Anda di halaman 1dari 18

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN Anemia adalah penyebab pengurangan jumlah sel darah merah , kwantitas haemoglobin dan volume pd erytrosit (hematokrit ) per 100 ml darah ( price , Sylvia Anderson , 1995, patofisiologi : konsep klinis proses penyakit, EGC : Jakarta ). Anemia adalah penurunan kuantitas / kualitas sel sel darah merah dalam sirkulasi di sebabkan oleh gangguan pembentukan erytrosit , peningkatan kehilangan erytrosit melalui perdarahan kronik / mendadak , / lisis ( Destruksi ) erytrosit yg berlebihan ( ELISABETH J. CORWIN, Buku Saku patofisiologi, EGC Jakarta. Anemia adalah Gejala dari kondisi yg mendasari , seperti kehilangan komponen darah elemen tak adekuat, / kurang nutrisi yg dibutuhkan utk pembentukan sel darah , yg mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut O2 darah ( Marilynn E.Doengoes,Mary Frances Moorhouse,Alice C.Geisssler.( Rencana asuhan keperawatan Edisi 3 EGC ) B. ETIOLOGI Faktor penyebab terjadinya anemia adalah : 1. Meningkatnya kehilangan Erytrosit. Hal ini dapat di sebabkan oleh perdarahan dan penghancuran erytrosit. Perdarahan dapat di sebabkan oleh trauma tukak atau akibat perdarahan kronis karena polip pd kolon , penyakit keganasan , hemoroid & menstruasi . Penghancuran erytrosit dalam sirkulasi disebut hemolisis , contohnya pd penyakit malaria, hipersplenisme, luka baker dll.

2. Penurunan / gangguan pembentukan sel darah merah. Hal ini di sebabkan oleh : -. Penyakit keganasan seperti CA mamae,Leukemia ,dll. -. Penyaki8t menahun yg mengakibatakan ginjal dan hati , penyakit infeksi dan Deficiency endocrine. - Dificience vit.B12 , Asam folat, Vit.c,dan iron.

C. PATOFISIOLOGI Perdarahan Penghancuran Eritrosit dalam sirkulasi (hemolisis) 1.Keganasan yang tersebar, seperti kangker payudara, lukemia dan meltipel mieloma, obat dan zat kimia toksik, penyinaran dengan radiasi . 2.Penyakit infeksi, cotoh : Bronkiektasis, abses, empisema dan lain lain. 3.Kekurangan vitamin penting Misalnya ; vitamin B 12 , asam folat, vitamin C dan besi.

Meningkatnya kehilangan sel darah merah

Penurunan / gangguan pembentukan sel darah merah.

Anemia

Suplay O2 & darah berkurang di seluruh jaringan tubuh Metabolis me menurun

Suplay O2 & darah berkurang pd organ gastrointestinal

Penurunan HB Leucopenia / penurunan granulosit

Suplay O2 dan darah berkurang

Suplay O2 & darah ke otak berkurang

Hypoksia organ Mual & muntah

Pertahanan sekunder tdk adekuat

Distribusi O2 ke extremitas sedikit Extremitas pucat dan dingin Gangguan .perfusi jaringan

Timbul rasa pusing

Kelemahan Intoleransi activity

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Resti terhadap infeksi

Keseimbang an Tubuh Tdk Stabil

Resiko cedera

D. TANDA DAN GEJALA Manifestasi klinis pada anemia bergantung pada: Kecepatan timbulnya anemia Umur individu Mekanisme kompensasi Tingkat aktivitas Keadaan penyakit yang mendasari dan Parahnya anemia tersebut

Tanda dan gejala anemia: Pucat (kuku, telapak tangan, membrane mukosa mulut, konjungtiva) Takikardie Dyspnoe Cepat lelah Tidak bersemangat Mudah pusing Kulit berwarna kekuning-kuningan pada kulit dan sclera mata

E. KOMPLIKASI Komplikasi umum anemia meliputi: Gagal jantung kongestif Parestesia ( gangguan perasaan kulit seperti kesemutan) Konfulsi ( kejang)

F. KLASIFIKASI Anemia dapat diklasifikasikan menurut: 1. Morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya, a. Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung Hb dalam jumlah yang normal, tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut penyakit kronik atau infeksi gangguan endokrin, ginjal,

kegagalan sumsum dan penyakit infiltratit metastatik pada sumsum tulang. b. Anemia makrositik normokrom, berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal, tetapi normokrom karena konsentrasi Hb nya normal. Hal ini diakibatkan gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti pada defesiensi B12 atau asam folat. c. Anemia mikrositik sipokrom, berarti kecil, hipokrom berarti mengandung Hb dalam jumlah yang kurang dari normal seperti pada anemia defesiensi besi, kehilangan darah kronik atau gangguan sintesis globin seperti pada thalasemia. 2. Etiologi A. Penurunan produksi sel darah merah ( Anemia hipoproliferatifa). a. Anemia Aplastik merupakan gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang yang dapat darah yang menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami

pansitopenia, yaitu kekurangan eritrosit leukosit dan trombosit. Penyebab-penyebab anemia aplastik; Agen antineoplastik atau sitotoksik, Terapi radiasi, Antibiotika tertentu, Benzen, Infeksi virus (khususnya virus hepatitis).

Manifestasi klinis; Pasien tampak pucat Lemah Demam Purpura

Perdarahan abnormal akibat trombositopenia sesak nafas apada saat latihan Paringitis akut sepsis

Pemeriksaan penunjang; Pada pasien dengan anemia aplastik yang berat ditemukan neutrofil kurang dari 500 ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit < 1% dan kepadatan selular sumsum tulang kurang dari 20%. Penatalaksanaan; 1. Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan hematopoesti yang masih dapat berfungsi. Agar transplantasi dapat berhasil diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor dan resipien serta mencegah komplikasi selama masa penyembuhan gengan penggunaan imunosuplesan cyclosporine. 2. Pemberian terapi imunosupresif dengan ATG (Globulin Anti Timosit), diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang aplasia sehingga sumsum tulang megalami penyembuhan. 3. Transfusi sel darah merah dan tromboit secukupnya untuk mengatasi gejala. 4. Atasi komplikasi dengan antibiotic. Higiene yang beik perlu untuk mencegah timbulnya infeksi. Pencegahan; Obat yang potensial toksik hanya boleh digunakan apabila terapi alternative tidak tersedia, seperti kloramfenikol. Pasien yang minum obat toksik dalam jangka wktu yang lama harus melakukan pemeriksaan darah secara periodic dan melaporkan gejala yang timbul.

Intervensi Keperawatan; Pasien dengan anemia aplastik, peka terhadap defesiensi leukosit, eritrosit dan trombosit. Harus dikaji dengan teliti adanya gejala infeksi, hipoksia jaringan dan perdarahan Higiene kulit dan mulut juga sangat penting, Rencana asuhan untuk mempertahankan energi pasien harus disesuaiken dengan derajat kelemahan dan kelelahan, injeksi subkutan dan IM harus dihindari. b. Anemia Defisiensi Besi Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Etiologi; Umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Penyebab lain dari anemia defisiensi besi adalah: Diet yang tidak mencukupi Absorbsi yang menurun Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah, alkoholisme. Manifestasi klinis: Rambut yang rapuh dan halus Kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya terbentuk seperti sendok (koilonikia) Atropi papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging dan meradang. Dapat juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit disudut-sudut mulut.

Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan leboratorium menunjukan kadar Hb yang secara proporsional lebih rendah dibandingkan hematokrit dan hitung eritrosit, karena eritrosit yang kecil dan rendah Hb (mikrositosis dan hipokromia). Kadar besi serum rendah, kapasitas ikatan besi total tinggi dan feritin serum (ukuran cadangan besi) rendah. Angka sel darah putih biasanya normal dan angka trombosit berbeda-beda. Untuk mendiagnosis ankilostomiasis perlu dilakukan pemeriksaan tinja. Penatalaksanaan: o Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. o Pemberian preparat Fe; 1). Fero Sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikan bertahap. 2). Fero Glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap gr% penurunan kadar Hb dibawah normal. 3).Iron Dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara IM mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Intervensi Keperawatan: Pendidikan pencegahan sangat penting karena defisiensi besi sangat sering pada wnita menstruasi dan hamil. Sumber makanan tinggi besi meliputi daging organ (hati sapi atau ayam), kacangkacangan, sayuran hijau, kismis dan sirup manis. Makan makanan kaya besi bersama dengan sumber vitamin C akan meningkatkan absorbsi. Antasida tidak boleh diberikan bersama besi.

c. Anemia Megaloblastik Anemia Megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai anemia makrositik normokrom. Etiologi; o Defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu. o Defisiensi ini disebabkan karena malnutrisi, malabsorbsi, kekurangan factor intrinsic (seperti pada anemia pernisiosa dan post gastrektomi), infestasi parasit, penyakit usus dan keganasan serta agen kemoterapeutik, selain itu individu dengan infeksi cacing pita (diphylobothrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi. Manifestasi Klinis: o Berat ringannya anemia berbanding lurus dengan aktivitas penyakit hematokrit berkisar antara 25-30 %, biasanya normositik dan normokrom. o Pemeriksaan sumsum tulang biasanya normal, kadang-kadang ditemukan hipoplasia eritropoeisis dan efek dalam hemoglobinisasi. Penatalaksanaan: Terapi ditujukan pada penyakit dasarnya. Pada anemia yang mengancam nyawa, dapat dilakukan transfuse darah merah seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi untuk mengatasi anemia pada arthritis rheumatoid. Pemberian kobalt dan eritropoetin dikatakan dapat memperbaiki anemia pada penyakit kronik.

B. Anemia Hemolitika dan Anemia karena perdarahan a. Anemia karena perdarahan Perdarahan Akut Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian. Penatalaksanaan Mengatasi perdarahan Mengatasi renjatan dengan transfuse darah atau pemberian cairan perinfus. Perdarahan Kronik Pengeluaran darah biasanya sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebabnya antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna karena pemakaian analgetik dan epistaksis. Di Indonesia sering karena infestasi cacing tambang. Pemeriksaan Laboratorium: Gambaran anemia sesuai dengan anemia defisiensi Fe. Perdarahan pada saluran cerna akan memberikan hasil positif pada tes benzidin dari tinja. Penatalaksanaan: Mengobati sebab perdarahan Pemberian preparat Fe.

b. Anemia Hemolitik

Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120 hari), baik sementara atau terus menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsum tulang telah tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangan pendek, atau bila kemampuannya terganggu oleh sebab lain. Anemia hemolitik dibagi 2, yaitu; 1). Anemia hemolitik turunan ( contoh; anemia sel sabit), 2). Anemia hemolitik didapat (contohnya; anemia hemolitik imun). Etiologi: Intrinsik o Kelainan membrane, seperti sferositosis herediter o Kelainan glikolisis, seperti defisiensi piruvat kinase o Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa -6- fosfat dehidrogenase (G6PD). o Hemoglobinopati seperti anemia sel sabit Ekstrinsik o Gangguan system imun o Infeksi o Hipersplenisme o Luka baker Manifestasi Klinis: Tanda0tanda hemolisis antara lain ikterus dan splenomegali. Pemeriksaan Penunjang: Terjadi penurunan kadar Ht, retikulositosis, peninggian bilirubin indirek dalam darah dan peningkatan bilirubin total sampai 4 mg/dl

peninggian uroblinogen urine dan eritropoeisis sumsum tulang.

hiperaktif dalam

Penatalaksanaan: Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena reaksi toksik-imunologik yang didapat diberikan adalah kortikosteroid (prednison, prednisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak berhasil, dapat diberikan obatobat sitostatik seperti klorambusil dan siklofosfamid. G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA I. PENGKAJIAN 1. Data-data dasar yang dikaji sebagai berikut: a. Aktivitas b. Sirkulasi c. Integritas d. Eliminasi e. Makanan dan cairan f. Higine g. Neurosensori h. Nyeri i. Pernapasan j. Keamanan k. Seksualitas l. Penyuluhan / pembelajaran 2. Riwayat atau adanya factor-faktor penyebab : a. Kehilangan darah kronis b. Riwayat ulkius gastric kronis

c. Adanya penyakit sel sabit d. Penggunan kemotrapi e. Gagal ginjal f. Penggunan antibiotic kronis 3. Pemeriksaan fisik per system a. Mata : konjungtiva anemis b. Wajah dan bibir tampak pucat c. Rambut: kering, mudah putus, menipis d. Paru-paru: takipnea, ortopnea dan dispnea e. Jantung: palpitasi, tachikardi f. Penurunan berat badan g. Ekstremitas ; lemah h. Turgor kulit: buruk, kering, hilang elastisitas 4. Pemeriksaan Diagnostik a. JDL dibawah nilai normal (haemoglobin, hematokrit dan SDM) Nilai normal JDL: Hemoglobin (Hb) : - Pria : 14 16 g/dl

- Wanita : 12 14 g/dl Hematokrit (ht) : - Pria : 40 50 vol%

- Wanita : 37 43 vol% Eritrosit (SDM) : - Pria : 4,5 5,5 juta/ui

- Wanita : 4,5 juta/ui b. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi c. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa d. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun e. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe haemoglobin abnormal pada penyakit sel sabit. f. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi dan rencana pengobatan.

II. PRIORITAS KEPERAWATAN 1. Peningkatan perfusi jaringan 2. Memberikan kebutuhan nutrisi atau cairan 3. Mencegah komplikasi 4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis dan program pengobatan. III. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna. 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. IV. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa 1: Gangguan perfusi jaringan INTERVENSI a. Awasi tanda-tanda vital RASIONAL a. Memberikan informasi tentang derajat perfusi jaringan dan membantu menentukan

kebutuhan intervensi. b. Tinggikan kepala tempat tidur b. Meningkatkan ekspansi paru dan sesuai toleransi. c. Awasi upaya auskultasi bunyi nafas memaksimalkan oksigenisasi. pernafasan; c. Dyspnoe, gemericik menunjukan peningkatan kompensasi curah jantung.

d. Selidiki keluhan nyeri dada, d. Iskhemia selulermempengaruhi palpitasi. e. Kaji untuk respons jaringan miokardial/potensial mengindikasikan resiko infark. verbal e. Dapat

melambat, agitasi, bingung.

gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12. f. Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons jumlah sel

f. Awasi pemeriksaan laboratorium.

terhadap terapi g. Berikan sel darah merah lengkap, g. Meningkatkan produk darah sesuai indikasi. h. Berikan oksigen sesuai indikasi i. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi EVALUASI: pembawa oksigen. h. Memaksimalkan

transport

oksigen ke jaringan. i. Transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/anemia aplastik.

1. Menunjukan perfusi adekuat. Misal; tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat, mental seperti biasa. Diagnosa 2: Intoleran aktivitas INTERVENSI a. Kaji kemampuan RASIONAL pasien a. Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan.

untuk melakukan aktivitas, catat laporan kelelahan dan kesulitan melaksanakan

aktivitas. b. Kaji kehilangan/gangguan b. Menunjukan perubahan neurology keseimbangan gaya jalan, karena defisiensi vitamin B12 kelemahan otot. mempengaruhi resiko cedera. c. Prioritaskan jadwal askep c. Mempertahankan tingkat energi dan

untuk meningkatkan istirahat. d. Berikan bantuan

meningkatkan regangan pada system

jantung dan pernafasan. dalam d. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan pbila pasien melakukan sesuatu sendiri. Meningkatkan secara bertahap

aktivitas/ambulasi bila perlu. e. f. Rencanakan kemajuan e.

aktivitas dengan pasien. tingkat aktivitas sampai normal. Gunakan tekhnik f. Mendorong pasien melakukan penghematan energi, missal mandi dengan duduk, dll. banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan. Regangan/stress dapat kardiopulmonal menimbulkan

g.

Anjurkan

pasien

untuk g.

menghentikan aktivitas bila nyeri dada, nafas pendek atau pusing. EVALUASI: 1. 2. Melaporkan (termasuk ativitas sehari-hari).

dekompensasi/kegagalan.

peningkatan

toleransi

aktivitas

Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleransi. Misal; nadi, pernafasan dan TD masih dalam rentang normal pasien.

Diagnosa 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. INTERVENSI RASIONAL a. Observasi dan catat masukan a. Mengawasi masukan kalori atau makanan pasien. kualitas kekurangan konsumsi makanan. b. Berikan makanan sedikit tapi b. Makan sedikit dapat menurunkan sering atau makan diantara waktu makan. c. Observasi dan catat kejadian c. mual atau muntah dan gejala kelemahan gaster. Gejala dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gastrointestinal dapat

menunjukan efek anemia (hipoksia)

lain yang berhubungan. pada organ. d. Berikan obat sesuai indikasi, d. Kebutuhan penggantian tergantung missal; vitamin dan suplemen mineral (vitamin B12, asam folat, asam askorbat). e. Tambahan besi oral, missal; e. Mungkin berguna pada beberapa fero sulfat (feosol), fero tipe anemia defisiensi besi. glukonat (fergon). f. Berikan diet halus, rendah f. Bila ada lesi oral, nyeri dapat serat, menghindari makanan membatasi tipe makanan yang dapat panas, pedas atau asam. ditoleransi pasien. g. Berikan suplemen nutrisi, g. Meningkatkan masukan protein dan missal; ensure, isokal. EVALUASI: 1. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. 2. Tidak mengalami tanda malnutrisi. 3. Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. Diagnosa 4: Kurang pengetahuan INTERVENSI RASIONAL a. Berikan informasi tentang a. Memberikan dasar pengetahuan anemia spesifik. b. Jelaskan laboratorium bahwa tidak sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. darah b. Ini sering merupakan kekuatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien. akan kalori. pada tipe anemia.

diambil untuk pemeriksaan

memperburuk anemia. c. Tinjau perubahan diet yang c. Daging merah, hati, kuning telur, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diet khusus. sayuran berdaun hijau adalah sumber besi. Sayuran hijau, hati dan

buah asam adalah sumber asam folat dan vitamin C. d. Dorong untuk menghentikan d. Menurunkan ketersediaan oksigen rokok. dan menyebabkan vasokonstriksi. e. Diskusikan pentingnya hanya e. Kelebihan dosis obat besi dapat minum obat yang diresepkan. menjadi toksik. f. Tekankan pentingnya f. Suplemen besi memelihara mulut. g. Diskusikan kebersihan gusi. peningkatan g. Penurunan tertentu dapat

meninggalkan sisa pada gigi dan produksi leukosit

kerentanan terhadap infeksi. potensial resiko untuk infeksi. h. Instruksikan untuk h. Meningkatkan kecenderungan menghindari produk aspirin. EVALUASI: 1. Pasien menyatakan pemahaman poses penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan. 2. Mengidentifikasi factor penyebab. 3. Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup. peningkatan perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai