Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi


setiap penduduk agar sdapat mewujudkan tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Kesehatan diartikan sebagai suatu kondisi yang buka hanya bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan tapi benar benar merupakan kondisi yang positif dari
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan sesorang untuk hidup
produktif.
Sebagai hasil pembangunan nasional terjadi peningkatan taraf pendidikan dan
sosial masyarakat dan hal ini menimbulkan pergeseran type penyakit yang terdapat
dalam masyarakat dari kelompok penyakit menular ke kelompok penyakit tidak menular,
dan pada gilirannya meningkatkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan jiwa.
Gangguan jiwa dan perilaku menurut The World Health Report 2001 dialami kira-kira
25 % dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya. Sekitar 30% dari
keseluruhan penderita yang dilayani dokter di pelayanan kesehatan primer (Puskesmas)
adalah penderita yang mengalami masalah kesehatan jiwa.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS ) 2013 angka kejadian gangguan
jiwa sebesar 400.000 ODGJ. Dari angka tersebut Provinsi Sumatera Selatan
menyumbang 14,3 % Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Sedangkan di Kabupaten
Lahat khusunya tercatat sekitar kurang lebih 20 ODGJ di pasung.
Dari hasil survei epidemiologi gangguan niwa yang dilakukan di beberapa tempat
di Indonesia, di dapat angka-angka morbiditas gangguan jiwa sebagai berikut :
1. Prevalensi psikosis : 1,44 per 1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk
di pedesaan. Angka menurut WHO adalah 1-3 per 1000 penduduk
2. Prevalensi Neurosis dan gangguan psikomatik adalah 98 per 1000 penduduk, sedang
angka WHO untuk neurosis adalah 20-60 per 1000 penduduk
3. Pevalensi retardasi mental : 1,25 per 1000 penduduk dan menurut WHO adalah 1-3
per 1000 penduduk

1
4. Prevalensi penyalahgunaan obat dan alkohol belum ada dengan pasti, namun
diperkirakan jumlah pasien penyalahgunaan obat dan alkohol terdapat dalam
masyarakat kurang lebih 100.000 orang
5. Prevalensi epilepsi adalah 0,26 per 1000 penduduk, sedang angka menurut WHO
adalah 8-10 per 1000 penduduk.
Angka tersebutdiatas menggambarkan bahwa kesehatan jiwa merupakan masalah
masyarakat. Dengan menggunakan azas-azas kesehatan jiwa dalam pelayanan kesehatan
jiwa di Puskesmas maka tujuan pelayanan kesehatan paripurna akan tercapai karena
pelayanan yang diberikan adalah sebagai manusia seutuhnya.
Upaya ini dapat berhasil bila mendapat dukungan dan peran serta masyarakat
melalui kerjasama dengan Puskesmas dimana unsur masyarakat merupakan hal yang
sangat penting dan menentukan keberhasilan upaya kesehatan jiwa.
Saat ini Puskesmas Bandar Jaya Lahat sudah melakukan kunjungan rumah ke
penduduk yang memiliki atau dicurigai memiliki gangguan jiwa melalui laporan dari
penduduk sekitar dan pasien jiwa yang berobat di Puskesmas Bandar Jaya.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum : Terwujudnya derajat kesehatan jiwa yang
optimal bagi seluruh masyarakat.

1.2.2 Tujuan Khusus :


 Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan Puskesmas pada
umunya, melalui peningkatan kesehatan jiwa secara
terpadu
 Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan
jiwa di Puskesmas untuk mencegah dan mengurangi
masalah psikososial dan gangguan kesehatan jiwa
 Mewujudkan Lahat bebas pasung tahun 2019

2
1.3 VISI, MISI DAN TATA NILAI PROGRAM UPAYA KESEHATAN JIWA
1.3.1 VISI PROGRAM UPAYA KESEHATAN JIWA
Mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu,
keluarga,dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitattif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan.
1.3.2 MISI PROGRAM UPAYA KESEHATAN JIWA
1. Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan
lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa;
2. Menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi kecerdasan;
3. Memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi ODGJ
berdasarkan hak asasi manusia;
4. Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
bagi ODGJ;
5. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya
Kesehatan Jiwa;
6. Meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
7. Memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat memperoleh
haknya sebagai Warga Negara Indonesia.
1.3.2 TATA NILAI
 Keadilan
 Perikemanusiaan
 Manfaat
 Transparansi
 Akuntabilitas
 Komprehensif
 Perlindungan, dan
 nondiskriminasi

