Pada zaman purbakala (Primitive Cultures) manusia percaya bahwa apa yang ada di
bumi mempunyai suatu kekuatan spiritual/mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Kepercayaan ini disebut ―Animisme‖
Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib dan
lain-lain, sehingga peran perawat tidak berkembang.
Fenomena ini terlihat pada sejarah bangsa mesir dan cina. Pada masa ini bangsa mesir
menyembah Dewi Isis yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit.
Dinegara Cina menganggap bahwa penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk
halus, dan akan bertambah parah jika orang lain memegang orang yang sakit tersebut.
Akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang sakit.
Kemajuan peradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.
Pada abad ke XVI struktur masyarakat mengalami perubahan dari orientasi kepada
agama berubah menjadi orientasi pada kekuasaan yaitu perang, akibatnya banyak
gereja dan tempat ibadah yang ditutup, padahal tempat ini digunakan untuk merawat
orang sakit. Kondisi ini berpengaruh terhadap perkembangan keperawatan.
Disisi lain adanya perang salib yang berdampak positif terhadap perkembangan
keperawatan, karena banyaknya tenaga-tenaga yang dibutuhkan. Pada saat inilah
pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulai dikenal konsep P3K.
keberadaan perawat muali dibutuhkan.
Pada pertengahan abad 18 dan memasuki abad 19 reformasi sosial masyarakat
berubah, pada masa ini keperawatan mulai banyak dipercaya orang. Contohnya adalah
Florence Neightingale yang lahir pada tahun 1820 dari keluarga yang kaya dan
terhormat. Dia tumbuh dan berkembang di Inggris dan dengan pendidikan yang
cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia mengikuti kursus perawat pada
usia 31 tahun.
Selama ini pula perawat indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale
sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan
modern yang mengadopsi literature barat. Florence Nightingale adalah pelopor perawat
modern. Ia dikenali dengan nama The lady with the lamp dalam bahasa inggris yang berarti
―sang wanita dengan lampu‖.
Sejarah islam dalam keperawatan mengenalkan kita pada tokoh perawat islam masa
Rufaidah binti Sa’ad (Th 570 – 632 SM), yang memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad
Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum
Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter,
dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Saat kota Madinah
berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun
tenda diluar Masjid Nabawi saat damai.
Rufaidah tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata,
namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse
and social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia islam.
Florence Nightingale, lahir tahun 1820 dari keluarga kaya raya dan terhormat meniti karirnya
dirumah sakit ST. Thomas Hospital ditentang keras oleh keluarganya. Ia diterima mengikuti
kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Ditunjuk oleh pemerintahan Inggris untuk
menata asuhan keperawatan rumah sakit militer di Turki memberi peluang baginya untuk
meraih prestasi.
Kontribusi Florence Nightingale :
Menetapkan standar manajemen rumah sakit
Menegaskan bahwa nutrisi merupakan bagian penting dari asuhan keperawatan
Meyakinkan bahwa okupasional merupakan suatu terapi bagi orang sakit
Mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya
Mengembangkan standar okupasi bagi pasien wanita
Mengembangkan pendidikan keperawatan
Menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit
Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi
kedokteran
Menekankan kebutuhan pendidikan lanjut bagi perawat.
Ketika ada pertanyaan :Apakah keperawatan merupakan suatu profesi?‖ maka salah
satu pertimbangan untuk menjawabnya adalah ada atau tidaknya organisasi profesi.
Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki organisasi profesi yang sangat
bermanfaat dalam menetapkan standar praktek keperawatan.
International Council of Nurses (ICN)
Merupakan organisasi profesi wanita pertama di dunia yang didirikan tanggal 1 Juli
1899 yang merupakan perhimbpunan perawat nasional diseluruh dunia yang bertujuan
untuk memperkokoh silaturahmi para perawat dari seluruh dunia
American Nurses Association (ANA)
Adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat didirikan pada tahun 1800.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
- Merupakan perhimpunan seluruh perawat di Indonesia, didirikan pada tanggal 17
Maret 197. PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan nama
organisasi.
- Embrio PPNI adalah perkumpulan kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun
1921. Pada saat itu profesi keperawatan sangat dihormati masyarakat berkenaan
dengan tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit.
- Setelah Indonesia merdeka, tumbuh organisasi profesi keperawatan. Setidaknya
ada tiga organisasi profesi yang ada diantara tahun 1945 – 1954, yaitu :
PDKI (Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia), Perjurais (Persatuan Djuru Rawat
Islam), SBK (Serikat Buruh Kesehatan).
- Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan, yaitu terjadi
fusi organisasi yang ada menjadi persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI)
- Dalam kurun waktu tahun 1951 – 1958 diadakan kongres di Bandung dan
merubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PDKI).
- Tahun 1959 – 1974 terjadi pengelompokkan Organisasi keperawatan, antara lain :
IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia),
IPI (Ikatan Perawat Indonesia) tahun 1969.
- Akhirnya pada tanggal 17 Maret 1974, seluruh organisasi keperawatan terkecuali
SBK (Serikat Buruh Kesehatan) bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat
nasional yaitu PPNI yang resmi sampai sekarang.
Tuntutan akan pelayanan keperawatan yang bermutu, berimplikasi pada sistem pelayanan
keperawatan. Oleh karena itu, terjadi pergeseran dalam pelayanan keperawatan :
1. Perubahan sifat pelayanan dari Focasional menjadi professional, dalam hal ini terjadi
pergeseran orientasi pelayanan dari yang hanya didasarkan ketrampilan semata menjadi
pelayanan yang didasari ilmu pengetahuan.
2. Fokus asuhan keperawatan, dari peran kuratif yang didominasi dokter menjadi peran
preventif dan promotif tanpa melupakan peran kuratif dan rehabilitative.
3. Kecenderungan terjadinya fragmentasi pelayanan, fragmentasi atau spesialisasi
pelayanan keperawatan berkembang menjadi bidang pelayanan keperawatan medical
bedah, anak, kebidanan, perawatan jiwa, komunitas dan keperawatan usia lanjut.
Pada perkembangannya, ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain
mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah menurut tuntutan
zaman. Sebagai ilmu yang mulai berkembang ilmu keperawatan, banyak mendapatkan
tekanan diantaranya tekanan dari luar dan tekanan dari dalam, sebagai contoh, tekanan dari
luar yang berpengaruh pada perkembangan ilmu keperawatan adalah adanya tuntuan
kebutuhan masyarakat dan industri kesehatan dan tekanan dari dalam yaitu masalah
keperawatan yang secara terus menerus ada dan selalu memerlukan jawaban.
Kelompok cabang ilmu keperawatan:
Ilmu keperawatan dasar : Konsep dasar keperawatan, Keperawatan professional,
Komunikasi keperawatan, Kepemimpinan dan manajemen keperawatan, Kebutuhan
dasar manusia, Pendidikan keperawatan, Pengantar riset keperawatan, Dokumentasi
keperawatan
Ilmu keperawatan klinik : Keperawatan anak, Keperawatan maternitas,
Keperawatan medikal bedah, Keperawatan jiwa, Keperawatan gawat darurat
Ilmu keperawatan komunitas : Keperawatan komunitas, Keperawatan keluarga,
Keperawatan gerontik
Ilmu penunjang : Ilmu humaniora, Ilmu alam dasar, Ilmu perilaku, Ilmu sosial, Ilmu
biomedik, Ilmu kesehatan masyarakat, Ilmu kedokteran klinik.
Definisi Perawat
Perawat : dalam bahasa Inggris ―Nurse‖ yang pada awalnya berasal dari bahasa latin yaitu
―Nutrik‖ yang berarati merawat atau memelihara, berawal dari tahun 1989 ketika itu
dijelaskan pengertian dari seseorang perawat.
UU RI No. 38 Tahun 2014 Tentang keperawatan :
Perawat adalah Seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik didalam
maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentua peraturan
perundang-undangan
Definisi Profesi
1) Bidang pekerjaan yang pelaksanaannya menuntut/dilandasi bidang keahlian,
ketrampilan dan kejuruan.
2) Pekerjaan yang meminta spesialisasi yang relative lama di perguruan tinggi dan
dikuasai oleh sesuatu kode etik yang khusus (kamus pendidikan)
3) Pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk
kepentingan golongan atau kelompok tertentu (Hamid, A.Y., 1996).
