Anda di halaman 1dari 14

Lampiran 5

PRAKTIK KEPERAWATAN DASAR PROFESI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH PEKANBARU


TAHUN AJARAN 2018/2019

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

(TB Paru)

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat
menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Smeltzer & Bare, 2015). Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di
berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi
(TabraniRab, 2010).

2. Etiologi/faktor risiko

TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan ketika
seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.Individu yang rentan
menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan
memperbanyak diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,
granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).
3. Klasifikasi TB Paru
TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun (2013)
yaitu:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif, non aktif dan
quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi
jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm.
Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.Bila bayangan kasar tidak
lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
3) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced
tuberkulosis.

4.Patofisiologi

Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan,dan luka
terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kumankuman basil tuberkel yang berasal dari orang – orang yang
terinfeksi. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel
efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel imunresponsif. Tipe
imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi
oleh limfosit dan limfokinnya.Respons ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler
(lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai unit yang
terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada
dalam ruangan alveolus, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus
bawah, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, basil
tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah
hari- hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus difagosit
atau berkembang biak dalam di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
ke kelenjer getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk seltuberkel epiteloid, yang dikelilingi
oleh limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari (Sylvia, 2007).

5.Manifestasi Klinis

Gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala
organ yang terlibat ) dan gejala sistematik.
1) Gejala respratorik
a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan.
b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama klien untuk meminta
pertolongan kesehatan.
c) Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena TB.
2) Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip
demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise.Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu sampai
bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas.
6.Komplikasi

Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
1). Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).

7. Web of cautions

8.Penatalaksanaan medis dan keperawatan

Penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita
(active case finding).
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi.
Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok populasi
tertentu misalnya:

a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.


b) Penghuni rumah tahanan.
3. Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur
kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada tes
tuberkulin. Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai
menderita tuberkulosis, yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah berkontak
dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan
pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan ila
tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami
konversi, maka pengobatan harus diberikan.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman Somantri,
2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan
perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya
banyak ditemukan pada pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi
sehingga masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat
terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak
lebih sering mengalami TB diluar paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB paru dengan
perbandingan 3:1. TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia<3
tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian
meningkat setelah usia remaja dimana TB paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering
disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai dengan
atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak
bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada
sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan
karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB paru.Biasanya ada
keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung
dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan kondisi
ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang
masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,
pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-
20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada
demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak
meringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak
sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran
trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan
tarikan dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema

i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas bayangan, berupa cincin;
pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek), sulit tidur,
demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak subkutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi
ronkhi basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak
simetris (effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam jumlah
berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan, keletihan otot
pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit
g. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kewaspadaan
perdarahan
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
k. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
i. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, infeksi/
kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri

3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan TB paru
adalah sebagai berikut:
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
bersihan jalan napas tindakan keperawatan a) Bersihkan jalan nafas
berhubungan dengan diharapakan status dengan teknik chin lift atau
mokus dalam jumlah pernafasan : kepatenan jaw thrust sebagai mana
berlebihan, eksudat jalan nafas dengan mestinya
dalam jalan alveoli, kriteria hasil : b) Posisikan pasien untuk
sekresi bertahan/sisa a) Frekuensi pernafasan memaksimalkan
sekresi tidak ada deviasi dari ventilasi
Definisi : kisaran normal c) Identifikasi kebutuhan
Ketidakmampuan b) Irama pernafasan aktual/potensial pasien untuk
membersihkan sekresi tidak ada deviasi dari memasukkan alat membuka
atau obstruksi dari kisaran normal jalan nafas
saluran nafas untuk c) Kemampuan untuk d) Lakukan fisioterapi dada
mempertahankan mengeluarkan secret sebagai mana mestinya
bersihan jalan nafas tidak ada deviasi dari e) Buang secret dengan
Batasan karakteristik : kisaran normal memotivasi pasien untuk
1. Batuk yang tidak efektif d) Suara nafas tambahan melakukan batuk atau
2. Dyspnea tidak ada menyedot lender
3. Gelisah e) Dispnea dengan f) Instruksikan bagaimana
4. Kesulitan verbalisasi aktifitas ringan tidak agar bias melakukan batuk
5. Penurunan bunyi nafas ada efektif
6. Perubahan frekensi nafas f) Penggunaan otot g) Auskultasi suara nafas
7. Perubahan pola nafas bantu pernafasan h) Posisikan untuk
8. Sputum tidak ada meringankan sesak nafas
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Terapi oksigen
gas berhubungan dengan tindakan keperawatan a) Pertahankan kepatenan
perubahan membran diharapkan status jalan nafas
alveolar-kapiler pernafasan : ventilasi b) Siapkan peralatan
Definisi : dengan kriteria hasil : oksigen dan berikan
Kelebihan atau deficit a) Frekuensi pernafasan melalui system
oksigenasi dan/atau tidak ada deviasi dari humidifier
eliminasi kisaran normal c) Berikan oksigen tambahan
karbondioksida b) Irama pernafasan seperti yangdiperintahkan
padamembrane tidak ada deviasi dari d) Monitor aliran oksigen
alveolarkapiler kisaran normal e) Monitor efektifitas
Batasan karakteristik c) Suara perkusi nafas terapi oksigen
1. Diaphoresis tidak ada deviasi dari f) Amati tanda-tanda
2. Dyspnea kisaran normal hipoventialsi induksi oksigen
3. Gangguan g) Konsultasi dengan tenaga
penglihatan d) Kapasitas vital tidak kesehatan lain mengenai
4. Gas darah arteri ada deviasi dari dari penggunaan oksigen
abnormal kisaran normal tambahan selama kegiatan
5. Gelisah dan atau tidur
6. Hiperkapnia Monitor tanda-tanda
7. Hipoksemia vital
8. Hipoksia a) Monitor tekanan darah,
9. pH arteri abnormal nadi, suhu dan status
10. pola pernafasan abnormal pernafasan dengan tepat
11. sianosis b) Monitor tekanan darah
factor berhubungan saat pasien berbaring, duduk
1. ketidakseimbangan dan berdiri
ventilasi-perfusi c) sebelum dan setelah
2. perubahan membrane perubahan posisi
alveolar-kapiler d) Monitor dan laporkan
tanda dan gejala hipotermia
dan hipertermia
e) Monitor keberadaan nadi
dan kualitas nadi

9. Kebutuhan dasar pada pasien TB

1. Oksigen

Oksigen merupakam kebutuhan fisiologis yang sangat penting. Tubuh bergantung pada
oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen harus secra adekuat diteerima
dari lingkunagan ke paru-paru, pembuluh darah dan jaringan ( Potter & Perry, 2005).

2. Cairan

Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan dari pengeluaran cairan.


Cairan masuk melalu muliut, parenteral, dan cairan meninggalkan tubuh dari saluran
penecrnaan, paru-paru , kulit, dan ginjal. Dehidreasi dan edema mengindetifikasi adanya
tidak terpenuhi kebutuhan cairan ( Potter & Perry, 2005).

3. Nutrisi
Nutrisi adalah kebutuhan manusia untuk bertahan hidup. Proses metabolik tubuh
mengontrol pencernaan, menyimpan makanan, dan menguluarkan produk sampah ( Potter &
Perry, 2005).
4. Istirahat
Setipa manusia memiliki kebutuhan fisik istirahat teratur. Jumlah kebutuhan istirahat
bergantung pada kualitas tidur ststus kelelahan, ststus kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup,
dan umur seseorang ( Potter & Perry, 2005)..
5. Eliminasi
Eliminasi materi sampah merupkan salah satu dari proses metabolik tubuh. Produk
sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan, paru paru secra primer
mengelurakan karbon dioksida, ginjal mengelurakan urine, usus mengeluragkan produk
sampah seperti feses ( Potter & Perry, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2004). Pedoman Pemberantasan Penyakit


Infeksi Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita Indonesia. Jurnal
Kes. Jakarta

Potter, A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik Edisi ke-4. Jakarta : EGC

Sylvia A.Price, Lorraine M. Wilson.(2007). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 8. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung
Waluyo. Edisi 2 : Jakarta : EGC

Prof. Dr. H. Tabrani Rab. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media; 2010. 3-29.
WOC TB PARU

Bersin, batuk

Percikan dahak

Kuman TB (Mycrobacterium
Tuberculosis)

Mencapai lobus paru

Tuberculosis paru

Bakteri sampai pada bagian alveoli

Proses
peradangan
peradangan
Stimulasi sel-sel
Granulasi goblet dan sel
Merangsang Aktivitas seluler
Chemorection mukosa
pengeluaran meningkat
bradikinin,
prostaglandin, dan Sel mucus
Peningkatan
Pengeluaran batuk berlebihan
suhu tubuh histamine
droplet meningkat

hypertermia Reseptor nyeri Peningkatan


produksi mucus
Pemecahan KH,
lemak, protein
Akumulasi secret
Hypotalamus
pada saluran
Nutrisi kurang dari pernapasan
kebutuhan
nyeri
Bersihan jalan
Kehilangan nafas tidak efektif
otot/lemak dan
protein Respon batuk

kelemahan
Pengeluaran
droplet

Gangguan ADL Resiko penularan

Anda mungkin juga menyukai