Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu
dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, et al., 2011).
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat
adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Seseorang dikatakan
mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi
mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi, kemauan,
keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup
di masyarakat (Nasir & Muhith, 2011).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun
2003 ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa, hampir
1 juta orang melakukan bunuh diri setiap tahun. WHO menyatakan setidaknya ada
satu dari empat keluarga memiliki setidaknya satu anggota keluarga di dunia
mengalami gangguan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di
seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius.
Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2013 membagi gangguan jiwa atas
gangguan mental emosional dan gangguan jiwa berat. Gangguan mental
emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami
suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis
apabila terus berlanjut. Gangguan jiwa berat adalah gangguan yang menyebabkan
klien tidak mempunyai kontak dengan realitas sehingga pemikiran dan
perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap menuju kronisitas.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, dinyatakan bahwa terdapat 1,7 per 1000
penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia).
Proporsi rumah tangga (RT) yang memiliki anggota rumah tangga (ART) psikosis
dan pernah melakukan pemasungan (14,3%). Prevalensi gangguan mental

1
emosional pada penduduk usia 15 tahun sebesar (6%). Proporsi rumah tangga
(RT) yang pernah membawa anggota rumah tangga (ART) psikosis mendapatkan
pengobatan (61,8%). Proporsi anggota rumah tangga (ART) gangguan mental
emosional pernah berobat (26,6%) (Balitbang Kemenkes RI, 2013).
Data atau hasil pengkajian diperoleh oleh mahasiswa dari pengumpulan data
yang meliputi penyebaran kuesioner, wawancara, observasi, dan windshield
survey. Pengkajian tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran kesehatan di
RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya yang dimulai dari
tanggal 04-13 April 2017, dan memperoleh data kesehatan masyarakat serta
analisa data. Setelah memperoleh analisa data, selanjutnya akan didapatkan
gambaran masalah kesehatan di RW 01.
Berdasarkan jumlah penduduk dari 474 KK di siang hari, didadapatkan
data yang terkumpul sebanyak 221 KK dengan jumlah KK murni 273 KK KK
(rumah/kost mahasiswa), dan 23 KK (bekerja/ merantau)dari kuesioner yang
disebarkan. Setelah data dikumpulkan ditemukan beberapa masalah yaitu, unit
kesehatan jiwa: Potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 01 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
Berikut ini akan diuraikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa
komunitas yang dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah keperawatan
komunitas yang muncul di masyarakat sesuai dengan rencana tindakan yang telah
disepakati bersama masyarakat pada Musyawarah Masyarakat Desa I (MMD I)
sampai dengan evaluasi dan rencana tindak lanjut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas diharapkan
mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Komunitas di wilayah
RW 01 Kelurahan TangkerangLabuaiKecamatan Bukit Raya Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian yang meliputi pengumpulan data, tabulasi data
serta mempresentasikan data yang diperoleh di lapangan.
b. Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran analisa data
yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah disusun.
c. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah
kesehatan yang akan dijumpai dan diprioritaskan.
d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana tindak
lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

C. Manfaat Penulisan
1. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi gambaran bagi
dinas kesehatan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan masyarakat di
RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
2. Pihak Puskesmas Harapan Raya
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi data untuk
menyusun program kerja dan kebijakan kesehatan yang akan datang.
3. Kelurahan Tangkerang Labuai
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan masukan untuk
Kelurahan Tangkerang Labuaiagar memantau jalannya program-program yang
telah dibentuk dalam Pokjakes Al-Firdaus di RW 01 untuk masalah kesehatan
yang ada di masyarakat.
4. RW 01
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi masukan untuk
ketua RW 01 dalam mengatasi masalah kesehatan di masyarakatnya.
5. Pokjakes/ Masyarakat
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan acuan dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam mengatasi masalah kesehatan di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
6. Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi bahan
perbandingan untuk praktik profesi jiwa komunitas (CMHN) di masa yang
akan datang dan menjadi evaluasi terhadap program komunitas yang telah
ditetapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Paradigma Sehat 2015


Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan. Sasaran pokok pembangunan kesehatan 2015-2019:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak
2. Meningkatnya pengendalian penyakit
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
6. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

B. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat


1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-
2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang
Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud,
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik lndonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025
adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh
meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi,
menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada
balita. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka
strategi pembangunan kesehatan 2005- 2025 adalah :
a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
5
b. Pemberdayaan masyarakat dan daerah.
c. Pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan.
d. Pengembangan dan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.
e. Penanggulangan keadaan darurat kesehatan.

2. Strategi Pembangunan Kesehatan 2015-2019


a. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan Ibu, anak, remaja, dan
lanjut usia yang berkualitas.
b. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
c. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
d. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
e. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas.
f. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas
farmasi dan alat kesehatan
g. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
h. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia
kesehatan.
i. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
j. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi.
k. Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) bidang
Kesehatan.
l. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.

D. Karakteristik Wilayah Binaan


1. Geografis
Kecamatan Bukit Raya merupakan salah satu kecamatan dari 12 (dua
belas) kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru. Secara geografis,Kecamatan
Bukit Raya keadaannya relatif daerah dataran dengan struktur tanah pada
umumnya terdiri dari jenis alluvial dengan pasir. Kecamatan Bukit Raya
berbatasan dengan Kecamatan Marpoyan Damai di sebelah barat,
Kecamatan Tenayan Raya di sebelah timur, dan Kecamatan Sail di sebelah
utara, serta Kabupaten Kampar di sebelah selatan. Kecamatan Bukit Raya
memiliki luas 22,05 km2. Kelurahan dengan wilayah terluas di Kecamatan
Bukit Raya adalah Kelurahan Simpang Tiga yaitu dengan luas wilayah
13,65 km2 , sedangkan kelurahan dengan luas wilayah paling kecil adalah
Kelurahan Tengkerang Utara yaitu dengan luas wilayah 2,64 km2, atau
sekitar 11,97 persen dari luas Kecamatan Bukit Raya, sedangkan luas
wilayah Kelurahan Tangkerang Labuai adalah 2,67 atau sekitar 12,01 persen
dari Kecamatan Bukit Raya.

2. Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Bukit Raya mencapai 95.416 jiwa pada
tahun 2012, angka ini terus meningkat dan pada tahun 2013 mencapai
96.560 jiwa. Tingkat pertambahan penduduk mengalami peningkatan dari
tahun ketahun. Selama priode 2011- 2012, tingkat pertambahan penduduk
tercatat 1,44 persen. Sementara priode 2012-2013 mengalami kenaikan 1,18
persen dengan luas wilayah 22,05 Km2. Setiap km2 ditempati penduduk
sebanyak 4.379 jiwa pada tahun 2013. Secara umum penduduk laki-laki
lebih banyak dari penduduk perempuan hal ini ditunjukan oleh sex ratio
pada tahun 2013 sejumlah 105 yang artinya setiap 105 penduduk laki-laki
terdapat 100 penduduk perempuan.
E. Keperawatan Jiwa
1. Pengertian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh
sebagai manusia (Dalami, 2010).
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri (use self) dan terapi
keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu,
keluarga dan masyarakat (Riyadi& Purwanto, 2009).
2. Prinsip-prinsip keperawatan jiwa
Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradigma kesehatan dibagi
menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
a. Manusia
Manusia merupakan komponen paradigm keperawatan yang menjadi salah satu
fokus dari pelayanan keperawatan (Mubarak & Chayatin, 2009).Manusia
berfungsi sebagai mahluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan.Sebagai individu yang unik secara
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual, setiap individu tidak bereaksi sama, akan
berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Setiap individu mempunyai harga diri,
martabat, kemampuan untuk berubah dan kemauan untuk mengejar tujuan.Tujuan
setiap individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi
diri.Dalam menjalankan tujuannya, setiap individu mempunyai kemampuan dan
hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
dirinya (Dalami, 2010; Kusumawati & Hartono, 2011).
b. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan
manusia, mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan
(Riyadi& Purwanto, 2009). Manusia sebagai mahluk holistik dipengaruhi oleh
lingkungan dari dalam (dirinya sendiri) dan lingkungan dari luar (keluarga,
kelompok, maupun komunitas).Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia
harus mengembangkan strategi koping agar dapat beradaptasi (Dalami, 2010).
c. Kesehatan
Sehat adalah simbol perkembangan kepribadian dan proses kehidupan
manusia yang berlangsung terus menerus menuju kehidupan yang kreatif dan
konstruktif (Riyadi& Purwanto, 2009). Kesehatan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup
manusia, oleh karena itu setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh
kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat (Dalami, 2010).
d. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.Pelaksanaannya berdasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang komprehensif (Mubarak & Chayatin, 2009).Dalam keperawatan jiwa,
perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara
terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri secara
terapeutik, yang mana cara dalam berkomunikasi dengan menekankan
pengalaman belajar bersama dengan pasien untuk memperbaiki emosi pasien
(Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Perawat menggunakan kemampuan yang ada pada dirinya dan keterampilan
yang khusus dalam bekerja sama dengan klien untuk merubah perilaku klien serta
perawat dapat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar
cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah kehidupan (Dalami, 2010; Kusumawati & Hartono, 2011).
3. Peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi
yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri sendiri secara wajar dan
dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjalankan tugasnya sehari-
hari sebagaimana mestinya. Perawat jiwa berusaha menemukan dan memenuhi
kebutuhan fisik (physiologis needs), kebutuhan rasa aman (safety needs),
kebutuhan mencintai dan disayangi (belonging loving needs), kebutuhan harga
diri (self esteem) dan kebutuhan aktualisasi (actualization needs) (Dalami, 2010;
Kusumawati & Hartono, 2011).
Dalam upaya mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa, sangat penting
bagi perawat untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya. Peran
perawat psikiatrik bervariasi dan spesifik, meliputi kemandirian dan kolaborasi.
Adapun peran perawat kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :
a. Pelaksana asuhan keperawatan
Dalam peran perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada individu, keluarga
dan komunitas.Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep
perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta
gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga dan komunitas (Dalami, 2010).
Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui
pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut. Dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa seorang perawat harus memiliki kemampuan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat kesehatan jiwa menurut Dalami (2010) ; Yusuf, Fitryasari,
dan Nihayati (2015) adalah sebagai berikut :
1) Membuat pengkajian kesehatan biopsiko-sosial-budaya dan spiritual;
2) Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk klien dan
keluarga dengan masalah kesehatan yang kompleks dan kondisi yang dapat
menimbulkan sakit;
3) Perawat berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus, seperti
mengorganisasi, mengkaji, negosiasi, koordinasi, dan mengintegrasikan
pelayanan serta perbaikan bagi individu dan keluarga;
4) Memberi pedoman pelayanan kesehatan untuk individu, keluarga, kelompok
untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental,
termasuk pelayanan terkait, teknologi, serta sistem sosial yang paling tepat;
5) Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling;
6) Memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit fisik
dengan masalah psikologis dan gangguan jiwa dengan masalah fisik;
7) Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
b. Pelaksana pendidikan keperawatan
Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan
komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga
dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota
masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa (Dalami, 2010).
Sebagai seorang pendidik, perawat memberikan edukasi kepada klien dengan
menjelaskan kosep dan fakta tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur
asuhan, memperbaiki tingkah laku belajar, dan mengevaluasi kemajuan klien
dalam belajar.Dalam memberikan edukasi kepada klien perawat harus
menentukan metode pengajaran sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien
dan melibatkan sumber daya lainnya dalam perencanaan seperti keluarga (Potter
& Perry, 2010). Selain itu perawat juga memberikan edukasi kepada staf penerima
delegasi asuhan keperawatan, staf baru yang belum memiliki izin, dan membagi
keahlian dengan perawat ataupun professional kesehatan lain (Kozier, 2010).
c. Pengelola keperawatan
Dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa, perawat harus menunjukkan sikap
kepemimpinan dan bertanggung jawab. Dalam melaksanakan perannya ini
perawat perlu (1) menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam
mengelola asuhan keperawatan jiwa, (2) menggunakan berbagai strategi
perubahan yang diperlukan dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa, (3)
berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus seperti mengorganisasi,
koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu
maupun keluarga, dan (4) mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas
keperawatan (Dalami, 2010).
d. Pelaksana penelitian
Perawat sering memanfaatkan penelitian untuk memperbaiki asuhan
keperawatan kepada klien. Dalam area klinis, perawat perlu (1) memahami proses
dan bahasa penelitian, (2) peka terhadap isu terkait keperawatan jiwa untuk
melindungi hak-hak asasi subjek, (3) berpartisipasi dalam mengidentifikasi
masalah penting yang dapat diteliti, dan (4) menjadi konsumen yang dapat
membedakan temuan penelitian (Kozier, 2010). Selain itu peran perawat jiwa
dalam pelaksanaan penelitian adalah perawat perlu menggunakan hasil penelitian
serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
asuhan keperawatan jiwa (Dalami, 2010).
Fungsi perawat psikiatrik adalah memberikan asuhan keperawatan kepada
klien baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Dalami (2010)
fungsi dapat dicapai melalui aktifitas perawat psikiatri, yaitu:
1) Memberikan lingkungan terapeutik
Lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perasaan
aman dan nyaman baik secara fisik, mental, maupun sosial sehingga dapat
membantu penyembuhan pasien.
2) Bekerja untuk mengatasi masalah klien here and now
Dalam membantu mengatasi masalah klien, perawat bekerja dengan segera dan
tidak ditunda sehingga tidak terjadi penumpukan masalah.
3) Sebagai model peran
Perawat dalam memberikan bantuan kepada pasien menggunakan diri sendiri (use
self therapeutic) sebagai alat, melalui contoh perilaku yang ditampilkan oleh
perawat.
4) Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien
Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien merupakan hal yang
sangat penting. Dalam hal ini perawat perlu memasukkan pengkajian biologis
secara menyeluruh dalam evaluasi pasien psikiatrik untuk mengidentifikasi
adanya penyakit fisik sedini mungkin sehingga dapat diatasi dengan cara yang
tepat.
5) Memberi pendidikan kesehatan
Memberi pendidikan kesehatan yang ditunjukkan kepada pasien, keluarga dan
komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan jiwa, gangguan jiwa, ciri-ciri
sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa, ciri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas
keluarga, dan upaya perawatan pasien gangguan jiwa.
6) Sebagai perantara sosial
Perawat dapat menjadi perantara dari pihak pasien, keluarga dan masyarakat
dalam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
7) Kolaborasi dengan tim lain
Perawat dalam membantu pasien mengadakan kolaborasi dengan petugas
kesehatan lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan masyarakat (perawat
komunitas), pekerja sosial, psikolog, dan lain-lain.
8) Memimpin dan membantu tenaga perawatan
Dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan jiwa didasarkan pada
manajemen keperawatan kesehatan jiwa.Sebagai pimpinan diharapkan dapat
mengelola asuhan keperawatan kesehatan jiwa dan membantu tenaga perawat
yang menjadi bawahannya.
9) Menggunakan sumber di masyarakat
Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental.Hal ini
harus diketahui oleh perawat diketahui oleh perawat bahwa sumber-sumber yang
ada di masyarakat perlu diidentifikasi untuk digunakan sebagai faktor pendukung
dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di masyarakat.