4) Profesi sebagai suatu karakter, spirit atau metode profesional yang mencakup
pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan
menjadi professional (Kelly dan Joel, 1995)
5) Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus
6) Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru,
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik
dengan fokus utama pada pelayanan (Winsley, 1964).
7) Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik
dibandingkan orang lain (pasien) Hughes,E.C ( 1963 )
8) Suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus dalam beberapa bidang ilmu,
melaksanakan peran yang bermutu dalam masyarakat. Melaksanakan cara-cara dari
peraturan yang telah disepakati oleh anggota profesi tersebut. (Chin Yakob, 1983).
Pekerjaan/ Non Profesi
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang tidak bergantung pada keahlian tertentu. Setiap
orang dimungkinkan memiliki pekerjaan namun tidak semuanya tertumpu pada satu
profesi. Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.
Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang.
Ciri-ciri profesi
Didukung oleh badan ilmu ( body of knowledge ) yang sesuai dengan bidangnya, jelas
wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya.
Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus menerus dan
bertahap
Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-undangan
Peraturan dan ketentuan yag mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga
profesi
Secara umum profesi mengandung dua unsur yaitu Keahlian dan Panggilan yang pada
hakekatnya memberikan pelayanan.
Profesional : Ketrampilan atau kemampuan khusus yang dimiliki oleh pelakunya.
Profesionalisasi :
Proses atau usaha untuk menjadikan sesuatu lembaga atau organisasi termasuk
sumber daya manusianya agar menjadi professional.
Profesionalisme :
Suatu aliran yang menghendaki agar pekerjaan itu dilakukan secara bermutu,
berkualitas tentang tindak tanduk seseorang.
g. Fungsi mandiri/otonom
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun kegiatran
kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada
kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain
1. Adanya landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing), seperti cabang
ilmu keperawatan klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu penunjang, dan cabang
ilmu keperawatan komunitas.
2. Adanya kode etik profesi, yang tergambar jelas dari adanya kode etik keperawatan—
yang berlandaskan etika keperawatan yang telah ditetapkan masing-masing negara. Di
Indonesia, kode etik keperawatan ini dikenal dengan nama kode etik keperawatan
Indonesia.
3. Pendidikan berbasis keahlian, yang telah dikembangkan dengan standar kompetensi
berbeda, mulai dari jenjang D3, hingga S3.
4. Memberi pelayanan kepada masyarakat melalui praktisi dalam bidang
profesi. Pelayanan ini bersifat humanistis, menyeluruh, didasarkan pada kebutuhan
pasien, dan berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
5. Memiliki perhimpunan organisasi profesi. Di Indonesia, profesi perawat diakui
karena memiliki organisasi profesi sendiri, yakni Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI).
6. Pemberlakuan kode etik keperawatan. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional
keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
7. Otonomi. Ada kemandirian, wewenang, dan tanggung jawab untuk mengatur
kehidupan profesi; mencakup otonomi dalam memberikan dan menetapkan standar
asuhan keperawatan, penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan, dan praktik
keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan.
4. Pembelajaran multidisiplin
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan
menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan ketrampilan di berbagai bidang. Perawat
memiliki peran yang sangat luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit mencakup pemberi pelayanan, pembuat keputusan klinis dan etika,
pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik.
Berdasarkan ―Conceptual framework for Nursing workforce management ‖ (WHO,
2003) Pengetahuan, nilai dan sikap dari perawat/bidan sedikit berbeda dengan pemberi
pelayanan kesehatan lain, juga terhadap pengambil kebijakan senior serta para manajerial.
Hal ini menimbulkan hambatan dalam komunikasi, termasuk dalam isue-isue kebijakan dan
manajemen. Kegagalan dalam berkomunikasi menjadi hambatan untuk mencapai kemajuan,
untuk itu perlu ditingkatkan pemahaman terhadap pebedaan berbagai profesi dalam
pelayanan kesehatan sehingga komunikasi antar profesi dapat menyatukan perbedaan.
Pembelajaran multidisiplin merupakan suatu strategi yang memberikan pengaruh
positif dalam pengembangan tim, sosialisasi, menyatukan pemahaman dan meningkatkan
komunikasi. Pembelajaran ini memiliki dampak yang besar pada budaya pendidikan dan
pelayanan kesehatan. Pendidikan multidisiplin juga memberikan manfaat ekonomi, dalam
kegiatan pembelajaran yang bersama-sama (mengadakan kelas dan pengajar) serta
meningkatkan efisiesi dalam pengembangan kerja tim yang lebih baik.
