antisipasi keuangan setelah pulang, perawatan diri dan bantuan yang
diperlukan setelah pulang.
CMS (2008) mengembangkan format pengkajian dalam bentuk checklist yang
diperuntukkan bagi pasien dan pengasuh dalam rangka perencanaan pulang pada klien yang

akan meninggalkan rumah sakit, panti jompo, atau perawatan kesehatan lainnya. Petugas
kesehatan akan bekerja dengan klien untuk merencanakan pemulangan klien. Klien dan
pengasuh klien adalah anggota penting dari tim perencanaan. Format ini berfokus pada halhal sebagai berikut yaitu dimana pasien pulang, siapa yang merawat, kondisi pasien,
masalah pasien dan cara mengatasinya, pengetahuan tentang obat, penggunaan bahan dan
peralatan medis, kebutuhan sehari-hari, cara mengatasi penyakit, cara menghubungi dan
minta bantuan petugas kesehatan, kapan kunjungan untuk kontrol, daftar obat-obatan,
ringkasan status pasien, nama-nama lembaga yang dapat membantu pasien, serta siapa yang
menanggung biaya pengobatan.
Data Pengkajian

Data Pengkajian

Data biologis pasien

Data siapa penyedia transportasi pasien pulang

Data psikologis pasien

Data sosial pasien

Data alat bantu yang digunakan pasien (kursi


roda, walker, tongkat, dll).
Data tingkat perawatan yang dibutuhkan

Data religius dan keyakinan

Data kultural pasien

Data tingkatan aktifitas pasien saat dirawat di


RS.
Data status mental pasien saat dirawat

Data harapan pasien

Data pembiayaan kesehatan yg digunakan

Data tempat tinggal untuk


pulang pasien
Data siapa org yg merawat
setelah pulang
Data
keluarga
yg
bisa
dihubungi oleh pasien
Data jenis alat transportasi
pasien ketika pulang

Data kemampuan dalam perawatan diri

Data petugas kesehatan terdekat yang akan


dimintai bantuan oleh pasien ketika di rumah.
Data pengetahuan pasien tentang masalah yang
dialami dan cara mengatasinya.
Data pengetahuan pasien tentang pengobatan
yang diberikan oleh dokter.

L. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data hasil pengkajian yang digunakan oleh
perawat untuk membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi (Lunney dalam NANDA
International, 2009). Menurut Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2000), diagnosa keperawatan
adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta
respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
pada respon individu, keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau potensial (NANDA, 1990 dalam Carpenito, 2009).
Menurut Scroggins, dalam NANDA International (2009), diagnosa keperawatan yang aktual
harus mempunyai minimal tentang label atau judul diagnosa, definisi karakteristik, faktor resiko,
dan faktor-faktor yang berhubungan, yang didukung dengan referensi-referensi dan contohcontoh yang sesuai dengan intervensi dan kriteria hasil. Diagnosa keperawatan mengandung

dimensi respon manusia yang mempunyai 7 aksis taksonomi. Tujuh aksis takonomi tersebut
adalah:
1. Aksis I tentang konsep diagnosis
2. Aksis II tentang subyek diagnosa
3. Aksis III tentang penilaian
4. Aksis IV tentang lokasi
5. Aksis V tentang usia
6. Aksis VI tentang waktu
7. Aksis VI tentang status diagnosis
Contoh dianosa keperawatan NANDA-I 2009-2011 adalah sebagai berikut yaitu ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan, ketidakefektifan manajemen kesehatan diri, hambatan pemeliharaan
rumah, ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga, defisiensi aktifitas pengalih,
gaya hidup kurang gerak, hambatan mobilitas fisik, hambatan mobilitas berkursi roda, hambatan
kemampuan berpindah, hambatan berjalan, keletihan, intoleransi aktifitas, defisit perawatan diri:
mandi, defisit perawatan diri: berpakaian, defisit perawatan diri: makan, defisit perawatan diri:
eliminasi, keluyuran, sindrom gangguan interpretasi lingkungan, gangguan sensori persepsi,
defisiensi pengetahuan, ketidakefektifan perencanaan aktifitas, ketegangan peran pemberi
asuhan, ketidakefektifan perlindungan, risiko bunuh diri, isolasi sosial, dan sebagainya (NANDA
International, 2009).
Menurut Carpenito (2009), yang termasuk standar perencanaan pulang adalah pengajaran yang
dibutuhkan pada klien dengan kondisi medik dan pembedahan tertentu. Standar perawatan
biasanya ditujukan pada dua diagnosa yang berisi tentang: resiko ketidakefektifan manajemen
regimen terapeutik dan resiko kelemahan manajemen pemeliharaan di rumah.
M. Perencanaan Discharge Planning
Menurut Departement of Veterans Affairs (2005) bahwa perencanaan pemulangan
melibatkan proses yang komplek dan suatu siklus yang cepat. Proses perencanaan
pemulangan tersebut adalah:
a. Data kebutuhan pasien dalam konteks keberadaan pasien di masyarakat.
b. Identifikasi stakeholders kunci dalam pemulangan pasien dan libatkan mereka dalam
perencanaan pemulangan.
c. Rumuskan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Cocokkan kebutuhan seseorang dengan pendukung dan pelayanan yang tersedia di
masyarakat.
e. Kembangkan dan implementasikan perencanaan pemulangan yang dapat dicapai.
Evaluasi apakah perencanaan telah sesuai dengan dampak yang diinginkan, jika tidak, revisi
dan implementasikan kembali perencanaan.
Diagnosa
Keperawatan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Kurang
Pengetahuan
Berhubungan
dengan:
keterbatasan
kognitif,
interpretasi
terhadap informasi
yang
salah,
kurangnya
keinginan
untuk
mencari informasi,
tidak mengetahui
sumber-sumber
informasi.
DS: Menyatakan
secara
verbal
adanya masalah
DO:
ketidakakuratan
mengikuti
instruksi, perilaku
tidak sesuai

