Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH


PEKANBARU TAHUN AJARAN 2018/2019

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR INTRA ABDOMEN (TIA)

Nama : Defryanti Saputri

Nim : 18.09.10.15

Institusi : STIKes HangTuah

1. Defenisi
Tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh ( Nurarif, & Kusuma 2013).
Tumor intra abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan
tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel
tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya (Nurarif, &
Kusuma, 2013).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Perbedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi
dan menyebabkan metastasis. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya tumor antara lain:
1. Karsinogen
a. Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau memerlukan
aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan neoplasi. Bahan
kimia ini dapat merupakan bahan alami atau bahan sintetik/semisintetik.
Benzopire suatu pencemar lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari
pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter)
dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia. Berbagai
karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida. Salah satu jenis
benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang banyak
ditemukan di dalam makanan yang dibakar menggunakan arang menimbulkan
kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus, payudara atau prostat
(Nurarif & Kusuma, 2013).

b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan. Sumber radiasi
lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah besar dengan
hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian selatan. Iritasi kronis pada
mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa
menyebabkan terjadinya neoplasia( Nurarif, & Kusuma, 2013).
2. Hormon
Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.
3. Faktor gaya hidup
Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan yang
kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal dari lemak
binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan risiko
berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon.
4. Parasit
Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler.
5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat (Nurarif, & Kusuma,
2013).
C. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh
mutasi genetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan
berpopliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma mendapat energi terutama dari
anaerob karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai
enzim yang lengkap untuk oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak
yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang
mengasilkan energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh memerlukan
bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain asam amino.
Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-
bahan tersebut.(Kusuma, 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan
sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui
pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk
membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain
(Moorhead, et al , 2008).
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah
digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal :
tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab,
metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda (Moorhead, et al , 2008).

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Hiperplasia.
b. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
c. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal
atau lunak.
d. Kadang tampak hipervaskulari di sekitar tumor.
e. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
f. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
g. Konstipasi.
h. Nyeri.
i. Anoreksia, mual, lesu.
j. Penurunan berat badan.
i. Pendarahan( Smeltzer, Suzanna, 2002)

E. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan klinik di sini adalah pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan dengan
cara anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Pemeriksaan ini sangat penting, karena dari hasil pemeriksaan klinik yang
dilakukan secara teliti, menyeluruh, dan sebaik-baiknya dapat ditegakkan
diagnosis klinik yang baik pula. Pemeriksaan klinik yang dilakukan harus secara
holistik, meliputi bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual (Smeltzer, Suzanna, 2002).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah:
a. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak,
leher, toraks, abdomen, tulang, mammografi.
b. Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon
in loop, kistografi.
c. USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang
suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi.
d. CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala,
thoraks, abdomen, whole body scan, dll.
e. MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih
tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar.
Hasilnya dikatakan lebih baik dari CT .

G. PENANGANAN
1. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektomi
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien
dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh haru
menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien
harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan
tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.
2. Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.
Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu
energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM)
berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon,
interleukin.
H. PATHWAY

karsinogen hormon Gaya hidup Parasit

Proliferasi sel abnormal

Metastase sel Prosedur


operatif Resiko
perdarahan

Peradangan Disktensi abdomen

Menekan gaster
Nyeri Resiko
infeksi
Nausea

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Tumor Abdomen


1. Pengkajian
Data dasar pengkajian klien : nama, alamat, riwayat penyakit dahhulu,
keluarga, sekarang.
a. Aktivitas . istirahat Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkuasi .
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengrahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia. Lesi cacat pembedahan.
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feses, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri tau ras terbakar pada
saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan
pengawet). Anoreksia, mual/muntah. Intoleransi makanan. Perubahan pada
berat badan; penurunan berat badan hebat, berkurangnya massa.
Tanda : perubahan pada kelembapan/turgor kulit edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai berat ( dihubungkan dengan proses penyakit.

3. Diagnosa Keperawatan
Penentuan diagnosa kepeawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil
pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan
menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat. 2002).
Berdasarkan dignosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
timor abdomen antara lain :

