Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakanng

Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak dapat terkontrol
pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Kanker
paru merupakan penyakit kanker dengan penyebab kematian terbanyak di dunia,
yaitu mencapai 1,61 juta kematian pertahun (12,7%), kanker payudara yaitu
mencapai 1,31 juta kematian pertahun (10,9%), dan kanker kolorektal yaitu
mencapai 1,23 juta kematian pertahun (9,7%) (Varalakshmi, 2013). Di Indonesia,
kanker paru menduduki peringkat ketiga diantara kanker yang paling sering
ditemukan di beberapa rumah sakit (Metha Arsilita Hulma, dkk, 2014).
Penyebab utama kanker paru adalah asap rokok yang telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker dengan 63 jenis bersifat karsinogen dan beracun
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003). Menurut American Cancer Society
(2013) 80% kasus kanker paru disebabkan oleh rokok (perokok aktif) dan 20%
(perokok pasif). Penyebab kanker paru lainnya adalah radiasi dan polusi udara.
Selain itu, nutrisi dan genetik terbukti juga berperan dalam timbulnya kanker paru
(Albert & Samet, 2003).
Kanker paru diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kanker paru primer
dan kanker paru sekunder. Kanker paru primer adalah sel kanker yang berasal dari
paru, sedangkan kanker paru sekunder adalah sel kanker yang menyebar dari
anggota tubuh lain, termasuk kanker payudara dan kanker kolorektal (Sungging
Haryo W, dkk, 2011).

1
Kanker paru primer dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Small Cell Lung
Cancer (SCLC) dan Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) (Varalakhshmi, 2013:
1). Tahapan perkembangan SCLC terdapat dua tahap, yaitu tahap terbatas dan
tahap ekstensif, sedangkan tahapan perkembangan NSCLC terdapat 6 tahap, yaitu
tahap tersembunyi, stadium 0, stadium I, stadium II, stadium III, dan stadium IV
(Global Bioscience, 2013).
Pemeriksaan awal yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker paru adalah
pemeriksaan radiologi paru yaitu melalui foto paru. Foto paru atau sering disebut
Chest X-Ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari paru (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2003), yang sering digunakan untuk screening (deteksi
dini) penyakit paru. Citra dari foto paru akan memberikan hasil yang berbeda
antara paru-paru yang sehat dan yang tidak sehat. Adanya nodul di paru-paru pada
citra foto paru menunjukkan bahwa paru-paru tidak sehat, akan tetapi nodul ini
tidak serta merta menjadi indikasi kanker paru karena nodul dapat disebabkan
oleh penyakit paru lain seperti pneumonia atau tuberculosis (Udeshani, et al,
20011).
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Dapat diketahuinya askep dan konsep Ca paru dalam memenuhi kebutuhan
dasar pasien
b. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya Defenisi Ca paru
2) Diketahuinya Etiologi Ca paru
3) Diketahuinya Manifestasi Ca paru
4) Diketahuinya Patofisiologi Ca paru
5) Diketahuinya Penatalaksanaan Ca paru
3. Manfaat Penulisan
1) Memberikan pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta
gagasan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menambah pengetahuan serta wawasan pada semua perawat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Defenisi Ca paru
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru, sebagian besar sel
berasal dari sel-sel di dalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain
terkena kanker ( Taqiyyah & Mohammad, 2013). Kanker paru merupakan kaker
yang timbul dari lapisan epitel bronkus (Francis, Caia.(2012).
2. Etiologi
Penyebab dari ca paru banyak di pengaruhi oleh beberapa faror pemicu seperti
dibawah ini:
a. Merokok
Kanker paru berisiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan dengan riwayat
jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari
dikali jumlah tahun merokok) serta factor saat mulai merokok (semakin muda
individu mulai merokok, semakin besar terhadinya resiko kanker paru) Smeltzer,
Suzanne. 2015).

b. Populasi lingkungan kerja


Risiko kanker paru di antar para pekerja yang berhubungan atau
lingkungannya mengandung asbes 10 kali lebih besar dari pada masyarakat
umum. Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan
uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan dalam
pertanian),besi, dan oksida besi Smeltzer, Suzanne. 2015).
c. Populasi udara
Ada beberapa karsinogen yang telah teridentifikasi, termasuk didalam sulfur,
emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti
menunjukan bahwa insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai

3
akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor (Smeltzer, Suzanne.
2015)
d. Genetik
Pada sel kanker paru didapatkan sejumlah lesi genetic termasuk aktivitas
onkogen dominan dan inaktivitas supresor tumor atau onkogen resesif (Smeltzer,
Suzanne. 2015).
e. Rendahnya asupan Vitamin A
Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa perokok yang mdietnya rendah
vitamin A dapat memperbesar risiko terjadinya kanker paru (Francis, Caia.(2012).

3. Patofisiologi

Etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan


cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan
diplasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra ( Taqiyyah & Mohammad, 2013).
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ilseri bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, demam,
dan dingin. Wheezing inulateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium
lanjut, penurunan berat badan biasanya menujukan adanya metastase, khususnya
pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, dan tulang (Sylvia A.Price,
2007).
4. Manifestasi Klinis
a) Perubahan pola nafas
b) Batuk persisten atau perubahan batuk
c) Sputum mengandung darah
d) Sputum berwarna kemerahan atau purulen

4
e) Nyeri dada, lengan, dan punggung
f) Efusi pleura, pneumonia atau bronchitis
g) Dispnea
h) wheezing
i) Demam berhubungan dengan satu atau dua tanda lain
j) Penurunan berat badan
k) Clubbing finger ( Taqiyyah & Mohammad, 2013).
5. Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
1. tumor menyebar ke organ lain
2. gangguan jantung
3. kematian.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kangker paru adalah combined modality therapy, dalam
penerapanya pengobatan namun juga disertai berdasarkan history, derajat,
maupun tampilan penderita juga fasilitas rumah sakit maupun ekomoni
penebderita.
1. Pembedahan.
Indikasi pembendahan kangker paru adalah untuk non-small cell
carcinoma stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian combine
modality therapy (Sylvia A.Price, 2007).
2. Radioteraphi
Radioterapi pada kangker paru dapat menjadi kuratif atau paliatif. Biasa
yang bisa di radioterapi adalah non smal cell carcinoma stadium IIIA,
Syarat standar sebelum pasien diradiasi.
1. Hb> 10g%
2. Trombosit >100.000/mm3
3. Leokosit >3000/dl ( samiaji, 1996).

5
3. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada semua kangker paru ditentukan jenis histologis
tumor akan menentukan jenis obat yang akan diberikan dan keadaan
pasoen adalah cukup aktif tapi memerlukan bantuan ( samiaji, 1996).

7. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Identitas
Meliputi dari: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi, tanggal masuk rumah
sakit, dan diagnose medis.
2. Keluhan utama
Pasien kanker paru biasanya mengalami nyeri pada bagian dada, nyeri tersebut
juga bias sampai ke lengan dan punggung. Nyeri yang dialami biasanya bisa nyeri
akut atau pun kronik. Untuk memperoleh data nyeri yang lengkap di perlukan
pengkajian tentang rasa nyeri klien dapat menggunakan pengkajian PQRST:
a. Provoking: (pemicu), yaitu factor yang menimbulkan nyeri dan
memengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
b. Quality: (kualitas nyeri), misalnya rasa tajam atau tumpul.
c. Region: (daerah/lokasi), apa rasa nyeri menjalar atau menyebar dan
dimana lokasi nyeri.
d. Severity: (keparahan), yaitu intensitas nyeri,
e. Time: (waktu), yaitu waktu serangan dan frekuensi nyeri.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Karakteristik nyeri yang dirasakan pasien saat sekarang dan upaya apa yang
sudah dilakukan untuk mengurangi nyerinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat merokok pada pasien yang perlu ditanyakan frekuensi merokok
dan lamanya merokok, dan ditanyakan bagaimana udara di lingkungan rumah dan
tempat kerja klien.

6
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanya tentang riwayat penyakit keturunan pada keluarga seperti DM,
hipertensi, dan penyakit menular seperti TBC ataupun hepatitis.
6. Riwayat psikologis
Meliputi perasaan, prilaku dan emosi klien yang dialami pendetita sehubungan
dengan penyakitnya dan serta tanggapan keluarga terhadap penyakit yang dialami
klien.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: kesadaran pasien tergantung keadaan pasien Nyeri pada
pasien kanker paru biasanya dari nyeri akut sampai kronik. Tanda-tanda vital
biasanya mrningkat dan frekuensi nafas juga meningkat.
2. Kepala: tidak ada gangguan, simetris, tidak ada tonjolan, tidak ada nyeri kepala.
3. Leher: tudak ada gangguan, simetris, tidak ada benjolan, reflek menelan
biasanya tidak ada gangguan.
4. Muka: wajah tampak menahan nyeri, tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk wajah, simetris, dan tidak ada edema.
5. Mata:bias terjadi anemis
6. Telinga: tidak ada gangguan, tidak ada lesi atau nyeri.
7. Hidung: terkadang ada pernafasan cuping hidung.
8. Mulut dan faring: pada mulut tidak masalah, faring biasanya ada penumpukan
sputum.
9. Thoraks
1) Paru:
a) inspeksi: pernapasan meningkat
b) palpasi: pergerakan dada tidak simetris
c) perkusi: redup
d) auskultasi: wheezing
2) Jantung:
a) inspeksi: tidak ada iktus cordis
b) palpasi: nadi meningkay, iktus tidak teraba
c) auskultasi: bunyi jantung normal

7
10. Abdomen:
a) inspeksi: bentuk normal
b) palpasi: tidak ada pembesaran hepar
c) perkusi:suara thympani
d) auskultasi: peristaltic usus
11. Ekstermitas: pada lengan pasien kanker paru biasanya terkadang mengalami
nyeri.
12. Data Psikologis
a) Status Emosional : status emosional menghadapi penyakit yang di alami
biasanya terganggu.
b) Kecemasan : kecemasaan dalam menghadapi penyakit yang di alami
c) Pola koping : cara pasien menghadapi masalah penyakit yang di alami
d) Gaya komunikasi :biasanya pasien mengalami gangguan komunikasi
karena nyeri pada kanker paru
e) Konsep diri : setelah mengalami penyakit yang di derita kemungkinan
konsep diri terganggu
c. Pemeriksaan Penunjang
1). Pemeriksaan seperti:
a) Radiologi:
Radiogram merupakan petunuk awal untuk mendektesi petunjuk awal
untuk mendektesi adanya karsinoma bronkogenik meskipun juga ditemukan
pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat
memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
b) Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsy adalah teknik yang paling baik dala
mendiagnosa karsinoma sel skuamosa yang biasanya terletak di daerah sentral
paru.
c) Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronchus, dan pemeriksaan cairan
pleura juga memiliki peran penting dalam menegakan diagnose kanker paru
(Smeltzer, Suzanne. 2015).

8
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri kronik berhubungan dengan tekanan tumor pada jaringan penunjang dan
erosi jaringan.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas paru
sekunder terhadap destruksi jaringan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen tubuh.

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri kronik NOC: Manajemen nyeri
Berhubungan dengan a. level Nyeri 1. Lakukan
tekanan Ca pada kriteria hasil: pengkajian nyeri
jaringan penunjang 1. Nyeri berkurang secara
dan erosi jaringan 2. Kecemasan komprehensif
berkurang termasuk lokasi,
3. Ketakutan karakteristik,
berkurang durasi, frekuensi,
4. Stress berkurang kualitas dan
b. control Nyeri. faktor presipitasi
Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi
1. Mampu nonverbal dari
mengontrol ketidaknyamanan
nyeri (tahu 3. Gunakan teknik
penyebab nyeri, komunikasi
mampu terapeutik untuk
menggunakan mengetahui
tehnik pengalaman nyeri
nonfarmakologi pasien
untuk 4. Kaji kultur yang
mengurangi mempengaruhi
nyeri, mencari respon nyeri
bantuan) 5. Evaluasi
2. Melaporkan pengalaman nyeri
bahwa nyeri masa lampau
berkurang 6. Evaluasi bersama
dengan pasien dan tim
menggunakan kesehatan lain
manajemen tentang
nyeri ketidakefektifan
3. Mampu control nyeri

9
mengenali nyeri masa lampau
(skala, 7. Bantu pasien dan
intensitas, frekuensi keluarga untuk
dan mencari dan
tanda nyeri) menemukan
4. Menyatakan rasa dukungan
nyaman setelah 8. Kontrol
nyeri berkurang lingkungan yang
c.efek yang dapat
menggangu mempengaruhi
kriteria hasil: nyeri seperti suhu
1. Tidak ada ruangan ,
ketidaknyamana pencahayaan dan
n kebisingan
2. tidak ada 9. Kurangi faktor
gangguan presipitasi nyeri
hubungan 10. Pilih dan lakukan
interpersonal penanganan nyeri
3. tidak ada ( farmakologi,)
gangguan dalam
Manajemen
perasaan
pengobatan
mengontrol
1. Tentukan lokasi,
4. tidak ada
karakteristik,
kehilangan nafsu
kualitas, dan
makan
derajat nyeri
5. tidak ada
sebelum
gangguan
pemberian obat
menikmati hidup
2. Cek instruksi
6. tidak ada
dokter tentang
gangguan
jenis obat, dosis,
aktifitas fisik
dan frekuensi
3. Cek riwayat
alergi
4. Pilih analgesic
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesic
ketika
pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesic
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
6. Tentukan
analgesic
pilihan, rute

10
pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
8. Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesic
pertama kali
9. Berikan
analgesic tepat
waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Evaluasi
efektivitas
analgesic, tanda
dan gejala
2. Pola napas tidak NOC: Respiratory
efektif berhubungan a) Respiratory status: Monitoring
dengan penurunan Ventilation a) Monitor pola
ekspansi paru Kriteria hasil : napas, irama,
1) kedalaman dan
Mendemonstrasika usaha napas
n batuk efektif dan b) Perhatikan
suara napas yang gerakan dan
bersih, tidak ada kesimetrisan,
sianosis dan menggunakan otot
dyspneu (mampu bantu, dan adanya
mengeluarkan retraksi otot
sputum, mampu intercostals dan
bernapas dengan supraclavicular
mudah, tidak ada c) Monitor bunyi
pursed lips) napas, misalnya
b) Respiratory status: mendengkur
d) Monitor pola
Airway patency
napas e) Catat lokasi
Kriteria hasil :
trakea
1) Menunjukkan jalan
f) Auskultasi bunyi
napas yang paten
napas, catat
(klien tidak merasa
peningkatan
tercekik, irama
ventilasi
napas, frekuensi
g) Monitor saturasi

11
pernapasan dalam oksigen
rentang normal, h) Monitor
tidak ada suara kemampuan
napas abnormal) pasien dalam
c) Vital Sign Status batuk efektif
Kriteria Hasil: Oxygen Therapy
Tanda-tanda vital a) Periksa mulut,
dalam rentang normal hidung, dan sekret
(tekanan darah, nadi, trakea
pernapasan) b) Pertahankan jalan
napas yang paten
c) Atur peralatan
oksigenasi
d) Monitor aliran
oksigen
e) Pertahankan posisi
pasien
f) Observasi
tandatanda
hipoventilasi
g) Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
Vital Sign
Monitoring
a) Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
b) Monitor vital sign
saat pasien
berbaring, duduk,
dan berdiri
c) Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
d) Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan
setelah aktivitas
e) Monitor kualitas
dari nadi
f) Monitor frekuensi
dan irama

12
BAB III
GAMBARAN KASUS

Kasus
Tuan I. Datang ke RSUD Arifin Ahmad dengan keluhan batuk berdarah yang
dirasakan sejak 3 bulan lalu, pasien mengatakan sudah menderita batuk sejak 5
tahun lalu pasien mengatakan kadang kadang merokok tapi tidak sering. Dari hasil
pengkajian Pasein tampak pucat, mata konjungtiva anemis, hasil TTV pasien
didapatkan: TD: 100/80 mmHg, N: 76 x/ menit, RR: 26 kali permenit dan Suhu:
36,5. Hasil laboratorium pasien didapatkan albumin: 3,7 g/dl, ureum: 15 mg/dl,
kreatinin: 0,77 mg/dl, Na+: 146 mmol/L, K+: 39 mmol/L, Cl-: 109 mmol/L,
AST: 12µ/L, ALT : 6 µ/L, PT: 12,7 detik, INR:0,93 detik, HBSAg kualitatif
dengan hasil non reaktif. dan dari hasil radiologi didapatkan ada Ca pada paru
pasien. Saat di aukultasi bunyi nafas pasien whezing, dan saat di perkusi
terdengar redup. Pasein terlihat sering batuk dan mengeluarkan dahak. Pasien
mengatakan sesak nafas seperti terengah–engah saat melakukan aktivitas fisik
yang berat, namun sesaknya akan hilang bila ia beristirahat. Saat ini pasien talah
mendapatkan penatalaksanaan obat-obatan. Pasein mengatakan batuk darahnya
sudah berkurang hanya tinggal batuk berdahak. Pasein memiliki riwayat penyakit
jantung.

1. Pengkajian
A. Informasi umum

Tanggal pengkajian : 16 oktober 2018

Nama lengkap : Tn. I

Umur : 55 tahun

Tanggal lahir : 01 juni 1963

Jenis kelamin :Laki-laki

13
Nomor MR : 009687201

Diagnosa medik : Ca paru

Suku bangsa : Minang

Agama : Islam

Tanggal masuk : 12-10-2018

Hari rawat : ke -5

Dari Rujukan : ibnusina

B. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan batuk berdarah yang dirasakan sudah 3 bulan
belakangan. Dan batuk berdahak sudah 5 tahun lalu.
C. Riwayat kesetan sekarang adalah CA paru
D. Riwayat kesetana sebelumnya
Pasein batuk sudah 5 tahun , pasein ada riwayat penyakit jantung dimana
terdapat penyempitan pembuluh darah.
E. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada keluraga yang menderita sakit seperti
ini.
F. Keadaan umum
Kesadaran/ GCS: kesadaran komposmenteis, E: 4 V: 5 M: 6
TTV: TD: 100/80mmHG . RR: 26 x/menit. N: 76x/ menit. S: 36,5 oC
BB/TB: 43 kg/ 154 cm.
G. Pengkajian Head To Toe
1. Kepala
a. Rambut dan kulit kepala:
Kepala pasien simetris, rambut berwarna hitam terdapat beberapa
uban, tidak ada nyeri , bentuk wajah simetris.
b. Mata
Alis dan belu mata tebal, mata simetris, reflek kornea baik, pupil
2/2 isokor. Reflek pupuil baik.

14
c. Terlinga
Telinga bersih, aurikua baik, tidak ada nyeri dan masa.
Pendengaran pasien kurang baik.
d. Hidung
Hidung bersih, warna coklat, tidak ada masa, tidak terpasang NGT.
Tidak ada nyeri.
e. Mulut
Bibir simetris, bibir pucat, mulut bersih, rongga mulutt bagus, gigi
lengkap.
2. Leher tidak ada nodus, tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid
3. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi:
- pernefasan sedikit cepat
- tedapat bulu dada
- dada berbentuk normal.
Palpasi:
- Tidak ada nyeri saat dipalpasi
- Pergeraan dada simetris
Perkusi::
- Saat diperkusi terdengar suara redup di sekitar paru kiri
Auskultasi
- Bunyi nafas saat diaukultasi whezing.
b. Jantung
Inspeksi:
- Bentuk normal tidak ada ituskordis
Palapasi
- Tidak ada nyeri saat dipalpasi
Perkusi
- Bunyi jantung redup

15
Auskultasi

- Bunyi jantung normal hanya jantung pasien terletak


sebagian besar kearah kanan.
4. Payudara dan aksila
Payudara simetris, tidak ada nyeri , dan masa
5. Tangan
Tangan pasien simetris CRT > 2 detik, warna kulit coklat,rentang gerak
sendi dalam batas normal, kekuatan otot baik, tidak ada ftraktur.
6. Abdomen
a. Inspeksi
- Tidak ada jejar luka, tidak ada masa pada abdomen.
b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan saat di palpalsi disetiap kuadran.
c. Perkusi
- Saat diperkusi terdengan timpani
d. Auskultasi
- Saat dikaukultasi terdengan bising usus.
7. Genetalia
Tidak ada nyeri, warna urin kuning pekat, tidak terpasanga kateter.
8. Rektum dan anus
Bersih, tidak ada lesi, tidak ada hemoroid
9. Kaki
Kaki simetrism warna coklt, turgor kulit lembab, rentang gerak sendi
dalam batas normal.
10. Punggung.
Tidak ada nyeri punggung. Tidak ada luka, tidak ada dekubitus.
H. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur pasein baik.
I. Pola aktivitas hariang (ADL)

16
Pasien mandiri dalam melakukan aktivitas, seperti berjalan, hanya pasien
mandi dimandikan istrinya.
J. Cairan, nutrisi, dan eliminasi.
Makan berat: 3kali sehari makan ringan roti. Pasien makan tiga kali sehari
pasien tidak suka makanan rumah sakit, pasien makan masakan rumah.
Minum pasien sekitar 1,5 liter. Parenteral: Nacl
Urin: 5 kali sehari. BAB: 2 kali sehari.
K. Psikologi dan spiritual
Pasien menerima penyakitnya dengan baik, ibadah pasien baik.
2. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DO: Etiologi ( rokok) Bersihan jalan
- Pasien terlihat sering Karsinoma sel nafas tidak
batuk dan ↓ efektif
mengeluarkan terletak di paru
dahak. ↓
- Saat diaukultasi Tumbuh relatif lambat
bunyi nafas whezing ↓
- Saat di perkusi Memiliki proknosis
bunya parunyanya paling baik
redup. ↓
DS: Menuju epitel bronkus
- Pasien mengatakan ↓
batuk darahnya Obstruksi jalan nafas
sudah berkurang ↓
hanya tinggal batuk Bersihan jalan nafas
berdahak saja. tidak efektif

2. DO. Karsinoma sel Intoleransi

17
- Pasien memiliki ↓ aktivitas
riwayat penyakit terletak di paru
jantung ↓
Proknosis buruk
DS: mengandung mukosa
- Pasien mengatakan ↓
sesak nafas seperti Dypsnua
terengah–engah saat ↓
melakukan aktivitas Intoleransi aktivitas
fisik yang berat,
namun sesaknya
akan hilang bila ia
beristirahat

3. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhungan dengan obstuksi jalan nafas
2. Intolenransi aktivitas berhungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen tubuh.
4. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan
tindakan nafas
efektif b.d obtruksi jalan
keperawatan a) Bersihkan jalan
nafas. diharapakan status nafas
pernafasan : dengan teknik
kepatenan chin lift atau jaw
jalan nafas dengan thrust sebagai
mana mestinya
KH:
b) Posisikan
- Frekuensi pasien untuk
pernafasan memaksimalkan
tidak ada deviasi ventilasi
c) Identifikasi
2-4
kebutuhan

18
-Irama pernafasan aktual/potensial
2-5 pasien untuk
- Kemampuan memasukkan alat
untuk membuka jalan
mengeluarkan nafas
secret 2-5 d) Lakukan
- Suara nafas fisioterapi dada
tambahan sebagai mana
tidak ada mestinya
- Dispnea dengan e) Buang secret
aktifitas ringan dengan
tidak memotivasi pasien
ada untuk melakukan
-Penggunaan otot batuk atau
bantu pernafasan menyedot lender
tidak ada f) Instruksikan
bagaimana agar
bias melakukan
batuk efektif
g) Auskultasi
suara nafas
h) Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
2 Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy
berhungan dengan a) Energy a) Kolaborasi
ketidakseimbangan suplai conservation dengan
dan kebutuhan oksigen Kriteria hasil : tenaga rehabilitasi
tubuh. 1) Tanda-tanda medik dalam
vital normal merencanakan
2) Energy program terapi
kelemahan yang tepat.
3) Level b) Bantu klien
kelemahan untuk
b) Activity mengidentifikasi
tolerance aktivitas yang
KH : mampu dilakukan
1) Berpartisipasi c) Bantu untuk
dalam aktivitas memilih aktivitas
fisik tanpa disertai dengan
peningkatan kemampuan fisik,
tekanan darah, psikologi fdan
nadi dan RR social
d) Bantu untuk
mengidentifikasi

19
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
e) Bantu untuk
mendapatkan alat
bantu aktivitas
seperti kursi roda,
krek
f) Bantu klien
untuk
embuat jadwal
latihan diwaktu
luang
g) Bantu pasien/
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
h) Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
i) Bantu pasien
untuk
mengembangakan
motivasi diri dan
penguatan
j) Monitor respon
fisik, emosi social
dan spiritual.

5. Implenetasi dan Evaluasi

No Diagnosa Implementasi SOAP Ttd


1 Bersihan jalan Batuk efektif S: pasein
nafas tidak efektif Mengatur ngengatakan dahak
posisi mulai berkurang

20
dan tersa nyaman
O: pasein tampak
nyaman dan jalan
nafas mulai
membaik
A: masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan
intervensi

21
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pengkajian
Pengkajian pada Ca paru antara teori dan kasus tidak ada perbedaan yang
signifikan, sama- sama mengkaji etilogi dari ca itu sendiri, riwayat penyakit
dahulu, keluhan utama pasien, serta pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang. Tidak ada yang berbeda antara terori dan dan fakta dilapangan. Namun
dari hasil menifestasi klinis ada terdapat perbedaan antara terori dan kasus dimana
di dalam teori Taqiyyah & Mohammad, (2013) di jelaskan bahwa salah satu
menifestasi nya adalah nyeri dada, lengan, dan punggung, Efusi pleura,
pneumonia atau bronchitis. Sedangan di dalam kasus tidak ditemukan tanda dan
gejala seperti itu. Hal ini terjadi karena stadium Ca yang masih di Stadium awal.
2. Diagnosa

Untuk diagnosa antara kasus dan terori terdapat sedikit perbedaan. Terutama
diagnosa pertama yang diangkat dalam terori adalah nyeri kronik Nyeri kronik
berhubungan dengan tekanan Ca pada jaringan penunjang dan erosi jaringan.
Namun di kasus diganoga pertama yang di angkat adalah bersihan jalan nafas
berhungan dengan obstuksi jalan nafas. Untuk diagnosa selanjutnya adalah sama
yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen tubuh.
3. Intervensi
Berdasarkan hasil yang didapatkan antara terori dan kasus diagnosa pertama
anatata terori dan kasus sudah berbeda maka intervensi yang dilakukan pun
berbeda. Intervensi yang dilakukan sesuai dengan diagnosa yang didapatkan.
Untuk diagnosa kasus adalah bersihan jalan nafas intervensi yang dilakukan
adalah fisioterapi dada dan batuk efektif. Sedangakan pada teori diagnosa pertama
yang diangkat adalah nyeri kronik maka diagnosa yang diangkat adalah menjemen
nyeri dan kolaborasi pemberian analgetik.

22
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru, sebagian besar sel
berasal dari sel-sel di dalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain
terkena kanker ( Taqiyyah & Mohammad, 2013). Penyebebnya adalah merokok,
polusi udara, dan genetik. Penanganannya adalah dengan pembedahan,
kemoterapi dan radiologi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Francis, Caia.(2012). Perawatan Respirasi (Terjemahan: dr Stella Tania


Hasianna) Jakarta: Erlangga Medical Series
NANDA, NIC-NOC. (2012). Panduan Asuhan Keperawatan Profesional. Edisi
Revisi. Media Hardy.

Sylvia A.Price, Lorraine M. Wilson.(2007). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Edisi 8. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa
Agung Waluyo. Edisi 2 : Jakarta : EGC

Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan: Panduan


Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustaka

24

Anda mungkin juga menyukai