: 131411123002
: 131411123004
: 131411123006
: 131411123008
: 131411123010
: 131411123012
: 131411123013
1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa
manifestasi
1.2.2
dapat
menjelaskan
klinis,
pengertian,
patofisiologi,
etiologi,
pemeriksaan
klasifikasi,
penunjang,
1.2.3
etiologi,
klasifikasi,
manifestasi
klinis,
manifestasi
klinis,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Albinisme
2.1.1 Pengertian
Albinisme adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh
terganggunya jalur-jalur enzim normal yang berperan dalam produksi
melanin. Sebagian besar bentuk diturunkan sebagai ciri autosomal
resesif (Robin Graham, 2010). Albinisme merupakan suatu penyakit
pigmentasi
test"
digunakan
untuk
pengobatan
adalah
untuk
meringankan
gejala.
Pembedahan
mungkin
untuk
otot
mata
untuk
menurunkan
mengembalikan
fovea
ke
kondisi
normal
dan
tidak
Rambut putih
Masalah
keperawatan :
harga diri rendah
mata
Mudah terbakar
Masalah keperawatan :
gangguan integritas kulit
Masalah keperawatan :
resiko tinggi cedera
2.2 Vitiligo
2.2.1 Pengertian
Vitiligo adalah yang terpenting diantara penyakit-penyakit yang
menyebabkan hilangnya pigmentasi kulit (Robin Graham, 2010).
Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik didapat ditandai dengan adanya
makula putih yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh
yang mengandung sel melanosit, misalnya rambut dan mata (FKUI,
1987).
Vitiligo adalah suatu kondisi di mana kulit Anda kehilangan
melanin, pigmen yang menentukkan warna pada kulit, rambut, dan
mata Anda. Hal ini terjadi akibat sel-sel yang memproduksi melanin
mati. Akibatnya, pigmen kulit Anda memudar dan muncul bercak putih
dalam bentuk yang tidak teratur yang semakin lama ukurannya dapat
membesar.
2.2.2 Etiologi
penyakit Addison
diabetes
anemia pernisiosa
penyakit tiroid
Penyakit vitiligo dapat terjadi ketika sel-sel yang memproduksi
2.2.3 Klasifikasi
Ada 2 bentuk vitiligo:
a. Lokalisata
Fokal: satu atau lebih makula pada satu area, tetapi tidak segmental
Segmental: satu atau lebih makula pada satu area, dengan distribusi
menurut dematom, misalnya satu tangkai
Mucosal: hanya terdapat pada membrane mukosa
Jarang penderita vitiligo lokalisata yang berubah
generalisata
menjadi
hypothesis
melanosit
memiliki
ketidaknormalan
limfosit pada tepi makula. Reaksi dopa untuk melanosit negatif pada
daerah
apigmentasi,
tetapi
meningkat
pada
tepi
yang
hiperpigmentasi.
c. Pemeriksaan biokimia
Pemeriksaan histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan dopa
menunjukkan tidak adanya tirosinase. Kadar tirosin plasma dan kulit
normal (FKUI, 1987).
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Pasien dinasihati untuk menghindari sinar matahari. Bercak vitiligo
mudah terbakar matahari dan memerlukan proteksi tambahan. Terapi
lini pertama biasanya kortikosteroid topikal poten, terapi inhibitor
kalsineurin, takrolimus, kini semakin banyak digunakan (Robin
Graham, 2010).
b. Penderita dianjurkan untukmenggunakan kamuflase agar kelainan
tersebut tertutup dengan cover mask. Pengobatan sistemik adalah
dengan trimetilpsoralen atau metoksi/soralen dengan gabungan sinar
matahari yang mengandung ultraviolet A
c. Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah autologous skin graft,
yakni memindahkan kulit normal (2-4mm) ke ruam vitiligo. Efek
samping yang mungkin timbul antara lain parut, repigmentasi yang
tidak teratur, dan infeksi.
d. Terapi medis dengan terapi kortikosteroid topikal, imunodulator
topikal, Psoralen topikal ditambah Ultraviolet A (PUVA) dan
depigmentasi.
2.2.8 Prognosis
Dapat mengenai semua ras dan kelamin. Awitan terbanyak
sebelum umur 20 tahun. Ada pengaruh faktor genetik. Pada penderita
vitiligo, 5% akan mempunyai anak dengan vitiligo. Riwayat keluarga
vitiligo bervariasi anatara 20-40% (FKUI, 1987).
Oksidasi tiroksin
Sel melanosit
Melamin turun
Rambut putih
Retina
Makula
Lokalisata
(fokal,
segmental,
mucosal)
Generalisata
(akrofasial,
vulgaris,
campuran)
Fotofobia
Gangguan
integritas kulit
2.3 Melasma
2.3.1 Pengertian
Kurang
pengetahuan
Resiko
ketidakefektifan
penatalaksanaan
program
terapeutik
Etiologi
a. Sinar UV. Spektrum sinar matahari ini merusak gugus sulfhidril di
epidermis yang merupakan penghambat enzim tirosinase dengan
cara mengikat ion Cu dari enzim tersebut. Sinar UV menyebabkan
enzim tirosianse tidak dihambat lagi sehingga memacu proses
melanogenesis.
b. Hormon. Misalnya esterogen, progesteron, dan MSH (Melanin
Stimulating Hormone) berperan pada terjadinya melasma. Pada
atau
fotosensitivitas
bahan-bahan
yang
tertentu
dapat
dapat
menyebabkan
mengakibatkan
timbulnya
Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar
wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinr biasa jelas
terlihat. Perbedaan tipe-tipe ini sangat berarti pada pemberian
terapi, tipe dermal ebih sult diobati disbanding tipe epidermal.
2.3.5
Manifestasi Klinis
a. Lesi melasma berupa makula (kelainan kulit berbatas tegas,hanya
berupa perubahan warna semata) berwarna coklat muda atau
coklat tua berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, sering pada pipi
dan hidung yang di sebut pola malar.
b. Pola mandibular terdapat pada dagu, sedangkan
c. Pola sentrofasial di pelipis, dahi, alis dan bibir atas.
d. Warna keabu-abuan atau kebiru-biruan terutama pada tipe dermal.
Tipe epidermal:
Melanin terdapat di lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang
diseluruh stratum spinosum hingga stratum korneum. Sel-sel yang
padat mengandung melanin adalah melanosit, sel-sel lapisan basal
dan suprabasal juga terdapat pada keratinosit dan sel-sel stratum
korneum.
Tipe dermal:
Terdapat makrofag bermelanin disekitar pembuluh darah dalam
dermis bagian atas dan bawah, dimana pada dermis bagian atas
terdapat focus-fokus infiltrate.
Tipe campuran: lesi ada yang bertambah kontras ada yang tidak
Tipe tidak jelas: dengan sinar wood lesi menjadi tidak jelas,
sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat.
2.3.8 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
-
Hidrokinon
Dipakai dengan konsentrasi 2-5% pada malam hari disertai
pemakaian tabir surya pada siang hari. Tampak perbaikan dalam
6-8 minggu dan dilanjutkan sampai 6 bulan. Efek samping
adalah dermatitis kontak iritan atau alergik, adanya kekambuhan
setelah penghentian penggunaan.
Asam askorbat/vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon
menjadi DOPA.
Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril (SH) yang
berpotensi menghambat pembentukan melanin dengan jalan
bergabung dengan cuprum dari tirosinase.
3) Tindakan khusus
-
Pengelupasan kimiawi
Pengelupasan kimiawi dilakukan dengan mengoleskan asam
glikolat 50 70% selama 4 6 menit dilakukan setiap 3 minggu
selama 6 kali. Sebelum dilakukan pengelupasan kimiawi
diberikan krim asam glikolat 10% selama 14 hari.
Bedah laser
Bedah laser dengan menggunakan laser Q Switched Ruby dan
laser Argon, kekambuhan dapat juga terjadi.
Paparan sinar
matahari
Hormone : estrogen,
progesterone, MSH
Obat
Ras, genetik
Sinar UV
Penghambatan mallpighion
cell turn over
Produksi melanosom
meningkat
Hiperpigmentasi
Kurang
pengetahuan
Resiko ketidakefektifan
penatalaksanaan terapi
BAB 3
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Konsep Asuhan Keperawatan pada Albinisme
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat.
2. Keluhan Utama
Keluhan
utama
yang
ditimbulkan
adalah
adanya
bercak
menrima
keadaan diri
Turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri
Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
Mengutaran perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan
Intervensi :
a. Lindungi kulit dari kemungkinan maserasi ketika memasang
balutan
R/ maserasi kulit yang sehat dapat menyabbakan pecahnya kulit
dan perluasan kelainan primer
b. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan
menghindari infeksi
R/ friksi dan maserai memainkan peranan yang penting dalam
proses terjadinya penyakit kulit
c. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres
hangat dengan suhu terlalu tinggi dan akibat cidera panan yang
tidak terasa
R/ penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas
terhadap panas
d. Nasehati klien untuk mengggunakan payung atau topi
R/ untuk melindungi paparan langsung dari sinar matahari
3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan tajam
penglihatan
Tujuan : tidak terjadi injuri
Kriteria hasil:
a. Tidak terdapat faktor resiko internal maupun eksternal yang dapat
menyebabkan terjadinya injury
b. Menunjukkan sikap dapat menghindari rangsanagn lingkungan
yang dapat menyebbakan terjadinya injury
Intervensi
a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan
R/ untuk menentukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi cidera
b. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh
R/ dengan teridentifikasinya hal yang dapat menyebabkan cidera
maka dapat dilakukan pencegahan dan modifikasi lingkungan
c. Berikan health education tentang strategi dan tindakan untuk
mencegah cidera
R/ diharapkan klien dan keluarga memahami tindakan pencegahan
cidera sejak awal
Vitiligo dapat mengenai semua jenis kelamin dan ras. Pada penelitian
epidemiologi sering terjadi pada wanita karena pengaruh pemakaian
kosmetik. Yang terkena vitiligo hampir 50% timbul pada usia sebelum
20 tahun.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama
yang
ditimbulkan
adalah
adanya
bercak
hipopigmentasi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Lesi pada vitiligo bersifat unilateral, tidak melewati garis meridian,
biasnya pertama kali didaptkan lesi macula yang hipomelanotik di
daerah terbuka, misalnya muka, punggung tangan, macula melanosit
pada daerah hiperpigmentasi, misalnya axial, inguinal, aerola dan
genitalia, daerah yang sering terkena gesekan seperti : punggung
tangan, kaki, siku lutut, tumit, juga banyak. Macula mempunyai
susunan konvek dan bertambah secara tertaur.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada
riwayat
DM,
polineuritits
diabetic,
sirinomieli,
wood
Pengobatan diteruskan apabila ada repigmentasi, namuan harus
segera dihentikan apabila tidak ada respons dalam waktu 3
bulan.
Fotografi dapat membnatu mengevaluasi kemajuan
Kemungkinan adanya efek samping adalah berupa atropi, strie,
dll.
b. Terapi inhibitor kalsineurin, takrolimus
c. Pengobatan sistemik dengan trimetilpsoralen atau metoksi-psoralen
dengan gabungan sinar matahari yang mengandung ultraviolet
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan
penampilan dan respon orang lain.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit.
3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan sensitivitas terhadap cahaya.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
didapat tentang penyakit.
5. Resiko ketidakefektifan penatlakasanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi (penyebab
perjalanan penyakit) pencegahan, pengobatan dan perawtan kulit.
3.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan
penampilan dan respon orang lain.
Tujuan : individu mampu beradaptasi dengan kondisinya
Kriteria hasil :
a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menrima keadaan
b.
c.
d.
e.
f.
diri
Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri
Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
Mengutaran perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
Menggunkan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan
b. Hilangkan
kelembaban
dari
kulit
dengan
penutupan
dan
menghindari infeksi
R/ friksi dan maserai memainkan peranan yang penting dalam
proses terjadinya penyakit kulit
c. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres
hangat dengan suhu terlalu tinggi dan akibat cidera panas
R/ penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas
terhadap pans
d. Nasehati klien untuk mengggunakan payung atau topi
R/ untuk melindungi paparan langsung dari sinar matahari
3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan sensitivitas terhadap
cahaya.
Tujuan : tidak terjadi injuri
Kriteria hasil:
a. Tidak terdapat faktor resiko internal maupun eksternal yang dapat
menyebabkan terjadinya injury
b. Menunjukkan sikap dapat menghindari rangsanagn lingkungan
yang dapat menyebbakan terjadinya injury
Intervensi
a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan
R/ untuk menentukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi
cidera
b. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh
R/ dengan teridentifikasinya hal yang dapat menyebabkan cidera
maka dapat dilakukan pencegahan dan modifikasi lingkungan
c. Berikan health education tentang strategi dan tindakan untuk
mencegah cidera
R/ diharapkan klien
dan
keluarga
memahami
tindakan
Intervensi :
a. Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang
penyakitnya
R/ untuk mengetahui sejauh mana pemahaman klien tentang
penyakitnya
b. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki
kesalahan konsepsi/informasi
R/ dengan informasi yang benar maka klien bisa menghindari hal
yang dapat menyebabkan komplikasi
c. Nasehati klien agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan
tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta lotion kulit
R/ dengan hidrasi kulit lembab sehingga klien bisa merasa lebih
nyaman
d. Bantu klien untuk mendapatkan nutrisi yang sehat
R/ nutrisi yang sehat akan mendukung proses penyembuhan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
yang didapat tentang penyakit.
Tujuan : klien dapat memahami tentang penyakitnya
Kriteria Hasil
a. Klien mengetahui apa tentang penyakitnya
b. Klien memahami hal yang harus dihindari dan dilakukan
Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
R/ untuk megetahui sejauh mana pemahaman klien tentang
penyakitnya
b. Berikan healt education tentang penyakitnya meliputi proses
terjadi, hal yang perlu dihindari dan pengobatan
R/ diharapkan klien medapatkan informasi yang benar
c. Minta klien mengekspresikan hal yang kurang dipahami klien ke
petugas kesehatan
R/ agar klien tidak bingung dan memperoleh informasi yang benar
3.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Melasma
3.3.1
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Melasma atau kloasma dapat terjadi pada pria atau wanita, akan
tetapi kejadian lebih banyak pada wanita (hamil, pemakai
yang
ditimbulkan
adalah
adanya
bercak
hiperpigmentasi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Melasma yaitu adanya bercak hiperpigmentasi yang sering timbul
pada daerah muka yaitu kedua pipi, dahi, bibir atas dan dapat
meluas samapi leher, warna kecoklatan sampai kehitaman, lesi
biasanya
simetris
terutama
menyerupai topeng.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada riwayat pemakaian
mengenai
kontarasepsi
pipi,
penyebarannya
hormone
(estrogen,
progresteron)
5. Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang mempunyai kelainan pigmentasi karena
pembentukan pigmen melanin di pengaruhi oleh enzim-enzim di
bawah pengaruh genetic. Pada melasma adanya kasus keluarga
sekitar 20-70%.
6. Riwayat Psikososial
Perubahan warna kulit pada orang yang berkulit sawo matang dapat
diketahui dan biasanya menimbulkan distress pada klien. Dapat
menimbulkan keprihatinan yang lebih besar pada orang yang
berkulit sawo matang Karena lesi tersebut lebih mudah terlihat.
7. Pemeriksaan Fisik
Adanya bercak hiperpigmentasi yang sering pada daerahmuka,
yaitu kedua pipi, dahi, dagu, bibir ats, dapat meluas sampai leher,
warna mulai kecoklatan sampai kehitaman, lesi biasanya simetris
terutama mengenai pipi, penyebarannya menyerupai topeng.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Mikroskop Elektron
menunjukkan peningkatan melanosit
b. Pemeriksaan Dengan Sinar Wood
- Tipe epidermal: warna lesi tampak lebih jelas
- Tipe dermal: warna lesi tidak bertambah kontras
- Tipe campuran: lesi ada yang bertambah kontras dan ada yang
tidak
- Tipe tidak jelas: lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar
biasa jelas terlihat.
9. Terapi
a. Topical
Dengan pemutih misalnya hidrokuinon 2 sampai 5%. Beberapa
peneliti memberikannya dalam bentuk kombinasi baik dengan
asam retinoat 0,05% - 0,1%, kortikosteroid atau kombinadi
dengan trikhlor asam asetat 35%. Tretinoin memp[engaruhi
system pigmen. Steroid bersifat sitotoksik dan sitolitik pada sel
epidermis hingga mengurangi turn-over time epidermis dan
melanosom. Asam azelik merupakan preparat baru yang semula
ditujukan untuk pengobatan acne namun ternyata bahan ini
mempunyai efek hipopigmentasi secara selektif
b. Sistemik
Secara oral sering digunakan vitamin C dalam dosis tinggi (1000
1500 mg) serta glutation 3x100mg/hari, lama pengobatan 4-6
minggu.
Vitamin
dopakuinon,
diduga
sedangkan
dapat
gutation
menghalangi
suatu
oksidasi
tripeptida
yang
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan
penampilan dan respon orang lain.
2. Gangguan kerusakan integritas
kulit
berhubungan
dengan
dapat
mengalami
penurunan
mendapatkan
informasi
yang
benar,
Kasus Semu
Nn. D usia 19 tahun menderita albino sejak lahir merupakan anak ke 4 dari 4
bersaudara. Ke 3 kakak dan orang tuanya tidak menderita albino. Nn. D memiliki
warna putih pada seluruh tubuh, hanya memiliki sedikit teman, malu untuk keluar
rumah karena penampilannya berbeda dengan yang lainnya dan merasa silau
karena cahaya yang terang pada siang hari. Nn. D mengatakan tidak bias dibawah
sinar matahari karena kulitnya akan terasa panas.
Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama
: Nn. D
Usia
: 19 tahun
Alamat
: Surabaya
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah adanya warna putih di seluruh tubuh.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Nn. D memiliki warna putih pada seluruh tubuh, hanya memiliki sedikit
teman, malu untuk keluar rumah karena penampilannya berbeda dengan
yang lainnya dan merasa silau karena cahaya yang terang pada siang hari.
4. Riwayat penyakit keluarga
Nn. D usia 19 tahun menderita albino sejak lahir merupakan anak ke 4 dari
4 bersaudara. Ke 3 kakak dan orang tuanya tidak menderita albino.
5. Riwayat Psikososial
Dapat menimbulkan keprihatinan yang lebih besar pada orang yang
mengalami albinisme karena warna kulit tersebut lebih mudah terlihat.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Warna kulit Hipopigmentasi di seluruh tubuh
b. Tidak ada warna pada rambut dan iris mata
c. Strabismus (juling)
d. Fotopobia (sensitivitas cahaya)
e. Nystagmus (gerakan mata yang cepat)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan histokimia
Pada albinisme, TPOCA dan TNOCA untuk membedakan dengan tes
hair builb.
Pada TPOCA : pada inkubasi in vitro dengan tiroxin dan dopa, rambut
cepat menjadi gelap.
b. Ultrastruktur
Pada TPOCA : ada melanisasi dan pada inkubasi dengan DOPA dan
tirosin terjadi melanisasi penuh.
c. Terapi
1) Photo protektif
2) Kulit dan mata harus dilindungi dari sinar matahari
2.
3.
Data
DS : Nn. D mengatakan hanya
punya sedikit teman dan di
keluarganya hanya dia yang
berbeda
DO : warna kulit putih
menyeluruh
Rambut, alis, bulu mata
berwarna putih
DS : Nn. D mengatakan tidak
bias dibawah sinar matahari
karena kulitnya akan terasa
panas
DO : warna kulit putih
DS : Nn. D mengatakan matanya
sakit saat terkena cahaya yang
terang
DO : iris berwarna putih
Problem
Gangguan konsep
diri (harga diri
rendah)
Etiologi
Penampilan diri
dan respon orang
lain
Gangguan
integritas kulit
Penurunan fungsi
barier kulit
Resiko tinggi
cidera
Penurunan tajam
penglihatan
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan
penampilan dan respon orang lain.
2. Gangguan integritas kulit berhubunnan dengan perubahan fungsi barier
kulit.
3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
Intervensi Keperawatan
1. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan
penampilan dan respon orang lain.
Tujuan : individu mampu beradaptasi dengan kondisinya
Kriteria hasil :
a. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menrima keadaan
b.
c.
d.
e.
f.
diri
Turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri
Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri
Mengutaran perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat
Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan
teknik untuk meningkatkan penampilan.
Intervensi :
a. Kaji adanya gangguan konsep diri (menghindari kontak mata,
ucapan merendahkan diri sendiri).
R/ gangguan konsep diri menyertai setiap penyakit atau keadaan
yang tampak nyata bagi klien.
b. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan
R/ klien membutuhkan pengalaman di dengarkan dan dipahami.
Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang
cemas
c. Mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
masalahnya
R/ memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan
kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memuihkan realitas situasi,
ketakutan merusak adaptasi klien.
d. Dukung upaya klien untuk mmeperbaiki citra diri seperti merias,
merapikan
R/ membantu meningktakan penerimaan diri dan sosialisasi
e. Mendorong sosialisasi dengan orang lain
R/ Membantu meningktkan penerimaan diri dan sosialisasi
2. Gangguan integritas kulit berhubunnan dengan perubahan fungsi
barier kulit.
Tujuan : mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil:
a. Tidak ada maserasi
b. Tidak ada tanda-tanda cidera termal
c. Tidak ada infeksi
Intervensi :
a. Lindungi kulit dari kemungkinan maserasi ketika memasang balutan
R/ maserasi kulit yang sehat dapat menyabbakan pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer
b. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari
infeksi
R/ friksi dan maserai memainkan peranan yang penting dalam proses
terjadinya penyakit kulit
c. Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres
hangat dengan suhu terlalu tinggi dan akibat cidera panan yang tidak
terasa
R/ penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas
terhadap panas
d. Nasehati klien untuk mengggunakan payung atau topi
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Albinisme adalah cacat produksi melanin yang menghasilkan warna
sedikit atau tidak ada (pigmen) di kulit, rambut, dan mata. Vitiligo
merupakan hipopigmentasi berupa bercak (makula) berwarna putih, dan
melasma merupakan hiperpigmentasi dengan adanya makula coklat terang
sampai kehitaman.
2. Albinisme terjadi
jika
tubuh
tidak
mampu
menghasilkan
atau
DAFTAR PUSTAKA
Graham-Brown, Robin. 2010. Dermatologi Dasar: untuk Praktek Klinik. Jakarta :
EGC.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1987. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin edisi 5. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
Hayes, Peter. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC
Farlex,
inc.
2012.
Albinism.
Bersumber
dari
:
http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/Albinism. [diakses tanggal 25 Maret 2012]
Medicastore. 2012. Albino (Albinisme). Bersumber dari : www.medicastore.com
[diakses tanggal : 13 Maret 2012]
Medline Plus. 2012. Albinism. Bersumber dari : www.nlm.nih.gov. [diakses
tanggal : 25 Maret 2012]