2. Proses Keperawatan Komunitas


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau
komunitas yang menyangkut pada fisiologi, psikologi, sosial, ekonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan.
1) Pengumpulan data
a) Data inti
b) Data 8 subsistem
2) Jenis Data
a) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan
secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
3) Sumber Data
a) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical
record.
4) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara
b) Windshield survey
c) Observasi
5) Pengelolaan Data
a) Klasifikasi data atau kategorisasi data
b) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
c) Tabulasi data
d) Interpretasi data
6) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui
tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat
apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
7) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.
8) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
Abraham H Maslow:
a) Keadaan yang mengancam kehidupan
b) Keadaan yang mengancam kesehatan
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada
masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose
keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang masalah
dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin
terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas
terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga
komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan
symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang
terjadi.
c. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah:
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang pesnyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen
keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam
hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit.
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan.
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit.
d. Advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
b. Menilai kemajuan komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)
DI RW 01 KELURAHAN TANGKERANG LABUAI
KECAMATAN BUKIT RAYA

Asuhan keperawatan komunitas di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai


Kecamatan Bukit Raya yag dilaksanakan pada tanggal 03 April 2017 17 Juni
2017, dimana asuhan keperawatan diberikan dalam beberapa tahap. Tahap
pertama yaitu tahap persiapan mencakup windshield survey dan tahap pembuatan
angket yang dimulai dari 29 02 April 2017. Dan selanjutnya, tahap penyebaran
angket dan membuat perumusan masalah dari tanggal 03 15 April 2017 dan
kemudian presentasi MMD I pada tanggal 17 April 2017.
Berdasarkan uraian konsep keperawatan jiwa komunitas maka mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru mencoba untuk
mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Jiwa Komunitas pada masyarakat RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya. Asuhan keperawatan ini
dilaksanakan mulai tanggal 18 April 2016 27 Mei 2017, yang pelaksanaannya
sebagai berikut:
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
diantaranya menurut windshield survey yaitu mengobservasi secara langsung
keadaan wilayah untuk melihat secara garis besar situasi dan keadaan wilayah RW
01 Keluraahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya. Setelah survey
dilakukan, selanjutnya dilaksanakan penyusunan angket untuk mengetahui secara
keseluruhan masalah kesehatan yang terjadi di wilayah RW 01 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya.
Angket yang telah disusun kemudian disebarkan kepada masyarakat yang
bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masyarakat. Hasil
pengumpulan data di analisa untuk mengetahui masalah kesehatan yang mungkin
muncul di wilayah RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya.
Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh gambaran kesehatan masyarakat di
wilayah RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya.
B. Pelaksanaan Pengkajian
Tahap ini dimulai dari memperbanyak kuesioner dan menyebarkan kuesioner
dengan menggunakan metode wawancara terpimpin, pengumpulan angket, serta
observasi terhadap kelompok masyarakat, lingkungan, dan kebiasaan masyarakat
di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya. Dengan jumlah
yang terdata adalah sebanyak 273 KK. Dari penyebaran kuesioner, diperoleh hasil
sebanyak 121KK yang kembali dengan rincian jumlah KK murni 95 KK, jumlah
KK tunggal 11 KK (rumah/kost mahasiswa), dan 15 KK (bekerja/ merantau). Dari
penyebaran kuesioner sebanyak 38 KK yang menolak, dan 45 KK dengan rumah
kosong, dan sebanyak 47 KK dengan kuisioner tidak diisi, 22 kuesioner tidak
kembali
Berdasarkan hasil pengumpulan data masyarakat di RW 01 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya didapatkan data-data sebagai berikut:
1. Data Kuesioner
a. Data Demografi Kepala Keluarga (KK)
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=121 KK)

perempuan; 14.0; 14%

laki-laki; 86.0; 86%

Diagram 3.1
Berdasarkan diagram 3.1, didapatkan data bahwa dari 121 kepala
keluargadidapatkan mayoritas jenis kelamin laki-laki yaitu 86% daripada jenis
kelamin perempuan yaitu 14%.
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Usia di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=121 KK)

lansia (> 65 tahun); 14.9; 15%


dewasa muda (20-40 tahun); 36.4; 36%

dewasa menengah (41-65 tahun); 48.8; 49%

Diagram 3.2
Berdasarkan diagram 3.2, didapatkan data bahwa dari 121 kepala keluarga
didapatkan mayoritas kepala keluarga berusia dewasa menengah (41-65 tahun)
yaitu 48,8%. selanjutnya kepala keluarga berusia dewasa muda (20-40 tahun)
36,4%, dan kepala keluarga dengan usia lansia (>65 tahun) adalah 14,9%.

Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Pekerjaan di RW 01


Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=121 KK)

lain-lain; 15.7; 16%


PNS; 10.7; 11%
pensiun; 10.7; 11%
pekerja rumah tangga; 7.4; 7%
wiraswasta; 55.4; 55%

Diagram 3.3
Berdasarkan diagram 3.3, didapatkan data bahwa dari 121 kepala keluarga
mayoritas pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu 55,5%, pekerjaan lain-lain yaitu
15,7%, pensiun dan PNS sebesar 10,7%, sedangkan pekerja rumah tangga sebesar
7,4%.
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=121 KK)

S2; 2.5; 2% D3; .8; 1% tidak sekolah; .8; 1%

S1; 25.6; 26% SD; 11.6; 12%


SMP; 15.7; 16%

SMA; 43.0; 43%

Diagram 3.4
Berdasarkan diagram 3.4, didapatkan data bahwa dari 121 kepala keluarga,
didapatkan mayoritas penduduk berpendidikan SMA yaitu 46%, selanjutnya S1
sebesar 25,6%. kepala keluarga yang berpendidikan SMP yaitu 15,7%,
berpendidikan SD yaitu 11,6%, S2 sebesar 2,5%, sedangakan minoritas penduduk
berpendidikan D3 dan tidak sekolah 0,8%. Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keluarga dalam mengenali
masalah kesehatan dan melakukan perawatan kesehatan terhadap keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan dimana semakin tinggi pendidikan masyarakat
maka semakin tinggi pula pengetahuan tentang kesehatan.

Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Agama di RW 01


Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=121 KK)

kristen; 1.7; 2% budha; .8; 1%

islam; 97.5; 98%

Diagram 3.5
Berdasarkan diagram 3.5 didapatkan data bahwa dari 121 kepala keluarga
mayaroritas yang agama Islam yaitu 97,5 % , yang agama Kristen 1,7%
sedangkanyang agama Budha 0,8%.

Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Berdasarkan Suku di RW 01


Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=121 KK)

lain-lain; 9.1; 9%
batak; 1.7; 2%
minang; 34.7; 35%
jawa; 12.4; 12%

melayu; 42.1; 42%

Diagram 3.6
Berdasarkan diagram 3.6 di dapatkan data bahwa dari 121 kepala keluarga
mayoritas yang suku melayu sebanyak 42%, suku Minang sebanyak 34,7%, suku
Jawa sebanyak 35%, suku Batak sebanyak 1,7% sedangkan suku yang lain-lain
9,1%.

b. Data Demografi Warga


Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=487 jiwa)

perempuan; 46.8; 47%


laki-laki; 53.2; 53%

Diagram 3.8
Berdasarkan diagram 3.8, didapatkan data bahwa dari 487jiwa mayoritas
yang jenis kelamin laki-laki yaitu 53,2% sedangkan jenis kelamin perempuan
yaitu 46,8%.
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Usia di RW 01 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=487jiwa)

manula (>65 tahun); 7% bayi (0-12 bulan); 2%


balita (>1- 5 tahun); 8%
lansia awal (46-65 tahun); 16%
prasekolah dan sekolah>(5-12 tahun); 9%
remaja awal (12-16 tahun); 9%
dewasa akhir (36-45 tahun); 18%
remaja akhir (17-25 tahun); 14%

dewasa awal (26-35 tahun); 17%

Diagram 3.9
Berdasarkan diagram 3.9, didapatkan data bahwa dari 487 jiwa mayoritas
penduduk berusia dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak 18%, yang usia dewasa
awal (26-35 tahun) sebanyak 17%, lansia awal (46-65 tahun) sebanyak 15,6%,
remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak 14%, prasekolah dan sekolah >(5-12 tahun)
sebanyak 9%, anak remaja akhir (12-16 tahun) sebanyak 8,6%, balita >(1-5 tahun)
sebanyak 8,2%, manula >(65 tahun) sebanyak 6,8% sedangkan sedangkan bayi
(0-12 bulan) sebanyak 2,3%.

Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di RW 01 Kelurahan


Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=487jiwa)

budha; .8; 1% kristen; 2.3; 2%

islam; 96.9; 97%

Diagram 3.10
Berdasarkan diagram 3.10, didapatkan data bahwa dari 487 jiwa
mayaroritas agama warga adalah Islam yaitu 96,9 % , agama Kristen yaitu 2,3%
sedangkan agama Budha yaitu 0,8%.

Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di RW 01


Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=487jiwa)

belum sekolah; 11.9; 12%


D3; 2.9; 3% SD; 14.6; 15%
S2; 2.3; 2% SMP; 12.5; 13%
S1; 23.4; 23%

SMA; 32.4; 32%

Diagram 3.11
Berdasarkan diagram 3.11, didapatkan data bahwa dari 487 jiwa,
didapatkan mayoritas penduduk berpendidikan SMA yaitu 32,4%, selanjutnya S1
sebesar 23,4%. kepala keluarga yang berpendidikan SMP yaitu 12,5%,
berpendidikan SD yaitu 14,6%, belum/tidak sekolah 11,9%, S2 sebesar 2,5%,
sedangakan minoritas penduduk berpendidikan D3 sebesar 2,9%. Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keluarga dalam
mengenali masalah kesehatan dan melakukan perawatan kesehatan terhadap
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan dimana semakin tinggi pendidikan
masyarakat maka semakin tinggi pula pengetahuan tentang kesehatan.

Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di RW 01 Kelurahan


Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=487jiwa)
PNS; 11%
pelajar; 28%
wiraswasta; 16%

pekerja rumah tangga; 13%


lain-lain; 27% pensiun; 6%

Diagram 3.12
Berdasarkan diagram 3.12, didapatkan data bahwa dari 487 mayoritas
pekerjaan sebagai pelajar yaitu 27,5%, pekerjaan lain-lain sebanyak 26,7%,
Pekerja rumah tangga yaitu 12,7% sedangkan Pensiun 5,5%, PNS sebesar 11,5%.

b. Kesehatan Jiwa
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kesehatan Jiwa di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=487 jiwa)

gangguan jiwa; 0%
masalah psikososial; 27%

sehat; 73%

Diagram 3.13
Berdasarkan diagram 3.13 di dapatkan data dari 487 jiwa mayoritas
kesehatan jiwa yang sehat yaitu 72,6% sedangkan kesehatan jiwa dengan masalah
psikososial yaitu 27% dan gangguan jiwa sebesar 0,4%.
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Gangguan Jiwa di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n= 2 jiwa)

gangguan tumbuh kembang; 50% halusinasi; 50%

Diagram 3.14
Berdasarkan diagram 3.14 di dapatkan data dari 2 jiwa yang mengalami
gangguan jiwa halusinasi adalah 50% dan dengan gangguan tumbuh kembang
adalah sebesar 50%.

Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Masalah Psikososial di RW 01


Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya (n= 131 jiwa)

kehilangan/ berduka; 7%

ansietas; 93%

Diagram 3.15
Berdasarkan diagram 3.15 di dapatkan data dari 131 jiwa yang
mengalami masalah psikososial mayoritas adalah dengan masalah psikososial
ansietas 93% dan kehilangan atau berduka adalah sebesar 7%.
2. Analisa Data
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1. KESEHATAN JIWA Potensial peningkatan
1. HASIL ANGKET kesehatan jiwa di RW 01
a. Anggota keluarga yang cacat sebanyak Kelurahan Tangkerang Labuai
4,8% (n=121) Kecamatan Bukit Raya
b. Jenis cacat yang di alami oleh anggota
keluarga (N=6) adalah cacat mental 33,3%
dan cacat fisik sebanyak 66,7%.
c. Sumber stress lansia (n= 109)dari masalah
keluarga sebesar 50,0%, yang mengatakan
sumber stress dari masalah keuangan yaitu
33,0%, yang mengatakan sumber stress
dari masalah pekerjaan sebesar 10,0%,
yang mengatakan sumber stress dari
penyakit yang di alami sebesar 3,6%, dan
yang mengatakan sumber stress dari
masalah kehilangan adalah 2,7%.
d. Penduduk berdasarkan kesehatan jiwa
(n=487 jiwa) dapatkan data dari 487 jiwa
mayoritas kesehatan jiwa yang sehat yaitu
72,6% sedangkan kesehatan jiwa dengan
masalah psikososial yaitu 27% dan
gangguan jiwa 0.4%.
2. HASIL WAWANCARA
Dari hasil wawancara dengan beberapa
warga, RW 10 dan Masing-Masing dari Ketua
RT didapatkan hasil bahwa ada 2 warga yang
mengalami gangguan jiwa.

3. Diagnosa Keperawatan
Potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya
4. Rencana Asuhan Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Kegiatan
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Strategi Intervensi
6. Potensial Setelah dilakukan Setelah dilakukan
peningkatan kegiatan selama 2 kegiatan selama 2
kesehatan jiwa di minggu minggu
RW 01 Kelurahan diharapkan diharapkan:
peningkatan Respon verbal 80% warga Pendidikan 1.1 Melakukan
Tangkerang
kesehatan pada 1. Meningkatnya mengikuti kesehatan penyuluhan tentang
Labuai masyarakat terkait pengetahuan penyuluhan sehat jiwa, masalah
Kecamatan Bukit kesehatan jiwa masyarakat tentang sehat jiwa, psikososial, gangguan
Raya kesehatan jiwa masalah jiwa
psikososial,
gangguan jiwa
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan ini dijabarkan berdasarkan faktor pendukung dan penghambat yang terjadi
selama pelaksanaan kegiatan komunitas yang dimulai dari tanggal 03 April 2017 sampai 13
Mei 2017 berdasarkan planning of action (POA) yang disusun bersama POKJAKES Al-
firdaus dan bersama masyarakat RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit
Raya Kota Pekanbaru.

A. Tahap pengkajian
Pelaksanaan kegiatan praktik keperawatan komunitas merupakan kegiatan yang
berorientasi pada perawatan kesehatan masyarakat. Tahap persiapan yang dilalui oleh
mahasiswa meliputi administrasi, persiapan lokasi praktik lapangan, izin pemakaian
praktik lapangan, izin dan koordinasi dinas kesehatan kota, pihak kecamatan, pihak
kelurahan, puskesmas dan pihak RW 01. Mahasiswa juga melakukan perkenalan dengan
ketua RW 01,beserta ketua RT dan tokoh masyarakat dilingkungan RW 01 serta
menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilakukan oleh mahasiswa pada saat praktik
profesi keperawatan komunitas selama 2,5 bulan sekaligus meninjau kembali lokasi
praktek dan batas-batas wilayah praktek.
Setelah lahan praktik ditinjau, mahasiswa melakukan windshield survey yaitu melihat
secara garis besar situasi dan keadaan wilayah RW 01 yang berkoordinasi dengan pihak
RW 01. Hal ini sesuai dengan keadaan teori yang telah didapatkan mahasiswa dimana
sebelum melakukan suatu kegiatan terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana keadaan
lingkungan, kemudian juga melibatkan orang-orang yang cocok serta membuat
komitmen untuk bekerja sama (Stanhope, 2004). Sebelum melakukan kegiatan,
mahasiswa dan masyarakat membentuk kelompok kerja kesehatan (POKJAKES) yang
diberi nama POKJAKES Al-Firdaus Hang Tuah. Adapun tujuan pembentukkan
POKJAKES untuk meningkatkan peran serta masyarakat,memandirikan masyarakat
untuk mencapai dejarat kesehatan yang optimal melalui pelaksanaan pelayanan
kesehatan di tingkat kelurahan.
B. Tahap persiapan
Pada tahap pengkajian telah dilakukan kegiatan windshield survey, penyebaran
kuesioner, kemudian melakukan perumusan masalah, dan menyusun rencana kegiatan
(POA) bersama masyarakat pada saat musyawarah masyarakat desa I (MMD I). Pada
saat penyebaran kuesioner, teknik yang dilakukan oleh mahasiswa adalah door to door
(rumah ke rumah), di posyandu, dan di mesjid saat setelah pelaksanaan sholat Azhar.
Adapun proses pengumpulan data ini mahasiswa menggunakan teknik total sampling,
yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan.
1. Faktor pendukung
a. Secara umum masyarakat berpatisipasi aktif dalam memberikan informasi
selama pengumpulan data.
b. Adanya dukungan positif dari aparat pemerintah (ketua RW dan perangkat, serta
ketua RT dan perangkat), tokoh masyarakat dan tokoh agama di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
c. Tersedianya alat pengumpulan data berupa kuesioner yang dirancang oleh
mahasiswa berdasarkan hasil windshield survey.
2. Faktor penghambat
a. Masyarakat heterogen
b. Mayoritas masyarakat di wilayah ini terutama kepala keluarga (KK) bekerja
dipagi hari sehingga sulit ditemui untuk mengumpulkan data.
c. Masih ditemukannya beberapa masalah kesehatan jiwa yang kurang disadari
olehmasyarakat
d. Wilayah RW 01 merupakan salah satu wilayah yang cukup luas di Kelurahan,
Tangkerang Labuai sehingga masih ada beberapa keterbatasan kelompok pada
saat mendata.
e. RT di wilayah RW 01 terdiri dari 4 RT (RT 01, RT 02, RT 03, RT 04), dimana
RT 01 dan RT 02 berada di seberang jalan dari RT 03 dan RT 04. Sehingga,
mahasiswa sedikit kesulitan dalam membagi kegiatan dan mengundang
masyarakat untuk melakukan kegiatan.
f. Masih ada beberapa masyarakat yang kurang pengetahuan tentang pentingnya
memperhatikan masalah kesehatan, dibuktikan dengan masih adanya penolakan
dari masyarakat ketika diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan.

C. Diagnosa keperawatan
Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon
individu keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
keperawatan. Ada tiga jenis diagnosa keperawaan yaitu aktual, resiko, serta potensial.
Diagnosa dinyatakan aktual jika masalah dirasakan, resiko jika masalah belum terjadi
tetapi telah ditemukan data yang mendukung untuk timbulnya masalah, sedangkan
diagnosa keperawatan yang bersifat potensial adalah diagnosa keperawatan yang
mengacu kepada peningkatan derajat kesehatan.
Masalah keperawatan yang ditemukan di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya dapat dirumuskan dengan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Resiko penurunan derajat kesehatan ibu dan anak di RW 01 kelurahan Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya.
Semua masalah kesehatan yang ditemukan oleh mahasiswa akan diimplementasikan
sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun dan disepakati. Dalam merumuskan
diagnosa keperawatan, mahasiswa tidak menemukan hambatan yang signifikan, hal ini
disebabkan adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dan masyarakat.

D. Tahapan intervensi
Setelah ditemukan diagnosa keperwatan komunitas pada masyarakat di wilayah RW
01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya, maka langkah selanjutnya
adalah merumuskan perencanaan POA untuk mengatasi masalah tersebut. POA
dipaparkan melalui MMD I (Musyawarah Masyarakat Desa I).
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang nantinya disepakati oleh masyarakat
maka terlebih dahulu terbentuknya POKJAKES. Hal ini didukung oleh teori yang
dikemukan oleh Stanhope (2004), bahwa untuk pengembangan rencana yang strategis
perlu adanya penjelasan tentang bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan adanya
peralatan untuk mendukung kegiatan dan peran serta masyarakat. Menurut MC. Farley
dan Anderson (2002) strategi intervensi terdiri dari promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan, kegiatan kelompok dan pemberdayaan. Pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Penyusunan rencana ini sesuai dengan model
keperawatan komunitas yang digunakan yaitu dengan pendekatan intervensi primer,
sekunder, dan rehabilitattif.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan intervensi keperawatan adalah masyarakat
menyadarai bahwa masalah kesehatan yang ditemukan serta dirumuskan oleh mahasiswa
adalah hal yang nyata yang ditemukan dan dirasakan masyarakat. Faktor penghambat
yang ditemukan mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan yaitu sulitnya mengumpulkan
masyarakat dalam waktu yang bersamaan karena pekerjaan dan kesibukan yang berbeda-
beda dari masing-masing keluarga.
Adapun rencana intervensi dari kegiatan yag dilakukan adalah :
1. Potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya
Rencana Kegiatan :
a. Melakukan penyuluhan Kesehatan Jiwa di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya.
b. Melakukan Penyuluhan Masalah Psikososial di RW 01 Kelurahan Tangkerang
Labuai Kecamatan Bukit Raya

Faktor pendukung :
1. Pengetahuan mahasiswa dalam menyusun rencana keperawatan dan POA, sehingga
kegiatan yang direncanakan sesuai dengan POA yang sudah dibentuk.
2. Telah terbentuknya POKJAKES Al-Firdaus Hang Tuah yang membantu
melaksanakan perencanaan kegiatan yang telah disusun oleh mahasiswa dan
masyarakat.
3. Telah terbina kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan pengurus POKJAKES
Al-Firdaus Hang Tuah dan masyarakat RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya.
4. Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan kesepakatan antara masyarakat dengan
pengurus POKJAKES Al-Firdaus Hang Tuah.

Faktor penghambat :
1. Masih ada beberapa kendala mengadakan kerja sama dengan masyarakat dan anggota
POKJAKES dalam menyusun rencana kegiatan.
2. Masyarakat yang heterogen di wilayah RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya.
3. Tidak semua kegiatan yang direncanakan terlaksana, dikarenakan susahnya
mengumpulkan masyarakat dikarenakan pada hari biasa banyak yang bekerja, ibu
rumah tangga banyak kegiatan di rumah, dan pada hari libur seperti di hari minggu
banyak warga lebih memilih di rumah/ berjalan-jalan keluar rumah.
4. Kurangnya dana yang dimiliki mahasiswa dan masyarakat sehingga tidak dapat
mendukung pelaksanaan kegiatan dengan maksimal.
5. Kesibukan dari masing-masing anggota POKJAKES dan masyarakat sehingga sulit
melakukan musyawarah.

E. Tahap Implementasi
Setelah disusun perecanaan yang telah disepakati oleh masyarakat maka
dilakukan tahapan implementasi dari rencana tersebut. Pelaksanaan kegiatan pada
tahap ini dilakukan selama lebih kurang 2 minggu dengan partisipasi masyarakat.
Menurut Mc. Farley & Adreson (2002). Bahwa dalam melakukan sesuatu tindakan
perlu adanya perumusan strategi kegitan serta bagaimana tindakan yang dilakukan
untuk mencapai suatu tujuan. Strategi yang digunakan yaitu promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan kelompok kerja.
1. Potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya
a. Penyuluhan Kesehatan Jiwa dan Masalah Psikososial
Kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa dan masalah psikososial pada masyrakat
dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2017 di Mesjid Al-firdaus RW 01 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru dengan sasaran masyrakat.
Adapun tujuan dari kegiatan penyuluhan ini yaitu agar masyrakat mengerti dan
memahami kesehatan jiwa dan masalah psikososial yang ada di tengah-tengah
masyrakat dan dapat mengantisipasi masalah psikososial yang ada. Kemudian
tidak mendiskriminasi pasien jiwa yang ada di masyrakat.
Faktor Pendukung
1) Terdapatnya motivasi masyarakat untuk mengetahui tentang Kesehatan Jiwa
dan masalah Psikososial
2) Adanya dukungan dari warga RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru
3) Brosur yang disiapkan dapat tersebar sesuai rencana

4) Besarnya keingintahuan peserta yang mengikuti kegiatan tentang tumbuh


kesehatan jiwa dan masalah psikososial.
Faktor Penghambat
1) Masih kurangnya pengetahuan warga tentang pentingnya kesehatan jiwa dan
ditunjukkan dengan masih ada warga yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan
penyuluhan ini
2) Sulitnya mengumpulkan warga, karena mayoitas warga sebagai pekerja swata

3) Sulitnya mencari waktu untuk mengadakan kegiatan penyuluhan


Rencana Tindak Lanjut
1) POKJAKES unit CMHN diharapkan dapat memotivasi masyrakat dan dapat
mengantisipasi apabila ada pasien yang mengalami kesehatan jiwa.

F. Analisa SWOT
1. Kekuatan
a. Setiap kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari perangkat desa (RT,
RW, Tokoh Masyarakat dan Agama, Lurah, Camat) dan juga pihak puskesmas
yang membina.
b. Tersedianya alat pengumpulan data berupa kuesioner yang dirancang oleh
mahasiswa berdasarkan keefisiensi dan keefektifitasan data yang akan
diperoleh.
c. Telah terbentuknya POKJAKES Al-Firdaus Hang Tuah yang akan
membantu melaksanakan perencanaan kegiatan yang telah disusun oleh
mahasiswa dan masyarakat.
d. Terbinanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan pengurus
POKJAKES Al-Firdaus Hang Tuah dan masyarakat RW 01 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya.
e. Penyusunan rencana kegiatan berdsarkan kesepakatan antara masyarakat
dengan pengurus POKJAKES.
2. Kelemahan
a. Mayoritas masyarakat RW 01 terutama kepala keluarga (KK) bekerja pada
pagi hingga pagi hari, sehingga sulit ditemui pada pagi hari.
b. Masih kurangnya kesadaran dan kerja sama masyarakat dalam mengikuti
kegiatan di RW 01 kelurahan Tangkerang Labuai kecamatan Bukit Raya
c. Wilayah yang cukup luas dengan jumlah anggota kelompok yang kurang
memadai, sehingga tidak dapat mencakup seluruh masyarakat.
d. Masih ditemukannya masalah kesehatan yang kurang disadari oleh
masyarakat.
e. Masih ada beberapa kendala mengadakan kerja sama dengan masyarakat dan
anggota POKJAKES dalam menyusun rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan dan tindak lanjutnya.
3. Kesempatan
a. Dukungan dari lintas program (Dinas kesehatan dan Puskesmas).
b. Dukungan dari lintas sektoral (Kelurahanan dan Kecamatan).
c. Dukungan dari aparat pemeritahan desa (RT,RW,Lurah,Camat) dan tokoh
masyarakat, tokoh agama di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan
Bukit raya.
d. Adanya tenaga kesehatan, kader lintas program dan lintas sektoral, serta pihak
instansi pemerintahan lainnya yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan.
e. Diterimanya windshield survey dan data kuesionar yang telah diolah oleh
masyarakat.

4. Ancaman
a. Kurangnya dana yang dimiliki mahasiswa dan masyarakat sehingga tidak
dapat mendukung pelaksanaan kegiatan dengan maksimal.
b. Kesibukan dari masing-masing anggota POKJAKES dan masyarakat sehingga
sulit melakukan musyawarah.
c. Sibuknya warga terhadap kegiatan mereka sehingga tidak mempunyai waktu
luang dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di RW 01.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian yang dilakukan melalui pengumpulan data dengan kuesioner dilakukan
terhadap 273 KK yang ada di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit
Raya mencakup RT 01, RT 02, RT 03, dan RT 04 oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Hangtuah Pekanbaru. Ruang lingkup pengkajian disesuaikan
masalah yang didapat saat wawancara, dan kuesioner.
2. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner, dan wawancara tersebut,
didapatkan permasalahan kesehatan jiwa komunitas di RW 01 Kelurahan Tangkerang
Labuai Kecamatan Bukit Raya yaitu potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 01
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
a. Evaluasi struktur
1) Masyarakat yang diundang ditempat yang telah ditentukan, ada yang hadir dan
ada yang tidak karena sesuatu hal. Masyarakat yang hadir datang sebagian tepat
waktu dan sebagian tidak.
2) Setting tempat saat pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana, baik setting saat
kegiatan penyuluhan.
3) Alat-alat atau perlengkapan yang dibutuhkan setiap kegiatan tersedia sesuai
rencana seperti infokus, leaflet, dan sound system.
4) Peran masing-masing mahasiswa sebagian besar telah sesuai dengan uraian tugas
yang telah ditetapkan disetiap kegiatan, seperti penanggung jawab, presentator,
observer, fasilitator, seksi perlengkapan dan dokumentasi.
5) Pengurus POKJAKES hanya sebagian kecil yang terlibat dan berperan aktif
selama kegiatan dilaksanakan, karena mereka memiliki rutinitas kegiatan yang
kadang-kadang bersamaan dengan POKJAKES.
b. Evaluasi Proses
1) Masyarakat sebagian besar mendukung setiap kegiatan yang dilakukan
mahasiswa bersama POKJAKES.
2) Masyarakat yang hadir sangat antusias dan berperan aktif selama kegiatan
berlangsung.
c. Evaluasi Hasil
1) Selama kegiatan penyuluhan kesehatan, peserta aktif bertanya dan diskusi
bersama mahasiswa dan mengevaluasi setiap kegiatan serta memberikan
reinforcement positif kepada peserta penyuluhan.

Sebagian besar rencana keperawatan jiwa komunitas yang disusun


bersama mahasiswa bersama POKJAKES Al-Firdaus Hangtuah telah
dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan dalam setiap kegiatan, berkat kerjasama
yang baik dan dukungan serta peran aktif POKJAKES Al-Firdaus Hangtuah, dan
seluruh masyarakat khususnya RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan
Bukit Raya terhadap program yang dilaksanakan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kelompok dapat mengemukakan beberapa saran
antara lain :
1. Bagi Puskesmas Harapan Raya selaku pembina dari POKJAKES Al-Firdaus
Hangtuah di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya,
diharapkan dapat meningkatkan pembinaan dan bimbingan sehingga program-
program dapat berjalan sesuai dengan rencana (terlampir dalam rencana tindak
lanjut).
2. Bagi Kelurahan Tangkerang Labuai selaku Pemantau POKJAKES Al-Firdaus
Hangtuah di RW 01 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya diharapkan
mau bekerja sama dalam menjalankan rencana dan program dari POKJAK Al-Firdaus
Hangtuah terutama dalam lintas program dan litas sektoral.
3. Bagi kader CMHN yang telah mendapatkan pelatihan tentang kesehatan jiwa
komunitas untuk dapat mengaplikasikannya dalam masyarakat, sehingga upaya
peningkatan kesehatan oleh masyarakat dapat tetap berjalan dan dipertahankan.
4. Bagi ketua RW 01 dan masing-masing ketua RT di RW 01 Kelurahan Tangkerang
Labuai Kecamatan Bukit Raya diharapkan selalu melakukan pembinaan dan
bimbingan sehingga program-program tetap berjalan sesuai rencana (terlampir dalam
rencana tindak lanjut).
5. Bagi intitusi pendidikan (PSIK STIkes Hang Tuah Pekanbaru) sebagai lembaga
formal tempat mahasiswa menuntut ilmu diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan lagi keterlibatan bimbingan dan follow up sehingga dapat
mempermudah pelaksanaan praktek mahasiswa dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; Kesehatan Jiwa. http://litbang.depkes.
go.id. Diakses pada tanggal 2 Januari 2016.
Kusumawati, F. & Hartono Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, W. I., & Chayatin N. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Nasir, A., & Muhith A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori. Jakarta:
Salemba Medika.
Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Surakarta: Media Nusantara.
World Health Organization. (2003). Investing in Mental Health. Geneva: WHO.
Yusuf, A., Fitryasari P. K. R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai