Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN AKHIR PROFESI

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TN. A PASIEN SKIZOFRENIA


DENGAN MASALAH KECEMASAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KUALA TUNGKAL 2
TAHUN 2024

PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:

SOFIA ANITA TANJUNG


202391090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI 2024

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TN. A PASIEN SKIZOFRENIA


DENGAN MASALAH KECEMASAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KUALA TUNGKAL 2
TAHUN 2024

Disusun Oleh

SOFIA ANITA TANJUNG


202391090

Telah Diujikan hari kamis tanggal 8 februari 2024, dan Dinyatakan Selesai dalam
penulisan Laporan Akhir

Ketua Program Studi Ners Pembimbing Laporan Akhir Perawat

Ns. Vevi Suryenti Putri, M.Kep Ns. Vevi Suryenti Putri, M.Kep
NPP : 16912 NPP : 16912

Mengetahui
Ketua STIKBA

Dr. Filius Chandra, S.E., M.M


NPP : 03404

ii
Sekolah TinggiImu Kesehatan Baiturrahim Jambi
Program StudiProfesi Ners

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TN. A PASIEN SKIZOFRENIA


DENGAN MASALAH KECEMASAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KUALA TUNGKAL II

ABSTRAK

Latar Belakang: Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak
mengalami gangguan dalam kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak
mengalami keretakan kepribadian normal. Hasil pengamatan penulis, Tn.A
mengalami skizofrenia dengan masalah kecemasan. Laporan tugas akhir ini
penting dilakukan untuk menurunkan tanda gejala kecemasan, penulis merasa
perlu untuk melakukan “penerapan asuhan keperawatan tn. a pasien skizofrenia
dengan masalah kecemasan di wilayah kerja puskesmas kuala tungkal II.
Tujuan Penulisan laporan tugas akhirini diharapkan dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah kecemasan
Hasil:Diagnosa yang muncul pada pasien yaitu gangguan anxietas (kecemasan).
Perencanaan dan implementasi yang disusun penulis yaitu melakukan pendekatan
strategi pelaksanaan. Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi selama 2 hari
sebanyak 4 x pertemuan menunjukan diagnosa masalah persepsi sensori halusinasi
teratasi.
Kesimpulan proses asuhan keperawatan meliputi pengkajian, analisa data,
penentuan diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Asuhan keperawatan
dengan menerapkan SP1 dan 2 cukup efektif untuk mengurangi kecemasan jika
muncul.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Skizofrenia, Kecemasan.

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.
Pujisyukurkehadirat Allah SWT atasrahmatdankarunia-Nyasehingga
penulis dapatmenyelesaikanLaporan Tugas Akhir Nersinidenganjudul“Penerapan
Asuhan Keperawatan Tn. A Pasien Skizofrenia dengan Masalah Kecemasan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Tungkal 2”.
Laporan Tugas Akhir ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Baiturrahim Jambi.
Meskipun penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir Ners ini namun kesempurnaan itu hanya milik Allah, karena
itu penulis menyadari masih banyak kekurangan dan penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga penulisan ini
bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi perawat dalam menerapkan asuhan
keperawatan yang berkualitas.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Jambi, Januari 2024

Penulis

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Skizofrenia...................................................................... 8
.....................................................................................................
2.1.1 Tanda dan Gejala................................................................ 9
2.1.2 Jenis-Jenis Skizofrenia....................................................... 9
2.1.3 Diagnosis............................................................................ 10
2.1.4 Tatalaksana......................................................................... 10
2.2 Ansietas....................................................................................... 14
2.2.1 Defenisi................................................................................ 14
2.2.2 Rentang Respon Ansietas.................................................... 15
2.2.3 Defenisi.............................................................................. 17
............................................................................................
2.2.4 Proses Terajdinya Ansietas................................................... 18
2.2.4 Manisfestasi klinik.............................................................. 20
2.2.5 Penatalaksanaan Ansietas..................................................... 21
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian................................................................................... 24
3.2 Analisa Data................................................................................. 36
3.3 Diagnosa...................................................................................... 36
3.4 Rencana Tindakan Keperawatan.................................................. 37
3.5 Implementasi ................................................................................ 39
3.6 Evaluasi Keperawatan................................................................... 40
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Keperawatan................................................................ 41
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 42
4.3 Intervensi Keperawatan................................................................. 43
4.4 Implementasi Evaluasi Keperawatan............................................. 44
4.5 Evaluasi.......................................................................................... 48
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 50
v
5.2 Saran.............................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization)

adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu

menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain

sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri

sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang

individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat

mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu

memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan

yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18

tahun 2014).

Gangguan jiwa dimanesfestasikan dengan adanya gejala positif

dan gejala negatif. Adapun gejala positif menggambarkan fungsi

normal yang berlebihan dan khas, yang meliputi waham, halusinasi,

disorganisasi pembicaraaan dan disorganisasi perilaku seperti katatonia

(gerakan yang ekstreme), atau agitasi (gelisah). Gejala positif tidak

hanya ditemukan pada penderita skizofrenia tetapi juga didapatkan

pada gangguan lainnya, missal pada penderita bipolar,depresi psikotik

dan dimensia. Sedangkan gejala negatif terdiri dari tipe yaitu ekspresi

emosi yang terbatas, dalam rentang intensitas, keterbatasan

1
2

pembicaraan dan perilaku dalam kelancaran dan produktivitas (alogia),

keterbatasan perilaku dalam menentukan tujuan (avolotion),

berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktivitas yang

menyenangkan dan bisa dilakukan oleh penderita (adhenonia),

gangguan atensi: suatu yang dapat dilakukan symptom negatif bila

ditemukan adanya penurunan fungsi normal pada penderita

skizofrenia. Dan gejala negatif adalah kesulitan berfikir abstrak,

pikiran yang stereotipik, dan kurangnya spontanitas (Sinaga,2018).

Departemen kesehatan Republik Indonesia Riset Kesehatan

Dasar (Rikesdas, 2018) menyatakan bahwa jumlah gangguan jiwa

berat psikosis/skizofrenia di indonesia dimana provinsi-provinsi

memiliki gangguan jiwa terbesar yaitu urutan pertama DI Yogyakarta

(0,27%), urutan kedua Aceh (0,27%), urutan ketiga Sulawesi Selatan

(0,26%). Peningkatan proporsi gangguan jiwa pada data yang

didapatkan Riskesdas 2023 cukup signifikan jika dibandingkan dengan

Riskesdas 2018, naik dari 1,7% menjadi 7%. Rumah Sakit Jiwa

Daerah Propinsi Jambi, merupakan rumah sakit jiwa satu-satunya yang

ada di kota Jambi, yang melayani berbagai pasien dengan masalah

kejiwaan dan juga melayani penyakit umum.

Ansietas/kecemasan merupakan respon emosional dan

penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah

sadar dan belum diketahui secara khusus faktor penyebabnya.

Kecemasan merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada

objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was


3

(khawatir) seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada

umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang langsung beberapa

waktu. Kecemasan merupakan keaadaan perasaan afektif yang tidak

meyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan

orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang tidak

menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjukkan dengan

kecemasan itu sendiri selalu dirasakan (Lestari, 2015).

Kecemasan adalah suatu keadaan ditandai dengan perasaan

ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan

terjadinya hipersensivitas sistem saraf otonom. Kecemasan adalah

gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami

gangguan dalam kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak

mengalami keretakan kepribadian normal (Hawari, 2016).

Menurut (Hawari, 2016), kecemasan atau ansietas sangat

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan ini

tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif

dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan

merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam

kehidupan sehari-hari. Kecemasan berbeda dengan takut, karakteristik

rasa takut adalah ketidakpastian dapat menimbulkan kecemasan yang

berwujud pada ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran yang timbul

karena adanya respon terhadap kondisi stress atau konflik, baik yang
4

datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan

respon dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu.

Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada

organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah maupun alat-

alat gerak. Karena bentuk respon yang demikian, penderita biasa tidak

menyadari hal itu sebagai hubungan sebab-akibat.

Menurut Carpenito (1996) dikutip oleh Keliat (2006),

pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga

atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang terdiri dari pengkajian menentukan masalah atau

diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi dan

evaluasi. Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada

pasien perlu dikaji lebih lanjut tentang ansietas pada pasien. Salah

satunya dengan cara komunikasi terapeutik (Yosep, 2009).

Komunikasi adalah penyampaian informasi verbal dan non

verbal untuk mencapai kesamaan pengertian dari pengirim informasi

kepada penerima, sehingga menimbulkan tingkah laku yang diinginkan

oleh pengirim dan penerima informasi. Komunikasi merupakan sarana

yang digunakan oleh seseorang untuk mengadakan hubungan dengan

orang lain untuk mencapai tujuan (Suliswati, 2005).

Menurut Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan

terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar


5

perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan

intim yang terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang

direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan

untuk kesembuhan pasien (Purwanto 2018).

Berdasarkan praktik yang dilakukan di wilayah kerja

puskesmas kuala tungkal 2 ada sekitar 131 pasien dengan ganguan

jiwa dan yang menjadi subjek adalah Tn. A dengan masalah

keperawatan kecemasan . Hasil wawancara yang dilakukan oleh Tn. A

pada tanggal 11 Januari 2024, klien mengatakan bahwa beliau merasa

khawatir dan sedih dengan penyakit yang dideritanya, tampak

gelisah,tegang dan mondar mandir.

Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk mengambil

judul laporan akhir perawat dengan judul Penerapan Asuhan

Keperawatan Tn. A Pasien Skizofrenia dengan Masalah Kecemasan di

Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Tungkal 2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah di

uraikan diatas, maka penulis merumuskan bagaimana “Penerapan

Asuhan Keperawatan Tn. A Pasien Skizofrenia dengan Masalah

Kecemasan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Tungkal 2

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan penerapan tindakan keperawatan pada pasien

szhizophrenia dengan kecemasan di wilayah kerja puskesmas kuala


6

tungkal 2

2. Tujuan Khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian pada pada pasien schizophrenia dengan

kecemasan.

b. Memaparkan hasil merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

schizophrenia dengan kecemasan.

c. Memaparkan penyusunan intervensi pada pasien schizophrenia

dengan kecemasan.

d. Memaparkan pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien

schizophrenia dengan kecemasan.

e. Memaparkan hasil evaluasi tindakan keperawatan pada pada pasien

schizophrenia dengan masalah kecemasan

1.4 Manfaat Karya Ilmiah Akhir Ners

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai kajian

pustaka dan sumber pustaka baru dalam dunia penulisan dan

pendidikan. Hasil karya ilmiah ini juga diharapkan dapat melengkapi

konsep ansietas.

2. Manfaat Praktik

a. Penulis

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi

kepada penulis mengenai terapi dalam mengurangi kecemasan

pada klien schizofrenia.

b. Institusi Pendidikan
7

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai

referensi bahan ajar bagi institusi, terutama untuk mata ajar

perkuliahan Keperawatan Jiwa dan meningkatkan mutu

pendidikan juga menambah wawasan bagi mahasiswa dalam

mengaplikasikan tindakan perawatan jiwa.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia

2.1.1 Definisi Skizofrenia

Menurut Davies (2017) skizofrenia merupakan suatu bentuk

gangguan psikotik (penyakit mental berat) yang relatif sering atau suatu

sindrom dengan berbagai presentasi dan satu variabel,perjalanan penyakit

umumnya jangka panjang, serta sering kambuh.

2.1.2 Etilogi

Bukti keterlibatan genetik sebagai penyebab skizofrenia semakin

kuat: hingga 50% kembar identik (homozigotik)menderita diagnosis yang

sama, dibandingkan dengan sekitar 15% kembar non-identik (dizigotik).

Kekuatan faktor genetik bervariasi pada setiap keluarga, tetapi sekitar

10% kerabat langsung pasien (orangtua,saudara kandung, dan anak) juga

menderita skizofrenia, demikian pula pada 50% anak kedua orangtuanya

menderita skizofrenia(Davies, 2017).

Abnormalitas bicara atau perilaku premorbid mungkin terlihat pada

masa kanak-kanak. Peran komplikasi obstetrik dan infeksi virus intra

uteri masih belum terbukti. Pembesaran ventrikel dan kelainan lobus

temporal merupakan temuan yang tidak jarang terlihat pada CT scan otak.

Denfan demikian, gambar tersebut menunjukkan adanya gangguan otak

genetik, yang diperkuat atau ditimbulkan oleh bentuk kerusakan

lingkungan yang Samar-samar (Davies, 2017).

8
9

2.1.3 Tanda Dan Gejala Positif

Tanda dan gejala ini pada dasarnya merupakan versi fungsi otak

normal yang terganggu yaitu gangguan pada fungsi berfikir, mengerti,

membentuk ide, dan merasa percaya diri. Pasien dengan gangguan pikiran

dapat mengeluh konsentrasi terganggu atau pikirannya terasa buntu atau

kosong (pikiran terhambat).Seorangpasien yang tiba-tiba berhenti karena

bingung ketika sedang berbicara sehingga pewawancara sulit mengikuti

arah pembicaraan merupakan tanda yang khas.

Gejala negatif tersebut meliputi hilangnya kemampuan pribadi

seperti inisiatif, minat terhadap hal lain, dan perasaan senang

(anhedonia). Emosi yang tumpul atau datar (afek datar), sedikit berbicara

dan banyak waktu yang dihabiskan tanpa melakukan apa-apa merupakan

perilaku yang khas(Davies, 2017).

2.1.4 Bentuk-Bentuk Skizofenia

Skizofenia paranoid, bentuk yang makin sering ditemukan

didominasi oleh gejala positif yang jelas, terutama waham, yang dapat

berkembang menjadi teori persekongkolan kompleks yang pada awalnya

tampak masuk akal. Istilah paranoid memiliki makna yang lebih luas

daripada penganiayaan, menjelaskan perasaan bahwa hal hal disekitar

anda memiliki arti pribadi yang khusus. Sebaliknya, pasien yang hanya

menunjukkan gejala negatif dianggap menderita skizofrenia sederhana,

sedangkan hebefrenia merupakan gabungan antara gejala negatif dan

positif dengan onset yang muncul secara perlahan - lahan pada usia

dewasa.
10

Fase awal penyakit skizofrenia dapat sangat bervariasi.Tampilan

khasnya adalah keluarga menyadari adanya perubahan kepribadian atau

keyakinan bahwa '' anaknya dalam pengaruh obat''. Penurunan higiene

pribadi, kehilangan pekerjaan dan teman tanpa alasan yang jelas dan

gejala depresi disertai oleh beberapa tingkatan agitasi sering ditemui.

Sekitar satu dari 10 penderita melakukan percobaan bunuh diri, biasanya

pada pasien usia muda. Penderita relatif jarang melakukan penganiayaan

terhadap orang lain(Davies, 2017).

2.1.5 Diagnosis

Manifestasi klinis berubah-ubahseiring perjalanan waktu, dari

bentuk depresi atau ansietas sehingga keadaan psikosis yang jelas dengan

gejala khas. Diagnosis banding terbatas tetapi pemeriksaan darah rutin,

pemeriksaan urin untuk memeriksa metabolit zat tertentu dan

pemeriksaan khusus berguna untuk menyingkirkan kondisi yang lebih

jarang. Epilepsi lobus temporal, lesi serebri, hipotiroidime (pada pasien

yang lebih tua) dan lupus eritematosa sistemik merupakan kemungkinan

diagnosis bandingnya. Halusinasi akibat alkoholisme,obat terlarang, dan

medikasi juga harus dipertimbangkan (Davies, 2017).

2.2.6 Tatalaksana

Menurut Davies (2017) ada 4penatalaksanaan yang harus

dilakukan kepada pasien skizofrenia, yaitu sebagai berikut:

1. Terapi Obat

Terapi awal dengan obat anstipsikosis merupakan pengobatan

utama untuk mengurangi gejala yang tidak menyenangkan dan


11

kendala sosial. Terapi lini pertama memerlukan obat penyekat

dopamin seperti haloperidol,chlorpromazine, trifluoperazine,sulpride

dan pimozide. Beberapa obat tersebut hanya tersedia dalam bentuk

sediaan oral, dan efek sedatif dan sifat ansietasnya beragam, begitu

pula dengan efek sampingnya.

Terapi lanjutaninjeksi depot dengan efek lepas lambat yang

stabil dalam waktu satu hingga empat minggu sangat

bermanfaat.obat tersebut meningkatkan kepatuhan, suatu masalah

utama pada pasien dengan insight yang buruk. Pengurangan gejala

terjadi hampir pada 70%pasien yang mendapatkan terapi tersebut.

Efek samping merupakan masalah umum, terutama yang melibatkan

pergerakan. Gejala parkinsonisme memerlukan obat antimuskarinik

seperti (procyclidine atau orphenadrine) pada sepertiga pasien atau

lebih. Sedasi atau sensasi perasaan yang datar atau tertekan juga

mungkin menyebabkan distess. Rasa lelah, baik secara psikologis

maupun yang mengenai tungkai (akathisia), sulit dipahami tetapi

berespond terhadap penyakit Benzodiazepine sangat berguna untuk

mengobati masalah-masalah yang sering ditemukan seperti

rangsangan atau ansietas yang berlebihan atau sulit tidur.

Obat antipsikosis ''atipikal''terbaru, seperti clozapine atau

risperidone, memiliki kerja penyekat tambahan pada reseptor

serotinim yang tampaknya mengurangi efek samping dan gejala

negatif. Perkembangan obat yangPerkembangan otak yang lebih


12

bersih tersebut merupakan salah satu aspek penulisan yang paling

menarik dalam penatalaksanaan skizofrenia.

2. Terapi Psikologis

Intervensi psikologis dipusatkan pada pasien perorangan untuk

mengembangkan keterampilan sosial. Kekambuhan pada skizofrenia

tampaknya berkaitan dengan tingkat ekspresi emosional keluarga

misalnya berupa komentar-komentar kritis yang terlihat saat

penilaian formal atau ungkapan kemarahan keluarga pada saat

wawancara. Mengidentifikasi orang tua yang terlalu ikut campur,

terkadang Marah-marah, dan ibu yang suka mengomel tidak sulit.

Teori penyebab yang berkembang pada tahun 1960an yang

menciptakan istilah orang tua '' Skizofrenogenik'' saat ini mulai

ditinggalkan. Namun hubungan erat antara tingkat keterangsangan

(arousal) dalam keluarga dan Kekambuhan dini ;hal ini dapat

dikurangi dengan pendidikan keluarga terstruktur, mengurangi tatap

muka dengan menghadiri perawatan sehari (Day center), serta terapi

formal untuk keluarga. Akhir-akhir ini, terapi kognitif untuk

mengurangi dampak keyakinan berwaham atau halusinasi telah

menunjukkan hasil yang menjanjikan.

3. Dukungan Sosial

Petugas inti dapat membantu pengobatan, hendaya dan

kebutuhan perumahan. Penginapan atau perumahan kelompok

memiliki struktur dan dukungan yang bervariasi dari unit

ketergantungan tinggi yang menyediakan perawatan 24 jam hingga


13

tempat tinggal dengan dukungan semi-independen yang dikunjungi

petugas harian atau sedikitnya sekali seminggu. Rawat jalan, baik

berupa rehabilitasi aktif yang bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan bekerja atau dukungan sederhana dengan aktivitas

utama yang ringan, dapat memperbaiki fungsi personal(misalnya

higiene, percakapan, dan pertemanan) serta mendeteksi terjadinya

Kekambuhan dini.

Terdapat bukti-bukti yang menyatakan bahwa dukungan

komunitas tertentu dapat mengurangi kebutuhan penghentian

pengawatan atau perawatan mendadak. Namun, mitos bahwa

perawatan komunitas dapat menggantikan kebutuhan rawat inap

tidak terbukti, terutama pada tingginya jumlah tunawisma, seperti

pada kota-kota besar. Perbandingan penyediaan satu tempat tidur

untuk kasus akut tiap 10 penderita dalam komunitas mungkin masih

dapat diterima.

4. Prognosis

Prognosis bergantung pada presentasi klinis, respon terhadap

terapi, dan kualitas perawatan lanjutan. Terapi dini dan berkelanjutan

tetap merupakan kunci penatalaksanaan yang baik. Onset akut

selama beberapa minggu baik dibandingkan dengan beberapa bulan,

dukungan keluarga, intelegensi dan insight personal serta gejala

positif lebih baik dibandingkan dengan gejala negatif, usia yang

lebih tua saat Onset (lebih dari 25 tahun), dan respons yang baik

terhadap obat dosis rendah menunjukkan hasil akhir yang lebih baik.
14

Sebaliknya, contoh kasus yang lebih buruk adalah perjalanan

penyakit secara perlahan-lahan selama beberapa tahun pada seorang

remaja dari keluarga berantakan yang memperlihatkan kemungkinan

kerusakan otak atau kesulitan belajar lainnya.

Yang jelas adalah bahwa populasi yang tersisa di

penampungan-penampungan tua-inkontinen, mutisme, dan sama

sekali bergantung merupakan suatu fenomena dimasa lampau.

Namun, kelompok-kelompok yang lebih muda terdiri dari pasien

yang terus menerus kambuh(revolving-door patients)

memperlihatkan adanya keterbatasan dukungan komunitas.

Ketidakpatuhan terhadap pengobatan umumnya merupakan faktor

penentu, dan penulisan yang menyebabkan peningkatan kepatuhan di

dalam komunitas telah menunjukkan keberhasilan.

2.2 Ansietas

2.2.1 Defenisi

Ansietas atau kecemasan adalah respon fisiologis maupun

psikologis terhadap peristiwa yang terjadi dan tidak diketahui

penyebabnya. Respon tersebut lebih bersifat negatif, menanggapi

ancaman yang tidak diketahui sumbernya dan samar samar, sehingga

membuat pasien merasa tidak nyaman.( Zaini, 2019 ).

Ansietas adalah kondisi dimana seseorang merasa emosi dan

diikuti dengan respon otonom atau ( individu tidak mengetahui dan

asalnya tidak jelas ) dan adanya antisipasi terhadap bahaya yang dapat
15

menimbulkan rasa takut dan khawatir dan memungkinkan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman ( PPNI, 2016 ).

Stuart ( 2012 ) mendefinisikan ansietas sebagai suatu gejala yang

tidak menyenangkan, perasaan tidak tenang, samar samar karena

ketidaknyamanan atau ketakutan dan perasaan yang tidak pasti dan

tidak berdaya. Rasa takut dan cemas dapat menjadi isyarat kewaspadaan

terhadap peringatan tentang peristiwa yang akan terjadi. Sehingga,

individu dapat mengambil tindakan menghadapi ancaman. Adanya

peristiwa yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak

terhadapat kesehatan fisiologis maupun psikologis individu itu sendiri.

Salah satu dampak psikologis yaitu kecemasan ( Sutejo, 2019 ).

2.2.2 Rentang Respon Ansietas

Rentang respon individu terhadap ansietas berfluktuasi


antara respon adaptif dan maladaptif seperti pada gambar :

Maladaptif Adaptif

1. Respon adaptif ketika individu dapat mengatur dan menerima kecemasan

yang dialami maka individu akan mendapatkan hasil yang positif.

Kecemasan ini dapat menjadikan motivasi bagi individu untuk

memecahkan masalah, dan merupakan sarana untuk memperoleh sebuah

hasil yang tinggi. Individu sering menggunakan strategi adaptif untuk

mengontrol kecemasan dengan berbicara kepada orang lain,

menangis, tidur dan menggunakan teknik relaksasi.


16

2. Respon maladaptif jika individu tidak dapat mengatur ansietas yang

dialaminya maka individu akan menggunakan mekanisme koping yang

disfungsi. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk bicara

tidak jelas, perilaku agresif, konsumsi alkohol, berjudi.

Tingkat kecemasan menurut Donsu ( 2017 ) adalah :

a) Antisipasi suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi

menyatu dengan lingkungan.

b) Ansietas ringan ( Mild Anxiety )adalah gejala yang sering di

temukan pada setiap individu dalam kehidupan sehari harinya.

Ansietas tersebut menjadikan individu menjadi lebih waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Perasaan Individu relatif

nyaman dan aman, rileks dan suara tenang. Individu akan

terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas.

c) Ansietas sedang ( Moderate Anxiety ) pada tingkat kecemasan ini

lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun,pada individu

akan muncul ketegangan dan ketidaknyamanan. Inidividu lebih

memusatkan pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan hal

yang lain.

d) Ansietas berat ( severe Anxiety ) pada tingkat kecemasan ini

ditandai dengan lapangan persepsi individu yang semakin

menyempit, individu lebih memikirkan hal-hal yang spesifik,

individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan mengabaikan hal


17

lain. Individu akan merasa terancam dan aktivitas bisa meningkat

atau menurun.

e) Panik , pada tingkat kecemasan ini inidividu memiliki kepanikan

dan lapangan persepsi sudah sangat menyempit. Kepanikan

muncul disebabkan karena kehilangan kendali diri dan kurang

perhatian. Individu tidak dapat melakukan apapun walaupun telah

diberi arahan dan akan menambah akan kepanikan individu

tersebut. Individu bisa agresif dan menyendiri.

2.2.3 Etiologi

Stuart & Suddent ( 2014 ) menyatakan bahwa ansietas

dapat diekspresikan secara langsung melalui timbulnya gejala

atau mekanisme koping dan dikembangkan untuk menjelaskan

ansietas yaitu :

1) Faktor predisposisi

a. Faktor psikoanalitik

Ansietas merupakan konflik emosional antara dua

unsur kepribadian dari seseorang yaitu pikiran ,ego dan

super ego. Konsep melambangkan dorongan insting

atau perasaan naluriah primitif, sedangkan super ego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan

oleh norma norma budaya seseorang. Ego atau fungsi

diri berfungsi memediasi kebutuhan dari dua unsur yang

bertentangan tersebut.
18

b. Faktor interpersonal

Ansietas terjadi karena adanya perasaan takut dari

individu tersebut akibat ditolak oleh hubungan

interpersonal. Ini juga dengan trauma masa

perkembangan seperti kehilangan, perpisahan.

Individu dengan harga diri rendah lebih mudah

mengalami kecemasan yang parah.

c. Faktor Perilaku

Ansietas merupakan produk depresi yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Kajian Biologis

Penulisan biologis menunjukkan bahwa otak

mengandung reseptor spesifik untuk obat yang memiliki

efek penenang , obat ini dapat meningkatkan efek

penghambatan terhadap neuroregulatory inhibisi asam

gama-aminobutirat ( GABA ), yang berperan penting

dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan

ansietas. Ansietas dapat menyertai ketidaknyamanan

fisik dan dapat mengurangi kemampuan individu untuk

mengatasi masalah yang sedang dihadapi

2.2.4 Proses Terjadinya Masalah

Back, Amey & Greenberg ( Freeman& Di Tamasso dalam

wolman & sticker, 1994) dalam ( canishi, 2013 )) mengatakan


19

bahwa dari sudut pandang kognitif ( cognitive model ) terdapat 5

kemungkinan faktor predisposisi atau faktor secara potensial dapat

menyebabkan individu mengalami kecemasan diantaranya :

a) Generative Inheribility ( pewarisan genetik ). Faktor genetik

mempengaruhi apakah saraf otonom dirangsang atau tidak

dengan kata lain, seseorang dengan riwayat kesehatan

keluarga atau keturunan yang mengalami kecemasan saat

menghadapi situasi yang mengejutkan.

b) Physical Disease States ( penyakit fisik ). Pandangan kognitif

mengatakan bahwa faktor penyebab penyakit fisik dapat

membuat seseorang mengalami cemas.

c) Phychological trauma/ mental trauma ( trauma mental )

Seseorang akan lebih mudah cemas jika dihadapkan pada

situasi yang mirip dengan pengalaman yang sebelumnya yang

menyebabkan trauma. Situasinya seperti skema yang

dipelajari.

d) Absence of coping mechanisme ( tidak adanya mekanisme

penyesuaian diri ) Individu yang mengalami kecemasan

biasanya menunjukkan respon adaptif yang tidak memadai

terhadap gangguan kecemasan itu sendiri.Mereka merasa

tidak berdaya untuk mengatasi kecemasannya. Akibatnya,

individu tersebut membiarkan diri mereka ke lingkungan yang

dapat membuat mereka cemas.

e) Irational thought, assumptions and cognitive procesing eror


20

( pikiran, pikiran irasional, asumsi dan proses kognitif ) Pada

individu dengan gangguan kecemasan, keyakinan yang tidak

realistis atau keyakinan salah tentang ancaman atau bahaya

dianggap dipicu oleh kondisi tertentu yang serupa dengan

mempelajari keyakinan yang salah.

2.2.5 Manifestasi Klinik

Menurut PPNI ( 2016 ) adalah :

a) Tanda gejala mayor

Subyektif :

1) Bingung

2) Merasa khawatir dengan akibat dari situasi saat ini

3) Sulit berkonsentrasi

Obyektif

1) Tampak gelisah

2) Tampak gugup

3) Sulit tidur

b) Tanda gejala minor

Subyektif

1) Mengeluh pusing

2) Anoreksia

3) Palpitasi

4) Merasa tidak berdaya

Obyektif

1) Meningkatnya laju pernafasan


21

2) Peningkatan frekuensi nadi

3) Meningkatnya tekanan darah

4) Gemetar

5) Kontak mata buruk

2.2.6 Penatalaksanaan

1) Medis , Departemen Kesehatan RI ( 2018)

a. Ansietas

Golongan Benzodiasepam dan Buspiron

Antidepresi

Golongan Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitors (SNRI).Pengobatan

yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh

adalah pengobatan yang paling efektif yaitu dengan psikoterapi dan pengobatan.

Untuk pasien dengan gangguan kecemasan berat atau parah pengobatannya

mungkin memerlukan waktu yang cukup lama( Mansjoer, 2014 )

2) Keperawatan

a) Distraksi

Distraksi adalah salah satu metode yang dapat menghilangkan

kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian dengan hal hal

lain sehingga pasien akan lupa dengan rasa cemas yang

dialaminya.( perry& potter 2014 )

b) Relaksasi

Menurut setyoadi & Kushariyadi ( 2018 ) relaksasi nafas

dalam adalah tarik nafas dalam dari hidung dengan

frekuensi lambat dan nyaman yang dilakukan dengan


22

memejamkan mata.

a. SP1 pasien : asesment ansietas dan latihan teknik

relaksasi

1. Bina hubungan saling percaya

2. Membuat kontrak ( inform consent )

dua kali pertemuan latihan pengendalian

ansietas

3. Bantu pasien mengenal ansietas

4. Latih teknik relaksasi

b. SP 2 pasien : Evaluasi asesment ansietas, manfaat teknik

relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri ( latihan 5 jari

) dan kegiatan spiritual

1. Pertahankan rasa percaya diri pasien

2. Membuat kontrak ulang : latihan

pengendalian ansietas

3. Latihan hipnotis diri sendiri ( lima jari ) dan

kegiatan spiritual

c. SP 1 keluarga : penjelasan kondisi pasien dan cara

merawat

1. Bina hubungan saling percaya

2. Membuat kontrak dua kali pertemuan

latihan cara merawat ansietas pasien

3. Bantu keluarga mengenal ansietas

d. SP 2 keluarga : evaluasi peran keluarga cara


23

merawat pasien, cara merawat dan follow up

1. Pertahanan rasa percaya keluarga dengan

mengucapkan salam, menyakan peran

keluarga merawat pasien & kondisi pasien

2. Membuat kontrak ulang : latihan lanjutan

cara merawat dan follow up


24

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn .A (P/L)
Umur : 42 Tahun
Alamat :
Tanggal Pengkajian : 11 Januari 2024
3.1.2 ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI
Klien Mengatakan sulit tidur, Klien akhir akhir ini sering mengalami
cemas yang berlebihan akibat terfikirkan penyakitnya.
3.1.3 FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
YA
TIDAK

2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil
Tidak berhasil
Kurang berhasil

3. Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


Aniaya fisik ........... .......... ........... ...........
Aniaya seksual ........... ........... ........... ...........
Penolakan ........... ........... ........... ...........

Kekerasan dalam ........... ........... ........... ...........


Dalam keluarga
Tindakan kriminal ........... ........... ........... ...........
Jelaskan: Tidak mengalami trauma
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa
25

YA

√ TIDAK

Jika ada 24
Hubungan keluarga :

Gejala :

Riwayat pengobatan :

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien pernah mengalami kecelakaan dan kepala terbentur

3.1.4 PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda Vital
TD :120/80 mmHg
HR :88 kali / menit
S : 37 ˚ C
RR : .20 kali / menit
2. Ukur
BB : 58 Kg
TB :168 cm
3. Keluhan fisik
Klien tidak mengeluh sakit
26

3.1.5 PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

Perempuan meniggal

Laki-laki meninggal

perempuan

Laki-laki

Pasien

Tinggal satu rumah


27

Jelaskan :
 Klien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara yang mana klien
adalah laki-laki, mempunyai kakak perempuan dan adik
perempuan dan tinggal serumah bersama ibu.
Konsep Diri:
a. Citra Tubuh :
 Klien tidak mempunyai masalah yang berhubungan citra
tubuh, klien memandang dirinya baik-baik saja
b. Identitas :
 Klien tidak mempunyai masalah yang berhubungan dengan
identitas pasien mengatakan bahwa dia seorang laki-laki berusia
42 tahun
c. Peran :
 Klien seorang anak dan tidak mempunyai masalah yg
berhubungan dengan perannya sebagai anak.
d. Ideal Diri :
 Klien ingin cepat sembuh dan tidak ingin ketergantungan
dengan obat
e. Harga Diri :
 Klien merasa malu ketika berinteraksi di lingkungan sekitar.
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
 Klien mengatakan orang yang berarti adalah keluarga ibu
dan adiknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
 Klien jarang kumpul dalam kegiatan kelompok karena malu
dan kadang tidak berkosentrasi
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
 Tidak ada hambatan berhubungan dengan orang
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
 Klien yakin bahwa Allah SWT ada
28

b. Kegiatan ibadah
 Klien Jarang beribadah seperti sholat
3.1.6. STATUS MENTAL
1. Penampilan Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi,
toileting, dan pemakaian sarana / prasarana atau instrumentasi dalam
mendukung penampilan, apakah klien:
Tidak rapi

Penggunaan pakaian tidak sesuai

Cara berpakaian tidak seperti biasanya


Jelaskan :
 Klien berpakaian sesuai dan rapi

2. Pembicaraan

√ Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan :
 Klien berbicara cepat namun dapat dimengerti klien dapat
merespon pertanyaan.

3. Aktivitas motorik
Lesu : Tik
Tegang Grimasem
√ :
Gelisah √ Tremor

Agitasi Kompulsif
:
Jelaskan :
 Klien tampak tegang, gelisah dan tremor saat diwawancara

4. Alam perasaan

K
29

√ Sedih Khawatir
Ketakutan Gembira berlebihan

Putus asa

5. Afek

√ Datar Labil
Tumpul √ Tidak sesuai

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Kontak mata kurang
Tidak kooperatif Curiga
√ Mudah tersinggung
Jelaskan :
 Klien kooperatif dan mau menjawab saat di tanya-tany.klien
mudah tersingung
7. Persepsi – Sensorik
Halusinasi / Ilusi ? Halusinasi
Ada / Tidak ?
Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan

Data Subjektif
Isi Halusinasi :
 Tidak ada
Frekuensi :

Waktu :
Situasi saat muncul

Respon pasien :
30

 Mencari aktivitas kadang jalan keluar rumah supaya tidak suntuk,


kadang berkumpul tetangga
Data Objektif : pasien koperatif dan kontak mata kurang
8. Isi pikir
Obesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis

Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar pikir
Curiga Kontrol pikir
Jelaskan : klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan waham

9. Proses pikir
Circumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi √ Pengulangan pembicaraan /
perseverasi Jelaskan :
 Klien tidak mengalami gangguan proses pikir
10. Tingkat Kesadaran
Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat
Jelaskan :
 Klien mengatahui waktu dan tempat dimana klien berada sekarang
11. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat saat ini
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi
31

Jelaskan :
 Klien mengatakan dapat mengingat kejadian 3 tahun yang lalu,
dan daya ingatnya kuat
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
√ Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
 Klien mampu berhitung dan konetrasi klien masih baik
13. Kemampuan penilaian
√ Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
 Klien mengalami gangguan ringan dan mengatakan ingin rasa
cemas yang berlebihan tersebut segera hilang
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
 Klien tidak mengalami day atilik karena klien menerima
penyalitnya
3.1.7. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

√ Makanan √ Transportasi

√ Keamanan √ Tempat tinggal

√ Perawatan Kesehatan Uang



√ Pakaian
Jelaskan :
 Klien mampu mempersiap kan makanannya sendiri
 Klien mampu berhias/ berpakaian secara mandiri
 Klien menggunakan transportasi spibadi
 Klien tinggal bersama ayahnya
32

 Klien menggunakan ansuransi kesehatan


2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri

√ Mandi √ BAK / BAB


√ Kebersihan Ganti pakaian

√ Makan
Jelaskan :
 Klien mampu mandi secara mandiri
 Klien mampu BAK/BAB secara mandiri
 Klien mampu menjaga kebersihan
 Klien mampu makan secara mandiriklien mampu berpakaian/
berhias
secara mandiri, sesuai dan tidak rapi
Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?

√ Ya
Tidak
Frekuensi makan sehari : 3 kali
Frekuensi kedapan sehari : 1 kali
Nafsu makan :
Meningkat Berlebihan
Menurun Sedikit – sedikit
Berat badan :
√ Menurun
Meningkat
BB terendah : 50 Kg BB tertinggi : 60 Kg
Jelaskan :
 Klien mengatakan BB standar
b. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? YA
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? TIDAK
Apakah ada kebiasaan tidur siang? Ya
33

Lama tidur siang : -


Apa yang menolong tidur ?
 Obat
Tidur malam jam : .23.00.WIB , berapa jam : tidak tentu Apakah ada
gangguan tidur ?

√ Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur


Bangun terlalu pagi √ Gelisah saat tidur
Somnambulisme Berbicara saat tidur
Jelaskan :
 Klien mengatakn kesulitan untuk tidur karena cemas
c. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total

3. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √
Sistem pendukung √

4. Aktivitas di Dalam Rumah


Ya
Tidak
Mempersiapkan makanan √
Menjaga kerapian rumah
Mencuci pakaian
5. Aktivitas di Luar Rumah
Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain √
Jelaskan :
 Klien dapat melaksanakan aktifitas di luar rumah seperti belanja
menggunakan transportasi
34

3.1.8. MEKANISME KOPING


Adaptif: Maladaptif:
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi
lambat/berlebih
Teknik relokasi Berkerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Lainnya: Mencari aktivitas keluar rumah supaya tidak suntuk

3.1.9 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok/keluarga, uraikan
 Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan
 klien mengatakan jarang bersosialisasi dengan orang
Masalah berhubungan dengan pendidikan, uraikan
 Klien menyelesaikan pendidikan sampai SMA
Masalah berhubungan dengan pekerjaan, uraikan
 klien bekerja drumah membantu orang tua
Masalah berhubungan dengan perumahan, uraikan
 Klien tinggal bersama ibu dan 2 orang adiknya
Masalah berhubungan dengan ekonomi, uraikan
 Klien bekerja karena walaupan mengalami gangguan jiwa
Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan, uraikan
 Tidak ada masalah
Masalah berhubungan dengan lainnya, uraikan
 Klien tidak memiliki masalah lainnya
3.1.10. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Skizofrenia
Terapi medis :
 Clobazam 5 mg 1x1
3.1.11 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
35

1. Ansietas b/d proses penyakit d/d :Data subyektif : klien mengatakan saat
ini klien merasa cemas, gelisah, khawatir.
Data obyektif : klien tampak cemas, gelisah dan lebih sering menyendiri
36

3.2 ANALISA DATA


Nama Klien : TN.A
Umur : 42 Tahun
Alamat :

HARI/TANGGAL DATA MASALAH


11 januari 2024 DS : klien mengatakan Anxietas : Proses
saat ini klien merasa Penyakit (D.0080)
cemas, gelisah, khawatir

DO :
klien tampak cemas,
gelisah dan lebih
sering menyendiri -
Td : 120/80
mmHg
- N: 88 x/m
- Rr : 20 x/m

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Klien : TN.A
Umur : 42 Tahun
Alamat :
Paraf Paraf
Tanggal N Diagnosa Tanggal
Pera Peraw
Ditetapkan o Keperawatan Teratasi
wat at
11 Januari 1. Anxietas : Proses 11 januari
2024 Penyakit (D.0080) 2024
37

3.4 Intervensi Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Klien : Tn. A
Umur :42 tahun
Alamat :

Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Rencana Asuhan Keperawatan Paraf


Keperawata
n
Anxietas :Proses Setelah dilakukan tindakan Manajemen Axietas
Penyakit keperawatan selama kunjungan
(D.0080) keperawatan 3x pertemuan
diharapkan rasa cemas menurun Observasi :
dengan Kriteria Hasil: 1. Monitor perilaku yang mengindikasi kecemasan
1. Verbalisasi kemampuan 2. identifikasi dan mengenal penyebab kecemasan, berikan
menyelesaikan masalah meningkat kesempatan klien mengutarakan perasaannya serta latih
2. Perilaku kecemasan relaksasi dengan teknik tarik nafas dalam
(tremor,gelisah) Menurun Terapeutik :
3. Konsentrasi membaik 1. Diskusikam perasaan dan respon terhadap kecemasan
4. Orientasi membaik
38

Edukasi :
1) mengidentifikasi dan mengenal penyebab kecemasan yang dialami pasien
2) melatih pasien supaya melakukan teknik relaksasi berupa menarik nafas
3) menganjurkan pasien agar selalu berfikir positifKolaborasi:
Kolaborasi :
1. pemberian obat anti ansietas jika perlu
39

3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama Klien : Tn. A
Umur : 42 Tahun
Alamat :

Diagnosa Hari/Tgl/Jam Catatan Keperawatan


Keperawatan
Anxietas :Proses 11 januari 2024 1. Memonitor perilaku yang mengindikasi kecemasan
Penyakit D.0080 16.00 WIB 2. mengidentifikasi dan mengenal penyebab kecemasan
yang dialami pasien
3. melatih pasien supaya melakukan teknik relaksasi
berupa menarik nafas
4. menganjurkan pasien agar selalu berfikir positif
5. mendiskusikan perasaan dan respon terhadap
kecemasan
6.Menganjarkan pasien dan keluarga untuk mengatasi
cemas dengan cara relaksasi

12 1. Memonitor perilaku yang mengindikasi kecemasan


januari 2. mengidentifikasi dan mengenal penyebab kecemasan
2024 yang dialami pasien
16.00 3. melatih pasien supaya melakukan teknik relaksasi
berupa menarik nafas
4. menganjurkan pasien agar selalu berfikir positif
5. mendiskusikan perasaan dan respon terhadap
kecemasan
6.Menganjarkan pasien dan keluarga untuk mengatasi
cemas dengan cara distraksi
40

3.6 Evalusi Keperawatan

EVALUASI
Nama Klien : Tn. A
Umur : 42 Tahun
Alamat :
Diagnosa Hari/Tgl Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Anxietas S:
- Klien mengatakan rasa
khawatir muncul ketika
klien memikirkan
penyakit yang dideritanya
(skizofrenia)
O:
- Klien tanpak tegang ,
kontak mata ada

A:
- Axietas (+)

P:
- Evaluasi Tindakan 1 cara
relaksasi
41

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam BAB ini membahas mengenai asuhan perawatan seorang pasien

yang mengalami: Kecemasan yang dialami oleh Tn.A. Asuhan keperawatan yang

sistematis pada pasien adalah dengan dilakukannya analisis, melakukan diagnosis,

menentukan rencana/intervensi keperawatan, melakukan praktik keperawatan,

kemudian melakukan penilaian akhir terhadap praktik perawatan pada pasien.

Pada tahap ini penulis mengacu pada format yang telah ditentukan sesuai dengan

format pengkajian jiwa masalah psikososial. Pada pengumpulan data, penulis

menggunakan analisis komprehensif, yang meliputi wawancara dan observasi.

4.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap pertama yang harus

dilakukan oleh perawat saat pasien masuk rumah sakit atau pusat

pelayanan kesehatan lainnya. Analisis tersebut merupakan proses dari

pengumpulan data dari klien. Seperti nama dan umur klien, verifikasi, dan

komunikasi data tentang klien. Dalam melakukan analisis, haruslah

dilakukan secara cermat dan teliti disaat pengumpulan data dikarenakan

dari tahap ini dapat mengetahui ke arah mana tindakan yang dapat di

lakukan. Analisis merupakan suata cara untuk mengumpulkan data secara

rinci, akurat, serta terstruktur sehingga masalah keperawatan yang

dihadapi dapat diselesaikan.

Dalam SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), Tim

Pokja SDKI DPP PPNI Tahun 2016. Menyebutkan bahwa, kecemasan

memiliki indikasi serta ciri utama seperti bimbang, cemas karena masalah

41
42

yang dialami, terlihat risau, terlihat kaku, serta mengalami kesulitan untuk

tidur. Sedangkan untuk indikasi serta tanda sekunder seperti merasa sakit

kepala, nirselera, jantung berdebar, lemas, saluran pernafasan, darah

tinggi, gemetar, wajah putih lesi, sorot mata memburuk, buang air kecil,

dan acuh terhadap masa depan.

Menurut analisis yang sudah dilaksanakan kepada Tn.A dengan

kecemasan di Kelurahan Tungkal Harapan Kabupaten tanjung jabung

Barat didapatkan klien mengalami kecemasan dikarenakan memiliki

penyakit skizofrenia yang dideritanya hampir 1 tahun. Selama satu bulan

sekali klien ke puskesmas untuk rawat jalan maupun kontrol kesehatannya.

Klien mengatakan saat penyakitnya kambuh klien sulit untuk tidur,

jantungnya berdebar sangat cepat sekali. Klien merasa penyakitnya ini

tidak kunjung sembuh sehingga mengalami kecemasan. Klien juga

khawatir apabila penyakitnya kambuh tiba – tiba karena saat ini ia tinggal

bersama ibunya. Selama pengkajian klien tampak gelisah, bingung dan

tegang. Dari pengkajian sampai analisa data yang telah dilakukan penulis,

ditemukan bahwa terdapat masalah keperawatan yaitu kecemasan.

4.2 Dianosa

Diagnosa keperawatan adalah salah satu dari bagian proses

keperawatan setelah melakukan pengkajian keperawatan. Diagnosa

keperawatan ditegakkan guna untuk mengetahui permasalahan yang ada.

Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah, penyebab, dan tanda atau

gejala yang muncul pada saat dilakukan pengkajian. Ciri – ciri kecemasan

salah satunya adalah mencemaskan suatu hal, rasa takut, dan rasa cemas
43

ketika berkomunikasi (Annisa & Ifdil, 2016). Data diperoleh dengan cara

wawancara terhadap pasien dan keluarga berupa keluhan atau persepsi

klien terhadap penyakit yang dideritanya saat ini dan observasi keadaan

klien. Berdasarkan analisis pada Tn.A dengan masalah kecemasan,

menghasilkan data subjekif (DS) bahwa pasien mengatakan cemas akan

kondisinya, pasien mengeluh sulit tidur. Sedangkan data objektif (DO)

didapatkan pasien tampak bingung, tegang, serta khawatir, TD 120/80

mmHg, Suhu: 37°C, N:84x/menit, Respiratory Rate: 20x/minute.

Berdasarkan analisis yang dilakukan dan data yang telah

didapatkan penulis menemukan masalah keperawatan dengan diagnosa

kecemasan. Dianosa tersebut sudah sesuai dengan teori dari Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia nomor D.0080 karena terdapat beberapa

hasil pengkajian yang sesuai dengan teori tersebut.

4.3 Intervensi

Intervensi merupakan tahapan ketiga didalam bagian perawatan.

Rencana keperawatan atau intervensi merupakan suatu bagian dalam

menyusun rencana berdasarkan kebutuhan dasar yang diperlukan guna

menjaga ataupun meminimalisir permasalahan kesehatan yang dialami

pasien pada tahap pengkajian serta diagnosa keperawatan. Dalam

perencanaan sudah dituliskan tujuan keperawatan, hal ini sesuai dengan

ketentuan maupun tolak ukur untuk mengetahui hasil dari perkembangan

pasien ataupun kemahiran perawat, untuk mengevaluasi jawaban pasien

terhadap perawatan dan mengevaluasi keberhasilan rencana tindakan

(Salma et al. 2016).


44

Menurut SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) Tim

Pokja SDKI DPP Tahun 2018, guna menangani seseorang yang memiliki

masalah kecemasan dapat dilakukan rencana keperawatan terapi relaksasi,

teknik distraksi, terapi hipnosis, dukungan keyakinan, dukungan kelompok

dan dukungan keluarga. Dukungan keluarga tidak lepas dari intervensi

keperawatan untuk pasien, karena pada dasarnya dukungan keluarga

merupakan faktor utama yang dapat membuat seseorang mampu untuk

menghadapi sebuah permasalahan.

Selain itu, ketika terjalin rasa percaya antara pasien dengan

perawat, dapat menjadikan pasien untuk lebih terbuka terhadap apa yang

ia alami. Perencanaan dalam studi kasus ini menggunakan dua strategi

pelaksanaan atau yang dikenal dengan SP, sebagai berikut :

1. Strategi Pelaksanaan (SP) 1

Assesmen kecemasan dengan identifikasi dan mengenal penyebab

kecemasan, berikan kesempatan klien mengutarakan perasaannya serta

latih relaksasi dengan teknik tarik nafas dalam. Dari intervensi pertama,

yakni SP 1 memiliki kelebihan atau kekuatan yaitu:

a. Dapat terciptanya rasa percaya antara pasien dengan perawat

b. Memudahkan hubungan antara pasien dengan perawat.

c. Rencana keperawatan dapat tercapai dengan baik.

Dari seluruh intervensi keperawatan yang telah ditetapkan, maka

telah sesuai intervensi keperawatan menurut teori Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia dan Budi Anna Keliat.

4.4 Implementasi
45

Implementasi keperawatan adalah tahap dimana penulis melakukan

intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementsi merupakan

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan tindakan

yang telah direncanakan ditahap intervensi sebelumnya, praktik atau

implementasi seperti melaksanakan dan mengabadikan kegiatan yang ada.

Adapun proses pada implementasi, diantaranya:

a. Menganalisis ulang pasien

b. Memastikan keperluan perawatan berhubungan dengan layanan

c. Mempraktikkan proses perawatan

d. Mendokumentasikan tindakan keperawatan.

Dari semua rencana yang telah ditetapkan seorang penulis,

tindakan yang dilakukan yaitu

1. Strategi Pelaksanaan (SP) 1

Asessmen kecemasan, mengidentifikasi dan mengenal penyebab

kecemasan yang dialami pasien dan melatih pasien supaya melakukan

teknik relaksasi berupa menarik nafas serta menganjurkan pasien agar

selalu berfikir positif. Saat dilakukan tindakan SP1 penulis menemukan

sedikit hambatan dikarenakan tidak ada keluarga yang mendampingi

pasien, sehingga pasien merasa cemas. Hal ini membuktikan bahwa

dukungan keluarga sangatlah mempengaruhi proses kesembuhan pasien,

sesuai dengan teori terapi keluarga merupakan salah satu cara dukungan

keluarga, yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang dialami

pasien.

Saat dilakukan tindakan pada klien, tidak terdapat hambatan


46

dikarenakan klien kooperatif dan dapat mengikuti tindakan yang di

arahkan penulis, sehingga tindakan dapat berjalan dengan lancar.

Diharapkan setelah dilakukan tindakan oleh penulis, klien dapat

melakukan secara mandiri SP 1 yang telah dicontohkan, klien dapat

melakukan teknik secara mandiri guna mengatasi ataupun mengurangi rasa

cemas akibat penyakit yang dideritanya.

Kecemasan adalah suatu keadaan ditandai dengan perasaan

ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya

hipersensivitas sistem saraf otonom. Kecemasan adalah gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang

mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan

kepribadian normal (Hawari, 2016).

Menurut (Hawari, 2016), kecemasan atau ansietas sangat berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan ini tidak memiliki

objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan

dalam hubungan interpersonal. Kecemasan merupakan respon individu

terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua

makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan berbeda dengan

takut, karakteristik rasa takut adalah ketidakpastian dapat menimbulkan

kecemasan yang berwujud pada ketegangan, rasa tidak aman,

kekhawatiran yang timbul karena adanya respon terhadap kondisi stress

atau konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu

akan menimbulkan respon dari sistem saraf yang mengatur pelepasan


47

hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul

perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah

maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yang demikian, penderita

biasa tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab-akibat.

Menurut Carpenito (1996) dikutip oleh Keliat (2016), pemberian

asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan

hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan

keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

terdiri dari pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun

rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi. Untuk

mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dikaji lebih

lanjut tentang ansietas pada pasien. Salah satunya dengan cara komunikasi

terapeutik (Yosep, 2019).

Sejalan dengan penelitian Agustina Marisca, 2020 tentang Studi

Kasus: Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Kecemasan pada Orang

DewasaMenerapkan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) setelah

dilakukan kunjungan ke rumah klien sebanyak 5 kali, tingkat kecemasan

mengalami penurunan dengan skor kecemasan dari skor awal sebesar 25

(kecemasan sedang) sampai 19 (kecemasan ringan), ketika kecemasan

datang klien menerapkan apa yang telah diajarkan perawat, yaitu

melakukan pernafasan dalam dibantu keluarga, menerapkan teknik

cognitive behavior therapy, dan klien bisa melakukan aktifitas dirumah

seperti bersih-bersih rumah, memasak.


48

Didukung oleh penelitian Prastiwi, 2023 tentang asuhan

keperawatan jiwa psikososial pada klien yang mengalami masalah

gangguan ansietas di smpk st. antonius kalipare. Hasil penilaian pada

subjek 1 sering merasa cemas dan takut jika bertemu dengan orang yang

biasa melakukan bullying, hasil Anxiety Sensitivity Index diperoleh

kecemasan sedang (51). Subjek 2 sering merasa cemas dan tidak berguna

bagi orang lain, hasil Indeks Sensitivitas Kecemasan diperoleh kecemasan

yang rendah (92). Penerapan pada subjek 1 adalah relaksasi otot progresif

sedangkan pada subjek 2 dilakukan relaksasi nafas dalam. Evaluasi yang

diperoleh pada kedua subjek adalah kecemasan klien berkurang, klien

lebih percaya diri dan hasil Anxiety Sensitivity Index pada kedua subjek

menunjukkan adanya peningkatan.

Penelitian yang dilakukan Suharno, 2019 tentang pengaruh

relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia di

panti gramesia kabupaten cirebon tahun 2019. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia sebelum

relaksasi progresif diperoleh rata-rata sebesar 61,60 dan tingkat kecemasan

pada pasien skizofrenia sesudah relaksasi progresif diperoleh rata-rata

sebesar 53,40. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan sebesar 8,17 point.

Terdapat pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pada

pasien skizofrenia di Panti Gramesia Kabupaten Cirebon Tahun 2019 (ï²

value = 0,000).

4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan prosedur penutup dari bagian implementasi asuhan


49

keperawatan untuk menentukan suatu penilaian. Evaluasi keperawatan

dilakukan dengan cara mengkaji respon klien terhadap tindakan yang sudah

penulis lakukan terhadap klien dan melakukan penilaian apakah intervensi

yang dilakukan sudah terlaksana atau belum. Evaluasi dalam studi kasus ini

menuliskan dengan cara SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning).

(Sahar et al., 2017)

Strategi Pelaksanaan (SP) yang dilakukan pada klien juga dapat

diajarkan pada keluarga, itulah mengapa saat proses tindakan keperawatan

dengan klien keluarga dianjurkan untuk mendampingi. Agar nanti saat klien

keluar dari rumah sakit atau saat masalah klien kambuh, keluarga dapat

membantu klien.

Dari tindakan yang telah dilaksanakan dengan diagnosa kecemasan,

hasil adalah sebagai berikut :

1. Strategi pelaksanaan (SP) 1

S : Klien mengatakan khawatir dengan kondisinya

sekarang,

dan sulit tidur apabila penyakitnya kambuh

O : Klien tampak gelisah dan tegang

A : Kecemasan+

P : Planning untuk klien yaitu latihan relaksasi dengan

tarik nafas dalam. Sedangkan planning untuk keluarga

belum ditampilkan sehingga perlu ditambahkan

planning untuk keluarga yaitu menjelaskan kondisi

klien dan mengajarkan cara merawat klien.


50

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan mengenai diagnosa

kecemasan pada klien dengan penyakit skizofrenia dapat disimpulkan

bahwa :

a. Pengkajian

Dari kasus ini didapatkan data bahwa klien mengalami pola tidur

terganggu, khawatir, detak jantung berdebar sangat cepat..

Pengkajian yang dilakukan pada klien telah sesuai dengan data

mayor dan data minor yang telah ada didalam teori.

b. Diagnosa

Dari data yang didapatkan dari hasil pengkajian bahwa klien


51

mengalami pola tidur terganggu, khawatir, detak jantung berdebar

sangat cepat dapat ditegakkan diagnosa yakni kecemasan, sesuai

dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia nomor D.0080.

c. Intervensi

Rencana tindakan yang dilakukan yaitu SP 1, telah sesuai dengan

teori. SP 1 melakukan assesmen kecemasan dan latihan relaksasi

dengan tarik nafas dalam.

d. Implementasi

Dari tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan intervensi

keperawatan, penulis mengalami hambatan pada saat dilakukan SP

1 yaitu assesmen kecemasan dan latihan relaksasi dengan tarik

nafas dalam. Namun, kendala tersebut telah dianalisis untuk diatasi.

e. Evaluasi
50
Evaluasi yang dilakukan telah sesuai dengan standar SOAP

(Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Namun, didalam SOAP

(Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning) tersebut terdapat

kekurangan yaitu planning untuk keluarga.

5.2 Saran

a. Bagi penulis

Penulis dapat menambah serta meningkatkan pengetahuan dan

dapat lebih memahami dalam melakukan studi kasus tentang

kecemasan pada penderita penyakit jantung.

b. Bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan masukan guna menambah dan meningkatkan


52

pengetahuan

bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan.

c. Bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya

Membentuk hubungan saling percaya terhadap pasien agar tercipta

komunikasi terapeutik yang mana dapat membantu klien mengenal

dan mengutarakan masalahnya supaya dapat tercapai keberhasilan

yang diinginkan.

d. Bagi keluarga

Luangkan waktu untuk menerima kondisi klien, menemani klien,

memberikan perhatian lebih, dan memberi dukungan agar dapat

mempercepat proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety). Konselor.

Azzahra, F., Oktarlina, R. Z., & Hutasoit, H. B. K. (2020). Farmakoterapi


Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Efikasi
Antiansietas. In JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia.

Herdman, T. H. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. In


NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Of, J., Mental, C., & Policy, H. (2012). e-ISSN 2622-2655 (Journal Of
Community Mental Health And Public Policy). 2655, 1–7.

PH, L., Ayuwatini, S., & Sari, R. K. (2018). GAMBARAN ANSIETAS KELUARGA
SAAT MENGHADAPI KEKAMBUHAN ANGGOTA KELUARGA DENGAN
PENYAKIT
KRONIS. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa.
https://doi.org/10.32584/jikj.v1i1.34

Sahar, J., Riasmini, N. M., Kusumawati, D. N., & Erawati, E. (2017). Improved health
status and life satisfaction among older people following self-help group
intervention in Jakarta. Current Gerontology and Geriatrics Research.
https://doi.org/10.1155/2017/3879067
53

Keliat, A, B. Hamid, S, Y, A. Putri, E, S, Y. Daulima. Wardani, Susanti. Hargiana, G.


Panjaitan, U, R. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta

Stuart GW.2014 Principles and practice of psychiatric. Nursing-E-Book. Elsevier


Health Sciences

Stuart GW, Laraia MT. 2016. Principles and Practice of Psychiatric Nursing: Student
Study. Elsevier/Mosby;

Silitonga RS, Pardede JA. Parenting Patterns Related To Emotional Development of


Adolescents. Indonesian Journal of Nursing. 2018;5(2):470.

Townsend MC. Psychiatric mental health nursing: Concepts of care. FA Davis


Company; 2017

Townsend MC. 2013. Essentials of psychiatric mental health nursing: Concepts of care
in evidence-based practice. FA Davis;

Valentina TD, Helmi AF. Ketidakberdayaan dan perilaku bunuh diri: Meta-analisis.
Buletin Psikologi. 2016;24(2):123-35.

Wilkinson K. The concept of hope in life-threatening illness. Professional nurse


(London, England). 2017 Jul;11(10):659.

White RG, McCleery M, Gumley AI, Mulholland C. 2017. Hopelessness in


schizophrenia: the impact of symptoms andbeliefs about illness. The Journal of
nervous andmental disease. 345-366

Anda mungkin juga menyukai