Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan berbagai pengetahuan


konsep dan prinsip dari berbagai kelompok ilmu. Keperawatan pada mulanya dikenal sebagai
bentuk pelayanan komunitas yang pembentukannya berkaitan erat untuk melayani dan
melindungi keluarga. Dorotea (1995) mengatakan bahwa keperawatan lahir sebagai bentuk
keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat, memberikan rasa nyaman, pelayanan dan
kenyamanan bagi orang yang sakit. Keperawatan menganut pandangan yang Holistik
terhadap manusia yang memiliki kebutuhan bio-psiko-sosial. Keperawatan bersifat universal
yaitu pelayanan yang diberikan dengan tidak membedakan golongan, usia, jenis kelamin,
agama, social budaya maupun status ekonomi.

Pelayanan keperawatan dilakukan berdasarkan kaidah ilmu keperawatan serta konsep


teori keperawatan yang merupakan pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan.
Keperawatan memandang paradigm sebagai landasan konsep dan cara pandang yang
mendasar atau cara perawat melihat, mikirkan, menyikapi, dan memilih tindakan terhadap
fenomena yang ada terhadap keperawatan.

Pada zaman purbakala (Primitive Cultures) manusia percaya bahwa apa yang ada di
bumi mempunyai suatu kekuatan spiritual/mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Kepercayaan ini disebut ―Animisme‖

Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib dan
lain-lain, sehingga peran perawat tidak berkembang.

 Fenomena ini terlihat pada sejarah bangsa mesir dan cina. Pada masa ini bangsa mesir
menyembah Dewi Isis yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit.
 Dinegara Cina menganggap bahwa penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk
halus, dan akan bertambah parah jika orang lain memegang orang yang sakit tersebut.
Akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang sakit.
 Kemajuan peradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.
 Pada abad ke XVI struktur masyarakat mengalami perubahan dari orientasi kepada
agama berubah menjadi orientasi pada kekuasaan yaitu perang, akibatnya banyak
gereja dan tempat ibadah yang ditutup, padahal tempat ini digunakan untuk merawat
orang sakit. Kondisi ini berpengaruh terhadap perkembangan keperawatan.
 Disisi lain adanya perang salib yang berdampak positif terhadap perkembangan
keperawatan, karena banyaknya tenaga-tenaga yang dibutuhkan. Pada saat inilah
pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulai dikenal konsep P3K.
keberadaan perawat muali dibutuhkan.
 Pada pertengahan abad 18 dan memasuki abad 19 reformasi sosial masyarakat
berubah, pada masa ini keperawatan mulai banyak dipercaya orang. Contohnya adalah
Florence Neightingale yang lahir pada tahun 1820 dari keluarga yang kaya dan
terhormat. Dia tumbuh dan berkembang di Inggris dan dengan pendidikan yang
cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia mengikuti kursus perawat pada
usia 31 tahun.

Perkembangan keperawatan dalama sejarah Islam

Kegiatan pelayanan keperawatan berkualitas telah dimulai sejak seorang perawat


muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada zaman Nabi Muhammad SAW, yang selalu
berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan
apakah kliennya kaya atau miskin (Nurachmah, 2001). Adapula yang mengenal sebagai
rufaidah binti Sa’ad/Ruifaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi
menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi
Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim (Kasule, 2003; Mansour & Fikry, 1987).

Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale


sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada
Rufaidah, seorang perawat muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara
verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di
Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah.

Selama ini pula perawat indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale
sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan
modern yang mengadopsi literature barat. Florence Nightingale adalah pelopor perawat
modern. Ia dikenali dengan nama The lady with the lamp dalam bahasa inggris yang berarti
―sang wanita dengan lampu‖.

Sejarah islam dalam keperawatan mengenalkan kita pada tokoh perawat islam masa
Rufaidah binti Sa’ad (Th 570 – 632 SM), yang memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad
Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum
Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter,
dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Saat kota Madinah
berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun
tenda diluar Masjid Nabawi saat damai.

Digambarkan, Rufaidah binti Sa’ad memiliki pengalaman klinik yang dapat


ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja kepadanya. Rufaidah melatih
beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka
meminta ijin Nabi Muhammad SAW untuk ikut digaris belakang pertempuran untuk merawat
mereka yang terluka, dan Nabi mengizinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk
Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaannya di bidang keperaawatan dan
medis.

Rufaidah tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata,
namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse
and social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia islam.

Dinegara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh


sejarah keperawatan dalam islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan
kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai professional yang
diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di Negara
barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.

Perkembangan keperawatan di Inggris

Seusai perang KRIM, Florence Neightingale kembali ke Inggris, mempelopori berdirinya


sekolah-sekolah perawat modern tahun 1840. Sejarah perkembangan keperawatan di Inggris
sangat penting dipahami, karena inggris membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan
keperawatan dimana kepeloporan Florence Neightingale diikuti oleh Negara-negara lain.

Florence Nightingale, lahir tahun 1820 dari keluarga kaya raya dan terhormat meniti karirnya
dirumah sakit ST. Thomas Hospital ditentang keras oleh keluarganya. Ia diterima mengikuti
kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Ditunjuk oleh pemerintahan Inggris untuk
menata asuhan keperawatan rumah sakit militer di Turki memberi peluang baginya untuk
meraih prestasi.
Kontribusi Florence Nightingale :
 Menetapkan standar manajemen rumah sakit
 Menegaskan bahwa nutrisi merupakan bagian penting dari asuhan keperawatan
 Meyakinkan bahwa okupasional merupakan suatu terapi bagi orang sakit
 Mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya
 Mengembangkan standar okupasi bagi pasien wanita
 Mengembangkan pendidikan keperawatan
 Menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit
 Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi
kedokteran
 Menekankan kebutuhan pendidikan lanjut bagi perawat.

Perkembangan organisasi profesi keperawatan

 Ketika ada pertanyaan :Apakah keperawatan merupakan suatu profesi?‖ maka salah
satu pertimbangan untuk menjawabnya adalah ada atau tidaknya organisasi profesi.
Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki organisasi profesi yang sangat
bermanfaat dalam menetapkan standar praktek keperawatan.
 International Council of Nurses (ICN)
Merupakan organisasi profesi wanita pertama di dunia yang didirikan tanggal 1 Juli
1899 yang merupakan perhimbpunan perawat nasional diseluruh dunia yang bertujuan
untuk memperkokoh silaturahmi para perawat dari seluruh dunia
 American Nurses Association (ANA)
Adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat didirikan pada tahun 1800.
 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
- Merupakan perhimpunan seluruh perawat di Indonesia, didirikan pada tanggal 17
Maret 197. PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan nama
organisasi.
- Embrio PPNI adalah perkumpulan kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun
1921. Pada saat itu profesi keperawatan sangat dihormati masyarakat berkenaan
dengan tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit.
- Setelah Indonesia merdeka, tumbuh organisasi profesi keperawatan. Setidaknya
ada tiga organisasi profesi yang ada diantara tahun 1945 – 1954, yaitu :
PDKI (Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia), Perjurais (Persatuan Djuru Rawat
Islam), SBK (Serikat Buruh Kesehatan).
- Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan, yaitu terjadi
fusi organisasi yang ada menjadi persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI)
- Dalam kurun waktu tahun 1951 – 1958 diadakan kongres di Bandung dan
merubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PDKI).
- Tahun 1959 – 1974 terjadi pengelompokkan Organisasi keperawatan, antara lain :
IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia),
IPI (Ikatan Perawat Indonesia) tahun 1969.
- Akhirnya pada tanggal 17 Maret 1974, seluruh organisasi keperawatan terkecuali
SBK (Serikat Buruh Kesehatan) bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat
nasional yaitu PPNI yang resmi sampai sekarang.

Lingkup Bidang Keperawatan

Tuntutan akan pelayanan keperawatan yang bermutu, berimplikasi pada sistem pelayanan
keperawatan. Oleh karena itu, terjadi pergeseran dalam pelayanan keperawatan :

1. Perubahan sifat pelayanan dari Focasional menjadi professional, dalam hal ini terjadi
pergeseran orientasi pelayanan dari yang hanya didasarkan ketrampilan semata menjadi
pelayanan yang didasari ilmu pengetahuan.
2. Fokus asuhan keperawatan, dari peran kuratif yang didominasi dokter menjadi peran
preventif dan promotif tanpa melupakan peran kuratif dan rehabilitative.
3. Kecenderungan terjadinya fragmentasi pelayanan, fragmentasi atau spesialisasi
pelayanan keperawatan berkembang menjadi bidang pelayanan keperawatan medical
bedah, anak, kebidanan, perawatan jiwa, komunitas dan keperawatan usia lanjut.
Pada perkembangannya, ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain
mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah menurut tuntutan
zaman. Sebagai ilmu yang mulai berkembang ilmu keperawatan, banyak mendapatkan
tekanan diantaranya tekanan dari luar dan tekanan dari dalam, sebagai contoh, tekanan dari
luar yang berpengaruh pada perkembangan ilmu keperawatan adalah adanya tuntuan
kebutuhan masyarakat dan industri kesehatan dan tekanan dari dalam yaitu masalah
keperawatan yang secara terus menerus ada dan selalu memerlukan jawaban.
Kelompok cabang ilmu keperawatan:
 Ilmu keperawatan dasar : Konsep dasar keperawatan, Keperawatan professional,
Komunikasi keperawatan, Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, Kebutuhan
dasar manusia, Pendidikan keperawatan, Pengantar riset keperawatan, Dokumentasi
keperawatan
 Ilmu keperawatan klinik : Keperawatan anak, Keperawatan maternitas,
Keperawatan medikal bedah, Keperawatan jiwa, Keperawatan gawat darurat
 Ilmu keperawatan komunitas : Keperawatan komunitas, Keperawatan keluarga,
Keperawatan gerontik
 Ilmu penunjang : Ilmu humaniora, Ilmu alam dasar, Ilmu perilaku, Ilmu sosial, Ilmu
biomedik, Ilmu kesehatan masyarakat, Ilmu kedokteran klinik.

Untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan oleh komunitas profesional,


maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghasilkan masalah baru dalam
keperawatan melalui proses berkelanjutan. Dalam proses berkembangnya ilmu keperawatan
dituntut adanya riset dan pengembangan ilmu keperawatan sehingga diharapkan perawat
dapat melakukan penelitian, selain itu dilihat juga adanya pusat penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan keperawatan, adanya pusat penapis dan adaptasi teknologi keperawatan
serta adanya pengembangan model pemberian asuhan keperawatan. Untuk menjadi ilmuwan
dalam bidang keperawatan, sangat diperlukan berbagai persyaratan antara lain prosedur
ilmiah atau kegiatan ilmiahnya diakui oleh para ilmuwan lainnya, metode ilmiahnya dapat
dipergunakan oleh ilmuwan lainnya dalam bidang ilmu yang sejenis, pendidikan formal yang
ditempuh diakui secara akademis, memiliki kejujuran ilmiah sehingga tidak akan mengklaim
hasil temuan orang lain dianggap miliknya, dan harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Oleh karena itu, pelayanan keperawatan harus dilandasi penguasaan iptek serta kiat-kiat
keperawatan.
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

Definisi Perawat
Perawat : dalam bahasa Inggris ―Nurse‖ yang pada awalnya berasal dari bahasa latin yaitu
―Nutrik‖ yang berarati merawat atau memelihara, berawal dari tahun 1989 ketika itu
dijelaskan pengertian dari seseorang perawat.
UU RI No. 38 Tahun 2014 Tentang keperawatan :
Perawat adalah Seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik didalam
maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentua peraturan
perundang-undangan

Definisi Profesi
1) Bidang pekerjaan yang pelaksanaannya menuntut/dilandasi bidang keahlian,
ketrampilan dan kejuruan.
2) Pekerjaan yang meminta spesialisasi yang relative lama di perguruan tinggi dan
dikuasai oleh sesuatu kode etik yang khusus (kamus pendidikan)
3) Pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk
kepentingan golongan atau kelompok tertentu (Hamid, A.Y., 1996).
4) Profesi sebagai suatu karakter, spirit atau metode profesional yang mencakup
pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan
menjadi professional (Kelly dan Joel, 1995)
5) Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus

6) Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru,
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik
dengan fokus utama pada pelayanan (Winsley, 1964).

7) Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik
dibandingkan orang lain (pasien) Hughes,E.C ( 1963 )

8) Suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus dalam beberapa bidang ilmu,
melaksanakan peran yang bermutu dalam masyarakat. Melaksanakan cara-cara dari
peraturan yang telah disepakati oleh anggota profesi tersebut. (Chin Yakob, 1983).
Pekerjaan/ Non Profesi

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang tidak bergantung pada keahlian tertentu. Setiap
orang dimungkinkan memiliki pekerjaan namun tidak semuanya tertumpu pada satu
profesi. Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.
Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang.

Ciri-ciri profesi

 Didukung oleh badan ilmu ( body of knowledge ) yang sesuai dengan bidangnya, jelas
wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya.
 Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus menerus dan
bertahap
 Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-undangan
 Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga
profesi

Secara umum profesi mengandung dua unsur yaitu Keahlian dan Panggilan yang pada
hakekatnya memberikan pelayanan.
Profesional : Ketrampilan atau kemampuan khusus yang dimiliki oleh pelakunya.
Profesionalisasi :
Proses atau usaha untuk menjadikan sesuatu lembaga atau organisasi termasuk
sumber daya manusianya agar menjadi professional.
Profesionalisme :
Suatu aliran yang menghendaki agar pekerjaan itu dilakukan secara bermutu,
berkualitas tentang tindak tanduk seseorang.

Karakteristik dari Profesi Keperawatan


Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta Berger
dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik
sebagaiberikut:
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah
dalam tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat intuitif. Sebagai
suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu dimana keperawatan
banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik
dan lain-lain.
Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik
keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok
bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.

b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.


Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan
kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian
klien.

c. Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau


universitas.
Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi memberikan
kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan intelektual,
interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih
terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Disampingg
itu perawat dituntut untuk mengembangkan Iptek keperawatan.

d. Pengendalian terhadap standar praktik.


Standar adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik
keperawatan menekankan kepada tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk
memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat
maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi
lain.

e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.


Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan
kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat,
atasan dan konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu
bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga
menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi tertentu.

f. Karir seumur hidup


Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Perawat bekerja
sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan yang menjadi
pilihannya sendiri sepanjang hayat.

g. Fungsi mandiri/otonom
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun kegiatran
kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada
kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain

Kriteria dari Perawat Profesional:


1. Mempunyai ―body of Knowledge‖.
2. Ilmu pengetahuan secara terus-menerus di Up-Date, memperbaiki tekhnis dan pendidikan
pelayanan dengan menggunakan metode ilmiah
3. Mempercayakan pendidikan pelaksana pada institusi pendidikan tinggi
4. Mempraktekkan ilmu pengetahuan dalam praktek pelayanan untuk kesejahteraan sosial
dan manusia.
5. Berfungsi mandiri dalam membuat kebijakan professional dan mengontrol aktivitas
professional.
6. Berusaha melindungi para praktisi dengan memberikan kebebasan bertindak, kesempatan
untuk pengembangan profesionalitas.
Secara ringkas sifat/ciri-ciri Profesionalisme : Sifat mengejar kesempurnaan hasil,
Kesungguhan dan ketelitian kerja, Ketekunan dan ketabahan, Integritas yang tinggi (tidak
mudah tergiur), Kebulatan pikiran dan perbuatan.
Profil perawat professional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat
dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan.
Seorang perawat dikatakan professional, jika memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan
perawatan professional serta memiliki sikap professional sesuai kode etik profesi (Husin :
1994). Yang dimaksud ketrampilan professional keperawatan bukan sekedar terampil
melakukan prosedur keperawatan tetapi mencakup keterampilan interpersonal, ketrampilan
intelektual dan ketrampilan teknikal.

Beberapa alasan yang menjadikan keperawatan sebagai sebuah profesi berdasarkan


KepMenKes No. 1239, tahun 2001.