Pre operasi
a) Ansietas b/d perubahan status kesehatan
b) Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada abdomen
c) Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat
d) Kurang pengetahuan tentang pengobata b/d kurangnya informasi.
Post operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembedahan
b) Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi
c) Resiko infeksi b/d adanya luka opersai
d) Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidk adekuat
e) Kerusakan integritas kuit/jaringan b/d insisi bedah
Pre operasi
a) Ansietas b/d perubahan status kesehatan
kemungkinan dibuktikan oleh : peningkatan ketegangan, gelisah
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Hasil yang diharapkan :
1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
2) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi
3) Mendemonstrasikan pengunaan mekanisme kping efektif dan partisipasi
aktif dalam pengturan obat.
Intervensi
Rasional
1) Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
2) Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mensdiskusikan
perasaannya.
3) Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien.
4) Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklarifikasikan rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping.
 Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta kesalan
konsep tentang diagnosis.
 Membantu klien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa
perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat.
 Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
Dukungan dan konseling seserig diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan menghadapi rasa takut.
b) Nyeri (akut) b/d adanya benjolan pada tumor abdomen.
kemungkinan dibuktikan dengan oleh : keluhan nyeri, respon autonomic
gelisah, perilaku berhati-hati.
Hasil yang diharapkan :
1) Melaporkan nyeri yang dirasakan menuran atau menghilang
2) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi
1) Kaji tingkat nyeri
2) Observasi tanda-tanda vital
3) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
4) Berikan posisi yang menyenangkan bagi klien
Rasional
1) Mengetahui tingkat nyeri yang dapat memudahkan untuk melakukan tindakan
selanjutnya.
2) Untuk mengetahui keadaan umum klien.
3) Untuk merelaksasikan otot sehingga mengurangi nyeri.
4) Posisi yang menyenangkan dapat memberi rasa nyaman sehingga mengurangi
rasa nyeri.
c) Resiko tinggi terhadap diare b/d koping yang tidak adekuat
tujuan : mempertahankan pola defekasi umum
Intervensi
1) Kaji tingkat usus dan pantau/catat gerakan usus termasuk frekuensi
konsistensinya
2) Dorong masukan cairan adekuat 2000 ml/jam dan peningkatan
3) Menberikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah serat (bila
tidak
dikonraindikasikan) dan mempertahankan kebutuhn protein kabohidrat.
4) Pastikan diet yang tepat hindari makanan tinggi lemak
5). Pantau pemeriksaan laboraturium sesuai indikasi
Rasional
1) Mengidentifikasi masalah misalnya diare, konsipasi
2) Dapat menurunkan potensial terhadap konstipasi dengan memperbaiki
konsistensi
feces dan merangsang peristaltic : dapat mencegah dehidrasi
3) Menurunkan iritasi gaster.
4) Penggunaan makanan rendah serat dapat menurunkan iritabilittas dan
membeerikan
istirahat pada usus bila ada diare.
5) Stimulasi GI yang dapat meningkatkan motilitas/frekuensi defekasi

Post operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembadahan
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat dengan membrane mukosa
lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil dan haluara urine
adekuat.
Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital dengan sering.
2) Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler turgor kulit, dan status
membrane
mukosa
3) Perhatian adanya edema.
4) Pantau masukan dan haluaran
5) Pantau suhu tubuh.
Rasional
1) Tanda-tanda awal hemoraragik usus dan pembentukan hematoma yang dapat
menyebabkan syok hepovelemik
2) Berikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi
3) Edema dapat terjadi karna perpindahan cairan berkenaan dengan penurunan
kadar
albumin (protein).
4) Indikator langsung dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk
penggatian cairan.
5) Demam rendah umum selama 24-48 jam pertama dan dapat menambah
kehilngan
cairan.

b) Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi


Tujuan : nyeri hilang dan terkontrol, ekspresi wajah rileks
Intervensi
1) Kaji tingkat nyeri
2) Observasi TTV

3) Ajarkan tehnik reklasasi nafas dalam


4) Beri posisi yang menyenangkan bagi klien.
Rasional
1) Mengetahui tingkat nyeri yang dapat memudahkan untuk melakukan tindakan
selanjutnya
2) untuk mengetahui keadaan umum klien
3) untuk merelaksasi otot sehingga mengurangi nyeri
4) posisi yang menyenangkan dapat memberi rasa nyaman sehingga mengurangi
rasa Nyeri

c) Resiko infeksi b/d adanya luka operasi


Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tdak basah dan tidak ada tanda
infeksi kalor, dolor, rubor, tumor)
Intervensi
1) Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign
2) Gunakan tehnik septik dan antiseptik
3) Ganti Verban
4) Berikan penyuluhan tentang cara pencegahan infeksi
5) Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik
Rasional
1) Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi selanjutnya.
2) Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi
3) Verban yang basah dan kotor dapat menjadi tempat berkembang biaknya
kuman penyebab infeksi.
4) Memberikan pengertian kepada kien agar dapat mengetahui tentang
perawatan luka.
5) Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., & Dotcherman, J.M. (2008). Nursing


Interventions Classification, 5th ed. St. Louis: Mosby-Year Book.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. ( 2008) . Nursing
OutcomesClassification, 4th edition. Mosby Elsevier.

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


Diagnosa Medis, NANDA, dan N0C-NIC Jilid 1. Yogyakarta: MediAction.

Smeltzer, Suzanna C.( 2002) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
& Suddart edisi 8 volume 1,2,3. Jakarta: EGC..

Anda mungkin juga menyukai