Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SECTIO CAESAREA DENGAN ANEMIA

1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin di lahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding perut dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Hanifa, 2009).
Anemia adalah jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh terlalu sedikit,
dimana peran sel darah merah sangat penting karena sel darah merah mengandung
hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
(Proverawati, 2013).
Anemia pada post partum merupakan komplikasi yang sering dijumpai dan
paling sering dialami dimasa masa persalinan, dimana salah satu penyebab utamanya
adalah infeksi. Terutama bagi ibu bersalin yang mengalami perdarahan saat
persalinan. Proses persalinan berlangsung lama dan ibu biasanya menderita anemia
sejak masa kehamilan.
Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebabnya menurut Tarwoto & Wartonah, (2010) klasifikasi
anemia dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Anemia karena hilangnya sel darah merah dimana biasanya terjadi pada
perdarahan aibat perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus,
perdarahan hidung dan perdarahan akibat luka operasi.
b. Anemia karena menurunya produksi sel darah merah dapat disebabkan karena
kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam folat, vitamin B12, dan zat
besi).
c. Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan sel darah merah yang
dapat terjadi karena overaktifnya Reticulo Endothelial System (RES).
Berdasarkan patofisiology :
Tipe Anemia Hasil Laboratorium
1. Hipoprofelirasi (akibat kurangnya Menurunya retikolosit, besi, tress ,
produksi sel darah merah ) saturasi besi, MCV (mean cell volume)
 Defisiensi zat besi  Menurunya kadar vitamin B12,
 Defisiensi vitamin B12 meningkatnya MCV
(megaloblastik)  Defisiensi asam  Menurunya kadar asam folat,
folat meningkatnya MCV
 Menurnya produksi eritropolitin  Menurunya entropoitin

 Kanker /inflamasi  Normal MCV, MCH normal atau

2. Hilangnya sel darah merah (akibat menurunya entiropoitin

perdarahan)  Awal perdarahan : retikulosit


3. Hemolitik (akibat meningkatanya meningkat, normal Hb dan Ht
destruksi) normal. Kemudian menurnya Hb,
MCV , tress dan besi
 Menurunya MCV, Fragmentasi sel
darah, meningkatnya retikulosit

2. Etiologi
Berdasarkan Nanda NicNoc, (2015) Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit
tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar
(underlyng disease), pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
b. Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan) yang bisa terjadi pada postpartum
c. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya.
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2010)
a. Genetik
1) Hemoglobinopati
2) Thalasemia
3) Abnormal enzim glikolitik
4) Fanconi anemia
b. Nutrisi
1) Defisiensi besi, defisiensi asam folat
2) Defisiensi cobal, vitamin B12
3) Alkoholis, kekurangan nutrisi / malnurisi
c. Perdarahan
d. Imunologi
e. Infeksi
1) Hepatitis
2) Cytomegalovirus
3) Parvovirus
4) Clostridia
5) Sepsis gram negative
6) Malaria
7) Toksoplasmosis
f. Obat obatan atau zat kimia
1) Agen kemotherapi
2) Anticonvulsant
3) Antimetabolis
4) Kontrasepsi
5) Zat kimia toksis

3. Patofisiologi
Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL.
Namun kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6
g/dL sebagai akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini
disebut sebagai anemia fisiologis dan merupakan keadaan yang normal selama
kehamilan.
Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam
makanan sehari- hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi menurunkan
absorbs besi. Selama kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan
sel- sel darah ibu dan transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel- sel darah
merah. Janin harus menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terkhir setelah
kelahiran.
Selama trimester ketiga, jika asupan zat besi wanita tersebut tidak memadai,
hemoglobin tidak akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi anemia
karena nutrisi. Ini akan mengakibatkan penurunan transfer zat besi ke janin.
Hemoglobinopati, seperti tress s a, penyakit sel sabit, dan G-6-PD
mengakibatkan anemia melalui tress s atau peningkatan penghancuran sel- sel
darah merah.
Secara umum dengan kehilangan zat besi hal ini akan menyebabkan cadangan
besi menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted
state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang, sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi
anemia secara klinik belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient
tress s a s . Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga
disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi
pada epiter serta beberapa enzim yang dapat menimbulkan manifestasi anemia.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda NicNoc (2015) :
a. Manifestasi klinis yang sering muncul:
1) Pusing
2) Mudah berkunang kunang
3) Lesu
4) Aktivitas berkurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah berkonsentrasi
7) Cepat lelah
8) Prestasi kerja fisik / pikiran menurun
b. Gejala khas masing masing anemia:
1) Perdarahan berulang/ kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
besi.
2) Ikterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut mrongkol/ makin buncit pada
anemia hemolitik.
3) Mudah infeksi pada anemia tress dan anemia karena keganasan.
4) Tanda umum anemia ialah, pucat, takikardi, pulse celer, suara pembuluh darah
spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung.
c. Manifestasi khusus pada anemia :
1) Defisiensi besi spoon nail, glositis
2) Defisiensi B12: Paresisi, ulkus di tungkai
3) Hemolitik : tress , tress s a
4) Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen
berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV,MCV, dan MCHC), asupan
darah tepi (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 37).
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED)
dan hitung retikulosit. Sekarang sudah banyak dipakai automatic
hematology tress yang dapat memberikan presisi hasil yang baik (Nurarif &
Kusuma, 2015, hal. 37).
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai
adanya tress tress s a s. Pemeriksaan ini dibutuhkan utuk tress
difinitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsum tulang belakang mutlak
diperlukan diagnosis anemia tress , anemia megaloblastik, serta pada kelainan
hemotologik yang dapat mensupresi tress eritroid (Nurarif & Kusuma, 2015, hal.
37).

7. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Terapi oral
a) Pemberian tablet zat besi mengandung ferosulat, besi glukonat.
b) Asam folik 15- 30 mg perhari
c) Vitamin B12 3x1 tablet perhari
d) Sulfas ferosus 3x1 tablet perhari
2) Terapi parenteral
Secara intramuscular di injeksikandextran besi (imferon) atau sorbitol besi
(jectofer)
b. Keperawatan
1) Memberikan penyuluhan klien dan keluarga mengenai supplement besi dan
peningkatan sumber- sumber besi dalam makanan sesuai indikasi.
2) Pada klien yang menderita tress s a atau pembawa sifat tersebut, beri
dukungan khususnya jika wanita tersebut telah mengetahui bahwa ia pembawa.
Juka kaji apakah ada tanda- tanda infeksi selama kehamilan.
3) Pada klien yang menderita sel sabit, kaji simpanan besi dan folat, dan hitung
retikulosit; skrining lengkap untuk tress s; berikan konseling diet dan
supplement asam folat; dan observasi apakah ada tanda- tanda infeksi.
4) Pada klien yang menderita G-6-PD, berikan supplement besi dan asam folat
dan konseling nutrisi, dan jelaskan kebutuhan menghindari obat- obatan
oksidasi.

Berdasarkan Nanda NicNoc, (2015):


a. Menjalani diet dengan gizi yang seimbang.
b. Asupan zatbesi yang terlalu berlebihan bisa membahayakan serta menyebabkan
sirosis, kardiomegali, diabetes dan kanker jenis tertentu. Suplemen zat besi hanya
boleh dikonsumsi atas anjuran dokter.
c. Makan maknaan yang tinggi asam folat dan vitamin B12, seperti ikan, daging,
susu produk, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau tua, jeruk dan biji – bijian
d. Batasi minum tress pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat
untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi asam folat.
e. Pastikan untuk menggunakan sepatu atau sandal untuk mengurangi resiko
kecacingan.
f. Hindari pemaparan berlebihan terhadap minyak, insektisida, zat kimia dan toksik
lainya karena juga dapat menyebabkan anemia.
g. Konsultasi kembali jika gejala anemia menetap dan untuk mengetahui faktor
penyebab.
h. Kenali tanda tanda komplikasi

8. Pengkajian
a. Aktifitas
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum
2) Kehilangan produktivitas, kehilangan semangat untuk bekerja.
b. Sirkulasi
1) Riwayat kehilangan darah kronis
2) Palpitasi
3) CRT lebih dari 2 detik
c. Eliminasi
1) Konstipasi
2) Sering kencing
d. Makanan/ cairan: nafsu makan menurun, mual/muntah
e. Nyeri/ kenyamanan: di daerah abdomen dan kepala
f. Pernapasan: napas pendek pada saat istirahat maupun aktivitas
g. Seksual
1) Dapat terjadi perdarahan pervagina
2) Perdarahan akut sebelumnya
3) Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya

9. Diagnosa
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).

10. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan & Kriteria
Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Intoleransi aktivitas Melaporkan  Kaji kemampuan  Mempengaruhi
berhubungan peningkatan toleransi pasien untuk pilihan
dengan aktivitas (termasuk melakukan untuk intervensi/bantuan
ketidakseimbangan aktivitas sehari-hari). melakukan  Menunjukkan
antara suplai dan tugas/AKS perubahan
kebutuhan oksigen. normal. neurologi karena
 Kaji defesiensi vitamin
kehilangan/gangg B12
uan mempengaruhi
keseimbangan keamanan
gaya jalan, pasien/resiko
kelemahan otot. cedera.
 Awasi tekanan  Manifestasi
darah, nadi, kardiopulmonal
pernapasan dari upaya jantung
selama dan dan paru untuk
sesudah aktivitas. membawa jumlah
 Berikan oksigen adekuat ke
lingkungan jaringan.
tenang.  Meningkatkan
 Ubah posisi istirahat untuk
pasien dengan menurunkan
perlahan dan kebutuhan oksigen
pantau terhadap tubuh dan
pusing. menurunkan
 Anjurkan pasien regangan jantung
untuk dan paru.
menghentikan  Hipotensi postural
aktivitas bila atau hipoksia
palpitasi. serebral dapat
menyebabkan
pusing, berdenyut
dan peningkatan
resiko cedera.
 Regangan/ tress
kardiopulmonal
berlebihan/ tress
dapat
menimbulkan
kegagalan.
2. Ketidakseimbangan Menunjukkan  Kaji riwayat  Mengidentifikasi
nutrisi: kurang dari peningkatan berat nutrisi, termasuk defisiensi,
kebutuhan tubuh badan atau berat badan makanan yang menduga
berhubungan stabil dengan nilai disukai. kemungkinan
dengan laboratorium normal.  Observasi dan intervensi.
ketidakmampuan catat masukan  Mengawasi
untuk mencerna makanan pasien. masukan kalori
makanan.  Timbang berat atau kualitas
badan tiap hari. kekurangan
 Berikan makan konsumsi
sedikit dan makanan.
frekuensi sering  Mengawasi
dan/atau makan penurunan berat
diantara waktu badan atau
makan. efektivitas
 Observasi dan intervensi nutrisi.
catat kejadian  Makan sedikit
mual/muntah, dapat menurunkan
flatus dan gejala kelemahan dan
lain yang meningkatkan
berhubungan. pemasukan juga
 Berikan dan bantu mencegah distensi
hygiene mulut gaster.
yang baik  Gejala GI dapat
sebelum dan menunjukkan efek
sesudah makan, anemia (hipoksia)
gunakan sikat gigi pada organ.
halus untuk  Meningkatkan
penyikatan yang nafsu makan dan
lembut. Berikan pemasukan oral,
pencuci mulut menurunkan
yang diencerkan pertumbuhan
bila mukosa oral bakteri,
luka. meminimalkan
 Kolaborasi: kemungkinan
1. Berikan obat infeksi. Teknik
sesuai indikasi, perawatan mulut
mis.Vitamin dan khusus mungkin
suplemen diperlukan bila
mineral, seperti jaringan
sianokobalamin rapuh/luka/perdara
(vitamin B12), han dan nyeri berat.
asam folat  Kolaborasi :
(Flovite); asam 1. Kebutuhan
askorbat penggantian
(vitamin C). tergantung pada
2. Besi dextran tipe anemia
(IM/IV) dan/atau adanya
masukan oral yang
buruk dan
defisiensi yag
diidentifikasi.
2. Diberikan sampai
defisit diperkirakan
teratasi dan
disimpan untuk
yang tak dapat
diabsorpsi atau
terapi besi oral,
atau bila
kehilangan darah
terlalu cepat untuk
penggantian oral
menjadi efektif.
3. Resiko infeksi Mngidentifikasi  Tingkatkan cuci  Mencegah
berhubungan perilaku untuk tangan yang baik kontaminasi
dengan pertahanan mencegah/menurunkan oleh oemberi silang.
tubuh sekunder resiko infeksi. perawatan dan  Menurunkan
yang tidak adekuat pasien. resiko infeksi
(mis: penurunan  Pertahankan bakteri.
hemoglobin, teknik aseptic  Membantu dalam
eukopenia, ketat pada pengenceran
supresi/penurunan prosedur/ secret pernafasan
respon inflamasi). perawatan luka. untuk
 Tingkatkan mempermudah
masukan cairan pengeluaran dan
adekuat. mencegah statis
 Pantau suhu, cairan tubuh.
catat adanya  Adanya proses
menggigil dan inflamasi/infeksi
takikardia membutuhkan
dengan atau evaluasi/pengobat
tanpa demam. an.
 Kolaborasi:  Mungkin
Berikan digunakan secara
antiseptic propilaktik untuk
topical, antibiotic menurunkan
sistemik. kolonisasi atau
untuk pengobatan
proses infeksi
local.
11. Evaluasi
a. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD
masih dalam rentang normal pasien.
b. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi.
c. Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
d. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
e. Fungsi usus mulai kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.


Wartonah & Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba medika.
Proverawati, A. 2013. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai