Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN AKHIR STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


ABEPURA
Disusun Untuk Memenuhi Nilai Stase Manajemen Profesi Ners
CI Akademik:Ns. Rifki Sakinah Nompo, S.Kep.,M.Kep
CI Lahan:Ns. Leni Manurung, S.Kep

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. Frelly Latumahina, S.Kep
2. Hermita Sandika, S.Kep
3. Sukmah Wulandari Bosta, S.Kep
4. Sakri Kusa, S.Kep
5. Maria Yustina Kasing, S.Kep
6. Melani Gombo, S.Kep
7. Regina Rahel, S.Kep
8. Tirsan Wandadaya,S.Kep
9. Walina Loho, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN VI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG


BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABEPURA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

MENGETAHUI CI AKADEMIK MENGETAHUI CI LAHAN

Ns.LENY MANURUNG, S.Kep


RIFKI SAKINAH NOMPO, S.Kep.,Ners, M.Kep
NIP: 19791101200312001
NIDN: 1424108701

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN VI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA

2020/ 2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyusun laporan hasil

manajemen kaperawatan hingga selesai. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih

kepada Ibu Rifkih Sakinah Nompo,S.Kep Ners., M.Kep, Ibu Leny Manurung,

S.Kep Ners selaku pembimbing lahan atas bantuan dan bimbingan selama proses

penyusunan laporan ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada teman-

teman yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan bagi pembaca khususnya ruang bedah RSUD Abepura. Kami

menyadari bahwa laporan kami masih jau dari kesempurnaan, oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi

perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata kami ucapkan terimakasih semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jayapura 4 September 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1


1.2 Tujuan Penulis............................................................................. 5
1.3 Manfaat Penulis .......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................. 11

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan............................................... 11


2.2 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)...................... 14
2.3 Kepuasan Pasien di Rumah Sakit................................................ 46
2.4 Ruang Lingkup Rawat Inap......................................................... 48

BAB III FENOMENA RUANGAN DAN ANALISA SITUASI


RUANG BEDAH................................................................................... 55

3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit................................................. 55


3.2 Gambaran Umum Ruang Bedah............................................... 58
3.3 Dena Ruangan Bedah RSUD Abepura...................................... 59
3.4 Aspek Manajemen Keperawatan Ruangan
(Input, Proses,Otput)................................................................. 60
3.5 Analisa Swot Ruangan Bedah.................................................... 89
3.6 Prioritas Masalah........................................................................ 98
3.7 Planing Of Action...................................................................... 99
3.8 Implementasi dan Hasil.............................................................. 101

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 114


4.1 Kesenjangan Teori dan Penyelesaian......................................... 102

iv
BAB V PENUTUP................................................................................. 105

5.1 Kesimpulan................................................................................ 105


5.2 Saran .......................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang

berhubungan langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan

mengutamakan kepentingan pasien seuai dengan standar pelayanan rumah

sakit (Undang –undang tentang kesehatan dan Rumah Sakit pasal 29 b UU

No.44/2009) Keputusan Menteri Kesehstan Republik Indonesia

No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit

menyebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelyanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat Dalam

Undang-undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, disebutkan juga

rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkat kan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi tinggi nya. Pada umumnya seluruh Rumah Sakit memounyai

misi memberikan pelyanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1
2

Tuntutan kebutuhan masyarakat masa sekarang dan masa yang akan datang

tentang pelayanan kesehatan akan terus berubah karena masalah kesehatan

yang dihadapi masyarakat terus menerus mengalami perubahan. Masalah

keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat

juga terus menerus berubah, karena berbagai faktor yang mendasarinya juga

terus mengalami perubahan. Dengan berkembangang nya masyarakat dan

berbagai bentuk pelayanan profesional serta kemungkinan adanya perubahan

kebijakan dlam bidang kesehatan yang juga mencakup keperawatan, makan

mungkin saja akan terjadi pergeseran peran keperawatan dalam sistem

pemberian pelayanan kesehatan keepada masyarakat. (Nursalam 2015).

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu

keperawatan. pelayanan tersebut berupa pelayanan yang komprehensif, bio-

psiko-sosio-spiritual di tujukan kepada perorangan, keluarga dan masyarakat

dan mencangkup seluruh proses kehidupan manusia (Nursalam 2015). Dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat perawat sangat berperan

penting, dibuktikan dengan kenyataan yang ada, pada seluruh unti pelyanan

kesehatan hampir semua proses pelayanan kesehatan pada masyarakat

dilakukan oleh perawat termaksut melakukan promosi kesehatan. Jadi

perawat di tuntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan

benar atau rasional dan baik atau etika.

Manajemen keperawatan di Indonesia di masa depan perlu

mendapat prioritas utama dalam mengembangkan proses keperawatan.


3

pegembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling

berhubungan,saling bergantung, saling mempengaruhi, dan

berkesinambungan. Oleh karena itu, manajemen keperawatan harus dapat

diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan yang nyata di Rumah

Sakit dan Komunitas masyarakat sehingga perawat perlu memahami konsep

dan aplikasinya.

Manajemen keperwatan merupakan suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesinalisme. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses

keperawatan sebagai metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara

profesional, sehingga diharapkan keduanya saling bekerja sama. Konsep yang

harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan perubahan, konsep

manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa rencana strategi melalui

pendekatan, pengumpulan data, analisa SWOT, dan menyusun langkah-

langkah perencanaan, melakukan pengawasan dan pengendalian (Nusalam,

2015). Komponen utama dalam manajemen keperawatan asalah fokus pada

sumber datya manusia dan materi secara efektif. Tujuan darai manajemen

keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan

keperawatan, untuk kepuasan pasien melaluai peningkatan produktifitas dan

kualutas kerja perawat ( Nursalam, 2015).

RSUD Abepura sebagai salah satu rumah sakit yang memiliki visi

menuju Rumah Sakit Umum sebagai pusat rujukan pelayanan pendidikan dan

pelatihan di kawasan Timur Indonesia yang bersetandar Internasional pada


4

tahun 2018. Jenis pelayanan di RSUD Abepura meliputi pelayanan rawat jala

n dan rawat inap. Rawat jalan meliputi : poli umum, poli anak, poli THT, poli

bedah, poli syaraf, poli kebidanan, poli mata, poli kulit & kelamin, poli gigi,

poli paru, poli gizi dan VCT. Sedangkan rawat inap meliputi ruang perawatan

seperti ruang penyakit dalam pria, ruang penyakit dalam wanita, ruang bedah,

ruang syaraf, ruang paru, ruang anak, ruang kelas & VIP, ruang kebidanan, O

K, ICU, IGD dan ruang perinatologi.

Praktek manejemen keperawatan dilaksanakan diruangan Bedah Central

RSUD Abepura pada tanggal 2 Mei 2021-3 Mei 2021. Ruang bedah

merupakan salah satu ruangan rawat inap yang merawat pasien pria dan

wanita yang terdiri dari ruang stobery, ruang durian 1,ruang durian 2, ruang

matoa 1, ruang matoa 2, ruang merak 1, ruang merak 2, ruang merpati 1,

ruang merpati 2, ruang rajawali. Ruang bedah berjumlah 16 kamar terdiri

dari satu kamar kepala ruangan, dua ruang perawat, satu ruang obat, satu

ruang alat dan 10 kamar pasien dengan kapasitas berjumlah 30 tempat tidur

pasien, tetapi terdapat 2 kamar pasien yang ruasak dan tidak dapat digunakan,

terdapat 10 kamar mandi pasien dan 2 Kamar mandi perawat

Dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan manajerial ,maka

kami sebagai mahasiswa Profesi Ners STIKES Jayapura berusaha

mengaplikasi data yang di dapatkan dari Ruang Bedah RSUD Abepura. Oleh

karena itu, kami menyusun makalah ini sebagai proses pembelajaran dalam

mengasah kemampuan kepemimpian dan manajerial serta menjadi bahan

evaluasi untuk wahana praktik .


5

1. 2 Tujuan Penulis

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melakukan praket manajemen keperawatan selama 2 hari di

Ruang Bedah RSUD Abepura, diharapkan mahasiswa mampu mengelola

ruangan tersebut dengan mnerapkan fungsi manajemen keperawatan

seperti perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),

pengarahan (Actuiting) dan pengawasan (Controling) melalui peran kepala

ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan

mahasiswa mampu menerapkan fungsi manajemen keperawatan di Ruang

Bedah RSUD Abepura sebagai berikut:

1. Melakukan fungsi manajemen keperawatan perencanaan (Planning)

melalui peran sebagai kepela ruangan, ketua tim dan perawat

pelaksana.

2. Melakukan fungsi manajemen keperawatan pengorganisasian

(Organizing) melaui peran sebagai kepala ruangan, ketua tim dan

perawat pelaksana.

3. Melakukan fungsi manajemen keperawatan pengarahan (Actuting)

melalui peran sebagai kepala ruangan, ketua tim dan perawat

pelaksana.
6

4. Melakukan fungsi manajemen keperawatan pengawasan (Controling)

melalui peran sebagai kepala ruangan, ketua tim dan perawat

pelaksana.

1. 3 Manfaat Penulis

1.3.1 Bagi Mahasiswa

Pelaksanaan praktek klinik, memberi kesempatan pada mahasiswa untuk

mampu:

1. Menunjukan keterampilan dan koordinasi kegiatan-kegiatan secara

efektif.

2. Merupakan gaya, pendekatan dan strategis untuk mempengaruhi

individu, dan kelompok terhadap penentuan dan pencapaian tujuan

dalam situasi khusus.

3. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam merencanakan

kegiatan-kegitan keperawatan.

Secara individu/kelompok, mahasiswa dapat menunjukan

kemampuan:

1. Menerapkan prinsip manajemen dan keterampilan kepemimpinan

yaitu :

a. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai

b. Memilih dan menerapkan pendekatan dan strategis dalam

mempengaruhi orang lain.


7

2. Melakukan peran kepala ruangan dalam

perencanaan,pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengendalian

yaitu :

a. Menganalisis data dan memahami masalah-masalah dalam

pengorganisasian asuhan keperawatan.

b. Mengidentifikasi masalah yang terjadi.

c. Merencanakan kegiatan keperawatan sehari-hari.

d. Merencanakan beberapa alternatif jalan keluar

e. Melakukan usaha-usaha koordinasi kegiatan keperawatan.

f. Merencanakan jumlah perawat dan kualifikasi tenaga non

keperawatan, mahasiswa praktek.

g. Mengelola dan merencakan kebutuhan fasilitas pelayanan

keperawatan, dan lingkungan keperawatan.

h. Mengelola asuhan keperawatan sesuai dengan penugasan.

i. Merencanakan jadwal dinas

j. Mengelolah dan merencanakan supervise shift pendelegasian dan

pembinaan SDM.

k. Mengelola marketing pelayanan keperawatan dengan jalan

komunikasi kepuasan pelanggan dan kelancaran pelayanan.

l. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan.

m. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di

ruangan.
8

n. Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam

mempengaruhi orang lain.

o. Memperkenalkan perubahan kecil yang bermanfaat untuk ruangan.

p. Melakukan peran ketua tim dalam perencanaan, pengarahan,

pengorganisasian dan pengendalian.

3. Menjadi change agent yaitu :

a. Membuat perencanaan berdasarakan tugas dan kewenangan yang

didelegasikan oleh Kepala Ruangan.

b. Mengkaji kondisi klien dan menilai kebutuhan klien.

c. Membuat penugasan supervisi dan evaluasi.

d. Melakukan koordinasi dan kolaborasi asuhan keperawatan.

e. Melakukan pre dan post conference.

f. Menjadi role mode

Kompotensi yang diharapkan untuk mencapai tujuan khusus tersebut

meliputi:

1) Pengelolaan pelayanan keperawatan dan pengelolaan asuhan

keperawatan secara profesional pada tingkat/unit ruangan perawat

(metode tugas tim atau primary nurse)

2) Berperan sebagai agent pembaharuan dan model peran dalam

pengelolaan pelayanan dan pengelolaan asuhan keperawatan.

1.3.2 Bagi Institusi

1. Menghasilkan lulusan Ners yang terdidik dan terampil khususnya

dalam bidang manajemen keperawatan.


9

2. Sebagai bahan evaluasi keberhasilan mahasiswa/i dalam proses tahap

profesi Ners strase manajemen keperawatan yang telah dilakukan

selama waktu yang telah ditentukan.

1.3.3 Bagi RSUD Abepura

1. Memberikan gambaran pelaksanaan manajemen keperawatan

perencanaan( planning) diruangan melalui peran sebagai kepala

ruangan, ketua tim, perawat pelaksana agar dapat diterapkan pada

mahasiswa praktek.

2. Memberikan gambaran pelaksanaan manajemen keperawatan

pengorganisasian (Organizing) di ruangan melalui peran sebagai

kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksanaan agar dapat

diterapkan pada mahasiswa praktek.

3. Memberikan gambaran pelaksanaan manajemen keperawatan

pengarahan ( Actuiting) melalui peran sebagai kepala ruangan, ketua

tim dan perawat pelaksana agar dapat di terapkan pada mahasisws

praktek.