1. Adanya landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing), seperti cabang
ilmu keperawatan klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu penunjang, dan cabang
ilmu keperawatan komunitas.
2. Adanya kode etik profesi, yang tergambar jelas dari adanya kode etik keperawatan—
yang berlandaskan etika keperawatan yang telah ditetapkan masing-masing negara. Di
Indonesia, kode etik keperawatan ini dikenal dengan nama kode etik keperawatan
Indonesia.
3. Pendidikan berbasis keahlian, yang telah dikembangkan dengan standar kompetensi
berbeda, mulai dari jenjang D3, hingga S3.
4. Memberi pelayanan kepada masyarakat melalui praktisi dalam bidang
profesi. Pelayanan ini bersifat humanistis, menyeluruh, didasarkan pada kebutuhan
pasien, dan berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
5. Memiliki perhimpunan organisasi profesi. Di Indonesia, profesi perawat diakui
karena memiliki organisasi profesi sendiri, yakni Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI).
6. Pemberlakuan kode etik keperawatan. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional
keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
7. Otonomi. Ada kemandirian, wewenang, dan tanggung jawab untuk mengatur
kehidupan profesi; mencakup otonomi dalam memberikan dan menetapkan standar
asuhan keperawatan, penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan, dan praktik
keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan.

Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah ―body of


knowledge‖ yang jelas.Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang kuat, sehingga
dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan Profesi Keperawatan selalu
dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan
Kesehatan di Indonesia dalam upaya meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat
memajukan pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini. Dalam melaksanakan hal ini
tentunya dibutuhkan sumber daya pelaksana kesehatan termasuk di dalamnya terdapat tenaga
keperawatan yang baik, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas.

Pengembangan Tenaga Keperawatan


Gillies (1996) menuliskan bahwa pengembangan staf termasuk semua pelatihan dan
pendidikan yang dilakukan oleh manajer ditujukan untuk memperbaiki pengetahuan pribadi
dan jabatan, ketrampilan, dan sikap pegawai sehingga membantu pekerja kearah perbaikan.
Menurut Leonard Nadler dalam Hardjana (2001), pengembangan sumber daya
manusia adalah kegiatan-kegiatan belajar yang diadakan dalam jangka waktu tertentu guna
memperbesar kemungkinan untuk meningkatkan kinerja. Pengembangan harus benar-benar
terencana dan dirancang, baik formal maupun informal. Pengembangan sumber daya manusia
secara garis besar terdiri dari tiga kegiatan:
1. Kegiatan untuk menyiapkan SDM untuk mengemban tugas baru dalam waktu dekat,
disebut pendidikan (education).
2. Kegiatan untuk meningkatkan kinerja SDM dalam pekerjaan yang mereka emban, yang
disebut pelatihan (training)
3. Kegiatan untuk pengembangan diri SDM secara umum dan menyeluruh, tanpa dikaitkan
dengan tugas khusus yang mereka lakukan, disebut pengembangan (development).

Berdasarkan Kerangka kerja manajemen ketenagaan keperawatan ―Conceptual framework


for Nursing workforce management ‖ WHO (2003) pengembangan tenaga keperawatan telah
dimulai sejak rekruitmen calon mahasiswa keperawatan terkait dengan kualitas dan potensi
professional. Upaya pencapaian pendidikan ketrampilan berbasis kompetensi dan
metodologi pendidikan modern perlu dipertimbangkan. Hal ini merupakan peluang
pembelajaran multidisiplin bagi tenaga keperawatan. Pendidikan, pelatihan dan
pengembangan meliputi:

