PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran
sosial (Keliat, et al. 2011). Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari
bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya emosi sehingga ditemukan
ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya
semua fungsi kejiwaan.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun
2003 ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa,
hamper 1 juta orang melakukan bunuh diri setiap tahun. WHO menyatakan
setidaknya ada satu dari empat keluarga memiliki setidaknya satu anggota
keluarga di dunia mengalami gangguan mental. Masalah gangguan
kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang
sangat serius.
Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2013 membagi gangguan
jiwa atas gangguan mental emosional dan gangguan jiwa berat. Gangguan
mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan
individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang
menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut. Gangguan jiwa berat
adalah gangguan yang menyebabkan klien tidak mempunyai kontak
dengan realitas sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, dinyatakan bahwa terdapat 1,7
per 1000 penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat
(skizofrenia). Proporsi rumah tangga (RT) yang memiliki anggota rumah
tangga (ART) psikosis dan pernah melakukan pemasungan (14,3%).
Prevelensi gangguan mental emosional pada penduduk usia > 15 tahun
sebesar (6%). Proporsi rumah tangga (RT) yang pernah membawa anggota
rumah tangga (ART) psikosis mendapat (61,8%). Proporsi anggota rumah
1
tangga (ART) gangguan mental emosional pernah berobat (26,6%)
(Balitbang Kemenkes RI, 2013).
Data dari hasil pengkajian diperoleh mahasiswa dari pengumpulan
data yang meliputi penyebaran kuesioner, wawancara, observasi dan
windshield survey. Pengkajian tersebut bertujuan untuk mengetahui
gambaran kesehatab di RW 03 Keluarahan Tangkerang Labuai Kecamatan
Bukit Raya yang dimulai dari tanggal 4 Maret 2018 – 12 Mei 2018, dan
memperoleh data kesehatan jiwa di RW 03 Keluarahan Tangkerang
Labuai Kecamatan Bukit Raya.
Berikut ini akan diuraikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
jiwa komunitas yang dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah
keperawatan komunitas yang muncul di masyarakat pada Loka Karya Mini
Masyarakat 1 (LKMM 1) sampai dengan evaluasi dan rencana tindak
lanjut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktik Profesi Keperawatan Jiwa Komunitas
diharapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan
Komunitas di Wilayah RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian yang meliputi pengumpulan data,
tabulasi data serta mempersentasikan data yang diperoleh di
lapangan.
b. Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran
analisa data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah
disusun.
c. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah
kesehatan yang akan dijumpai dan diperioritaskan.
2
d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana
tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
C. Manfaat Penulisan
1. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
DIharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi
gambaran bagi dinas kesehatan yang berhubungan dengan kondisi
kesehatan masyarakat di RW 03 Keluarahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya.
2. Pihak Puskesmas Harapan Raya
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi data
untuk menyusun program kerja dan kebijakan kesehatan yang akan
datang.
3. Kelurahan Tangkerang Labuai
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan
masukan untuk Keluarahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
agar memantau jalannya program-program yang telah dibentuk dalam
Pokjakes “Merpati Air” di RW 03 untuk masalah kesehatan yang ada
di masyarakat.
4. RW 03
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi
masukan untuk ketua RW 03 dalam mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat.
5. Masyarakat/Pokjakes
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan acuan
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam mengatasi masalah
kesehatan di RW 03 Keluarahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit
Raya.
3
6. Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi bahan
perbandingan untuk praktik profesi jiwa komunitas (CMHN) di masa
yang akan datang dan menjadi evaluasi terhadap program komunitas
yang telah ditetapkan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
Sasaran pepmbangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025
adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan
oleh meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka
Kematian Bayi, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Unyuk
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi
pembangunan kesehatan 2005-2025 adalah:
a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan
b. Pemberdayaan masyarakat dan daerah.
c. Pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan.
d. Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan.
e. Penanggulangan keadaan darurat kesehatan.
6
sebelah utara, serta Kabupaten Kampar di sebelah selatan. Kecamatan
Bukit Raya memiliki luas 22,05 km2. Keluarahan dengan wilayah
terluas di Kecamatan Bukit Raya adalah Keluarahan Simpang Tiga
yaitu dengan luas wilayah 13,65 km2, sedangkan kelurahan dengan
luas wilayah paling kecil adalah Kelurahan Tangkerang Utara yaitu
dengan luas wilayah 2,64 km2, sedangkan luas wilayah Kelurahan
Tangkerang Labuai adalah 2,67 km2 atau sekitar 12,01 persen dari
Kecamatan Bukit Raya.
2. Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Bukit Raya mencapai 95.416 jiwa
pada tahun 2012, angka ini terus meningkat dan pada tahun 2013
mencapai 96.560 jiwa. Tingkat pertambahan penduduk mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Selama priode 2011-2012, tingkat
pertambahan penduduk tercatat 1,44 persen. Sementara priode 2012-
2013 mengalami kenaikan, 1,18 persen dengan luas wilayah 22,05
Km2. Setiap Km2 ditempati penduduk sebanyak 4.379 jiwa pada tahun
2013. secara umum penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk
perempuan, hal ini ditunjukkan oleh sex ratio pada tahun 2013
sejumlah 105 yang artinya setiap 105 penduduk laki-laki terdapat 100
penduduk perempuan (BPS, 2014).
D. Keperawatan Jiwa
1. Pengertian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsii utuh sebagai manusia (Dalami, 2010).
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri (use self) dan terapi keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,
7
mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu,
keluarga, dan masyarakat (Riyadi & Purwanto, 2009).
2. Prinsip-prinsip keperawatan jiwa
Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradigm kesehtan dibagi
menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, kesejatan, dan
keperawatan.
a. Manusia
Manusia merupakan komponen paradigm keperawatan yang
menjadi salah satu fokus dari pelayanan keperawatan (Mubarak &
Chayatin, 2009). Manusia berfungsi sebagai makhluk holistic yaitu
bertindak, berinteraksi, dna bereaksi dengan lingkungan secara
keseluruhan. Sebagai individu yang unik secara biologis, psikologis,
sosial. Dan spiritual, sestiap individu tidak bereaksi sama, akan
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Setiap individu
mempunyai harga diri, martabat, kemampuan untuk berubah dan
kemauan untuk mengejar tujuan. Tujuan setiap individu adalah untuk
tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Dalam
menjalankan tujuannya setiap individu mempunyai kemampuan dan
hak untuk terlibabt dalam pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan dirinya (Dalami, 2010; Kusumawati & Hartono, 2011).
b. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan manusia, mencakup antara lain lingkungan sosial, status
ekonomi dan kesehatan (Riyadi & Purwanto, 2009). Manusia sebagai
makhluk holistic dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam (dirinya
sendiri) dan lingkungan dari luar (keluarga, kelompok, maupun
komunitas). Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus
mengembangkan strategi koping agar dapat beradaptasi (Dalami,
2010).
8
c. Kesehatan
Sehat adalah symbol perkembangan kepribadian dan proses
kehidupan manusia yang berlangsun terus menerus menuju kehidupan
yang kreatif dan konstruktif ( Riyadi & Purwanto, 2009). Kesehatan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan
salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh katena itu setiap individu
mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui
perawatan yang adekuat (Dalami, 2010).
d. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Pelaksanaannya berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan, bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif
(Mubarak & Chayatin, 2009). Dalam keperawatan jiwa perawat
memandang manusia secara holistic dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik yang mana cara dalam
berkomunikasi dengan menekankan pengalaman belajar bersama
dengan pasien untuk memperbaiku emosi pasien (Yusuf,Fitryasari &
Nihayati, 2015)
Perawat menggunakan kemampuan yang ada pada dirinya dan
keterampilan yang khusus dalam bekerja sama dengan klien untuk
merubah perilaku klien serta perawat dapat member stimulus yang
konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah
yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah
kehidupan (Dalami,2010;Kusumawati & Hartono, 2011)
3. Peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang
mendukung pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup
mengembangkan diri sendiri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya
9
sengan baik, sanggup menunjukkan tugasnya sehari-hari sebagaimanan
mestinya. Perawat jiwa berusaha menemukan dan memenuhi kebutuhan
fisik (physiologis need), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan
mencintai dan disayangi (belonging loving needs), kebutuhan harga diri
(self esteem), dan kebutuhan aktualisasi (actualization needs) (Dalami,
2010;Kusumawati & Hartono, 2011)
Dalam upaya mengembangkan pelayanan keperawatan jiwa, sangat
penting bagi perawat untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan
fungsinya. Peran perawat psikiatrik bervariasi dan spesifik, meliputi
kemandirian dan kolaborasi. Adapun peran perawat kesehatan jiwa adalah
sebagai berikut:
a. Pelaksana asuhan keperawatan
Dalam peran perawat sebagai pelaksanan asuhan keperawatan,
perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada
individu, keluarga, dan komunitas. Dalam menjalankan perannya,
perawat menggunakan konsep perilaku manusia, perkembagan
kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam
melaksanakan asuhan keperwatan kepada individu, keluarga,
kelompok (Dalami, 2010).
Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif
melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian,
penetapan diagnosis keperwatan, perencanaan tindakan keperawatan,
dan melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi terhadap
tindakan tersebut. Dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa
seorang perawat harus memiliki kemampuan. Kemapuan yang harus
dimiliki perawat kesehatan jiwa menurut Dalami (2010);
Yusuf,Fitryasari, dan Nihayati (2015) adalah sebagai berikut:
1) Membuat pengkajian kesehatan bio-psiko-sosio-kultural-spiritual
2) Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk
klien dan kleurga dengan masalah kesehatan yang kompleks dan
kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
10
3) Perawat berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus, seperti
mengorganisasi, mengkaji, negosiasi, koordinasi, dan
mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu dan
keluarga;
4) Member pedoman pelayanan kesehatan untuk individu, keluarga,
kelompok untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas
kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, teknologi, serta
sistem sosial yang paling tepat;
5) Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi
pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan konselling;
6) Memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit fisik dengan masalah psikologis dan gangguan jiwa
dengan masalah fisik;
7) Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang
mengintegrasikan kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat
kebijakan
b. Pelaksanan pendidikan keperawatan
Perawat member pendidikan kesehatan jiwa kepada individu,
keluarga, komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri
sendiri, anggota keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya
diharapkan setiap anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap
kesehatan jiwa (Dalami, 2010).
Sebagai seorang pendidik, perawat memberikan edukasi kepada
klien dengan menjelaskan konsep dan fakta tentang kesehatan,
mendemonstrasikan prosedur asuhan, memperbaiki tingkah laku
belajar, dan mengevaluasi kemajuan klien dalam belajar. Dalam
memberikan edukasi kepadaklien perawat harus menentukan metode
pengajaran sesuai dengan kemapuan dan kebutuhan klien dan
melibatkan sumber daya lainnya dalam perencanaan seperti keluarga
(Potter & Perry, 2010). Selain itu perawat juga memberikan edukasi
kepada staf penerima delegasi asuhan keperawatan, staf baru yang
11
belum memilki izin, dan membagi keahlian dengna perawat ataupun
professional kesehatan lainnya (Kozier,2010).
c. Pengelola keperawatan
Dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa, perawat harus
menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab. Dalam
melaksanakan perannya ini perawat perlu (1) menerapkan teori
manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola asuhan keperawatan
jiwa, (2) menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan
dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa, (3) berperan serta dalam
aktifitas pengelolaan kasus seperti mengorganisasi, koordinasi,, dan
mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu maupun
keluarga, dan (4) mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi
modalitas keperawatan (Dalami,2010).
d. Pelaksana penelitian
Perawat sering memanfaatkan penelitian untuk memperbaiku
asuhan keperawatan kepada klien. Dalam area klinis, perawat perlu (1)
mendalami proses dan bahasa penelitian, (2) peka terhadap isu terkait
keperawatan jiwa untukmelindungi hak-hak asasi subjek, (3)
berpartisipasi dalam mengidentifikasi masalah penting yang dapat
diteliti, dan (4) menjadi konsumen yang dapat memedakan temuan
penelitian (Kozier, 2010). Selain itu peran perawat jiwa dalam
pelaksanaan penelitian adalah perawat perlu menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan
mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa (Dalami, 2010).
Fungsi perawat psikiatrik adalah memberikan asuhan keperawatan
kepada klien baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Menurut Dalami (2010) fungsi dapat dicapai melalui aktifitas perawat
psikiatri, yaitu:
1) Memberikan lingkungan terpeutik
12
Lingkungan yang ditata sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan perasaan aman dan nyaman baik secara fisik, mental,
maupun sosial sehingga dapat membantu penyembuhan pasien.
2) Bekerja untuk mangatasi masalah klien “here and now”
Dalam membantu mengatasi masalah klien, perawat bekerja
dengan segera dan tidak ditunda sehingga tidak terjadi
penumpukan masalah
3) Sebagai model peran
Perawat dalam memberikan bantuan kepada pasien menggunakan
diri sendiri )use self therapeutic) sebagai alat, melalui contoh
perilaku yang ditampilkan oleh perawat.
4) Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan jiwa
Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien
merupakan hal uang sangat penting. Dalam hal ini perawat perlu
memasukkan pengkajian biologis secara menyeluruh dalam
evaluasi pasien psikiatrik untuk mengidentifikasi adanya penyakit
fisik sedini mungkin dapat diatasi dengan cara yan tepat
5) Member pendidikan kesehatan
Memberikan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien,
keluarga, dan komunitas yang mencakup pendidikan kesehatan
jiwa, gangguan jiwa, cici-ciri sehat jiwa, penyebab gangguan jiwa,
cirri-ciri gangguan jiwa, fungsi dan tugas keluarga, dan upaya
perawatan kesehatan jiwa.
6) Sebagai perantara sosial
Perawat dapat jadi perantara dari pihak pasien, keluarga dan
masyarakat dalam memfasilitasi pemecahan masalah pasien.
7) Kolaborasi dengan tim lain
Perawat dalam membantu pasien menadakan kolaborasi dengan
perugas kesehatan lain yaitu dokter jiwa, perawat kesehatan
masyarakat, pekerja sosial, psikolog, dan lain-lain.
8) Memimpin dan membantu tenaga perawatan
13
Dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan jiwa
didasarkan pada manajemen keperawatan kesehatan jiwa dan
membantu tenaga perawat yang menjadi bawahannya
9) Menggunakan sumber di masyarakat
Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan
kesehatan mental. Hal ini harus diketahui oleh perawat bahwa
sumber-sumber yang ada di masyarakt perlu di identifikasi untuk
digunakan sebagai faktor pendukung dalam mengatasi masalah
kesehatan jiwa yang ada di masyarakat.
14
4) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara
b) Windshield survey
c) Observasi
5) Pengolahan Data
a) Klasifikasi data atau katagorisasi data
b) Perhitungan persentase cakupan dengan menggunakan telly
c) Tabulasi data
d) Interpretasi data
6) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
7) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hirarki
kebutuhan Abraham H Maslow:
a) Keadaan yang mengancam hidup
b) Keadaan yang mengancam keadaan
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosa Keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Selanjutnya digunakan
dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom/manifestasi (S) (Mubarak, 2005).
3. Perencanaan/Intervensi
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan
diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah:
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi keterampulan cara menangani penyakit
15
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang
tapat.
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan harus berkerja sama dengan anggota tim kesehatan lain
dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2005).
5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari (Mubarak, 2005).
16
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)
DI RW 03 KELURAHAN TANGKERANG LABUAI
KECAMATAN BUKIT RAYA
17
B. Pelaksanaan Pengkajian
Tahap ini dimulai dari memperbanyak angket dan menyebarkan angket
dengan door to door menggunakan metode wawancara terpimpin, pengumpulan
angket serta observasi terhadap masyarakat di RW 03 Kelurahan Tangkerang
Labuai Kecamatan Bukit Raya. Jumlah angket yang disebarkan berjumlah 134
kepala keluarga tekhnik ini menggunakan teknik total sampling.
Berdasarkan hasil pengumpulan data masyarakat di RW 03 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatab Bukit Raya didapatkan data-data sebagai berikut:
1. Data Kuesioner
a. Data Demografi Kepala Keluarga
laki-laki, 110,
82%
18
Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan Pekerjaan RW 03
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru
(N : 134 KK)
PENSIUNAN BURUH
PNS 12% 6% PETANI
11% 1%
SWASTA
WIRASWASTA 40%
30%
SMA/SMK
50%
19
Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan Agama RW 03
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru
(N : 134 KK)
Budha
0%
1%
Islam
99%
Melayu
32%
Sunda
1%
20
b. Data demografi warga
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin di RW 03 Kel. Tangkerang Labuai
Kec. Bukit Raya Kota Pekanbaru (N=500 Jiwa)
Jenis Kelamin
No Kelompok Umur Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Bayi dan Balita
20 18 38
(0-5 Tahun)
2 Pra sekolah dan
sekolah (5-12 30 34 64
Tahun)
3. Remaja (13-18
38 18 56
Tahun)
4. Dewasa Muda
27 31 58
(19-25 Tahun)
5. Dewasa (26-54
112 105 217
Tahun)
6. Lansia (>55
31 36 67
Tahun)
Total 500 Jiwa
Berdasarkan data diatas didapatkan jumlah penduduk di
RW 03 yang terdata adalah 500 jiwa yang terdiri dari bayi
sampai lansia.Mayoritas warga adalah berusia 26-54 tahun
(Dewasa) yaitu sebanyak 112 Jiwa.