5. Budaya belajar sepanjang hayat
Setiap individu memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran diri,
tuntutan untuk mengembangkan segala potensi dan kemampuan diri agar dapat menguasai
ketrampilan dan keahlian yang sesuai dengan profesi yang dipilihnya menjadi keharusan agar
dapat mengaktualisasikan diri dengan menguasai semua persyaratan kemampuan,
pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan untuk menjadi seseorang yang
profesional (Rivai, 2009).
Berdasarkan ―Conceptual framework for Nursing workforce management ‖ (WHO,
2003) Budaya belajar sepanjang hayat penting dalam, peningkatan pengetahuan semua
profesi kesehatan. Perubahan dalam rancangan pendidikan dan praktek pada tenaga perawat
dan bidan sangat diperlukan.
Kemampuan berfikir kritis menjadi bagian integral dalam perubahan ini, dorongan
untuk melakukan penelitian, menanamkan rasa keingintahuan untuk melakukan
tindakan/pekerjaan dengan benar, mengembangkan aplikasi terhadap berbagai kasus untuk
meningkatkan kualitas pelayanan, semua ini harus diarahkan menjadi suatu budaya dalam
proses pembelajaran. Melalui budaya belajar sepanjang hayat, tenaga perawat/bidan akan
melakukan bertindak berdasarkan konsep peningkatan mutu berkelanjutan baik dalam
pengetahuan maupun aplikasi dalam praktek.
6. Sistem pendidikan berkelanjutan
Pada saat ini mayoritas tenaga perawat masih berpendidikan DIII keperawatan, untuk
itu pemerintah dan profesi keperawatan telah menyelenggarakan pendidikan lanjutan seperti
DIV keperawatan, Ners generalis, Ners spesialis, Ners Konsultan.
Sistem pendidikan berkelanjutan menurut WHO (2003) diperlukan untuk mencapai,
mempertahankan dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang optimal, dimana budaya
belajar sepanjang hayat menyertai dalam upaya pengembangan pendidikan berkelanjutan
yang menjadi bagian integral dalam keperawatan.
Pengembangan SDM Keperawatan dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun
informal, yaitu :
1. Pendidikan Berlanjut
Pendidikan berlanjut dapat dilaksanakan dalam berbagai jenjang sesuai kebutuhan
pengembangan serta sesuai dengan kaedah-kaedah pendidikan berlanjut (continuing
education). Pendidikan keperawatan berlanjut harus terarah kepada tuntutan kebutuhan,
baik pelayanan/asuhan keperawatan maupun para perawat itu sendiri.
Pendidikan keperawatan berlanjut harus dapat menekankan kepada :
- Menambah ilmu pengetahuan seta teknologi bidang keperawatan
- Menambah ketrampilan keprofesian dalam bidang keperawatan
- Menambah ketrampilan dalam bidang manajemen keperawatan
- Memperluas wawasan dalam keperawatan serta etika keperawatan
- Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penelitian perawatan
(nursing research).
2. Study Banding
Selain melakukan rangkaian kegiatan pendidikan keperawatan, perubahan perilaku
(Nursing Behaviour) dapat juga dicapai melalui berbagai kegiatan, studi banding ke
berbagai rumah sakit model/contoh didalam maupun diluar negeri.
Studi banding yang direncanakan dengan baik dan pemilihan tempat kunjungan yang
tepat, dapat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan sikap dan
pandangan serta wawasan tentang keperawatan. Melalui kegiatan ini didapatkan
gambaran yang menyeluruh dan utuh (komprehensif) tentang keperawatan yang
mungkin belum pernah dilihat atau dijumpai.
3. Pembahasan kasus
Bentuk lain yang dapat mempengaruhi sikap, menambah pengetahuan dan ketrampilan
professional adalah melalui kegiatan pembahasan kasus keperawatan. Pembahasan
dilakukan secara ilmiah dengan membahas landasan ilmu dan etika, sehingga para
perawat lebih terlatih didalam pengambilan keputusan.