1. Koordinasi antara pendidikan dan pelayanan


Koordinasi merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menyatukan tujuan-tujuan atau
kegiatan dari berbagai unit organisasi kearah pencapaian tujuan utama atau tujuan bersama
supaya efisisen dan efektif. Koordinasi ditujukan untuk mengarahkan, menyesuaikan,
mensinkronisasikan dan menyelaraskan semua kegiatan sehingga tercapai tujuan bersama
atau tujuan organisasi secara keseluruhan (Wijono, 2000).
Berdasarkan ―Conceptual framework for Nursing workforce management ‖
(WHO,2003) koordinasi antara pendidikan, praktik dan pelayanan diperlukan dalam
memberikan arah pendidikan yang akan dilaksanakan, merupakan bagian penting dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Mekanisme koordinasi yang baik antara
pendidikan dan pelayanan menjadikan keilmuan yang diberikan nantinya relevan dengan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2. Rekruitmen calon mahasiswa keperawatan
Rekruitmen merupakan suatu proses menentukan dan menarik SDM yang berkualitas
sesuai dengan persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh SDM sesuai dengan
kebutuhan. Untuk mendapatkan perawat yang berkualifikasi dimulai melalui rekruitmen
calon mahasiswa keperawatan. Proses rekruitmen yang efektif akan mendapatkan input
mahasiswa yang terbaik, baik dari segi pengetahuan, sikap, dan penampilan (Nursalam,
2007).
Berdasarkan ―Conceptual framework for Nursing workforce management ‖ (WHO,
2003) dalam proses rekruitmen mahasiswa tidak hanyadilihat dari segi jumlahnya saja tetapi
yang penting juga adalah kualitasnya. Perlu adanya sistem monitoring mulai dari kualitas
mahasiswa, pendidikan, kemungkinan berkembang maupun kemungkinan untuk terhambat
dalam proses pendidikan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan terkait dengan
pelayanan keperawatan yang akan dilakukan dimasa mendatang.
3. Pendidikan berdasarkan kompetensi
Dalam menyelenggarakan pendidikan perlu adanya pengembangan kurikulum yang
memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa kurikulum tersebut merupakan alat yang
tepat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dimana proses pendidikan yang diselenggarakan
akan dapat menghasilkan lulusan yang mampu mengatasi kesehatan masyarakat pada masa
kini dan masa datang. Untuk saat ini kurikulum terbaru DIII keperawatan telah berbasis
kompetensi (KBK) dan telah dilaksanakan di sebagian besar institusi pendidikan DIII
keperawatan. Dengan KBK ini diharapkan dapat menghasilkan perawat yang berkompeten.
Berdasarkan ―Conceptual framework for Nursing workforce management ‖ (WHO,
2003) berbagai pendekatan diterapkan dalam pendidikan berdasarkan kompetensi seperti
kurikulum, metoda pengajaran dan proses pembelajaran yang dirancang untuk
mengembangkan pendidikan berbasis kompetensi, dimana pengetahuan dan ketrampilan
dapat diaplikasikan secara fleksibel. Berfikir kritis merupakan elemen penting, perlu
ditanamkan dan dikembangkan pada mahasiswa, sebagai fondasi mereka untuk melakukan
praktek setelah menyelesaikan pendidikan.Pendekatan pendidikan berdasarkan kompetensi
ini berguna dalam memberikan pondasi pada pelaksanaan prosedur keperawatan serta
mengembangkan program menjaga mutu pelayanan dan sebagai strategi upaya peningkatan
mutu yang berkelanjutan dalam pelayanan keperawatan.

4. Pembelajaran multidisiplin
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan
menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan ketrampilan di berbagai bidang. Perawat
memiliki peran yang sangat luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit mencakup pemberi pelayanan, pembuat keputusan klinis dan etika,
pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik.
Berdasarkan ―Conceptual framework for Nursing workforce management ‖ (WHO,
2003) Pengetahuan, nilai dan sikap dari perawat/bidan sedikit berbeda dengan pemberi
pelayanan kesehatan lain, juga terhadap pengambil kebijakan senior serta para manajerial.
Hal ini menimbulkan hambatan dalam komunikasi, termasuk dalam isue-isue kebijakan dan
manajemen. Kegagalan dalam berkomunikasi menjadi hambatan untuk mencapai kemajuan,
untuk itu perlu ditingkatkan pemahaman terhadap pebedaan berbagai profesi dalam
pelayanan kesehatan sehingga komunikasi antar profesi dapat menyatukan perbedaan.
Pembelajaran multidisiplin merupakan suatu strategi yang memberikan pengaruh
positif dalam pengembangan tim, sosialisasi, menyatukan pemahaman dan meningkatkan
komunikasi. Pembelajaran ini memiliki dampak yang besar pada budaya pendidikan dan
pelayanan kesehatan. Pendidikan multidisiplin juga memberikan manfaat ekonomi, dalam
kegiatan pembelajaran yang bersama-sama (mengadakan kelas dan pengajar) serta
meningkatkan efisiesi dalam pengembangan kerja tim yang lebih baik.
5. Budaya belajar sepanjang hayat
Setiap individu memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran diri,
tuntutan untuk mengembangkan segala potensi dan kemampuan diri agar dapat menguasai
ketrampilan dan keahlian yang sesuai dengan profesi yang dipilihnya menjadi keharusan agar
dapat mengaktualisasikan diri dengan menguasai semua persyaratan kemampuan,
pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan untuk menjadi seseorang yang
profesional (Rivai, 2009).
Berdasarkan ―Conceptual framework for Nursing workforce management ‖ (WHO,
2003) Budaya belajar sepanjang hayat penting dalam, peningkatan pengetahuan semua
profesi kesehatan. Perubahan dalam rancangan pendidikan dan praktek pada tenaga perawat
dan bidan sangat diperlukan.
Kemampuan berfikir kritis menjadi bagian integral dalam perubahan ini, dorongan
untuk melakukan penelitian, menanamkan rasa keingintahuan untuk melakukan
tindakan/pekerjaan dengan benar, mengembangkan aplikasi terhadap berbagai kasus untuk
meningkatkan kualitas pelayanan, semua ini harus diarahkan menjadi suatu budaya dalam
proses pembelajaran. Melalui budaya belajar sepanjang hayat, tenaga perawat/bidan akan
melakukan bertindak berdasarkan konsep peningkatan mutu berkelanjutan baik dalam
pengetahuan maupun aplikasi dalam praktek.
6. Sistem pendidikan berkelanjutan
Pada saat ini mayoritas tenaga perawat masih berpendidikan DIII keperawatan, untuk
itu pemerintah dan profesi keperawatan telah menyelenggarakan pendidikan lanjutan seperti
DIV keperawatan, Ners generalis, Ners spesialis, Ners Konsultan.
Sistem pendidikan berkelanjutan menurut WHO (2003) diperlukan untuk mencapai,
mempertahankan dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang optimal, dimana budaya
belajar sepanjang hayat menyertai dalam upaya pengembangan pendidikan berkelanjutan
yang menjadi bagian integral dalam keperawatan.
Pengembangan SDM Keperawatan dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun
informal, yaitu :
1. Pendidikan Berlanjut
Pendidikan berlanjut dapat dilaksanakan dalam berbagai jenjang sesuai kebutuhan
pengembangan serta sesuai dengan kaedah-kaedah pendidikan berlanjut (continuing
education). Pendidikan keperawatan berlanjut harus terarah kepada tuntutan kebutuhan,
baik pelayanan/asuhan keperawatan maupun para perawat itu sendiri.
Pendidikan keperawatan berlanjut harus dapat menekankan kepada :
- Menambah ilmu pengetahuan seta teknologi bidang keperawatan
- Menambah ketrampilan keprofesian dalam bidang keperawatan
- Menambah ketrampilan dalam bidang manajemen keperawatan
- Memperluas wawasan dalam keperawatan serta etika keperawatan
- Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penelitian perawatan
(nursing research).
2. Study Banding
Selain melakukan rangkaian kegiatan pendidikan keperawatan, perubahan perilaku
(Nursing Behaviour) dapat juga dicapai melalui berbagai kegiatan, studi banding ke
berbagai rumah sakit model/contoh didalam maupun diluar negeri.
Studi banding yang direncanakan dengan baik dan pemilihan tempat kunjungan yang
tepat, dapat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan sikap dan
pandangan serta wawasan tentang keperawatan. Melalui kegiatan ini didapatkan
gambaran yang menyeluruh dan utuh (komprehensif) tentang keperawatan yang
mungkin belum pernah dilihat atau dijumpai.
3. Pembahasan kasus
Bentuk lain yang dapat mempengaruhi sikap, menambah pengetahuan dan ketrampilan
professional adalah melalui kegiatan pembahasan kasus keperawatan. Pembahasan
dilakukan secara ilmiah dengan membahas landasan ilmu dan etika, sehingga para
perawat lebih terlatih didalam pengambilan keputusan.

Pelayanan keperawatan dikatakan bersifat komprehensif, jika asuhan keperawatan yang


diberikan bersifat menyeluruh yang meliputi aspek Bio-Psiko-Sosial-Spiritual baik kepada
individu, keluarga dan masyarakat. Sesuai dengan ilmu keperawatan, bahwa asuhan
keperawatan dapat diberikan kepada:
- Individu : Pada institusi pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Poliklinik dan Rumah
sakit
- Keluarga : Pelayanan dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah sakit dan Komunitas yang
lebih berorientasi pada pendidikan dan penyuluhan.

Perkembangan IPTEK bidang kesehatan, menuntut peningkatan mutu pelayanan


kesehatn, termasuk pelayanan keperawatan, pelayanan kesehatan di rumah sakit dan
Puskesmas tidak dimungkinkan tanpa adanya pelayanan keperawatan, karena pelayanan
keperawatan merupakan bagian yang integral dari pelayanan kesehatan.
Tujuan utama dari pengembangan SDM keperawatan adalah mengurangi adanya
kesenjangan ilmu pengetahuan perawat yang ada terhadap perkembangan ilmu keperawatan
yang mutakhir.
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

International Council Of Nurse Tahun 1972


Menegaskan tentang fungsi unik perawat yaitu melakukan pengkajian pada individu sehat
atau sakit dimana segala aktivitas yang dilakukan berguna untuk kesehatan/pemulihan
kesehatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
Peran perawat :
1. Peran pelaksana (dikenal dengan care giver)
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak
langsung kepada individu keluarga dan masyarakat.
Metode yang digunakan :
Pendekatan pemecahan masalah yang disebut dengan proses keperawatan. Dalam
melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai komunikator serta rehabilitator.
Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai :
 Comforter : memberikan kenyamanan/rasa aman pada klien
 Protector dan advokat : berfokus pada kemampuan perawat melindungi hak dan
kewajiban klien
 Komunikator : perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota
tim kesehatan.
 Rehabilitator : mengembalikan fungsi organ tubuh agar sembuh dan berfungsi
normal
2. Peran sebagai pendidik
Perawat berperan mendidik individu, keluarga dan masyarakat. Peran ini berupa
penyuluhan kesehatan maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik
keperawatan atau sesama perawat. Agar penyuluhan berjalan dengan baik, perawat
perlu melakukan pengkajian/penjajakan berupa pengumpulan data dan analisa data,
selain itu perawat harus membuat perencanaan yang meliputi : tujuan, sasaran
penyuluhan, jumlah peserta, metode, alat bantu yang digunakan serta criteria evaluasi
sebagai instrument penilaian.
3. Peran sebagai pengelola
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun
pendidian dan keperawatan. Sebagai pengelola, perawat berperan dalam memantau dan
menjamin kualitas asuhan/pelayanan keperawatan.
Pada institusi pelayanan keperawatan, peran sebagai pengelola ada tiga tingkatan :
 Tingkat atas (top manager) : kepala bidang keperawatan
 Tingkat menengah (middle manager) : Kasi/Supervisor keperawatan
 Tingkat dasar/bawah (lower manager) : Kepala ruangan keperawatan
Secara umum di Indonesia pelaksanaan peran pengelola belum optimal, hal ini
disebabkan pemahaman perawat terhadap konsep manajemen keperawatan masih
berkurang. Oleh karena itu, agar peran ini terlaksana dengan baik perawat harus
memahami manajemen asuhan keperawatan yaitu penguasaan terhadap : proses
keperawatan serta penguasaan manajerial (komunikasi, member motivasi, ketrampilan
memimpin dan kemampuan mengambil keputusan dan pemecahan masalah).

4. Peran sebagai peneliti


Perawat harus mampu mengidentifikasi masalah penelitian, metode penelitian serta
memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan/asuhan dan
pendidikan keperawatan
Penelitian bertujuan menghasilkan :
 Jawaban terhadap pertanyaan
 Solusi penyelesaian masalah
 Penemuan dan penafsiran fakta baru
 Penyajian teori berdasarkan fakta baru
 Perumusan teori baru

Anda mungkin juga menyukai