SMA/SMK SMP
39% 15%
21
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan
Pekerjaan di RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kec. Bukit Raya di Kota Pekanbaru (N=500 Jiwa)
TIDAK BEKERJA
12%
IRT
PENSIUNAN
18%
3% PNS
PELAJAR/MAHA
6% SISWA
SWASTA 29%
17%
WIRASWASTA
BURUH
13%
PETANI 2%
0%
2. Kesehatan Jiwa
Sehat
86%
22
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan
Gangguan Jiwa di RW 03 Kelurahan Tangkerang
Labuai Kecamatan Bukit Raya (n=4)
Waham
25%
Halusinasi
50%
Perilaku
Kekerasan
25%
Ansietas
73%
23
3. Analisa Data
NO. DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1. KESEHATAN JIWA Potensial peningkatan
kesehatan jiwa di RW
1. HASIL ANGKET
03 Kelurahan
a. Penduduk berdasarkan kesehatan Tangkerang Labuai
jiwa (n=134) didapatkan data Kecamatan Bukit Raya
mayoritas kesehatan jiwa yang sehat
yaitu 86% sedangkan kesehatan jiwa
dengan masalah psikososial yaitu
11% dan gangguan jiwa sebesar 3%.
2. HASIL WAWANCARA
Dari hasil wawancara dengan beberapa
warga, ketua RW 03 dan Masing-masing
dari ketua RT didapatkan 4 orang warga
dengan anggota keluarga gangguan jiwa
3 diantaranya 3 orang aktif berobat dan
mengonsumsi obat dari Rumah sakit jiwa
Tampan Pekanbaru dan 1 keluarga
dengan gangguan jiwa ± 2 tahun putus
berobat dan anggota keluarga nya
melakukan pemasungan dalam ruangan
di rumahnya.
4. Diagnosa Keperawatan
Potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya
24
BAB IV
PEMBAHASAN
25
Pada tahap pengkajian telah dilakukan kegiatan winshield survey,
penyebaran kuesioner, kemudian melakukan perumusan masalah, dan
menyusun rencana kegiatan (POA) bersama masyarakat pada saat LKMM
1 (Loka Karya Mini Masyarakat 1). Pada saat penyebaran kuesioner,
teknik yang dilakukan oleh mahasiswa adalah door to door (rumah ke
rumah). Adapun proses pengumpulan data ini mahasiswa menggunakan
teknik total sampling, yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan.
1. Faktor pendukung
a. Secara umum masyarakat berpatisipasi aktif dalam memberikan
informasi selama pengumpulan data
b. Adanya dukungan positifdari aparat pemerintah (ketua RW, ketua
RT), tokoh masyarakat dan tokoh agama di RW 03 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru
c. Tersedianya alat pengumpulan data berupa kuesioner yang
dirancang oleh mahasiswa berdasarkan hasil winshield survey
2. Faktor penghambat
a. Masyarakat heterogen
b. Mayoritas pekerjaan masyarakat diwilayah ini swasta, sehingga
sulit ditemui pada siang hari
c. Masih ditemukannya beberapa masalah kesehatan yang kurang
disadari masyarakat
d. Wilayah RW 03 yang cukup luas di wilayah tangkeranglabuai
sehingga masih ada beberapa keterbatasan kelompok pada saat
kegiatan
e. Masih ada beberapa masyarakat yang kurang pengetahuan
tentang pentingnya memperhatikan masalah kesehatan,
dibuktikan dengan masih adanya penolakan dari masyarakat
ketika diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan
f. Kurang bersosialisasinya kegiatan praktek keperawatan
komunitas di masyarakat
26
C. Diagnosa keperawatan
Menurut Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan adalah
penilaian klinis terhadap respon individu keluarga aau komunitas terhadap
masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan. Ada
tiga jenis diagnosa keperawaan yaitu aktual, resiko, serta potensial.
Diagnosa dinyatakan aktual jika masalah dirasakan, resiko jika masalah
belum terjadi tetapi telah ditemukan data yang mendukung untuk
timbulnya masalah, sedangkan diagnosa keperawatan yang bersifat
potensial adalah diagnosa keperawatan yang mengacu kepada peningkatan
derajat kesehatan.
Masalah keperawatan yang ditemukan di RW 03 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya dapat dirumuskan dengan
diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 03 Kelurahan Tangkerang
Labuai Kecamatan Bukit Raya
Semua masalah kesehatan yang ditemukan oleh mahasiswa akan
diimplementasikan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun
dan disepakati. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan, mahasiswa
tidak menemukan hambatan yang signifikan, hal ini disebabkan adanya
kerjasama yang baik antara mahasiswa dan masyarakat.
D. Tahapan Intervensi
Setelah ditemukan diagnosa keperwatan komunitas pada
masyarakat di wilayah RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan
Bukit Raya, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan perencanaan
POA untuk mengatasi masalah tersebut. POA dipaparkan melalui LKMM
1 (Loka Karya Mini Masyarakat 1).
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang nantinya disepakati
oleh masyarakat maka terlebih dahulu terbentuknya RW Siaga. Hal ini
didukung oleh teori yang dikemukan oleh Stanhope (2004), bahwa untuk
pengembangan rencana yang strategis perlu adanya penjelasan tentang
27
bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan adanya peralatan untuk
mendukung kegiatan dan peran serta masyarakat. Menurut MC. Farley dan
Anderson (2002), strategi intervensi terdiri dari promosi kesehatan,
pelayanan kesehatan, kegiatan kelompok dan pemberdayaan. Pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Penyusunan rencana
ini sesuai dengan model keperawatan komunitas yang digunakan yaitu
dengan pendekatan intervensi primer, sekunder, dan rehabilitattif (Betty
Neuman).
Faktor pendukung dalam pelaksanaan intervensi keperawatan
adalah masyarakat menyadarai bahwa masalah kesehatan yang ditemukan
serta dirumuskan oleh mahasiswa adalah hal yang nyata yang ditemukan
dan dirasakan masyarakat. Faktor penghambat yang ditemukan
mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan yaitu sulitnya mengumpulkan
masyarakat dalam waktu yang bersamaan karena pekerjaan dan kesibukan
yang berbeda-beda dari masing-masing keluarga.
Adapun rencana intervensi dari kegiatan yag dilakukan adalah:
1. Potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 01 Keluarahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
Rencana Kegiatan:
a. Melakukan penyuluhan Masalah psikososial di RW 03
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya.
Faktor pendukung :
1. Pengetahuan mahasiswa dalam menyusun rencana keperawatan
dan POA, sehingga kegiatan yang direncanakan sesuai dengan
POA yang sudah dibentuk
2. Telah terbentuknya RW Siaga “Merpati Putih” yang akan
membantu melaksanakan perencanaan kegiatan yang telah disusun
oleh mahasiswa dan masyarakat.
3. Telah terhina kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan
pengurus RW Siaga “Merpati Putih” dan masyarakat RW 03
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
28
4. Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan kesepakatan antara
masyarakat dengan pengurus RW Siaga “Merpati Putih”
Faktor pengahambat :
1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dan anggota RW Siaga
dalam menyusun rencana kegiatan
2. Masyarakat yang heterogen di wilayah RW 03 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
3. Tidak semua kegiatan yang direncanakan terjalani dikarenakan
susahnya mengumpulkan masyarakat karena mayoritas karena
pekerjaan masyarakat adalah swata dan keterbatasan waktu
4. Kurangnya dana yang dimiliki mahasiswa dan masyarakat
sehingga mengancam pelaksanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan
5. Kesibukan dari masing-masing anggota RW Siaga dan masyarakat
sehingga sulit melakukan musyawarah
E. Tahap Implementasi
Setelah disusun perecanaan yang telah disepakati oleh masyarakat
maka dilakukan tahapan implementasi dari rencana tersebut. Pelaksanaan
kegiatan pada tahap ini dilakukan selama lebih kurang 5 minggu dengan
partisipasi masyarakat. Menurut Mc. Farley & Adreson (2002). Bahwa
dalam melakukan sesuatu tindakan perlu adanya perumusan strategi
kegitan serta bagaimana tindakan yang dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan. Strategi yang digunakan yaitu promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan kelompok kerja.
1) Potensial peningkatan kesehatan jiwa di RW 01 Keluarahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
a. Penyuluhan Kesehatan Jiwa dan Masalah Psikososial di RW 03
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya.
Kegiatan penyuluhan kesehatan Jiwa dan masalah psikososial pada
masyarakat dilakukan pada tanggal 24 Mei 2018 di Mesjid Al-
Fattah RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit
29
Raya Pekanbaru dengan sasaran masyarakat. Adapun tujuan dari
kegiatan penyuluhan ini yaitu agar masyarakat mengerti dan
memahami kesehatan jiwa dan masalah psikososial yang ada.
Kemudian tidak mendiskriminasi pasien jiwa yang ada di
masyarakat.
Faktor Pendukung
1) Terdapat motivasi masyarakat untuk mengetahui tentang
Kesehatan Jiwa dan masalah psikososial
2) Adanya dukungan dari warga RW 03 Kelurahan Tangkerang
Labuai Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru
3) Brosur yang disiapkan dapat tersebar sesuai rencana
4) Besarnya keingintahuan peserta yang mengikuti kegiatan
tumbuh kesehatan jiwa dan masalah psikososial.
Faktor Penghambat
1) Masih kurangnya pengetahuan warga tentang kesehatan jiwa
dan ditunjukkan dengan masih ada warga yang tidak
berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan ini
2) Sulitnya mengumpulkan warga, karena mayoritas warga
sebagai pekerja
3) Sulitnya mencari waktu untuk mengadakan kegiatan
penyuluhan
Rencana Tindak Lanjut
1) POKJAKES unit CMHN diharapkan dapat memotivasi
masyarakat dan dapat mengantisipasi apabila ada pasien yang
mengalami kesehatan jiwa.
F. Analisa SWOT
1. Kekuatan
a. Mayoritas masyarakat berperan aktif dalam memberikan informasi
selama pengumpulan data dan juga turut berpartisipasi dalam
setiap kegiatan yang dilakukan
30
b. Setiap kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari perangkat
desa (RT, RW, Lurah, Camat) dan juga pihak puskesmas yang
membina
c. Tersedianya alat pengumpulan data berupa kuesioner yang
dirancang oleh mahasiswa berdasarkan hasil whindhield survey
d. Telah terbentuknya RW Siaga “Merpati Putih” yang akan
membantu melaksanakan perencanaan kegiatan yang telah disusun
oleh mahasiswa dan masyarakat
e. Terbinanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan
pengurus RW Siaga “Merpati Putih” dan masyarakat RW 03
Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
f. Penyusunan rencana kegiatan berdsarkan kesepakatan antara
masyarakat dengan pengurus RW Siaga
g. Adanya motivasi yag kuat dari RW Siaga dalam menyusun tindak
lanjut
2. Kelemahan
a. Mayoritas pekerjaan masyarakat swasta (honorer, karyawan,
buruh) sehingga sulit ditemui pada siang hari
b. Wilayah yang cukup luas dengan jumlah anggota kelompok yang
kurang memadai
c. Masih ditemukannya masalah kesehatan yang kurang disadari oleh
masyarakat
d. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat dan anggota RW Siaga
dalam menyusun rencana tindakan
3. Kesempatan
a. Dukungan dari lintas program (Puskesmas)
b. Dukungan dari lintas sektoral (Kelurahanan Kecamatan)
c. Dukungan dari aparat pemeritahan desa (RT,RW,Lurah,Camat)
dan tokoh masyarakat, tokoh agama di RW 03 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
31
d. Adanya tenaga kesehatan, kader lintas program dan lintas sektoral
yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan
e. Diterimanya whinshield survey oleh masyarakat
4. Ancaman
a. Kurang tersosialisasinya kegiatan praktek keperawatan komunitas
di masyarakat
b. Kurangnya dana yang dimiliki oleh mahasiswa dan masyarakat
sehingga mengancam pelaksanaan kegiatan yang akan
dilaksanakan
c. Kesibukkan dari masing-masing anggoa RW Siaga sehingga sulit
untuk melakukan musyawarah
d. Sibuknya warga terhadap kegiatan mereka sehingga tidak terlalu
mempunyai waktu dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di
RW 03
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian yang dilakukan melalui pengumpulan data dengan
kuesioner dilakukan terhadap 134 KK yang ada di RW 03 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya mencakup RT 01, RT 02,
RT 03, dan RT 04 oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes Hang Tua Pekanbaru. Ruang lingkup pengkajian disesuaikan
masalah yang didapat saat wawancara dan kuesioner.
2. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner, dan
wawancara tersebut, didapatkan 4 orang warga dengan anggota
keluarga gangguan jiwa 3 diantaranya 3 orang aktif berobat dan
mengonsumsi obat dari Rumah sakit jiwa Tampan Pekanbaru dan 1
keluarga dengan gangguan jiwa ± 2 tahun putus berobat dan anggota
keluarga nya melakukan pemasungan dalam ruangan di rumahnya.
a. Evaluasi struktur
1) Masyarakat yang diundang ditempat yang telah ditentukan, ada
yang hadir dan ada yang tidak karena sesuatu hal. Masyarakat
yang hadir datang sebagian tepat waktu dan sebagian tidak.
2) Setting tepat saat pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana,
baik setting saat kegiatan penyuluhan.
3) Alat-alat atau perlengkapan yang dibutuhkan setiap kegiatan
tersedia sesuai rencana seperti infokus, leaflet, dan sound
system.
4) Peran masing-masing mahasiswa sebagian besar telah sesuai
dengan uraian tugas yang telah ditetapkan disetiap kegiatan,
seperti penanggung jawab, presentator, observer, fasilitator,
seksi perlengkapan dan dokumentasi.
b. Evaluasi proses
1) Masyarakat sebagian besar mendukung setiap kegiatan yang
dilakukan mahasiswa bersama POKJAKES
33
2) Masyarakat yang hadir sangat antusias dan berperan aktif
selama kegiatan berlangsung.
c. Evaluasi hasil
1) Selama kegiatan penyuluhan kesehatan, peserta aktif bertanya
dan diskusi bersama mahasiswa dan mengevaluasi setiap
kegiatan serta memberikan reinforcement positif kepada
peserta penyuluhan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kelompok dapat mengemukakan
beberapa saran antara lain:
1. Bagi puskesmas Sapta Taruna selaku Pembina dari POKJAKES
Merpati Air di RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit
Raya, diharapkan dapat meningkatkan pembinaan dan bimbingan
sehingga program-program dapat berjalan sesuai dengan rencana.
2. Bagi Kelurahan Tangkerang Labuai selaku pemantau POKJAKES
Merpati Air di RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit
Raya diharapkan mau bekerja sama dalam menjalankan rencana dan
program dari POKJAKES Merpati Air terutama dalam lintas program
dan lintas sektoral.
3. Bagi ketua RW 03 dan masing-masing ketua RT di RW 03 Kelurahan
Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya diharapkan selalu
melakukan pembinaan dan bimbingan sehingga program-program
tetap berjalan sesuai rencana.
4. Bagi institusi pendidikan (PSIK STIKes Hang Tuah Pekanbaru)
sebagai lembaga formal tempat mahasiswa menuntut ilmu diharapkan
dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi keterlibatan bimbingan
dan follow up sehingga dapat mempermudah pelaksanaan praktik
mahasiswa dilapangan.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
PRE PLANNING
PENYULUHAN TENTANG STIGMA MASYARAKAT TERHADAP
ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA RW 03 KELURAHAN
TANGKERANG LABUAI KECAMATAN BUKIT RAYA
PEKANBARU
A. LatarBelakang
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial
(Depkes RI, 2013). Penyebab gangguan jiwa itu sendiri biasanya dikarenakan
terjadinya konflik, atau terjadinya kesulitan ekonomi yang berkepanjangan
(Yosep& Sutini, 2014).
Gangguan jiwa pada saat ini menjadi permasalahan yang penting hal ini
bukan hanya karena penderita gangguan jiwa yang semakin meningkat tetapi
juga karena penderita gangguan jiwa sering mendapat stigma yang lebih besar
dari masyarakat disekitarnya disbanding individu yang mengalami penyakit
medis lainnya (Rudianto, 2007). Stigma merupakan suatu lebel negatif yang
melekat pada beberapa anggota masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh
beberapa kondisi tertentu. Sikap negatif ini yang menyebabkan masyarakat
menghindari orang yang terkena lebel negatif ini. Stigma tersebut hanya
berdasarkan presepsi atau penilaian masyarakat terhadap orang yang
mengalami gangguan jiwa atau orang yang terkena stigma tersebut (Richart &
Susan,2012).
Penelitian yang dilakukanSuhaimi (2015), mengatakan stigma yang
paling sering terjadi, biasanya disebabkan oleh pandangan sebagian
masyarakat yang menyamakan orang dengan gangguan jiwa dengan sebutan
“gila”. Hal ini dikarenakan masyarakat menganggap gejala dari gangguan jiwa
ini aneh dan berbeda dengan orang normal lainnya. Sehingga masyarakat
merasatakut dan menganggap orang dengan gangguanjiwatersebutberbahaya.
Penelitian yang dilakukanoleh Purnama, Indra, dan Sutini (2016),
mengatakan orang yang mendapatkan stigma dari masyarakat akan sulit
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, bahkan hal terburuk yang dapat
36
terjadi jika mendapatkan stigma dari masyarakat yaitu individu tersebut dapat
melakukan tindakan bunuh diri. Salah satu faktor penyebab terjadinya stigma
disampaikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kazadi (2008) yang
mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu penyebab timbulnya
stigma. Sebab pendidikan sangat berperan penting terhadap perubahan stigma
yang diberikan masyarakat. Pendidikan yang diperoleh masyarakat tentang
gangguan jiwa dapat menurunkan stigma terhadap pasien dengan gangguan
jiwa.
Keperawatan jiwa merupakan suatu pelayanan keperawatan yang
profesional yang didasari oleh ilmu perilaku. Perawat kesehatan jiwa
berfungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa dengan menggunakan diri
sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasidan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa). Perawat kesehatan jiwa juga berperan dalam
memberikan pendidikan kesehatan jiwa baik kepada individu, keluarga
maupun kelompok komunitas atau masyarakat. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi
utuh sebagai manusia (Dalami,2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama lebih kurang 30 menit,
ibu-ibu di RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
mampu memahami stigma masyarakat terhadap orang dengan gangguan
jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Warga mampu menjelaskan definisi gangguan jiwa
b. Warga mampum enjelaskan sumber penyebab gangguan jiwa
c. Warga mampu menjelaskan klasifikasi gangguan jiwa
d. Warga mampu menjelaskan faktor penyebab gangguan jiwa
e. Warga mampu menjelaskan pengertian stigma
f. Warga mampu menjelaskan penyebab stigma
g. Warga mampu menjelaskan komponen-komponen stigma
37
h. Warga mampu menjelaskan tipe stigma
i. Warga mampu menjelaskan dampak stigma
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik Kegiatan
Penyuluhan kesehatan tentang stigma masyarakat terhadap orang dengan
gangguan jiwa
2. Sasaran
Seluruh warga di RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit
Raya
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Diskusi
4. Media danAlat
a. Lembar balik
b. Leaflet
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018
Waktu : 05.00 WIB s/d 05.35
Tempat : Mesjid Al-Fattah
D. Setting tempat
Layar
M
B
Keterangan:
: Moderator : Observer
:Presentator : Fasilitator
38
: Warga
E. Kegiatan Penyuluhan
39
F. Pengorganisasian
1. Penanggung jawab : Firman Aidi, S.Kep
Tugas :Mengkoordinator persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Pembawaacara/Moderator : Rio Kurniawan, S.Kep
Tugas :
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan mahasiswa
c. Membuat kontrak waktu
d. Menjelaskan tujuan kegiatan penyuluhan
3. Presentator : Elvira Suartini, S.Kep
Tugas :Memberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok
4. Fasilitator : YulianaAriani, S.Kep
Dedy Siswono, S.Kep
Herma Yunita, S.Kep
Ageng Haryantoro, S.Kep
Tugas :
a. Memotivasi peserta / masyarakat untuk berperan aktif dalam
penyuluhan
b. Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan
5. Observer : Wahyu Melawati, S.Kep
Tugas : Mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan dari awal
sampe akhir
6. Dokumentasi : Bella Nanda Avista, S.Kep
Tugas : Mendokumentasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Warga yang ada di RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan
Bukit Raya, mahasiswa menghadiri penyuluhan.
- Tempat, media serta alat penyuluhan tersedia sesuai rencana
40
2. Evaluasi Proses
- Tugas mahasiswa sesuai perencanaan
- Warga yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Warga yang hadir berperan aktif selama kegiatan berlangsung
3. Evaluasi Hasil
- Audience dapat meningkatkan pengetahuannya.
- Audience akan kooperatif terhadap penyampaian materi yang
disampaikan
- Audience mampu menyampaikan pertanyaan yang tidak diketahui
RINGKASAN MATERI
1. Gangguan Jiwa
B. Pengertian ganguan jiwa
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu
dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Depkes RI, 2013). Gangguan
jiwa tidak mampu menilai dengan baik kenyataan, tidak lagi dapat menguasai
dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak dan menyakiti
dirinya (Maramis, 2010).
C. Sumber penyebab gangguan jiwa
Ada beberapa sumber penyebab gangguan jiwa menurut Maramis (2010), yaitu:
1. Faktor somatik (somatogenik)
Faktor somatik yaitu akibat dari gangguan pada neuronatomi, neurofisiologi,
dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik,
serta faktor prenatal dan prenatal.
2. Faktor psikologik (psikogenik)
Faktor psikologik yaitu terkait dengan interaksi ibu dan anak, peranan ayah,
persaingan antar saudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan,
permintaan masyarakat. Selain itu faktor intelegensi, tingkat perkembangan
emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengharuhi kemampuan untuk
41
menghadapi masalah. Apabila keadaan ini kurang baik, maka dapat
mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
3. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yaitu meliputi faktor kestabilan keluarga, pola pengasuh
anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang
meliputi prasangka, pasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
serta pengaruh rasial dan keagamaan.
D. Tanda dan Gejala gangguan jiwa
Tanda dan gejala angguan jiwa menurut Depkes RI (2013), yaitu:
1. Gaduh gelisah
2. Sikap masa bodo
3. Repon emosional yang tidak wajar
4. Menarik diri dari masyarakat
5. Pembicaraan yang terhenti
6. Suka bicara sendiri
E. Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Beberapa faktor penyebab terjadinya kekambuhan pada gangguan jiwa
menurut Maramis (2010) dapat digolongkan menjadi dua hal yaitu :
1. Faktor yang bersumber pada pasien
Faktor yang dari pasien yaitu menegenai kepatuhan pasien dalam pengobatan .
Sudah umum diketahui bahwasanya klien yang tidak rutin meminum obat secara
teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit yang tidak
memakan obat secara teratur.
2. Faktor lingkungan
Faktor yang bersumber dari lingkungan yaitu mengenai dukungan yang diberikan
keluarga, ekspresi emosi keluarga, beban yang dimiliki keluarga, dan stigma yang
diberikan oleh lingkungan sekitarnya.
42
C. Dukungan Keluarga dalam mencegah gangguan jiwa
Pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa
dalam mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita gangguan jiwa antara
lain:
1. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi penderita
2. Mencintai dan menghargai penderita
3. Memberi pujian kepada penderita untuk segala perbuatannya yang baik
4. Menunjukkan empati serta bantuan penderita
5. Mengikutkan penderita untuk kegiatan kebersamaan dengan anggota
keluarga
D. Pengertian Stigma
Stigma merupakan suatu atribut yang sangat luas yang dapat membuat individu
kehilangan kepercayaan dan dapat menjadi suatu hal yang menakutkan. Stigma
juga merupakan suatu tanda atau ciri negatif yang menempel pada diri seseorang
(Stuart, 2007). Stigma juga merupakan suatu kejadian atau fenomena yang
menghalangi seseorang untuk mendapatkan perhatian, mengurangi seseorang
untuk memperoleh peluang dalam interasi sosial. Stigma juga merupakan
pemikiran dan kepercayaan yang salah (Videbeck, 2008).
Berdasarkan kesimpulan peneliti stigma merupakan suatu lebel atau pandangan
negative dari seseorang. Stigma ini dapat menyebabkan seseorang yang terkena
lebel atau pandangan negatif tersebut menjadi kurang mendapat perhatian dari
lingkungan.
E. Penyebab Stigma
Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya stigma menurut Link dan
Phelan (2010) yaitu:
1. Individu yang membedakan dan memberikan lebel atas perbedaan yang
dimiliki individu lain.
2. Munculnya keyakinan dari budaya yang dimiliki individu terhadap
karakteristik individu atau kelompok lain.
3. Menempatkan individu atau kelompok yang telah diberikan lebel pada
individu atau kelompok dalam kategori yang berbeda.
43
4. Pendidikandapatmempengaruhi perubahan presepsi terhadap orang lain
F. Komponen-Komponen Stigma
Ada beberapa komponen-komponen daristigma menurut Link dan Phelan (2010)
yaitu:
1. Labelling
Labellingadalah pembedaan dan memberikan lebel atau penamaan berdasarkan
perbedaan-perbedaan yang dimiliki anggota masyarakat, dimana pemberian lebel
atau penamaan tersebut diberikan masyarakat kepada orang yang dianggap
berperilaku menyimpang..
2.Stereotip
Stereotip adalah kerangka berpikir atau cara berpikir yang terdiri dari
pengetahuan dan keyakinan tentang kelompok sosial tertentu. Keyakinan tersebut
biasanya berupa penilaian terhadap seseorang dimana keyakinan tersebut
melibatkan satu kelompok sosial tersebut.
3. Separation
Separation adalah pemisahan atau mengelompokkan suatu individu dengan
kelompok sosial lainnya. Seperti pemisahan antara pihak pemberi stigma dengan
kelompok yang mendapatkan stigma.
G. Tipe Stigma
Ada beberapa tipe-tipe stigma menurut Link dan Phelan (2010) yang dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Stigma berhubungan dengan cacat tubuh yang dimiliki seseorang
2. Stigma berhungan dengan karakter individu yang umum diketahui seperti
pasien rumah sakit jiwa.
3. Stigma yang berhubungan dengan ras, bangsa, dan agama.
H. Dampak Stigma
Stigma pada gangguan jiwa dapat menyebabkan diskriminasi negatif yang pada
akhirnya dapat menyebabkan banyak kerugian baik dalam akses keperawatan
44
maupun pelayanan kesehatan yang menjadi buruk, stigma juga sering
menyebabkan kemunduran kesehatan dan menyebabkan gangguan jiwa merusak
dirinya, dan stress tambahan yang mungkin memperburuk kondisi klien gangguan
jiwa (Sartorius & Schulze, 2005).
I. Dampak Diskriminasi
Seseorang/kelompok yang mendapatkan diskriminasi akan mengalami
pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau
pemenuhan hak-hak dasarnya sebagai manusia. Sejarah telah menunjukkan
bahwa tindakan diskriminatif justru membuat tiap individu tidak lagi menjadi
manusia atau kehilangan kemanusiaannya, baik pelaku maupun korban
diskriminasi (Aminah dkk, 2009).
J. Penatalaksanaan
Di indonesia mantan menteri kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A. MPH,
mengajak seluruh jajaran kesehatan untuk dapat melaksanakan Empat Seruan
Nasional Stop Stigma dan Diskriminasi terhadap ODGJ, yaitu:
1. Tidak melakukan stigmanisasi dan diskriminasi kepada siapapun juga
dalam pelayanan kesehatan.
2. Tidak melakukan penolakan atau menunjukkan kegunaan untuk
memberikan pelayanan kesehatan pada ODGJ.
3. Senantiasa memberikan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan, baik
akses pemeriksaan, pengobatan, rehabilitasi maupun reintegrasi ke
masyarakat pasca perawatan dirumah sakit jiwa atau panti sosial.
4. Melakukan berbagai upaya promotif dan preventif untuk mencegah
terjadinya masalah kejiwaan, mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya
gangguan jiwa., meminimalisasi faktor resiko masalah kesehatan jiwa
serta mencegah timbulnya dampak pisikososial.
Selain itu dalam UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa ada upaya-
upaya kesehatan jiwa antara lain upaya promotif, preventif, kuratif dan
45
rehabilitatif yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat.
1. Upaya promotif
Upaya promotif dilakukan dilingkungan keluarga, lembaga pendidikan, tempat
kerja, masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, media masa, lembaga
keagamaan dan tempat ibadah, dan lembaga pemasyarakatan dan rumah
tahana.
a. Upaya promotif dilingkungan keluarga dilaksanakan dalam bentuk pola
asuh dan pola komunikasi dalam keluarga yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangan jiwa yang sehat.
b. Upaya promotif dilingkungan lembaga pendidikan dilakukan dalam bentuk
menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan
dan perkembangan jiwa. Serta keterampilan hidup terkait kesehatan jiwa
bagi peserta didik sesuai dengan tahap perkembangannya.
c. Upaya promotif dilingkungan tempat kerja dilaksanakan dalam bentuk
komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai kesehatan jiwa.
d. Upaya promotif dilingkungan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk
komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai kesehatan jiwa. Serta
menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif untuk pertrumbuhan
dan perkembangan jiwa yang sehat.
e. Upaya promotif dilingkungan fasilitas pelayanan kesehatan dilaksanakan
dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai kesehatan
jiwa dengan sasaran kelompok pasien, kelompok keluarga, atau
masyarakat disekitar pelayanan kesehatan.
f. Upaya promotif di media masa dilakukan dalam bentuk:
1) Penyebarluasan informasi bagi masyarakat mengenai kesehatan jiwa,
pencegahan, dan penanganan gangguan jiwa dimasyarakat dan fasilitas
pelayanan dibidan kesehatan jiwa.
2) Pemahaman yang positif mengenai gangguan jiwan dan ODGJ dengan
tidak membuat program pemberitaan, penyiaran, artikel, dan materi
yang mengarah pada stigmatiasis dan diskriminasi terhadap ODGJ.
46
3) Pemberitahuan penyiaran program artikel dan materi yang kondusif
bagi pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa.
4) Upaya promotif dilingkungan lembaga keagamaan dan lembaga ibadah
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi
mengenai kesehatan jiwa yang diintegrasikan dalam kegiatan
keagamaan.
5) Upaya promotif dilingkungan lembaga pemasyarakatan dan rumah
tahanan dilaksanakan dalam bentuk :
a) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman warga binaan
pemasyarakatan tentang kesehatan jiwa.
b) Pelatihan kemampuan adaptasi dalam masyarakat.
c) Menciptakan suasana kehidupan yang kondusif untuk kesehatan
jiwa warga binaan pemasyarakatan.
2. Upaya preventif
Upaya preventif kesehatan jiwa dilaksanakan dilingkungan keluarga,
lembaga, dan masyarakat.
a. Upaya prefentif dikeluarga dilaksanakan dalam bentuk:
1) Pengembangan pola asuh yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan jiwa.
2) Komunikasi, informasi, dan edukasi dalam keluarga.
3) Kegiatan lain sesuai dengan perkembangan masyarakat.
b. Upaya prefentif dilingkungan lembaga dilaksanakan dalam bentuk:
1) Menciptakan lingkungan lembaga yang kondusif bagi perkembangan
kesehatan jiwa.
2) Memberi komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai mencegah
gangguan jiwa.
3) Menyediakan dukungan psikososial dan kesehatan jiwa di lingkungan
lembaga.
c. Upaya preventif dilingkungan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk:
1) Menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif.
47
2) Menyediakan dukungan psikososial dan kesehatan jiwa di lingkungan
lembaga.
3) Menyediakan konseling bagi masyarakat yang mebutuhkan.
3. Upaya kuratif
Upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan terhadap
ODGJ yang mencakup proses diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat
sehingga ODGJ dapat berfungsi kembali secara wajar dilingkungan keluarga,
lembaga dan masyarakat.
4. Upaya rehabilitasi
Upaya rehabilitasi kesehatan jiwa merupakan kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan untuk:
a. Mencegah atau mengendalikan disabilitas.
b. Memulihkan fungsi otak.
c. Memulihkan fungsi okupasional.
d. Mempersiapkan dan memberi kemampuan ODGJ agar mandiri di
masyarakat.
Upaya rehabilitasi ODGJ meliputi:
1) Rehabilitasi psikiater dan/atau psikososial
Rehabilitasi psikiater dan/atau psikososial dilaksanakan sejak dimulainya
pemberian pelayanankesehatan jiwa terhadap ODGJ.
2) Rehabilitasi sosial
Rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk:
a) Motifasi dan diagnosis psikososial
b) Perawatan dan pengasuhan
c) Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan
d) Bimbingan mental spiritual
e) Bimbingan fisik
f) Bimbingan sosial dan psikososial
g) Pelayanan aksebilitas
h) Bimbingan lanjut dan rujukan.
48
Diskriminasi seringkali diawali dengan prasangka. Dengan prasangka,
kita membuat pembedaan antara kita dengan orang lain. Dalam kehidpan
sehari-hari kita sering bilang “kita” dan “mereka”. Pembedaan ini terjadi
karena kita adalah makhluk sosial yang secara alami ingin berkumpul
dengan orang yang memiliki kemiripan dengan kita. Prasangka seringkali
didasari pada ketidakpahaman, ketidakpedulian pada kelompok
“mereka”, atau ketakutan atas perbedaan. Dengan ketidakpahaman inilah,
kita sering membuat generalisasi tentang ‘mereka’ dan membuat semua
orang di kelompok ‘mereka’ pasti sama (Aminah dkk, 2009).
Prasangka makin diperparah dengan cap buruk (stigma). Cap buruk
ini lebih didasarkan pada berbagai fakta yang menjurus pada kesamaan
pola, sehingga kemudian kita sering menggeneralisasi seseorang atas
dasar kelompoknya. Cap buruk ini sulit diubah, walaupun ada pola
positif, berkebalikan dari yang ditanamkan. Cap buruk ini dipelajari
seseorang dari pengaruh sosial seperti masyarakat, tetangga, keluarga,
orangtua, sekolah, media massa, dll. Diskriminasi terjadi ketika
keyakinan atas cap buruk dan prasangka itu sudah berubah menjadi aksi.
Diskriminasi adalah tindakan memperlakukan orang lain tidak adil hanya
karena dia berasal dari kelompok sosial tertentu (Aminah dkk, 2009).
49
DAFTAR PUSTAKA
50
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PELAKSANAAN PENYULUHAN STIGMA DAN DISKRIMINASI DI RW
02 KELURAHAN TANGKERANG LABUAI KECAMATAN BUKIT RAYA
TAHUN 2018
A. Persiapan
Pada tahap persiapan diawali dari pembuatan pre planing. Setelah
itu dilanjutkan dengan penetapan jadwal kegiatan pelaksanaan kegiatan
penyuluhan stigma dan diskriminasi . Mahasiswa juga melakukan diskusi
dengan ketua RW 03, Ketua RT dan beberapa tokoh masyarakat untuk
menentukan tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan stigma dan
diskriminasi sehingga ditetapkan untuk acara penyuluhan stigma dan
diskriminasi di laksanakan di Mesjid Al-Fattah pada hari Kamis, 24 Mei
2018 pukul 05.00 WIB. Selanjutnya mahasiswa mempersiapkan
undangan untuk dibagikan kepada masyarakat RW 03, Puskesmas Sapta
Taruna, dan Kelurahan Tangkerang Labuai.
B. Hasil
1. Acara dimulai pukul 05.00 wib dan berakhir jam 06.00 WIB
2. Dihadiri Masyarakat RW 12, Mahasiswa Profesi Ners selaku
penyelenggara acara.
3. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 28 orang
4. Mahasiswa berperan aktif sesuai tugas yang telah ditetapkan pada pre
planning.
5. Masyarakat antusias saat dilakukan diskusi tentang penyuluhan stigma
dan diskriminasi.
6. Masyarakat juga antusias bertanya saat diskusi berlangsung
7. Terdapar 5 pertanyaan dari masyarakat dan dapat dijawab oleh
kelompok dengan baik.
C. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a) Tempat Mesjid Al-Fattah RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai
51
b) Undangan yang hadir sebanyak 28 orang
c) Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
d) Laporan pre planning telah di selesaikan
2. Proses
a) Pelaksanaan kegiatan tepat pada waktunya dari waktu yang telah
ditentukan
b) Masyarakat berperan aktif selama kegiatan dibuktikan dengan
antusias memasyarakat ketika dilakukan presentasi tentang hasil
implementasi.
c) Mahasiswa melaksanakan tugas sesuai pembagian tugas pada pre
planning
3. Hasil
a) Presentator menyampaikan hasil implementasi yang dilakukan
selama menjala kan praktik profesi keperawatan komunitas di RW
03 Kelurahan Tangkerang Labuai
b) Warga memperhatikan dengan seksama hasil penyampaian
D. Hambatan
Dalam proses pelaksanaan kegiatan didapatkan hambatan berupa
kegiatan penyuluhan dilakukan pada bulan suci Ramadhan sehingga sulit
untuk menentukan waktu pelaksanaan dan hambatan lain adalah tidak
semua undangan menghadiri kegiatan penyuluhan stigma dan
diskriminasi. Dari 3 Ketua RT hanya 1 Ketua RT yang tidak dapat
menghadiri pelaksanaan penyuluhan stigma dan diskriminasi dikarenakan
yang bersangkutan memiliki kesibukan lain, terlebih lagi pelaksanaan
penyuluhan stigma dan diskriminasi dilakukan pada ba’da subuh dan jam
kerja.
52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari
empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang
populer di kalangan masyarakat awam. Dimasa lalu banyak orang
menganggap gangguan jiwa merupakan penyakit yang tidak dapat diobati
(Hawari, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental, yang
meliputi emosi, pikiran, prilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang
menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi
sehingga mengganggu seseorang dalam proses hidup dimasyarakat (Nasir &
Muhith 2011).
Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa diperkirakan terus
meningkat. Hal ini disebabkan karena seseorang tidak bisa menyesuaikan diri
atau beradaptasi dengan suatu perubahan atau gejolak hidup. Apalagi di era
serba modern ini, perubahan-perubahan terjadi sedemikian cepat, berbagai
aspek seperti sosial ekonomi dan sosial politik yang tidak menentu serta
kondisi lingkungan sosial yang semakin keras sehingga mengganggu dalam
proses hidup dimasyarakat. Gangguan jiwa terjadi tidak hanya pada kalangan
menengah kebawah sebagai dampak dari perubahan sosial ekonomi, tetapi
juga kalangan menengah keatas yang disebabkan karena tidak mampu
mengelola stress (Yosep, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO, 2007) saat ini lebih dari
450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia,
berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan
mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari
populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa
Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami
gangguan mental emosional.
Data yang diperoleh dari profil Kesehatan Kota Pekanbaru (2014),
jumlah gangguan jiwa yang ditangani oleh Rumah Sakit Jiwa Tampan yaitu
53
berjumlah 18.325, dengan rincian pasien rawat jalan berjumlah 16.024 jiwa.
Data dari Rumah Sakit Jiwa Tampan (2016), jumlah kunjungan rawat jalan
mengalami peningkatan yaitu menjadi 22.954 jiwa. Berdasarkan persentasi
kunjungan rawat jalan tersebut, 50% dari keseluruhan kunjungan rawat jalan
berasal dari Pekanbaru. Dengan kunjungan rawat jalan terbanyak ada di
Kecamatan Tampan yaitu berjumlah 5.037 kunjungan. Data penduduk yang
diperoleh dari kantor Kecamatan Tampan yaitu berjumlah 176.580 jiwa dan
memiliki 9 Kelurahan. Penduduk yang memiliki jumlah paling banyak yaitu
ada di Kelurahan Sialang Munggu dengan jumlah 37.478 jiwa.
Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain
penderita tidak minum obat dan tidak control ke dokter secara teratur,
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan
dari keluarga dan masyarakat (Widodo, 2003).
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan untuk menggambar
kanperilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis,frekuensi
dan waktunya (Nursalam, 2007). Kepatuhan terhadap minum obat merupakan
masalah utama dalam kekambuhan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan dalam minum obat yaitu kurang pahamnya pasien tentang tujuan
pengobatan, tidak mengertinya tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang di tetapkan sehubungan dengan prognosisnya, sukarnya
memperoleh obat diluar rumah sakit, mahalnya harga obat, dan kurangnya
perhatian dan kepedulian keluarga yang mungkin bertanggung jawab.
Hasil penyebaran angket kuesioner pada tanggal 4 – 14 April 2018 di
RW 03 Keluran Tangkerang Labuai Kecematan Bukit Raya. didapatkan 4
orang warga dengan anggota keluarga gangguan jiwa 3 diantaranya 3 orang
aktif berobat dan mengonsumsi obat dari Rumah sakit jiwa Tampan
Pekanbaru dan 1 keluarga dengan gangguan jiwa ± 2 tahun putus berobat dan
anggota keluarga nya melakukan pemasungan dalam ruangan di rumahnya.
berdasarkan data yang diperoleh kelompok, kelompok sepakat melakukan
pengelolahan pada Tn. M dan Keluarga Tn. M sebagai keluarga yang akan di
berikan intervensi pada keperawatan komunitas CMHN.
54
D. Tujuan
3. Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktik Profesi Keperawatan Jiwa Komunitas
diharapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan
Komunitas di Wilayah RW 03 Kelurahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru.
4. Tujuan Khusus
f. Melaksanakan pengkajian yang meliputi pengumpulan data serta
mempersentasikan data yang diperoleh di lapangan.
g. Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran
analisa data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah
disusun.
h. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah
kesehatan yang akan dijumpai dan diperioritaskan.
i. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
j. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana
tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
E. Manfaat Penulisan
1. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi
gambaran bagi dinas kesehatan yang berhubungan dengan kondisi
kesehatan masyarakat di RW 03 Keluarahan Tangkerang Labuai
Kecamatan Bukit Raya.
2. Pihak Puskesmas Harapan Raya
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi data
untuk menyusun program kerja dan kebijakan kesehatan yang akan
datang.
55
3. Kelurahan Tangkerang Labuai
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan
masukan untuk Keluarahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya
agar memantau jalannya program-program yang telah dibentuk dalam
Pokjakes “Merpati Air” di RW 03 untuk masalah kesehatan yang ada
di masyarakat.
4. RW 03
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi
masukan untuk ketua RW 03 dalam mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat.
5. Masyarakat/Pokjakes
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan acuan
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam mengatasi masalah
kesehatan di RW 03 Keluarahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit
Raya.
6. Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi bahan
perbandingan untuk praktik profesi jiwa komunitas (CMHN) di masa
yang akan datang dan menjadi evaluasi terhadap program komunitas
yang telah ditetapkan.
56
BAB II
LANDASAN TEORI
57
Kerusakan sistem limbik, lobus frontal atau temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmiter.
b. Faktor presipitasi
Yaitu faktor yang bersumber:
1) Klien
Misalnya: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
percaya diri kurang.
2) Lingkungan sekitar klien
Misalnya: padat, ribut, kritikan mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan.
3) Interaksi dengan orang lain
Misalnya: provokatif dan konflik
58
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
59
9. Kenali tanda-tanda kekambuhan
10. Kontrol ke dokter (Yosep, 2007)
60
G. Strategi Pelaksanaan Pada Keluarga
Strategi pertemuan adalah pelaksanaan standar asuhan keperawatan
terjadwal yang diterapkan pada pasien dan keluarga pasien yang bertujuan
untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Purba dkk,
2008).
1. SP 1 keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara
merawat klien perilaku kekerasan di rumah
2. SP 2 keluarga : Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol
kemarahan
3. SP 3 keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
61
BAB III
KASUS
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. M
Tanggal Pengkajian : Sabtu 26-05-2018
Tanggal Lahir / Umur : 14-04-1977 (41 tahun)
Status Perkawinan : Belum nikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Suku Bangsa : Minang
Sumber Informasi : Dari keluarga pasien
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : YA
b. Pengobatan sebelumnya : Tidak Berhasil
c. Anggota keluaraga yang mengalami gangguan jiwa : Tidak Ada
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Keluarga
mengatakan klien diterima di universitas Al-AZHAR , namun saat
itu mahasiwa Indonesia tidak diperbolehkan untuk belajar di luar
negri, hingga akhirnya pasien berkuliah di Yogjakarta di UII
(universitas islam Indonesia).
62
e. Latar belakang budaya dan sosial : Keluarga mengatakan ketika
sakit klien di bawa ke RSJ, klien beragama ISLAM, Tetapi saat
pengkajian Klien tidak pernah solat.
f. Pola koping sebelumnya terhadap stress :K mengatakan, jika ada
masalah klien selalu bercerita kepada keluarga
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. TTV : tidak dapat di kaji
b. Antropometri : TB : 170 CM, BB : 55 Kg
5. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
b. Konsep Diri : Ideal Diri : Keluarga mengatakan klien diterima di
universitas Al-AZHAR , namun saat itu mahasiwa Indonesia tidak
diperbolehkan untuk belajar di luar negri, hingga akhirnya pasien
berkuliah di Yogjakarta di UII (universitas islam Indonesia).
c. Hubungan Sosial : Orang yang berarti : Tidak dapat dikaji
d. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat : Keluarga klien
mengatakan sebelum sakit klien sering aktif didalam kegiatan
masyarakat.
e. Spiritual : Kien beragama islam
6. STATUS MENTAL
a. penampilan umum : Klien terlihat tidak menggunakan pakaian
b. prilaku umum : Klien terlihat tidak mau berbicara, klien terlihat
tatapan tajam
c. pembicaraan : Apatis, Lambat dan membisu
d. Aktifitas Motorik : lesu,tegang dan gelisa
e. Alam perasaan : Sedih, karena klien tidak bisa mencapai cita citanya.
f. Afek : Datar
63
g. Interaksi sama wawancara : Klien tidak kooperatif, kontak mata
kurang
7. ANALISA DATA
DATA MASLAH KEPERAWATAN
Subjektif : Perilaku Kekerasan
- Keluarga mengatakan,
terakhir dibawa ke rjs tampan
pada tahun 2013.
- Keluarga mengatakan terakhir
minum obat 1 tahun yang
lalu.
- Keluarga juga mengatakan
reaksi minum obat tenang dan
tidur.
- Keluarga mengatakan pasien
juga mengalami gangguan
jiwa sekitar 16 tahun, dan di
kurung di belakang rumah
sekita 8 tahun.
- Keluarga mengatakan,
terkadang masih suka
mengganggu tentangga,
emosi tidak terkontrol, suka
merusak barang-barang, klien
gelisah, tatapan tajam.
Objektif :
- klien terlihat tidak kooperatif
- klien terlihat tatapan mata
tajam
- klien terlihat menghindar
- klien tampak diam, tidak
berbicara
Objektif :
- klien terlihat tidak kooperatif
- klien terlihat menghindar
- klien tampak diam, tidak
berbicara
64
8. Pohon Masalah
Menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Perilaku kekerasan
9. Diagnosa keperawatan
a. Perilaku kekerasan
b. Harga Diri Rendah
Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Perilaku TUK: 1. Klien menunjukkan 1. Bina hubungan
Kekerasan 1. Klien dapat tanda-tanda percaya saling percaya
membina kepada perawat: dengan:
hubungan o Wajah cerah, Beri salam
saling percaya tersenyum setiap
o Mau berkenalan berinteraksi.
o Ada kontak Perkenalkan
mata nama, nama
o Bersedia panggilan
menceritakan perawat dan
perasaan tujuan perawat
berkenalan
Tanyakan dan
panggil nama
kesukaan klien
Tunjukkan
sikap empati,
jujur dan
menepati janji
Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien
Dengarkan
65
dengan penuh
perhatian
ungkapan
perasaan klien
2. Klien mendapat 2. Keluarga: 2.1 Diskusikan
dukungan keluarga o Menjelaskan cara pentingnya peran serta
untuk mengontrol merawat klien keluarga sebagai
perilaku kekerasan dengan perilaku pendukung klien untuk
kekerasan mengatasi perilaku
o Mengungkapkan kekerasan.
rasa puas dalam 2.2 Diskusikan potensi
merawat klien keluarga untuk
membantu klien
mengatasi perilaku
kekerasan
2.3 Jelaskan
pengertian, penyebab,
akibat dan cara
merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga.
2.4 Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan
2.5 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan
11. Implementasi/Evaluasi
66
- Klien terlihat menghindar
DO: - Klien tampak diam, tidak
- klien terlihat tidak kooperatif berbicara
- klien terlihat menghindar - Keluarga terlihat
- klien tampak diam, tidak kooperatif
berbicara - Keluarga terlihat
menerima kehadiran
Tindakan: perawat
1. Membina hubungan saling
percaya kepada klien dan A:
keluarga - Bina hubungan saling
2. Melakukan pengkajian kepada percaya kepada klien
klien dan keluarga tidak teratasi
- Bina hubungan saling
RTL: percaya kepada keluarga
1. Memperdalam hubungan saling teratasi
percaya kepada klien dan
keluarga P:
2. Memfasilitasi keluarga dengan - Memperdalam hubungan
pihak puskesmas untuk saling percaya kepada
pengobatan lebih lanjut klien dan keluarga
- Memfasilitasi keluarga
dengan pihak puskesmas
untuk pengobatan lebih
lanjut
67
A:
- Memfasilitasi keluarga
dengan pihak puskesmas
untuk pengobatan lebih
lanjut teratasi
P:
- Memperdalam hubungan
saling percaya kepada
klien dan keluarga
- Memfasilitasi keluarga
dengan pihak puskesmas
untuk pengobatan lebih
lanjut
68
DAFTAR PUSTAKA
69