NOC:

Kowlwdge : disease
process

Kowledge
:
health
Behavior
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama
.
pasien
menunjukkan
pengetahuan tentang proses
penyakit dengan kriteria hasil:

Pasien dan keluarga


menyatakan
pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis
dan
program
pengobatan

Pasien dan keluarga


mampu
melaksanakan
prosedur yang dijelaskan
secara benar

Pasien dan keluarga


mampu menjelaskan kembali
apa
yang
dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya

NIC :

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan


bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa


muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang


tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan


cara yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang


kondisi, dengan cara yang tepat

Sediakan bagi keluarga informasi tentang


kemajuan pasien dengan cara yang tepat

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau


mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau


dukungan, dengan cara yang tepat

N. Implementasi Discharge Planning


1. Pendidikan pasien dalam discharge planning.
Pengajaran pada klien, keluarga, dan pemberi pelayanan lain merupakan tanggung
jawab bagi seluruh anggota tim kesehatan. Perawat mempunyai tanggung jawab utama
untuk memberikan perintah pada klien tentang sifat masalah kesehatan, hal-hal yang
harus dihindari, penggunaan obat-obat di rumah, jenis komplikasi dan sumber bantuan
yang tersedia (Potter & Perry, 2005). Tujuan dari pengajaran ini adalah untuk
memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang penting kepada klien dan pemberi
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan perawatan berkelanjutan. Orang pendukung yang
akan membantu klien di rumah perlu diidentifikasi oleh perawat.
Menurut Potter dan Perry (2005) bahwa klien yang masuk ke rumah sakit untuk
waktu kurang dari 23 jam harus menerima pendidikan atau diberi instruksi tentang
masalah prioritas sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Ini adalah suatu
tantangan bagi perawat untuk memberikan pendidikan kepada klien yang efektif dalam
rentang waktu yang terbatas.
Pasien dan keluarga yang akan pulang dari rumah sakit diberi penyuluhan
kesehatan untuk membekali mereka tentang perawatan dan hal-hal yang harus
diperhatikan oleh pasien. Menurut WHO (2005) bahwa prinsip dasar penyuluhan pasien
yang baik adalah sebagai berikut:
a. Jadwalkan pendidikan klien ketika klien sadar dan berminat terhadap pembelajaran.
b. Mulai dengan bahan pembelajaran yang paling ingin pasien ketahui atau minati.
c. Mulai dengan informasi yang paling sederhana atau mudah dimengerti, kemudian baru
memberikan informasi pada pasien tentang hal-hal yang lebih rumit atau komplek.
d. Gunakan kata-kata atau bahasa yang jelas, umum, bukan kata-kata atau istilah medis.
e. Hentikan penyuluhan apabila pasien kelihatan bingung dan tanyakan apakah pasien
memahami.

f. Ulangi informasi yang telah diberikan bila diperlukan, atau katakan dalam kata-kata
yang berbeda sampai pasien memahami penjelasan perawat.
g. Beri kesempatan pada pasien untuk berpendapat dan mengajukan pertanyaan dan
untuk menunjukkan informasi mana yang sudah diketahui.
h. Minta untuk melakukan demonstrasi ulang prosedur yang perlu dilakukan pasien.
i. Beri kesempatan anggota keluarga untuk mengajukan pertanyaan dan pastikan bahwa
mereka memahami apa yang perlu dilakukan.
j. Gunakan media atau gambar dalam penyuluhan dan berikan makalah sederhana atau
leaflet dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien.
k. Berikan jawaban yang jelas untuk pertanyaan dan berikan senyaman dan setenang
mungkin, tanpa mengatakan bahwa ada yang tidak benar.
Menurut JCHO (1995, dalam Potter dan Perry, 2005) telah menetapkan standar
minimum untuk informasi yang harus diberikan kepada klien dan keluarganya. Berikut
adalah standar untuk informasi yang diberikan kepada klien dan keluarganya yaitu:
a. Klien atau keluarga diberi pendidikan yang dapat meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku yang diperlukan untuk memberikan keuntungan penuh dari
intervensi kesehatan yang dilakukan oleh lembaga.
b. Organisasi merencanakan dan mendorong pengawasan dan koordinasi aktivitas dan
sumber pendidikan klien/keluarga.
c. Klien/keluarga mengetahui kebutuhan belajar mereka, kemampuan dan kesiapan untuk
belajar.
d. Proses pendidikan klien/keluarga bersifat interdisiplin sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan.
e. Klien/keluarga mendapat pendidikan yang spesifik sesuai dengan hasil pengkajian,
kemampuan dan kesiapannya. Pendidikan kesehatan meliputi pemberian obat-obatan,
penggunaan alat medis, pemahaman tentang interaksi makanan/obat dan modifikasi
makanan, rehabilitasi, serta bagaimana melakukan pengobatan selanjutnya.
f. Informasi mengenai instruksi pulang yang diberikan kepada klien/keluarga diberikan
oleh pihak institusi atau individu tertentu yang bertanggung jawab terhadap
kesinambungan perawatan klien.
2. Persiapan pemulangan pasien
Persiapan pemulangan pasien dari rumah sakit kembali ke rumah sangat diperlukan oleh
pasien. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk pemulangan pasien (WHO,
2005):
a. Minta pasien untuk mengundang orang yang memberi perawatan di rumah untuk
datang ke rumah sakit sehingga perawat dapat berkoordinasi dengan orang yang
memberi perawatan pasien di rumah tersebut.
b. Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai cara menangani perawatan di rumah.
Perawat harus memastikan bahwa pasien dan keluarga memahami tentang masalah
yang mereka hadapi. Memberitahu pasien dan keluarga kemungkinan yang akan
terjadi dan kapan mereka diharapkan akan sembuh total. Memberitahu mereka
bagaimana mengenali kemungkinan masalah, dan apa yang dilakukan bila mereka
melihat tanda-tanda masalah tersebut. Menurut Potter & Perry (2005) bahwa
pendidikan klien dan keluarga dilakukan sesegera mungkin setelah klien dirawat di
rumah sakit, pendidikan yang diberikan misalnya tanda dan gejal komplikasi,
informasi tentang obat-obatan yang diberikan, penggunaan peralatan medis dan
lanjutan, diet, latihan dan hal-hal yang harus dihindari sehubungan dengan penyakit
yang dialami klien. Klien dapat diberikan pamflet atau buku.

c. Beri tahu pasien pasien dan keluarga tentang apa yang dapat dilakukan dan apa yang
tidak dapat dilakukan oleh pasien.
d. Diskusikan dengan pasien dan keluarga hal-hal yang perlu mereka lakukan untuk
membuat tempat tinggal lebih aman dan lebih mudah untuk pasien. Menurut Potter
dan Perry (2005), persiapan sebelum pulang dianjurkan tentang cara-cara untuk
merubah pengaturan fisik di rumah sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
e. Beri tahu pasien dan keluarga tentang medikasi yang perlu digunakan pasien. Pastikan
bahwa mereka memahami kapan meminumnya atau memakainya dan seberapa
banyak. Pastikan bahwa pasien dan keluarga memahami berapa lama waktu yang
diperlukan untuk minum obat.
f. Diskusikan perlunya cairan dan diet nutrisi yang adekuat.
g. Instruksikan dengan jelas pada pasien dan keluarga untuk mengatasi nyeri pada pasien
adalah penting.
h. Beri pasien bahan dan alat-alat yang diperlukan atau berikan instruksi tentang cara
mendapatkan hal-hal yang diperlukan. Beri tahu pasien tentang hal-hal yang harus
dilakukan.
i. Ajarkan keluarga tentang bagaimana mengatur atau mengelola pasien di tempat tidur,
memiringkan dan membantu pasien berpindah dari tempat tidur ke kursi, apabila
pasien harus menjalani tirah baring.
j. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang ramuan buatan rumah dan pemakaian
obat-obat tradisional.
k. Buat rujukan sebelum meninggalkan rumah sakit, apabila pasien perlu menjalani
perawatan lanjutan di rumah. Menurut Potter dan Perry (2005), memberikan informasi
tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat kepada klien dan keluarga
juga perlu dilakukan, karena sumber-sumber di masyarakat biasanya memberikan
pelayanan yang tidak dapat dipenuhi oleh klien dan keluarga.
Klien yang akan meninggalkan rumah sakit dan kembali ke rumah perlu untuk
persiapan dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Hal-hal berikut adalah yang harus
diperhatikan ketika pasien meninggalkan rumah sakit adalah (WHO, 2005) :
a. Tekankan informasi yang telah diberikan sebelumnya dan program dokter untuk
medikasi, tindakan atau peralatan khusus.
b. Tekankan perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal yang harus
dilakukan.
c. Pastikan pasien dan keluarga memahami keterbatasan pasien, berapa lama
keterbatasan ini berlangsung, bagaimana mengidentifikasi tanda dan gejala yang
perlu diwaspadai dan tindakan untuk membantu proses pemulihan.
d. Motivasi pasien dan keluarga untuk periksa kembali ke rumah sakit bila kondisi
tidak ada perkembangan ataupun menjadi memburuk.
e. Motivasi untuk kembali ke kehidupan dan perannya secara normal seperti ketika
belum sakit, apabila sudah pulih dari penyakitnya.
Selain prosedur perencanaan pulang, prosedur untuk hari kepulangan klien juga
perlu untuk diterapkan. Prosedur pada hari kepulangan klien adalah sebagai berikut
(Potter dan Perry, 2005) yaitu:
a. Biarkan klien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu yang
berkaitan dengan perawatan di rumah.
b. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan,
atau alat-alat khusus yang diperlukaan.

c. Tentukan apakah klien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang ke
rumah.
d. Tawarkan bantuan ketika klien berpakaian dan mempersiapkan seluruh barangbarang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi bila diperlukan.
e. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang klien yang masih
tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik klien yang telah
ditandatangani dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk
mengembalikan barang-barang berharga tersebut kepada klien. Hitung semua
barang-barang berharga yang ada.
f. Berikan klien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa kembali
instruksi sebelumnya.
g. Hubungi bagian keuangan untuk menentukan apakah klien masih perlu membayar
sisa tagihan biaya. Atur klien dan keluarga untuk ke bagian keuangan tersebut.
h. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang klien. Berikan
kursi roda untuk klien yang tidak bisa berjalan sendiri. Klien yang meninggalkan
rumah sakit dengan mobil ambulan akan dipindahkan dengan kereta dorong
ambulan.
i. Bantu klien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan menggunakan
mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi klien masuk ke dalam
sumber transportasi.
j. Kunci roda kursi roda. Bantu klien pindah ke mobil atau alat transportasi lain.
Bantu keluarga memindahkan barang ke dalam kendaraan.
k. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan atau departemen lain
yang berwenang mengenai kepulangan klien.
l. Catat kepulangan klien pada format ringkasan pulang.
m. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat klien pulang.
Format ringkasan perencanaan pulang telah dikembangkan oleh Departement of
Veterans Affairs (2005). Ringkasan perencanaan pulang mendokumentasikan tentang
nomor register, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal masuk, ruang, tanggal keluar,
alamat, nomor telepon, pemberitahuan tentang pemindahan, agama, bahasa yang
digunakan, dimana tujuan pulang, diagnosa, prosedur, komplikasi, riwayat masa lalu,
alergi, dan ringkasan kondisi saat pemindahan. Ringkasan kondisi saat pemindahan yaitu
menjelaskan tentang nutrisi, kulit, mobilitas dan alat bantu, gastrointestinal, penglihatan,
pendengaran, perkemihan, status orientasi, berat badan, riwayat merokok, dan manajemen
keperawatan.
O. Evaluasi Discharge Planning
Audit praktek pemulangan yang akan terjadi sebagai bagian dari pelaksanaan
perencanaan pulang. Audit atau evaluasi tersebut diperiksa dalam satu tahun dari
persetujuan atau sebelumnya jika diperlukan. Audit dari gambaran dan pengalaman staf
akan menginformasikan setiap perubahan yang diperlukan (Boyd, et al. 2009).
P. Dokumentasi Discharge Planning
Menurut Boyd, et al. (2009) pendokumentasian perencanaan pulang harus
didokumentasikan dalam catatan kesehatan, ditinjau dan diperbarui setiap hari dalam
merespon perubahan kebutuhan. Dianjurkan untuk menggunakan formulir yang terkait
dengan pemulangan. Perkiraan lama tinggal di rumah sakit harus dicatat dalam catatan
kesehatan pasien. Rujukan internal yang relevan (ahli diagnostik, pemberi pelayanan
kesehatan dan sosial, perawat spesialis) harus dibuat pada formulir standar rujukan untuk

anggota tim multidisiplin yang berbeda. Rujukan harus didokumentasikan pada formulir
perencanaan pulang dalam catatan kesehatan pasien dalam waktu 24 jam dari rujukan.
Kemajuan perencanaan pulang harus dikomunikasikan pada timbang terima pasien.
Komunikasi dengan pasien, keluarga/pengasuh dan pemberi pelayanan lain harus secara
jelas didokumnetasikan dalam catatan kesehatan pasien. Checklist pemulangan harus
dilengkapi oleh perawat dalam waktu 24 jam sebelum pemulangan. Catatan pada bagian
komunikasi transfer/pemulangan pada perencanaan pemulangan harus diisi oleh perawat /
bidan yang merawat pasien dan ditandatangani oleh perawat yang bertugas pada hari
pemulangan. Setiap profesional perawatan kesehatan memiliki tanggung jawab individual
untuk menjaga catatan merek. Dimanapun kekuarangan dalam dokumentasi selalu ada
dalam sebuah organisasi / pelayanan, pengembangan dokumen yang sesuai harus
dikonsultasi dengan layanan yang relevan dan pasien.

Checklist Discharge Planning Rumah Sakit


(British Columbia Schizophrenia Society, 2007. http://www.bcss.org)
1. PENGOBATAN
___ Obat pasokan / resep ____________________________________________
___ Jumlah obat yang disediakan ______________________________________
___ Edukasi pengobatan (dosis, waktu, cara penggunaan) __________________
___ Instruksi khusus ________________________________________________
2. TEMPAT TINGGAL
___ Asrama ______________________________________________________
___ Rumah kelompok_______________________________________________
___ Hotel_________________________________________________________
___ Perawatan di rumah_____________________________________________
___ Tempat tinggal keluarga _________________________________________
___ Fasilitas pelayanan _____________________________________________
___ Rumah sendiri / hidup sendiri_____________________________________
___ Lain-lain______________________________________________________
3. TINDAK-LANJUT KESEHATAN MENTAL
___ Tim Kesehatan Mental __________________________________________
___ Psikiater / therapist______________________________________________
___ Perawat spesialis _______________________________________________
___ Pekerja sosial psikiatri___________________________________________
___ Kelompok Dukungan masyarakat __________________________________
___ Hari program rujukan____________________________________________
4. AKTIVITAS SEHARI-HARI
___ Hygiene ______________________________________________________
___ Aktivitas, istirahat______________________________________________
___ Aktivitas yang membutuhkan bantuan______________________________
___ Keselamatan __________________________________________________
___ Kerja, sekolah, pelatihan keterampilan______________________________
5. TINDAK-LANJUT MEDICAL CARE
___ Penunjukan dokter umum atau specialist_____________________________
___ Kunjungan perawat / praktisi______________________________________
___ Penunjukan klinik medis ________________________________________
___ Instruksi diet / cairan ____________________________________________
___ Perawatan gigi _________________________________________________
___ Instruksi khusus _______________________________________________
6. KEBUTUHAN KHUSUS
___ Edukasi pencegahan PMS dan AIDS _______________________________
___ Kebutuhan transportasi __________________________________________
___ Bantuan keuangan ______________________________________________
7. KOMENTAR TAMBAHAN
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________

FORMAT DISCHARGE PLANNING


Nama : .................................
Tanggal lahir : ....................
Instruksi:
Discharge planning dimulai pada hari pertama masuk rumah sakit. Silahkan
lengkapi format ini.

Nama pasien_________________________ Identitas _____________________


Tanggal __________________________________________________________
Perencana discharge planning ________________ Telp. ___________________
Pemulangan ke: (Cek semua yang
dilaksanakan)

Nama Fasilitas: _________________________


Telp. Lokasi pemulangan: ________________
Hubungan pengasuh:

Nama pengasuh: _______________________


Alamat: _______________________________
Kota: ________________Kode Pos: _______
Telepon:_______________________________
Ketersediaan bantuan fisik: ______________

Rumah: ____ Rumah susun ____Kandang


____Berjalan masuk
____Tidur/mandi
____Berjalan dalam rumah

Pasien di rumah
Long Term Care Bantuan hidup
Pusat Rehabilitasi Perawatan akut
Rumah Kelompok Lain-lain
Tinggal sendiri Suami/isteri
Orang yang berarti Wali
Saudara laki-laki/perempuan
Saudara kandung Keluarga lain
Teman Tetangga
Tambahan pengasuh: ____________________
Alamat: _______________________________
Kota: ________________Kode Pos: ________
Telepon: ___________________
Ketersediaan bantuan fisik: _______________

Kontak support keluarga:

Nama: __________________________________
Hubungan: _____________________________
Telepon: ________________________________

Apakah ada masalah pada pengasuh yang


harus disadari untuk bantuan anggota yang
lebih baik?

Ya Tidak

Apakah ada sarana transportasi?

Ya Tidak

Deskripsikan:

Deskripsikan:
Jenis transportasi yang diperlukan:
Siap yang menyediakan transportasi:
Peralatan yang diperlukan:

Ambulance Mobil
_____________________________________

Kursi roda Walker (jenis) _______


Tongkat Pengait

Silahkan gunakan:
________________________

Kaos kaki pelindung Jalur landai


Toilet duduk Pagar pengaman
Lain-lain Tidak ada yg diperlukan

Telepon:
________________________________
Tingkat aktivitas/ Status mental:

Depression / Mental kecil?

Mandiri
Tidak bisa gerak
Bantuan minimal Bantuan penuh
Sadar
Terorientasikan
Kooperatif
Bingung
Agitasi
Deskripsikan kebutuhan :

Ya Tidak
Apakah pasien aman/mampu kembali ke
rumah?

Ya Tidak

Perencanaan Keuangan:

Medicaid Tidak mampu aplikasi


Bayar sendiri Asuransi sekunder
Pelayanan proteksi orang dewasa
Lain-lain

Jika tidak:_______________________________
Nama: _________________________________
Telepon: _______________________________

Follow Up kunjungan ke Dokter:


Nama______________________________________ Tanggal______________________________
Komentar: ________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
Tanda tangan :
Tanggal:
_____________________________________
___________________________________
_____________________________________
___________________________________

Perencanaan Pulang
(Nursalam, 2001)

RENCANA PULANG

Tinggal: ...............sendirian; ............dengan ...............; .........tidak diketahui


Keinginan tinggal setelah pulang: ...................rumah; .......... tidak tahu; .......
lainnya (sebutkan) .....................................................................................
Pelayanan

kesehatan

yang

digunakan

sebelumnya:

...............home

care; ........Puskesmas; .............lainnya (sebutkan) ............................................


Kendaraan yang digunakan saat pulang : ..............mobil; .........ambulan;
.......bus/taksi; ..................tidak tahu.
Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang? ...................tidak; ..............ya.
Antisipasi masalah perawatan diri? ................................tidak; ................ya.
Bantuan

yang

diperlukan

setelah

pulang?

................................tidak

ada; ............ya (sebutkan) ................................................................................

Tanda tangan ...................................... Tanggal ..........................................

Perencanaan Pulang Dari Rumah Sakit, Panti Jompo atau Pelayanan


Kesehatan Lain (CMS, 2008)
DISCHARGE PLANNING
Nama : ................................................................................
Instruksi:
Tanyakan pada staf tentang item-item pada checklist.
Check kotak berikutnya pada tiap-tiap item ketika Anda atau pengasuh
Anda saat melengkapinya.
Gunakan lembar catatan untuk menulis informasi penting ketika anda
membutuhkan
No
Pernyataan
Pilihan
1.
Apakah Anda tahu dimana Anda akan
Anda Anggota
mendapatkan perawatan dan siapa yang
keluarga atau
akan membantu Anda setelah Anda pulang?
pengasuh
Anda mungkin di rumah atau di tempat yang
lain.
Mintalah staf untuk menjelaskan pilihan
Anda dan pastikan mereka mengerti
keinginan Anda.
2.
Apakah Anda memahami kondisi kesehatan Anda Anggota
anda?
keluarga atau
Tanyakan apa yang mungkin terjadi
pengasuh
dengan kesehatan Anda.
3.
Apakah Anda tahu apa masalah yang
Anda Anggota
muncul dan bagaimana menangani mereka?
keluarga atau
Tanyakan apa yang harus dilakukan dan
pengasuh
siapa yang harus dihubungi jika Anda
memiliki masalah.
4.
Apakah Anda tahu setiap obat yang
Anda Anggota
diresepkan pada Anda?
keluarga atau
Apakah Anda tahu bagaimana
pengasuh
mendapatkannya, dan apa efek sampingnya?
Tanyakan siapa yang Anda harus panggil
jika Anda ada pertanyaan.
Beritahu pada staf apa resep obat anda,
obat-obat lain, atau suplemen yang
diberikan pada Anda sebelum Anda
datang ke rumah sakit atau tempat
pelayanan kesehatan lainnya.
Tanyakan apakah Anda harus tetap
memakainya setelah Anda pergi.
5.

6.

Apakah Anda tahu peralatan medis apa


Anda
(seperti alat bantu jalan) yang anda
perlukan?
Tanyakan siapa yang harus menjelaskan
jika Anda memiliki pertanyaan tentang
peralatan Anda setelah Anda pergi.
Apakah anda tahu yang mana dari item di Anda
bawah ini yang Anda perlu bantuan dan
untuk berapa lama?

Anggota
keluarga atau
pengasuh

Anggota
keluarga atau

Mandi, berpakaian, dandan,


menggunakan kamar mandi.
Belanja makanan, membuat makanan,
melakukan pekerjaan rumah, membayar
tagihan.
Pergi ke dokter, mendapatkan obat.
7.
Apakah Anda merasa nyaman melakukan
Anda
tugas-tugas lain yang memerlukan keahlian
khusus seperti menggunakan peralatan
medis, atau mengganti perban?
Tanyakan siapa yang akan menunjukkan
pada Anda jika Anda tidak yakin.
Kemudian, tunjukkan pada mereka
bahwa Anda dapat melakukan tugas ini.
Tanyakan siapa yang akan dipanggil jika
Anda memerlukan bantuan.
8.
Pertanyaan untuk anggota keluarga atau Anda
pengasuh lainnya:
Apakah Anda memahami apa yang
membantu pasien yang dibutuhkan dari
Anda? (Ini mungkin beberapa atau semua
item dari pertanyaan 6 atau 7.) Apakah Anda
dapat memberikan bantuan itu?
Jika Anda tidak dapat memberikan
bantuan itu, minta staf untuk mengubah
rencana pemulangan sehingga Anda
berdua mendapatkan bantuan yang Anda
butuhkan.
9.
Apakah Anda khawatir tentang bagaimana Anda
Anda atau keluarga Anda mengatasi
penyakit Anda?
Mintalah untuk berbicara dengan terapis
atau mencari tahu tentang kelompok
dukungan, jika diperlukan.
10. Apakah Anda tahu cara menghubungi dokter Anda
atau pemberi perawatan kesehatan lainnya,
jika Anda memiliki pertanyaan atau
masalah?
Catat nama mereka dan nomor telepon.
11. Apakah Anda tahu tentang kapan Anda
Anda
kunjungan kontrol dan pemeriksaan yang
Anda butuhkan untuk beberapa minggu ke
depan?
12.

Apakah Anda memiliki instruksi


Anda
pemulangan tertulis bahwa Anda
memahami, daftar obat-obatan, dan
ringkasan status kesehatan Anda saat ini?
Bawalah informasi ini saat kunjungan
kontrol berikutnya.
13. Jika Anda akan mendapatkan layanan dari Anda
lembaga perawatan kesehatan di rumah,
bandingkan lembaga perawatan kesehatan di
rumah tersebut.

pengasuh

Anggota
keluarga atau
pengasuh

Anggota
keluarga atau
pengasuh

Anggota
keluarga atau
pengasuh

Anggota
keluarga atau
pengasuh
Anggota
keluarga atau
pengasuh

Anggota
keluarga atau
pengasuh

Anggota
keluarga atau
pengasuh

14.

Jika anda akan mendapatkan layanan di


Anda
rumah jompo, bandingkan dengan panti
jompo.
Jika memungkinkan, kunjungi panti
jompo.
15. Bagian belakang checklist ini memiliki
Anda
nama-nama lembaga yang dapat
menawarkan Anda dan pengasuh Anda lebih
banyak dukungan. Temukan informasi
sebagai berikut:
Sumber daya komunitas untuk
membantu Anda tinggal di rumah.
Sumber daya lain untuk membantu Anda
membuat keputusan perawatan jangka
panjang
16. Apakah Anda memahami berapa banyak
Anda
obat resep, peralatan, dan jasa yang akan
ditanggung oleh asuransi Anda dan apa saja
yang Anda harus bayar?
Mintalah untuk berbicara dengan seorang
pekerja sosial tentang sumber daya yang
mungkin membantu apakah dengan
asuransi atau membayar.

Anggota
keluarga atau
pengasuh
Anggota
keluarga atau
pengasuh

Anggota
keluarga atau
pengasuh

Ringkasan Perencanaan Pulang


(Departement of Veterans Affairs, 2005)
RINGKASAN PERENCANAAN PULANG
No. Register ..................................................................................................
Nama ............................................... Nama lain ............................................
Tanggal lahir .................................................... Jenis kelamin ........................
Tanggal masuk ............................. Ruang .......................... Tgl keluar ............
Alamat ..........................................................................................................
Telp. ................................... Nama kontak .....................................................
Telp. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Hubungan dengan pasien .....................................
Pemberitahuan transfer : Ya / Tidak.
Agama ..........................................................................................................
Bahasa yang digunakan ............................................... penerjemah (Ya / Tidak)
Pada saat pulang, apakah pasien akan kembali ke rumah? Ya / Tidak
Jika tidak, dimana tujuan pulangnya? ...............................................................
........................................................................................................................
Diagnosa ........................................................................................................
Prosedur .........................................................................................................
Komplikasi ....................................................................................................
Riwayat masa lalu yang relevan ......................................................................
Alergi .............................................................................................................
RINGKASAN KONDISI SAAT TRANSFER
Nutrisi ............................................................................................................
Kulit ...............................................................................................................
Mobilitas dan alat bantu ..................................................................................
Gastrointestinal ..............................................................................................
Penglihatan ......................................... Pendengaran ......................................
Perkemihan (misal kateter, tgl masuk kateter, inkontinensia) ..............................
Status orientasi ..............................................................................................
Berat badan ................................................................. Merokok (Ya / Tidak )
Manajemen keperawatan .................................................................................
........................................................................................................................
Lampiran ringkasan pulang dokter (Ya / Tidak)
Rontgen (Ya / Tidak)
Obat pasien (Ya / Tidak)
Perbekalan lain (Ya / Tidak)
.................................................
Medical officer (nama)
Tanggal .............................

.................................... .......................
Tanda tangan perawat
Nama
No. Telp. ..............................................

DAFTAR PUSTAKA
Archie, R.R. & Boren, S.A.. (2009). Opportunities for informatics to improve discharge
planning: A systematic review of the literature. AMIA Annu Symp Proc.; 2009: 1620.
Published
online
2009
November
14.
PMCID:
PMC2815402.
http://www.amia.org/meetings/archives.asp
Baron, M., Erlenbusch, B., Moran, C.F., OConnor, K., Rice, K., & Rodriguez, J.. (2008). Best
practices manual for discharge planning: mental health & substance abuse facilities,
hospitals, foster care, prisons and jails. Los Angeles: Coalition to hunger &
homelessness.
Bauer M, Fitzgerald L, Haesler E, Manfrin M. (2009). Hospital discharge planning for frail
older people and their family. Are we delivering best practice? A review of the evidence.

J Clin Nurs. 2009 Sep;18(18):2539-46. Epub 2009 Apr 3. Review.PubMed PMID:


19374695.
Boyd M, Byrne E., Donovan A., Gallagher J., Phelan J., Keating A., et al. (2009). Guideline for
nurse/midwife facilitated discharge planning. Office of the nursing services director
(ONSD).
British Columbia Schizophrenia Society: (2007). Hospital discharge planning checklist.
http://www.bcss.org/2007/05/resources/family-friends/hospital-discharge-checklist/,
diperoleh 21 Maret 2011.
CMS. (2008). Planning for your discharge: A checklist for patients and caregivers preparing to
leave a hospital, nursing home, or other health care setting. September 2008.
Departement of Veterans Affairs. (2005). Discharge planning resource kit. Edisi revisi.
Departement of Veterans Affairs. Australian Government.
Eija G, & Marja-Leena P. (2005). Home care personnel's perspectives on successful discharge of
elderly clients from hospital to home setting. Scand J Caring Sci. 2005 Sep;19(3):28895. PubMed PMID: 16101858.
Han, C.Y., Barnard, A., Chapman, H. (2009). Emergency department nurses' understanding and
experiences of implementing discharge planning. Journal of Advanced Nursing.
Publisher: Wiley-Blackwell. Volume 65. Number 6. June 2009. pp. 1283-1292(10)
Holland, D.E. & Hemann, M.A. (2011). Standardizing hospital discharge planning at the Mayo
Clinic. Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety, Volume 37, Number 1,
January 2011 , pp. 29-36(8)
Moran, G., Semansky, R., Quinn, E., Noftsinger, R., & Koenig, T. (2005). Evaluability
assessment of discharge planning and the prevention of homelessness . Rockville,
Maryland: WESTAT.
MNS. (2011). Management and network services: Skilled discharge planning form.
http://ebookbrowse.com/skilled-discharge-planning-form-pdf-d72670733,
diperoleh
tanggal 21 Maret 2011
NCSS. (2006). Care and discharge planning : A guide for service providers. Serial No:
032/SDD19/DEC06. Singapore: National Council of Social Service.
Nosbusch, J.M., Weiss, M.E., Bobay, K. L. (2011). An integrated review of the literature on
challenges confronting the acute care staff nurse in discharge planning. Journal of
Clinical Nursing, Publisher: Wiley-Blackwell. Volume 20, Numbers 5-6, March 2011 ,
pp. 754-774(21)
Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik. Edisi pertama.
Jakarta: Salemba Medika.
Owyoung, P. (2010). Role of a nurse in discharge planning. (April 21, 2010,
http://www.ehow.com/about_6367124_role-nurse-discharge-planning.html
#ixzz1H14p8zop, diperoleh tanggal 11 Maret 2011)
Pemila, U. (2009). Konsep discharge planning. http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/ KONSEP
%20DISCHARGE%20PLANNING.doc., diperoleh tanggal 11 Maret 2011)
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan
praktik. Volume 1. Alih bahasa Yasmin Asih, et al. Editor edisi bahasa Indonesia Devi
Yulianti, Monica Ester. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Shelby, Q.W. (2010). Definition of discharge planning. (June 29, 2010,
http://www.ehow.com/about_6681654_definition-discharge-planning.html#ixzz1H1,
diperoleh tanggal 11 Maret 2011)
Shepperd S, Parkes J, McClaren J, Phillips C. (2010). Discharge planning from hospital to home.
Cochrane Database Syst Rev. 2004;(1):CD000313. Review. Update in: Cochrane
Database Syst Rev. 2010;(1):CD000313. PubMed PMID: 14973952.

Tomura H, Yamamoto, M.N., Nagata, Murashima S, Suzuki S. (2011). Creating an agreed


discharge: discharge planning for clients with high care needs. J Clin Nurs. PubMed.
2011 Feb; 20 (3-4) : 444-53. Doi: 10.1111/j.1365-2702.2010.03556.x. PMID: 21219523.
WHO. (2005). Pedoman perawatan pasien. Alih bahasa Monica Ester. editor edisi bahasa
Indonesia, Esty Wahyuningsih, Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC.

PEMULANGAN PASIEN
A. Pengertian Pemulangan Pasien
Pemulangan Pasien merupakan kumpulan langkah yang dilakukan untuk mempersiapkan
pasien pulang.
B. Tujuan Pemulangan Pasien
Tujuan pemulangan pasien adalah sbb:
1. Memberikan informasi tentang hal-hal yang harus dilakukan sebelum pasien pulang
2. Memberikan informasi kepada pasien tentang pengobatan dan perawatan di rumah
C. Persiapan pemulangan pasien
Persiapan pemulangan pasien dari rumah sakit kembali ke rumah sangat diperlukan oleh pasien.
Berikut adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk pemulangan pasien (WHO, 2005):
1. Minta pasien untuk mengundang orang yang memberi perawatan di rumah untuk datang
ke rumah sakit sehingga perawat dapat berkoordinasi dengan orang yang memberi
perawatan pasien di rumah tersebut.
2. Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai cara menangani perawatan di rumah.
Perawat harus memastikan bahwa pasien dan keluarga memahami tentang masalah yang
mereka hadapi. Memberitahu pasien dan keluarga kemungkinan yang akan terjadi dan
kapan mereka diharapkan akan sembuh total. Memberitahu mereka bagaimana
mengenali kemungkinan masalah, dan apa yang dilakukan bila mereka melihat tandatanda masalah tersebut. Menurut Potter & Perry (2005) bahwa pendidikan klien dan
keluarga dilakukan sesegera mungkin setelah klien dirawat di rumah sakit, pendidikan
yang diberikan misalnya tanda dan gejala komplikasi, informasi tentang obat-obatan
yang diberikan, penggunaan peralatan medis dan lanjutan, diet, latihan dan hal-hal yang
harus dihindari sehubungan dengan penyakit yang dialami klien. Klien dapat diberikan
pamflet atau buku.
3. Beri tahu pasien dan keluarga tentang apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat
dilakukan oleh pasien.
4. Diskusikan dengan pasien dan keluarga hal-hal yang perlu mereka lakukan untuk
membuat tempat tinggal lebih aman dan lebih mudah untuk pasien. Menurut Potter dan
Perry (2005), persiapan sebelum pulang dianjurkan tentang cara-cara untuk merubah
pengaturan fisik di rumah sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
5. Beri tahu pasien dan keluarga tentang medikasi yang perlu digunakan pasien. Pastikan
bahwa mereka memahami kapan meminumnya atau memakainya dan seberapa banyak.
Pastikan bahwa pasien dan keluarga memahami berapa lama waktu yang diperlukan
untuk minum obat.
6. Diskusikan perlunya cairan dan diet nutrisi yang adekuat.
7. Instruksikan dengan jelas pada pasien dan keluarga untuk mengatasi nyeri pada pasien.

8. Beri pasien bahan dan alat-alat yang diperlukan atau berikan instruksi tentang cara
mendapatkan hal-hal yang diperlukan. Beri tahu pasien tentang hal-hal yang harus
dilakukan.
9. Ajarkan keluarga tentang bagaimana mengatur atau mengelola pasien di tempat tidur,
memiringkan dan membantu pasien berpindah dari tempat tidur ke kursi, apabila pasien
harus menjalani tirah baring.
10. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang ramuan buatan rumah dan pemakaian
obat-obat tradisional.
11. Buat rujukan sebelum meninggalkan rumah sakit, apabila pasien perlu menjalani
perawatan lanjutan di rumah. Menurut Potter dan Perry (2005), memberikan informasi
tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat kepada klien dan keluarga
juga perlu dilakukan, karena sumber-sumber di masyarakat biasanya memberikan
pelayanan yang tidak dapat dipenuhi oleh klien dan keluarga.
Klien yang akan meninggalkan rumah sakit dan kembali ke rumah perlu untuk persiapan dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Hal-hal berikut adalah yang harus diperhatikan ketika
pasien meninggalkan rumah sakit adalah (WHO, 2005) :
1. Tekankan informasi yang telah diberikan sebelumnya dan program dokter untuk
medikasi, tindakan atau peralatan khusus.
2. Tekankan perjanjian rujukan sehingga pasien jelas tentang hal-hal yang harus dilakukan.
3. Pastikan pasien dan keluarga memahami keterbatasan pasien, berapa lama keterbatasan
ini berlangsung, bagaimana mengidentifikasi tanda dan gejala yang perlu diwaspadai dan
tindakan untuk membantu proses pemulihan.
4. Motivasi pasien dan keluarga untuk periksa kembali ke rumah sakit bila kondisi tidak
ada perkembangan ataupun menjadi memburuk.
5. Motivasi untuk kembali ke kehidupan dan perannya secara normal seperti ketika belum
sakit, apabila sudah pulih dari penyakitnya.
Selain prosedur perencanaan pulang, prosedur untuk hari kepulangan klien juga perlu untuk
diterapkan. Prosedur pada hari kepulangan klien adalah sebagai berikut (Potter dan Perry, 2005)
yaitu:
1. Biarkan klien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu yang
berkaitan dengan perawatan di rumah.
2. Periksa perintah pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan,
atau alat-alat khusus yang diperlukaan.
3. Tentukan apakah klien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang ke
rumah.

4. Tawarkan bantuan ketika klien berpakaian dan mempersiapkan seluruh barang-barang


pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi bila diperlukan.
5. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang klien yang masih tertinggal.
Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik klien yang telah ditandatangani
dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk mengembalikan barang-barang
berharga tersebut kepada klien. Hitung semua barang-barang berharga yang ada.
6. Berikan klien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa kembali
instruksi sebelumnya.
7. Hubungi bagian keuangan untuk menentukan apakah klien masih perlu membayar
sisa tagihan biaya. Atur klien dan keluarga untuk ke bagian keuangan tersebut.
8. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang klien. Berikan kursi
roda untuk klien yang tidak bisa berjalan sendiri. Klien yang meninggalkan rumah
sakit dengan mobil ambulan akan dipindahkan dengan kereta dorong ambulan.
9. Bantu klien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan menggunakan mekanika
tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi klien masuk ke dalam alat
transportasi.
10. Kunci roda kursi roda. Bantu klien pindah ke mobil atau alat transportasi lain. Bantu
keluarga memindahkan barang ke dalam kendaraan.
11. Kembali ke unit dan beritahukan bagian penerimaan atau bagian lain yang berwenang
mengenai pemulangan klien.
12. Catat pemulangan klien pada format ringkasan pulang.
13. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat klien pulang.
D. Prosedur Pemulangan Pasien
Prosedur pemulangan pasien adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa ulang catatan medis pasien apakah sudah diijinkan pulang
2. Jika pasien sudah diijinkan pulang maka perawat mempersiapkan pasien dan mengisi
format keterangan pasien pulang (Discharge Summary)
3. Jika pasien ingin pulang paksa lakukan konfrensi pasien pulang paksa oleh tim kesehatan,
persiapan pasien dan keluarga untuk menandatangani persetujuan pasien pulang paksa
yang terlebih dahulu telah diberikan informasi selengkap-lengkapnya
4. Jika pasien pulang sembuh tetapi perlu tindak lanjut perawatan, koordinasi dengan unit
perawatan lanjutan (Home care) untuk perawatan lanjutan
5. Memastikan doker dan perawat sudah mengisi dan menandatangani surat keterangan
pasien pulang
6. Menyiapkan obat yang akan dibawa pulang
7. Memastikan apakah adminitrasi pasien sudah terselesaikan
8. Menjelaskan isi surat keterangan pasien pulang, resume atau discharge summary (tata
cara minum obat, perawatan di rumah dan kapan waktu control)
9. Menanyakan kembali pada pasien dan keluarga apakah sudah mengerti isi dari surat
keterangan pasien pulang
10. Mempersilahkan pasien atau keluarga untuk tanda tangan
11. Memberikan surat keterangan pasien pulang kepada pasien atau keluarga
12. Mendokumentasikan

13. Untuk perawatan lanjutan (Home care) membuat dokumentasi berdasarkan dokumentasi
surat keterangan pasien pulang, selanjutnya membuat dokumen catatan kesehatan pasien
selama perawatan di rumah

DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses dan
praktik. Volume 1. Alih bahasa Yasmin Asih, et al. Editor edisi bahasa Indonesia Devi
Yulianti, Monica Ester. Edisi 4. Jakarta: EGC.
WHO. (2005). Pedoman perawatan pasien. Alih bahasa Monica Ester. editor edisi bahasa
Indonesia, Esty Wahyuningsih, Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai