Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Thypoid


Sasaran : Keluarga Pasien Ruang Rosela II RSUD DR. Soetomo
Tempat : Rosela II RSUD DR. Soetomo
Waktu : 40 menit
Hari/Tanggal : Rabu, 04 Mei 2017

1. ANALISA SITUASI
1.1Audiens/ Peserta Penyuluhan
1) Keluarga Pasien Ruang Rosela II RSUD DR. Soetomo
2) Jumlah sekitar 20 orang.
3) Pendidikan bervariasi, tidak sekolah hingga perguruan tinggi.
4) Peserta dapat membaca
5) Minat dan perhatian sasaran dalam menerima materi penyuluhan yang
disampaikan.
6) Interaksi sasaran baik.
1.2 Penyuluh
1) Mahasiswa Profesi Fakultas Keperawaatan Universitas Airlangga
2) Mampu mengkomunikasikan dan menyuluhkan penjelasan tentang
Typhoid.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL
2.1 Tujuan Instruksional Umum(TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan audiens mampu memahami
tentang tentang Thypoid
2.2 Tujuan Instruksional Khusus(TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan audiens mampu:
1. Menjelaskan pengertian thypoid
2. Menjelaskan penyebab thypoid
3. Menyebutkan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh thypoid
4. Menyebutkan komplikasi dari thypoid
5. Menjelaskan penatalaksanaan yang dapat dilakukan
6. Menjelaskan pencegahan penyakit demam thypoid

3. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

4. SETTING TEMPAT
A

C C
Keterangan gambar :
A : Penyaji
D C C B : Observer
C : audience/peserta
D : Fasilitator
C C

5. MEDIA
1. LCD
2. Leafleat

6. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan
Audience
1. 5 menit Pembukaan
1. Sambutan dari penyuluh sekaligus 1. Memperhatikan
membuka acara penyuluhan
2. Menjawab salam
2. Penyuluh memulai penyuluhan dengan
mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan 4. Memperhatikan
5. Menyebutkan materi yang akan 5. Memperhatikan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan
menit
1. Menjelaskan pengertian demam 1. Memperhatikan
thypoid
2. Memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab terjadinya
demam thypoid
3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala 3. Memperhatikan
demam thypoid
4. Menyebutkan komplikasi dari demam 4. Bertanya
thypoid
5. Menjelaskan penatalaksanaan demam 5. Memperhatikan
thypoid
6. Menjelaskan pencegahan demam 6. Memperhatikan
thypoid
7. Bertanya dan
7. Memberikan kesempatan pada
mendengarkan
audience untuk bertanya dan
jawaban
memberikan jawaban atas pertanyaan
3. 10 Evaluasi
menit 1. Meminta audience menjelaskan 1. Menjelaskan
tentang pengertian demam thypoid tentang definisi
demam thypoid
2. Meminta audience menyebutkan
2. Menyebutkan
penyebab yang mempengaruhi
penyebab yang
terjadinya demam thypoid
mempengaruhi
terjadinya demam
3. Meminta audience menyebutkan tanda thypoid
dan gejala yang terjadi 3. Menyebutkan
4. Meminta audience menyebutkan tanda dan gejala
komplikasi dari demam thypoid 4. Menyebutkan
komplikasi dari
5. Meminta audience menjelaskan cara
demam thypoid
penatalaksanaan demam thypoid
5. Menjelaskan
penatalaksanaan
6. Meminta audience menyebutkan demam thypoid
pencegahan demam thypoid 6. Menyebutkan
pencegahan
demam thypoid

7. MATERI
Terlampir

1. KRITERIA EVALUASI
1) Evaluasi Struktur
(1) Rencana kegiatan dan penyajian materi penyuluhan dipersiapkan dari
sebelum kegiatan
(2) Kesiapan SAP
(3) Kesiapan media
2) Evaluasi Proses
(1) Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
(2) waktu sesuai dengan rencana
3) Evaluasi Hasil
(1) Dapat menjelaskan pengertian demam thypoid
(2) Dapat menyebutkan penyebab terjadinya demam thypoid
(3) Dapat menjelaskan tanda dan gejala demam thypoid
(4) Dapat menyebutkan komplikasi dari demam thypoid
(5) Dapat menyebutkan penatalaksanaan demam thypoid
(6) Dapat menyebutkan pencegahan demam thypoid
Materi Typhoid

1. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
Salmonella thypii, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella
paratyphi C, paratofoid biasanya lebih ringan, dengan gambaran klinis sama.
(Widodo 2009).
Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut
atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii (Hidayat 2006).
Menurut Nursalam et al. (2008), demam tipoid adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii dengan
gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii.

2. Etiologi
Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B
dan C. Ada dua sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan demam
typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam
typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella thypii dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun.
Salmonella Thyposa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan
bulu getar, tidak berspora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam keadaan
endemik. Pasien anak yang ditemukan berumur di atas satu tahun. Sebagian
besar pasien yang dirawat dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta
berumur diatas 5 tahun (Ngastiyah 2011).
3. Patofisiologi
Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid
dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman tersebut
dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang
akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke
lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan
oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan
mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak,
lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu ke organ terutama hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-
organ tersebut membesar (Ngastiyah 2011).
Semula klien merasa demam akibat endotoksin, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus. Pada minggu pertama sakit,
terjadi hyperplasia plaks payers. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus.
Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plak pyeri
(Suriadi 2012).

4. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi typhoid 10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan
terlihat lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung
selama 3 minggu.
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh
meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu
tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan
kembali normal.
Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated
tongue) , ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar
disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare
atau normal menurut Ngastiyah (2011). Umumnya klien mengalami penurunan
kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah
kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Suryadi (2012) pemeriksaan pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor:
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap Salmonella thypii terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella thypii, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
5. Pemeriksaan Tubex
Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi
penyakit demam tifoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari
kuman Salmonella (lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti
Salmonella (Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik, lebih sensitif, dan
lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella thypii.
Keunggulan pemeriksaan Tubox TF antara lain bisa mendeteksi secara dini
infeksi akut akibat Salmonella thypii, karena antibody IgM muncul pada hari
ke 3 terjadinya demam. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kuman
Salmonella (lebih dari 95%). Keunggulan lain hanya dibutuhkan sampel
darah sedikit, dan hasil dapat diperoleh lebih cepat, (Anon 2010).

6. Penatalaksanaan
Pasien yang di rawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus
dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan di
berikan perawatan sebagai berikut:
1. Perawatan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
kondisi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
1) Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein
2) Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang kerja usus dan tidak mengandung gas, dapat diberikan
susu 2 gelas sehari
3) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
4) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
5) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
3. Obat-obatan
Obat-obat yang dapat di berikan pada anak dengan thypoid yaitu :
1) Klorampenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100mg/kgBB/hari
(maksimum) 2 gram/hari, diberikan peroral atau intravena. Pemberian
kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu
perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin
pembentulan zat anti berkurang karena basil terlalu cepat di
musnahkan. Dapat juga diberikan Tiampenikol, Kotrimoxazol,
Amoxilin dan ampicillin disesuaikan dengan keluhan anak.
Kloramfenikol digunakan untuk memusnahkan dan menghentikan
penyebaran kuman. Diberikan sebagai pilihan utama untuk mengobati
demam thypoid di Indonesia.
2) Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila
terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan intravena.

7. Pencegahan
1) Food / makanan
Biasakan mengkonsumsi makanan yang terjamin bersihnya.
2) Fluid / cairan
Sediakan air minum yang memenuhi syarat,yaitu memasak air hingga
mendidih ( 100 C )
3) Finger / kebersihan tangan dan kuku
Biasakan selalu mencuci tangan mencuci tangan setelah buang air besar mau
pun sebelum dan sesudah makan.
4) Feses / tinja
Tidak boleh buang air besar di sembarang tempat,harus di toilet.
5) Fly / lalat
Bila di rumah banyak lalat,basmi hingga tuntas ( lalat bisa menjadi perantara
perpindahan kuman ke makanan
8. Pencegahan
Menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2011), ada 3 strategi pokok
untuk memutuskan transmisi thypoid yaitu:
1) Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypii baik pada kasus demam thypoid
maupun pada kasus carrier thypoid.
2) Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi Salmonella thypii akut
maupun carrier.
3) Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi.
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan
makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari
minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas
karena akan memperberat kerja usus dan pemberian vaksin.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah, 2011. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC


Nursalam, et al, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak. Jakarta:
Salemba
Suriadi, R. Y. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Widodo Joko. 2009. Buku Ajar Penyakit Dala. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
LEMBAR OBSERVASI

Topik : Thypoid
Tempat : Ruang Rosela II RSUD DR. Soetomo
Hari/Tanggal : Rabu, 04 April 2017
Jam Kegiatan

Surabaya, 04 April 2017


Observer

( ................................ )
LEMBAR PERTANYAAN

Topik : Typhoid
Tempat : Ruang Rosela II RSUD DR. Soetomo
Hari/Tanggal : Rabu,04 April 2017
Nama Pertanyaan

Surabaya, 04 April 2017


Ketua

( ................................ )
DAFTAR HADIR
PESERTA PENYULUHAN TYPHOID

Nama Alamat Tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai