Disusun Oleh :
A. Pendahuluan
Istilah genetika juga disebut ilmu keturunan. Ilmu genetika adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada keturunannya serta variasi
yang mungkin timbul di dalamnya. Dalam penurunan sifat, sering kali terjadi beberapa
kelainan pada manusia. Salah satu kelainan genetic itu ialah penyakit Albino. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai apa itu kelainan genetic Albino.
Albino adalah kelainan genetik, bukan penyakit infeksi dan dapat ditransmisi melalui
kontak, tranfusi darah, dsb. Gen albino menyebabkan tubuh tidak dapat membuat pigmen
melanin. Sebagian besar bentuk albino adalah hasil dari kelainan biologi dari gen-gen
resesif yang diturunkan dari orang tua, walaupun dalam kasus-kasus yang jarang dapat
diturunkan dari ayah/ibu saja. Ada mutasi genetik lain yang dikaitkan dengan albino,
tetapi semuanya menuju pada perubahan dari produksi melanin dalam tubuh. Albino
dikategorikan dengan tirosinase positif atau negatif. Dalam kasus dari albino tirosinase-
positif, enzim tirosinase ada, namun melanosit (sel pigmen) tidak mampu untuk
memproduksi melanin karena alasan tertentu yang secara tidak langsung melibatkan
enzim tirosinase.
Dalam kasus tirosinase negatif, enzim tirosinase tidak diproduksi atau versi
nonfungsional diproduksi. Seseorang dapat menjadi karier dari gen albino tanpa
menunjukkan fenotif tertentu, sehingga seorang anak albino dapat muncul dari orang tua
yang tidak albino. Albino tidak terpengaruh gender, kecuali ocular albino (terkait dengan
kromosom X), sehingga pria lebih sering terkena ocular albino. Karena penderita albino
tidak mempunyai pigmen melanin (berfungsi melindungi kulit dari radiasi ultraviolet
yang datang dari matahari), mereka menderita karena sengatan sinar matahari, yang
bukan merupakan masalah bagi orang biasa.
1. Pengertian
Albinisme berasal dari bahasa Latin yaitu albus yang artinya putih. Albinisme
merupakan kelainan bawaan berupa ketiadaan atau kekurangan pigmen melanin di
kulit, rambut ataupun mata. Kegagalan pembentukan melanin tersebut disebabkan
oleh ketiadaan atau kerusakan enzim tirosinase, suatu enzim yang mengandung
tembaga dan terlibat dalam pembentukan melanin. Kegagalan ini dapat terjadi secara
sempurna atau hanya parsial. Seseorang yang tidak memiliki pigmen melanin sama
sekali atau amelanisme dinamakan albino, sedangkan individu yang mengalami
kekurangan melanin dinamakan albinoid.
Albinisme merupakan gangguan pada produksi melanin, tidak didapatkan enzim
tirosinase (tirosinase-negatif), sehingga kulit dan rambut seluruhnya berwarna putih
serta mata berwarna merah (juga terdapat pigmentasi pada iris). (Robin & Burns,
2005).
2. Anatomi Fisiologi
Sifat: sintesa melanin (eumelanin, phaeomelanin) yang kontinu dan diberikan dalam
bentuk granula melanin pada kratinosit yang mengelilinginya. Satu melanosit dan
seitar 36 keratinosit menghasilkan satu kesatuan melanin epidermalis. Sifat lainnya
adalah kemampuan untuk mitosis dan mengembara pada membrane basalis. Tugas
yang sangat penting dari melanosit kulit ialah pelindung kulit dari cahaya.
3. Etiologi
Albino adalah kelainan genetik, bukan penyakit infeksi dan tidak dapat ditransmisi
melalui kontak, tranfusi darah, dsb. Gen albino menyebabkan tubuh tidak dapat
membuat pigmen melanin. Sebagian besar albinisme terjadi karena memiliki gen
albino dari kedua orang tuanya. Salah satu pengecualiannya ialah dimana pada satu
tipe albinisme ocular, yang diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya.
4. Patofisiologi
Albinisme adalah kelainan yang disebabkan karena tubuh tidak mampu membentuk
enzim yang diperlukan untuk mengubah asam amino tirosin menjadi beta-3,4-
dihidroksiphenylalanin untuk selanjutnya dirubah menjadi pigmen melanin.
Pembentukan enzim yang merubah tirosin menjadi melanin ditentukan oleh gen
dominan A sehingga orang normal dapat mempunyai genotip AA atau Aa. Orang
albino tidak memiliki gen dominan A sehingga homozigotik aa. Kelainan ini dapat
dijumpai pada laki-laki maupun perempuan karena gen penyebab albinisme ini
terletak dalam autosom. Terdapat beberapa tipe albinisme, antara lain Oculocutaneus
Albinisme (OCA) dan Ocular Albinisme (OA). Pada OCA terdapat kekurangan
sintesis melanin pada kulit, ambut dan mata. OCA dibagi menjadi dua tipe yakni
tyrosinase-negative type dan tyrosine-positive type. Dalam kasus dari albino
tirosinase positif, enzim tirosinase ada, namun melanosit (sel pigmen) tidak mampu
untuk memproduksi melanin karena alasan tertentu yang secara tidak langsung
melibatkan enzim tirosinase. Dalam kasus tirosinase negatif, enzim tirosinase tidak
diproduksi atau versi nonfungsional diproduksi. Semua tipe OCA merupakan
pewarisan autosomal resesif. dalam beberapa keluarga, OCA terjadi pada lebih dari
satu generasi dan hal ini merupakan hasil dari pseudodominance. Berbeda dengan
OCA, OA merupakan pewarisan terpaut kromosom X resesif (OA1). Pada OA,
hipopigmentasi terutama terlihat jelas pada mata dibandingkan dengan OCA. Gen
untuk OA1 berlokasi di lengan P kromosom X, lebih tepatnya di Xp22.3-Xp22.2 di
antara markers DXS237 dan DXS143.4. Pada Ocular Albinisme ( OA ) biasanya
tidak mempengaruhi kulit. OA ditandai dengan perubahan dalam sistem optik hanya
tidak ada perbedaan klinis pada kulit dan warna rambut.
5. Manifestasi Klinis
Albinisme okulonutaneus
Albinisme ini terjadi pada mata, kulit, dan rambut. Kebanyakan penderita Nampak
putih atau sangat pucat karena tidak ada sama sekali melanin yang memberikan warna
pada kulit (hitam, coklat, atau kekuningan). Penderita albinisme tipe ini memiliki
kulit yang rentan terhadap radiasi ultraviolet dan sinar matahari. Kulit sangat mudah
terbakar bila terpapar matahari terlalu lama karena tidak ada melanin yang
bertanggung jawab sebagai pelindung terhadap radiasi sinar UV.
Albinisme okuler
Albinisme yang hanya mengenai mata. Biasanya pasien memiliki warna mata biru
muda. Jika manusia normal dengan mata biru atau coklat, hal ini sangat berbeda
dengan penderita albinisme.
Penderita albinisme okuler, dapat memiliki warna mata merah, merah muda, atau
ungu, bergantung pada kandungan melanin yang ada. Makin sedikit melanin yang
terkandung, maka makin jelas warna merah retina yang terlihat dari lapisan iris.
Kurangnya melanin di mata juga menimbulkan masalah penglihatan, baik yang terkait
maupun yang tidak terkait pada fotosensitivitas.
Secara umum penderita albinisme dapat menjalani hidup dengan pertumbuhan dan
perkembangan seperti halnya orang normal karena kelainan ini tidak bersifat
mematikan. Namun ketiadaan atau kekurangan pigmen melanin penderita albinisme
dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kulit dan masalah kesehatan lainnya
Gejala yang timbul akibat albinisme, adalah sebagai berikut.
1. Kulit
Perubahan warna pada kulit menjadi putih susu. Namun, perubahan pigmentasi ini
tidak selalu menjadi putih susu, dapat berkisar dari putih ke coklat. Orang dengan
gangguan albinisme jika sering terkena paparan sinar matahari, maka dapat timbul
bintik-bintik yang menyerupai tahi lalat berukuran besar pada wajah dan tubuh.
2. Rambut
Warna rambut dapat berubah menjadi putih atau coklat. Pada orang keturunan Asia
dan Afrika yang mengalami albinisme, rambut bisa Nampak kuning atau coklat
kemerahan.
3. Mata
Nystagmus, mata selalu bergerak dengan sangat cepat dan tidak dapat terarah
pada titik yang sama.
Strabismus dimana mata tidak bisa bergerak serempak atau kedua mata tidak bisa
mengarah pada titik yang sama
Gangguan rabun jauh
Fotofobia atau gangguan sensitivitas terhadap cahaya
Akibat iris kekurangan pigmen, iris terlihat transparan sehingga iris tidak dapat
menghalangi cahaya yang masuk ke dalam mata. Akibatnya, mata tampak merah bila
terkena pencahayaan.
6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pada penderita albinisme ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan retina
oleh dokter mata. Biasanya pada penderita akan ditemukan kelainan pada fungsi
pandangan berupa nystagmus, strabismus, fotopobia. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan Elektroretinogram yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk
menentukan gelombang otak yang dihasilkan oleh cahaya di dalam mata dan bisa
menunjukkan adanya kelainan pada system penglihatan pada penderita albinisme
okuler.
7. Penatalaksaan
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn.X
b. Usia : 19 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Surabaya
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Mahasiswa
g. Suku/Bangsa : Papua/Indonesia
h. Diagnosa medis : Vitiligo
2. Keluhan Utama
Bercak putih berbatas tegas pada pergelangan tangan, mulut, dan leher
6. Pemeriksaan Fisik
B1(blood) : tidak ditemukan adanya masalah.
B2(breathing) : tidak ditemukan adanya masalah.
B3(brain) : tidak ditemukan adanya masalah.
B4(bowel) : bercak vitiligo terdapat pada mukosa mulut.
B5(bladder) : tidak ditemukan adanya masalah.
B6(bone) : bercak putih vitiligo bisa dijumpai pada kulit tubuh
manapun dengan besar makula yang berbeda-beda
Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Klien mengatakan terdapat Kerusakan integritas Gangguan Integritas
bercak putih pada pergelangan kulit\ Kulit/Jaringan
tangan, mulut, dan leher Terbentuknya bercak
putih pada bagian tubuh
DO : Ditemukan bercak putih
berbatas tegas pada pergelangan
tangan, mulut, dan leher
Diagnosa.
1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d perubahan pigmentasi pada lesi.
(D.0129)
2. Harga Diri Rendah Situsional b.d macula pada lesi.(D.0087)
PHATWAY
Genetik
Tidakada pigmen