3
BAB 2
ANALISIS SITUASI
2.1 Data Umum
2.1.1 GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BANDAR JAYA

Puskesmas Bandar Jaya berdiri pada tahun 1978 yang awalnya terletak di Jalan Kolonel
Burlian (Sekarang kantor PT.ASKES Lahat).Dan pada tahun 1980, Puskesmas Bandar Jaya
pindah ke Jalan Akasia.Setelah itu Puskesmas Bandar Jaya berubah menjadi salah satu
puskesmas perkotaan diwilayah Kecamatan Kota Lahat yang membawahi 6 Kelurahan dan 2
Desa. Letak Puskesmas Bandar Jaya Lahat sangat strategis, ditengah-tengah padat penduduk dan
perkantoran yang terletak di Jalan Kapten Zen Ali, Kelurahan Bandar Agung, Kecamatan Lahat,
Kabupaten Lahat.

Peran Puskesmas dimasa depan, seiring dengan perubahan paradigma dan perubahan
ketatanegaraan dituntut untuk semakin meningkatkan kinerja dan kepekaan dalam menganalisa
masalah kesehatan diwilayah kerjanya.

Sejalan dengan tuntutan reformasi pembangunan bidang kesehatan, maka perlu


ditetapkan kebijakan baru tentang Puskesmas. Kebijakan pembangunan kesehatan yang baru
harus lebih progresif dan proaktif, yang dikenal dengan kebijakan Paradigma sehat. Untuk
mewujudkan sehat tersebut ditetapkan visi sedangkan untuk mewujudkan misi ditetapkan
pembangunan kesehatan.

Pengertian paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan
kesehatan yang bersifat holistic, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.

Dari berbagai laporan dan hasil penelitian menunjukkan bahhwa disamping


keberhasilannya, Puskesmas masih banyak menghadapi masalah kinerja yang masih perlu diatasi
secara menyeluruh. Masalah tersebut antara lain : Citra Puskesmas yang kurang menurut
pandangan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan penampilan fisik yang kurang bersih dan
nyaman serta disiplin dan keramahan tenaga dalam pelayanan kesehatan masih sangat kurang,
serta tidak secara keseluruhan upaya kegiatan pokok Puskesmas dapat diselenggarakan dengan
baik oleh setiap Puskesmas.

4
Selain masing-masing Puskesmas mempunyai kemampuan dan potensi yang berbeda
dalam melaksanakan beberapa jenis pelayanan tertentu kurang diminati dan belum merupakan
kebutuhan masyarakat setempat.

2.1.2 LETAK GEOGRAFI


Puskesmas Bandar Jaya Lahat merupakan Puskesmas perkotaan yang berada di wilayah
kecamatan kota Lahat yang membawahi 6 Kelurahan dan 2 desa dengan luas wilayah bandar
Jaya yaitu 800 Ha.Letak wilayah Puskesmas Bandar Jaya Lahat berada didalam kota Lahat yang
letaknya berada diantara perkantoran lainnya dan dekat dengan jalan lintas Sumatera.

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Bandar Jaya Lahat adalah sebagai berikut:

*Sebelah Utara :Desa Manggul

*Sebelah Selatan :Pagar Agung

*Sebelah Timur :Gunung Gajah

*Sebelah Barat :Relay

Wilayah kerja Puskesmas Bandar Jaya Lahat terdiri dari dataran tinggi dengan temperatur
rata-rata 250-310.Disamping itu terdapat dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

2.1.3 KEADAAN DEMOGRAFI


a.Jumlah Penduduk : 40.645Jiwa

b.Jumlah Penduduk Miskin(GAKIN) : 18.399Jiwa

c.Luas Wilayah : 800 HA

d.Jumlah Desa/Kelurahan : 2 Desa; 6 kelurahan

e.Jarak dari Puskesmas ke Desa : +/- 3km

f.Jumlah Sekolah :

PAUD : 10 Buah

TK : 16 Buah

SD : 15 Buah

5
MIN : 1 Buah

SMP Negeri : 3 Buah

MTs Negeri : 1 Buah

SMP Swasta : 2 Buah

Pondok Pesantren Al Fattah : 1 Buah

SMA Negeri : 2 Buah

SMA Swasta : 3 Buah

SMK Negeri : 2 Buah

SMK Swasta : 2 Buah

MAN : 1 Buah

g. Jumlah Balai Latihan Kerja :-

h. Jumlah Tempat-tempat ibadah :

Masjid : 42 Buah

Musholah : 2 Buah

Gereja : 2 Buah

Vihara : 1 Buah

i.Jumlah tempat-tempat usaha :

Kafe :-

Restoran : 10 Buah

Industri Kecil : 6 Buah

Taman Rekreasi : 1 Buah

j.Jumlah Tempat Pelayanan Kesehatan Swasta

6
Klinik : 1 Buah

Balai Pengobatan : 2 Buah

Praktek Dokter : 9 Buah

Praktek Dokter Spesialis : 3 Buah

Apotik : 6 Buah

Berdasarkan keadaan sosial ekonominya, mata pencaharian pada Enam Kelurahan dan
Dua desa hampir sama, yaitu diantaranya :

 Buruh Kasar
 Pegawai Negeri
 Pedagang
 Pensiunan
 Petani

2.1.4 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN


Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, Puskesmas Bandar Jaya memenuhi
kebutuhan tersebut melalui Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan
Perorangan :

Pelayanan Kesehatan Masyarakat meliputi :

1. Promosi Kesehatan (Promkes)


2. Sanitasi (Kesehatan Lingkungan)
3. P2 M /P2TM
4. KIA
5. KB
6. Perbaikan Gizi Masyarakat
7. Keperawatan
8. Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
10. Pengobatan Tradisional
11. Kesehatan Kerja

7
12. Kesehatan Usila.
Pelayanan Kesehatan Perorangan Meliputi :

1. P2M / P2TM
2. KIA
3. KB
4 Perbaikan Gizi masyarakat
5 Pengobatan
6 Kesehatan Mata
7 Gizi dan Mulut
8 Kesehatan jiwa
9 Kesehatan Usila
Seluruh program kegiatan tersebut di dalam gedung di fasilitasi dengan adanya ruang dan
peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya manusia yang selalu ditingkatkan
kemampuannya dan protap-protap sebagai standar pelayanannya.

2.2 DATA KHUSUS


Data khusus pasien jiwa terdapat pada lampiran

2.3 MASALAH PROGRAM


Di dalam pelaksanaan kegiatan program Upaya Kesehatan Jiwa ada beberapa
Masalah sehingga kinerja program tidak tercapai sesuai dengan target yang diharapkan.
Adapun masalah-masalah tersebut diantaranya:

1. Cakupan penanganan kasus kesehatan jiwa melalui rujukan ke Rs/Spesialis dari


target 75 % yang harus dicapai tetapi hanya tercapai 65 %
2. Cakupan deteksi dan penanganan kasus jiwa ( gangguan perilaku, gangguan
jiwa,gangguan psikosomatik, masalah Napza dll ) yang datang berobat di
Puskesmas dari target 75 % yang harus dicapai tetapi hanya tercapai 55 %
3. Terdata 2 ODGJ yang di pasung di wilayah Puskesmas Bandar Jaya
2.4 PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan masalah yang ada maka dapat diprioritaskan sebagai berikut:

8
1. Cakupan deteksi dan penanganan kasus jiwa ( gangguan perilaku, gangguan
jiwa,gangguan psikosomatik, masalah Napza dll ) yang datang berobat di Puskesmas
dari target 75 % yang harus dicapai tetapi hanya tercapai 55 %
2. Terdata 2 ODGJ yang di pasung di wilayah Puskesmas Bandar Jaya
2.5 KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
Beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadinya masalah diatas terjadi
diantaranya adalah:
 Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai masalah kesehatan jiwa
 Masih mendiskrimanasikan ODGJ, apabila sudah meresahkan lingkungan,
pasien ODGJ dipasung
 Belum adanya dokter Spesialis Jiwa
 Keterbatasan biaya keluarga untuk merujuk ODGJ ke pelayanan rujukan
 Keterbatasan Obat Jiwa
 Belum adanya kerjasama lintas sektor dan lintas program mengenai Upaya
Kesehatan Jiwa

3.2 Menetapkan Urutan Prioritas Masalah

Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah secara


sekaligus atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih
prioritas masalah dengan menggunakan metode USG. Penetapan masalah prioritas tersebut
dipandang dari segi Urgency (tingkat urgensi), Seriousness (tingkat keseriusan) dan
Growth (tingkat perkembangan) yang disajikan dalam tabel berikut

9
Tabel 3.2. Penetapan Prioritas Masalah

Kriteria Masalah 1 Masalah 2

Tingkat Urgensi (U) 4 5

Tingkat Keseriusan (S) 5 5

Tingkat Perkembangan (G) 4 5

80 125
UxSxG
II I

Pada tabel 3.2 dapat dilihat bahwa dari kedua masalah yang ada diprioritaskan
sesuai dengan urutan ranking, yaitu :

1. Pembebasan pasung terhadap 2 ODGJ


2. Cakupan deteksi dan penanganan kasus jiwa ( gangguan perilaku, gangguan
jiwa,gangguan psikosomatik, masalah Napza dll ) yang datang berobat di
Puskesmas dari target 75 % yang harus dicapai tetapi hanya tercapai 55 %
3.3 Perumusan Masalah

Setelah menentukan prioritas masalah, maka dirumuskan 2 masalah terpilih


yang akan dipecahkan, antara lain :

1. Pembebasan pasung terhadap 2 ODGJ


2. Cakupan deteksi dan penanganan kasus jiwa ( gangguan perilaku, gangguan
jiwa,gangguan psikosomatik, masalah Napza dll ) yang datang berobat di Puskesmas
dari target 75 % yang harus dicapai tetapi hanya tercapai 55 %

3.4 Mencari Akar Penyebab Masalah

Upaya pencarian akar penyebab masalah dengan menelusuri faktor penyebab yang
berpengaruh terhadap masalah tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan menggunakan alat analisis Ishikawa atau diagram tulang ikan (Fish Bone
Diagram). Beberapa akar penyebab masalah tersebut dikelompokkan dalam faktor Man

10
(manusia), Money (dana), Material (bahan), Methode (metode), Equipment (alat) dan
Environment (lingkungan) yang dapat dilihat dalam diagram berikut

11
Dana Bahan Manusia
Kurangnya
pengetahuan
Kurang koordinasi masyarakat
linsek dan linpro
Ketakutan
masyarakat
Kurangnya dukungan dengan ODGJ Terdata 2 ODGJ
keluarga yang di pasung di
wilayah
Puskesmas
Belum adanya
Belum tersedianya Bandar Jaya
Orientasi Bebas
Pasung leaflet/brosur tentang Jiwa

Lingkungan Metode Alat

Gambar 3.4.1 Fish Bone Diagram Masalah 1

12
Dana Bahan Manusia

Adanya stigma masyarakat ttg


Kurang koordinasi jiwa sehingga menghindari dan
linsek dan linpro enggan berobat . Cakupan deteksi dan
Keterbatasan persediaan
penanganan kasus jiwa
obat jiwa di puskesmas ( gangguan perilaku,
gangguan jiwa,gangguan
psikosomatik, masalah
Napza dll ) yang datang
berobat di Puskesmas dari
target 75 % yang harus
dicapai tetapi hanya
Belum adanya tercapai 55 %
Belum adanya
pendataan masalah
pendampingan penderita
keswa dan napza
gangguan jiwa dan Napza

Lingkungan Metode Alat

Gambar 3.4.2 Fish Bone Diagram Masalah 2

13
3.5 Menentukan Prioritas Penyebab Masalah

Setelah mencari beberapa akar penyebab masalah, selanjutnya


menentukan prioritas penyebab masalah menggunakan metode NGT (Nominal
Group Technique) dengan cara memberikan skor dan ranking pada penyebab
masalah yang ada.

Penentuan prioritas penyebab masalah 1 (Terdata 2 ODGJ yang di


pasung di wilayah Puskesmas Bandar Jaya), dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.5.1 Prioritas Penyebab Masalah 1

Tim POA Promkes Total


No
Penyebab Masalah (YxWxKxH) Ranking
. Y W K H

1. Kurangnya koordinasi
lintas sektor dan lintas 5 4 3 4 240 2
program

2. Kurangnya
pengetahuan 3 3 4 3 108 3
masyarakat

3. Kurangnya dukungan
3 3 2 2 36 5
keluarga

4. Ketakutan
Masyarakat dengan 3 3 3 2 54 4
ODGJ

5. Belum adanya
Orientasi bebas 6 6 5 6 1.080 1
Pasung

6. Belum adanya
leaflet/brosur tentang 2 3 3 2 36 6
Jiwa

14
Pada tabel 3.5.1, terpilih 2 prioritas penyebab masalah diantaranya
karena belum adanya orientasi bebas pasung, kurangnya koordinasi linsek dan lintas
program.

Penentuan prioritas penyebab masalah 2 (Cakupan deteksi dan


penanganan kasus jiwa (gangguan perilaku, gangguan jiwa,gangguan psikosomatik,
masalah Napza dl ) yang datang berobat di Puskesmas) dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 3.5.2 Prioritas Penyebab Masalah 2

Tim POA Promkes Total


No Penyebab Masalah Ranking
Y DK H K (YxDxHxK)

1. Kurangnya
koordinasi lintas
3 4 3 4 144 3
sektor dan lintas
program

2. Adanya stigma
masyarakat tentang
jiwa sehingga 3 3 4 3 108 5
menghindari dan
enggan berobat

3. Keterbatasan
persediaan Obat 3 5 4 4 240 3
Jiwa di Puskesmas

4. Belum adanya
pendampingan
5 4 4 5 400 2
penderita gangguan
jiwa dan Napza

5. Belum adanya
pendataan masalah 5 6 4 5 600 1
keswa dan napza

Pada tabel 3.5.2, terpilih 3 prioritas penyebab masalah diantaranya karena belum adanya
pendataan masalah keswa dan napza, belum adanya pendampingan penderita gangguan
jiwa dan Napza, Keterbatasan persediaan obat jiwa di puskesmas.

15
3.6 Analisis Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah ditetapkan dengan cara brain storming


(curah pendapat) diantara anggota tim gizi dengan mengacu pada prioritas penyebab
masalah terpilih. Selanjutnya menentukan prioritas pemecahan masalah dengan
metode CARL, yaitu dengan memberikan skor yang didasarkan pada serangkaian
kriteria, antara lain :

C = Capability (ketersediaan sumber daya (dana, saran, dan peralatan)

A = Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.


Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi
serta penunjang pelaksana seperti peraturan)

R = Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,


seperti keahlian atau kemampuan motivasi)

L = Leverage (seberapa besar pengaruhnya terhadap pemecahan masalah


yang dibahas)

Alternatif dan prioritas pemecahan masalah terpilih dapat dilihat pada


tabel-tabel berikut ini :

Tabel 3.6.1 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah 1

No Alternatif Pemecahan Skor Hasil


Ranking
. Masalah C A R L CxAxRxL

1. Orientasi bebas pasung 2 2 2 2 16 1

2. Pertemuan lintas sektor


1 1 1 1 1 2
dan lintas program

16
Tabel 3.6.2 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah 2

Alternatif Pemecahan Skor Hasil


No Ranking
Masalah C A R L CxAxRxL

1. Pendataan masalah
2 2 2 2 16 1
keswa dan napza

2. Pendampingan penderita
gangguan jiwa dan 2 2 2 1 8 2
Napza

3. Keterbatasan persediaan
1 1 1 1 1 3
Obat Jiwa di Puskesmas

Setelah melalui beberapa tahapan analisis masalah, maka dapat ditarik


kesimpulan yang disajikan dalam tabel berikut :

17
CARA PEMECAHAN MASALAH

PUSKESMAS BADAR JAYA

N PRIORITAS MASALAH PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF PEMECAHAN PEMECAHAN MASALAH KET


O MASALAH TERPILIH

1 Terdata 2 ODGJ yang di 1.Belum adanya Orientasi bebas 1. Orientasi bebas pasung 1. Orientasi bebas pasung
pasung di wilayah Puskesmas pasung 2. Mengadakan kerjasama lintas 2. Mengadakan kerjasama lintas
Bandar Jaya sektor dan lintas program sektor dan lintas program
2.Belum adanya kerjasama
lintas sektor dan lintas
program

2 2.Cakupan deteksi dan 1.Belum adanya Pendataan 1. Pendataan masalah keswa dan 1. Pendataan masalah keswa
penanganan kasus jiwa masalah keswa dan napza napza dan napza
(gangguan perilaku, gangguan 2. Pendampingan penderita 2. Pendampingan penderita
2. Belum adanya pendampingan gangguan Jiwa dan Napza gangguan Jiwa dan Napza
jiwa,gangguan psikosomatik, penderita gangguan jiwa dan 3. Koordinasi dengan Pengelola 3. Koordinasi dengan Pengelola
masalah Napza dll ) yang Napza Program Kesehatan Khusus di Program Kesehatan Khusus
datang berobat di Puskesmas Dinas Kesehatan Kab. Lahat di Dinas Kesehatan Kab.
3. Keterbatasan persediaan Obat
dari target 75 % yang harus dan Gudang Farmasi Dinas Lahat dan Gudang Farmasi
Jiwa di Puskesmas
dicapai tetapi hanya tercapai 55 Kesehatan Kab.Lahat Dinas Kesehatan Kab.Lahat
%

18
RINCIAN BELANJA PER KEGIATAN
DANA BOK PUSKESMAS BANDAR JAYA 2019

NO KEGIATAN BELANJA VOLU BIAYA JUMLAH BULAN JML


ME SATU- BIAYA BIAYA
AN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
1

Pendampi Transport
4 org x 1 pkm 40.000 2.240.000 320.000 320.000 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000
ngan petugas:
penderita x 14 kl
gangguan
jiwa dan
Napza

TOTAL 2.240.000
2 Pendataan Transport 4 org x 8 ds x 40.000 1.280.000
Masalah Petugas 1 kl
keswa dan
napza TOTAL 1.280.000
Orientasi Snack
2 Bebas petugas 36 or x 1 pkm
15.000 540.000 540.000
Pasung dan x 1 kl
peserta
Transport
Ns dan 6 or x 1 pkm
40.000 240.000 240.000
panitia x 1 kl
Tansport
30 or x 1 pkm 15.000 450.000 450.000
Peserta
x 1 kl
TOTAL 1.230.000

19
BAB 4

RENCANA USULAN KEGIATAN

4.1 Rencana Usulan Kegiatan

Setelah prioritas masalah dapat ditentukan dan diperoleh prioritas


pemecahan masalah sebagai hasil dari kajian data dan informasi yang ada, maka tahap
selanjutnya menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dengan memperhatikan
berbagai kebijakan yang berlaku. Dalam hal ini kegiatan yang akan diusulkan
disesuaikan dengan satuan belanja dana BOK (Dana Operasional Kesehatan). Rencana
belanja per kegiatan dan RUK dan RPK yang telah disusun dituangkan dalam bentuk
matriks sebagai berikut :

20
TABEL 4.1.1

RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN


PUSKESMAS BANDAR JAYA LAHAT

NO UPAYA KEGIATAN TUJUAN SASARA TARGET KEBUTUHAN SUMBER DAYA INDIKATOR SUMBER
KESEHATAN N DANA ALAT TENAGA KEBERHASILAN PEMBIAYAAN

Jiwa Orientasi ODGJ bebas ODGJ 100 % Rp 1.230.000 - Dokter ODGJ bebas BOK
1 Bebas Pasung pasung yang di Promkes pasung
pasung Survailen
Prog napza
Prog Jiwa
Lintas sektor
1. Pendataan Meningkatkan OMKJ 100 % Rp 2.240.000 - Dokter Ada peningkatan BOK
2 Jiwa Masalah keswa Cakupan dan ODGJ Prog Jiwa cakupan
dan napza deteksi dan Promkes
penanganan Prog napza
kasus jiwa
2.Pendamping (gangguan 75 % Rp.1.280.000 Dokter Ada peningkatan BOK
an penderita perilaku, Prog Jiwa cakupan
gangguan jiwa gangguan Promkes
dan Napza jiwa,ganggun Prog napza
psikosomatik,
masalah Napza
dll ) yang
datang berobat
di Puskesmas

21
TABEL 4.1.2

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) PUSKESMAS BANDAR JAYA


TAHUN 2019

NO UPAYA KEGIATAN SASARAN TARGET VOL RINCIAN LOKASI TENAGA JADWAL BIAYA
KESEHATAN KEGIATAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANA
Orientasi ODGJ 100 % 1 kali  Snack petugas dan Puskesmas Dokter Mei 1.230.000
1 Jiwa Bebas Pasung yang di peserta : 36 or x 1 Bandar Jaya Promkes
pasung pkm x 1 kl x 15.000 Survailen
 Transport Ns dan Prog napza
panitia : 6 or x 1 Prog Jiwa
pkm x 1 kl x 40.000 Lintas sektor
 Transport Peserta :
30 or x 1 pkm x 1 kl
x 15.000

2 Jiwa Pendataan OMKJ dan 100% 1 kali 4 org x 8 ds x 1 kl x Wilayah Dokter Januari 1.280.000
masalah kesa ODGJ Rp. 40.000 Puskesmas Prog Jiwa
dan napza Bandar Jaya Promkes
Prog Napza
3 Jiwa Pendampingan OMKJ dan 75 % 14 kali 4 org x 1 pkm x 14 kl Wilayah Dokter Januari- 2.240.000
penderita ODGJ x Rp.40.000 Puskesmas Prog Jiwa Desember
gangguan Jiwa Bandar Jaya Promkes
dan Napza Prog napza

22
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Setiap kegiatan harus ada jadwal yang sudah pasti
2. Setiap kegiatan harus sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan
3. Keberhasilan sebuah kegiatan selalu di dukung oleh kekompakan tim ( lintas sektor dan lintas
program)

5.2 SARAN
Peran lintas sektor dan lintas program perlu ditingkatkan guna tercapaianya tujuan program yang
sudah ditetapkan dan disepakati bersama

23
BAB 6
PENUTUP

Pembuatan PLANNING Of Action ( POA ) dilakukan dengan dasar pencapaian program 2018 .Upaya
kegiatan promosi kesehatan yang sudah dilakukan di Puskesmas Mangaran dengan bersumber daya masyarakat.
Program Promosi Kesehatan ini merupakan pedoman pelaksanaan dari berbagai program di dalam kegiatan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat, terutama di wilayah Puskesmas Pembantu (Pustu), Polindes ,
Ponkesdes dalam berbagai Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat ( UKBM ) dan dalam melakukan
pembinaan program promosi kesehatan. Oleh karena itu dalam pembentukan maupun pengembangan UKBM
yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasinya , hendaknya selalu mendapat bimbingan/
pembinaan dari petugas kesehatan baik dari petugas kesehatan desa/ kelurahan setempat maupun dari
Puskesmas serta dari Dinas Kesehatan.

Rencana Kegiatan Operasional ini bersifat dinamis, artinya dapat disempurnakan kembali bila ada
masukan untuk penyempurnaan.

Demikian yang dapat disampaikan dalam penyusunan POA tahun 2019 dengan satu harapan bahwa
dalam pelaksanaan kegiatan / pelayanan kesehatan dapat berhasil guna dan berdaya guna.

24

Anda mungkin juga menyukai