4. Memberikan gambaran pelaksanaan manajemen keperawatan

pengawasan ( Controling) melalui peran sebagai kepala ruangan,

ketua tim dan perawat pelaksana agar dapat di terapkan pada

mahasiswa praktek.

standar prosedur yang berlaku.


BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Manajemen Keperawatan

1.1.1 Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha

untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain

(Manulang 2013). Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan

melalui upaya orang lain.manajemen berfungsi untuk melakukan semua

kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas

– batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang

Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,

pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia

untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu

dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio – psiko – social – spiritual

yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik

sakit maupun sehat dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,

karena manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan

rencana perawat manajemer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik

dari prinsip dan metode yang berkaitan pada situasi yang besar dan

organisasi keperawatan didalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi

11
12

pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan

pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi

keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manejer

mengembangkan tujuan yang jelas dan realities untuk pelayanan

keperawatan (Manulang 2013).

Menurut Nursalam (2015), keterampilan manajemen dapat

diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu: 1) ketrampilan intelektual, yang

meliputi kemampuan dan penguasaan teori, keterampilan berfikir, 2)

keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik, 3)

Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam

bentuk berinteraksi dengan individu atau kelompok.

1.1.2 Fungsi manajemen

Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya

untuk menyikapi posisi masing- masing sehmgga diperlukan fungsi – fungsi

yang jelas mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi

manajemen pertama sekali diidentfikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu

perencaan, organisasi, perintah, koordinasi dan pengendalian. Lutter Gulick

(1937) memperluas fungsi manajemen fayol menjadi perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), personalia (staffing), pengarahan

(directing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan

pembiyaan (budgeting) yang disingkat dari POSDCORB. Akhirnya, fungsi

manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses manajemen yang terdiri

dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, pengawasan


13

(Nursalam, 2015). Fungsi manajemen menurut G.R.Tery adalah planning,

organizing, actuating, dan controlling, sedangkam menurut S.P Siagian

fungsi manajemn terdiri dari planning, organizing, motivating, dan

controlling (Nursalam, 2015)

1.1.3 Prinsip–Prinsip Manajemen Keperawatan

Seorang manajer keperawatan meleksanakan manajemen

keperawatan untuk memberikan perawatan kepada pasien. Nursalam (2015)

menyatakan bahwa prinsip- prinsipmanajemen keperawatan sebagai berikut:

a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan

b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif

c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan

d. Memenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan

manejer perawat

e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian

tujuan social

f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian

g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi,posisi atau tingkat

social, displin, dan bidang studi

h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari

lembaga, dan lembangga dimana organisasi itu berfungsi

i. Budaya organisasi mencerminkan nilai – nilai kepercayaan

j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin

k. Manajemen keperawatan memotivasi


14

l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif

m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian

1.2 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

1.2.1 Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem

(Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat

profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan,

yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Murwani & Herlambang,

2012)

Model Praktik Keperawatan Profesional adalah bentuk dari pemberian

asuhan keperawatan yang berdasarkan nilai-nilai profesionalisme atau

pelayanan prima keperawatan yang dapat meningkatkan mutu asuhan

keperawatan di rumah sakit. Untuk mengimplementasikan manajemen

keperawatan yang optimal, diperlukan suatu metode pelaksanaan yang tepat

sasaran, dapat diaplikasikan dan memberikan hasil yang dapat

dipertanggung jawabkan. Saat ini metode manajemen keperawatan

mengarah kepada metode Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

1.2.2 Tujuan MPKP

(Murwani & Herlambang, 2012) ada beberapa tujuan MPKP yaitu :

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan

asuhan keperawatan olehtim keperawatan.


15

3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan

bagi setiap tim keperawatan

1.2.3 Karakteristik Model dalam Penataan Struktur dan Proses Pemberian

Asuhan Keperawatan

1. Ketenagaan

Jenis tenaga keperawatan yang ada di Indonesia saat ini

terdapat tiga jenis tenaga yang melakukan praktik keperawatan, yaitu

lulusan sekolah perawat kesehatan (SPK), lulusan DIII keperawatan,

dan sarjana keperawatan/Ners. Agar pemberian asuhan keperawatan

optimal, perlu dilakukan manajemen tenaga keperawatan. Manajemen

keperawatan perlu menetapkan manajer asuhan keperawatan. Manajer

asuhan keperawatan adalah perawat yang memiliki kemampuan

sarjaan keperawatan/ners dengan landasan 17 ilmu yang kukuh dan

landasan profesi yang mantap untuk memberikan asuhan keperawatan.

Pada suatu layanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan

bergantung pada jumlah klien dan derajat ketergantungan klien

terhadap keperawatan yaitu:

Tabel 1. Kategori Asuhan Keperawatan Berdasarkan Tingkat Ketergantungannya


Jam
NO Klasifikasi Pasien Kriteria Perawatan/
Hari
1. Asuhan Keperawatan a. Kebersihan diri mandi, ganti pakaian dilakukan 2
minimal (minimal sendiri
16

care) b. Makan dan minum dilakukan sendiri


c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap shift
e. Pengobatan minimal, status psikologi pasien
2. Asuhan Keperawatan a. Kebersihan diri dibantu, makan, minu dibantu 3,08
sedang b. Observasi tanda – tanda vital
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3. Asuhan keperawatan a. Sebagian aktivitas dibantu 4,15
agak berat b. Observasi tanda – tanda vital setiap 2 – 4 jam sekali
c. Terpasang folley chateter, intake output dicatat
d. Terpasang infus
e. Pengobatan lebih dari sekali
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
4. Asuhan keperawatan a. Segala aktivitas dibantu oleh perawat 6,16
maksimal b. Posisi pasien diatur dan di observasi tanda – tanda
vital setiap 2 jam
c. Makan memerlukan NGT dan menggunakan
Suction
d. Gelisah/ disorientasi

Perhitungan kebutuhan ketenagaan menurut Depkes, 2005 yaitu:

a. Perhitungan tenaga menurut Depkes (2005)

Kebutuhan Tenaga

Untuk mengetahui jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan
menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan diperkiraan


25% dari jam pelayanan keperawatan

Faktor Koreksi

2. Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan


17

Pelaksanaan MPKP dalam satu ruangan harus ditetapkan jenis tenaga

keperawatannya, beberapa jenis tenaga yang ada meliputi kepala ruang rawat,

Clinical care manager (CCM), perawat primer (PP), serta perawat asosiet

(PA).Tugas dan tanggung jawab setiap jenis tenaga adalah sebagai berikut:

a. Kepala Ruangan

Pada ruang rawat MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan

kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman, dan pada MPKP

tingkat I adalah perawat dengan kemampuan S Kep/Ners dengan

pengalaman dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun (Sitorus, 2011).

Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut

depkes (1994), adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:


a) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain

sesuai kebutuhan.

b) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.

c) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan

yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

2) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:

a) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang

rawat.

b) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga

lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku

(bulanan, mingguan, harian).


18

c) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau

tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.

d) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk

melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.

e) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja

sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang

rawat.

f) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan

pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan

optimal.

g) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan

lain yang diperlukan di ruang rawat.

h) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu

dalam keadaan siap pakai.

i) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.

j) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya

meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas

yang ada dan cara penggunaannya.

k) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa

pasien dan mencatat program

l) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang

rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk

memudah pemberian asuhan keperawatan.


19

m) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk

mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu

memecahkan masalah berlangsung.

n) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama

pelaksanaan pelayanan berlangsung.

o) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam

batas wewenangnya.

3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:

a) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah

ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.

b) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan

dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya

untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan

sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan

perawatan serta obat – obatan secara efektif dan efisien.

c) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan

asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat

d) Clinical care manager (CCM). Clinical Care Manager adalah

seseorang dengan pendidikan S1 keperawatan/ Ners, dengan

pengalaman kerja lebih dari 3 tahun


20

e) Perawat Primer (PP) Perawat primer pada MPKP pemula adalah

seorang yang berpendidikan DIII, Tugas perawat primer adalah,

memimpin dan bertanggung jawab pada elaksanaan asuhan dan

pelayanan keperawatan serta pendokumentasian dan administrasi pada

sekelompok pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Berpartisifasi

dalam visite dokter, mengatasi permasalahan/ konflik pasien,

penunggu dan petugas di areanya, mengkoordinasikan proses

pelayanan kepada kepala ruangan mengatur dan memantau semua

proses asuhan keperawatan di area kelolaan,dan

memastikankelengakapan pendokumentasian dan administrasi dari

klien masuk sampai pulang.

f) Perawat Asosiet (PA) Pada MPKP pemula perawat Asosiet adalah

yang berpendidikan DIII keperawatan, dan tidak menutup

kemungkinan masih ada yang berpendidikan SPK. Tugas PA adalah

bertanggung jawab dan melaksanakan asuhan keperawatan

keperawatan pada klien yang menjadi tanggungjawabnya.

Melaksanakan dokumentasi keperawatan, dan berkoordinasi dengan

perawat

1.2.4 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

1. Metode Fungsional

Metode fungsional, merupakan metode penugasan yang

menekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan

( Sitorus, 2011). Setiap perawat diberikan satu atau beberapa tugas


21

untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu

ruangan. Seorang perawat mungkin bertanggung jawab dalam

pemberian obat, mengganti balutan, monitor infus dan sebagainya.

Prioritas utama yang dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik

sesuai dengan kebutuhan pasien dan kurang menekankan kepada

pemenuhan kebutuhan pasien secara holistik, sehingga dalam

penerapannya kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan, karena

pemberian asuhan yang terfragmentasi

a. Kelebihan :

1) Perawat terampil untuk tugas / pekerjaan tertentu

2) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah

selesai tugas.

3) Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga

yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.

4) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau

peserta didik yang praktek untuk keterampilan tertentu.

5) Lebih sedikit membutuhkan perawat

6) Tugas-tugas mudah dijelaskan dan diberikan

7) Para pekerja lebih mudah menyesuaikan tugas

8) Tugas cepat selesai.

b. Kekurangan :

1) Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga

proses keperawatan sulit dilakukan


22

2) Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan

melakukan tugas non keperawatan

3) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit

diidentifikasi kontribusinya terhadap pelayanan

4) Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai

keterampilan saja

5) Tidak efektif

6) Membosankan

7) Komunikasi minimal.

2. Metode Tim / Kelompok

Model Tim merupakan suatu model pemberian asuhan

keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif (Douglas, 1992).Kelompok ini dipimpin oleh perawat

yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam

bidangnya (registered nurse). Pembagian tugas didalam kelompok

dilakukan oleh pimpinan kelommpok/ketua grup. Selain itu ketua grup

bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum

tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien

serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila

menjalani kesulitan. Selanjunya ketua grup yang melaporkan pada


23

kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan

terhadap klien.

Bagan 1. Struktur Keperawatan Tim

Sumber : Depkes, 2005


a. Kelebihan:

1) Memfasilitasi pelayanan keerawatan yang komprehensif dan

holistic.

2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.

3) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui

rapat tim, cara ini efektif untuk belajar.

4) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal


24

5) Memungkinkan menyaukan kemampuan anggota tim yang

berbeda-beda dengan aman dan efektif.

6) Memberikan kepuasan pada pasien dan perawat

7) Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.

b. Kelemahan

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk

konferensi tim yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk

melaksanakan pada waktu-waktu sibuk

3. Metode Primer

Metode primer yaitu suatu metoda pemberian asuhan keperawatan

yang dilakukan oleh satu orang registered nurse sebagai perawat primer

yang bertanggung jawab dalam asuhan keperawatan selama 24 jam

terhadap klien yang menjadi tanggung jawabnya mulai dari masuk sampai

pulang dari rumah sakit.

Metode primer memberi dampak positif terhadap peningkatan

profesionalisme, peningkatan autonomi profesi dan kepuasan bekerja bagi

perawat, peningkatan kepuasan pasien akan mutu layanan dan asuhan

keperawatan, dan efisiensi penggunaan sumberdaya (Huber, 2000).


25

Bagan 2. Model Keperawatan Primer

Pasien/
Client

Sumber : Depkes, 2005

a. Kelebihan :

1) Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau

diterapkan

2) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan

pertanggungjawaban yang jelas

3) Memungkinkan penerapan proses keperawatan

4) Memberikan kkepuasan kerja bagi perawat

5) Memmberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima

asuhan keperawatan

6) Lebih mencerminkan otonomi

7) Menurunkan dana perawatan


26

b. Kekurangan:

1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional

2) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih

banyak menggunakan perawat professional.

3) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi

kesehatan/kedokteran

4) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

5) Masalah komunikasi

4. Metode Modular

Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat professional dan non professional (terampil) untuk

sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut

tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan

perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan

kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 orang klien.

a. Kelebihan:

1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan

holistic dengan pertanggungjawaban yang jelas.

2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan

3) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui

rapat tim, cara ini efektf untuk belajar.

4) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal.


27

5) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang

berbeda-beda dengan aman dan efektif

6) Produktif karena kerja sama, komunikasi dan moral

7) Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau

diterapkan

8) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.

9) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima

asuhan keperawatan

10) Lebih mencerminkan otonomi

11) Menurunkan dana perawata

b. Kekurangan:

1) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga

tugas rutin yang sederhana terlewatkan

2) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat

penanggung jawab klien bertugas

3) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional

4) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih

banyak menggunakan perawat professional

5) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi

kesehatan/kedokteran

6) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

7) Masalah komunikasi
28

5. Metode Kasus

Metode kasus keperawatan memberikan asuhan keperawatan

berdasarkan rasio satu perawat kepada seorang klien secara total dalam

satu periode dinas, jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat

bergantung pada kemampuan perawat itu dan kompleknya kebutuhan

klien, metode ini yang pertama kali di gunakan dalam pemberian

asuhan keperawatan ( Sitorus, 2011). Metoda menejemn kasus sering

digunakan dalam perangkat pleayanan kesehatan masyarakat, psikiatri

dan diadopsi dalam asuhan pasien rawat inap, berfokus pada populasi

semua pasien penyakit dalam dan beresiko tinggi (cardiac arrest).

a. Kelebihan :

1) Sederhana dan langsung

2) Garis pertanggung jawaban jelas

3) Kebutuhan pasien cepat terpenuhi

4) Memudahkan perencanaan tugas

b. Kekurangan

1) Moral : perawat professional melakukan tugas non

professional

2) Tidak dapat dikerjakan perawat non professional

3) Membingungkan

1.2.5 Fungsi Manajemendalam MPKP

Pada penerapannya didalam pelayanan kesehatan pendekatan

manajemen (Management Approach) diterapkan dalam bentuk fungsi


29

manajemen yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pengarahan (directing), pengawasan (supervisi) dan

pengendalian (controlling) (Siagian, 2012).

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah suatu rincian kegiatan tentang apa yang harus

dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu

dilaksanakan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap

akan mempermudah serta memberi petunjuk terhadap pelaksanaan

suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan

keperawatan kepada pasien. Perencanaan diruang rawat inap

melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksanan, ketua tim

dan kepala ruangan (Siagian, 2012).

Perencanaan yang dilakukan oleh kepala ruangan meliputi

perencanaan tahunan, bulanan, mingguan dan harian. Kegiatan yang

dilakukan dalam menyusun perencanaan di ruang rawat inap meliputi

perencanaan kebutuhan tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program

kendali mutu yang akan disusun untuk mencapai tujuan jangka

pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu kepala ruang

juga merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan staf

dengan tujuan untuk menilai atau mengevaluasi kegiatan yang telah

dilakukan sesuai dengan standar atau belum, sehingga dapat dilakukan

perubahan-perubahan serta pengembangan dari hasil evaluasi tersebut

(Siagian, 2012).
30

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian didefinisikan sebagai pengelompokan orang,

alat, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu

organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga aspek penting dalam

pengorganisasian yaitu pola struktur organisasi, penataan kegiatan,

dan struktur kerja organisasi (Siagian, 2012).

Prinsip-prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja,

kesatuan komando, rentang kendali, pendelegasian, koordinasi.

Pengorganisasian bermanfaat untuk penjabaran terinci semua

pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan, pembagian

beban kerja sesuai dengan kemampuan , dan mengatur mekanisme

kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan

koordinasi (Sarwoto, 2010).

Menurut Sarwoto (2010) kepala ruangan bertanggung jawab

untuk mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan di

ruang rawat inap yang meliputi:

1) Struktur organisasi. Struktur organisasi diruang rawat inap

meliputi struktur, bentuk dan bagan. Berdasarkan keputusan

Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi ruang

rawat inap untuk menggambarkan pola hubungan antar bagia atau

staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Dan juga dapat

dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta


31

jalur tanggung gugat. Bentuk organisasi disesuaikan dengan

pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.

2) Pengelompokan kegiatan. Setiap organisasi memiliki serangkaian

tugas atau kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.

Kegiatan perlu dikelompokkan sesuai dengan spesifikasi tertentu.

Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk mempermudah

pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan

keterampilan yang mereka miliki serta disesuaikan dengan

kebutuhan pasien.

3) Koordinasi kegiatan. Kepala ruang sebagai koordinator kegiatan

harus menciptakan kerjasama yang selaras satu sama lain dan

saling mendukung untuk menciptakan suasana kerja yang

kondusif. Selain itu perlu adanyan pendelegasian tugas kepada

ketua tim atau perawat pelaksana dalam asuha keperawatan

diruang rawat inap.

4) Evaluasi kegiatan. Kegiatan yang telah dikerjakan perlu

dievaluasi untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Kepala ruangan

berkewajiban dalam memberi pengerahan yang jelas tentang

kegiatan yang akan dilakukan. Oleh karena itu diperlukan uraian

tugas yang jelas dari masing-masing staf dan standar penampilan

kerja.
32

c. Pengarahan (directing)

Pengarahan atau (directing) adalah suatu usaha untuk penerapan

perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi pengarahan bertujuan agar

perawat atau staf mampu melaksanakan tugas sesuai dengan

diharapkan. Dalam melakukan pengarahan, kegiatan yang dilakukan

kepala ruangan diantaranya adalah saling memberi motivasi,

membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian melakukan

komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi

(Siagian, 2012).

Memberi motivasi merupakan unsur unsur yang penting dalam

pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat

inap. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membangun iklim motivasi

diantaranya adalah :

1) Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku

positif dengan memberikan reward. Reward yang dimaksud

adalah membudayakan dalam tim untuk membudayakan

pemberian pujian yang tulus antar karyawan.

2) Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap

personil dengan cara kepala ruangan mampu untuk

berkomunikasi intensif dengan semua staf baik ketua tim maupun

perawat pelaksana untuk mempererat hubungan.


33

3) Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para

staf.

4) Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang

telah dilakukan staf.

d. Pengawasan (supervisi)

Pengawasan dalam keperawatan adalah proses pemberian

sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas

dalam rangka pencapaian tujuan. Tujuan dalam dari supervisi adalah

pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan

keluarga yang difokuskan pada kebutuhan, ketrampilan, dan

kemampuan perawat dalam melakukan tugasnya. Supervisi adalah

kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh manajer. Sedangkan orang

yang melakukan fungsi supervisi disebut supevisior yang biasanya

dilakukan oleh kepala ruangan, pengawas keperawatan, kepala bidang

wakil direktur keperawatan. Tanggung jawab supervisior dalam

manajemen pelayanan keperawatan yaitu menetapkan dan

mempertahankan standar praktek keperawatan, menilai kualitas

pelayanan asuhan keperawatan, mengembangkan peraturan dan

prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan, memantapkan

kemampuan perawat, dan memastikan praktek keperawatan

profesional dilakukan dengan benar. Supervisi dilakukan dengan cara

langsung dan tidak langsung. Supervisi secara langsung yaitu dimana

supervisior terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang berlangsung


34

sehingga dapat memberikan pengarahan secara langsung. Sedangkan

supervisi tidak langsung dilakukan melalui laporan dengan lisan

maupun tulisan dan supervisior tidak terlibat dalam kegiatan yang

berlangsung.

e. Pengendalian (controlling)

Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang

telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil

pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi

untuk mencapai dan mempertahankan kualitas. Pengendalian sebagai

pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya berjalan sesuai

dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan

prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan

kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi

penetapan standar dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan

pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai

dengan standar serta mengambil tindakan korektif.

Indikator kualitas asuhan keperawatan yaitu nlai dokumentasi

keperawatan, tingkat kepuasan pasien, tingkat kepuasan perawat.

Untuk kegiatan mutu yang perlu dilakukan oleh kepala ruangan yaitu

audit dokumentasi proses keperawatan setiap dua bulan sekali, survey

kepuasan pasien, survey kepuasan perawat setiap enam bulan sekali,


35

perhitungan lama 30 hari rawat serta melakukan langkah-langkah

perbaikan dengan memperhitungkan standar yang telah ditetapkan.

1.2.6 Komunikasi dalam MPKP

Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen

khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu

organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu

kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi

adalah proses tukarmenukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran

yang terjadi antara dua perawat atau lebih yang bekerja bersama

(Keliat, 2006). Bentuk Komunikasi di ruang MPKP adalah operan,

preconference, post conference (Keliat, 2006).

1. Operan

Pelayanan keperawatan diberikan secara terus menerus,

berkesinambungan tanpa putus 24 jam sehari, tujuh hari seminggu

dan 365 hari dalam setahun. Kondisi ini memerlukan komunikasi

dan koordinasi yang kuat antar perawat disetiap pergantian jadwal

dinas (nursing shift). Menurut Alvarado dkk., (2006), aktivitas

komunikasi berbagi informasi tentang rencana asuhan keperawatan,

identifikasi keselamatan pasien, dan kelanjutan informasi antar

perawat yang berganti shift biasa disebut operan.

Sistem operan menjamin kelangsungan pelayanan yang

berkesinambungan dan professional. Operan shift berperan penting

dalam konteks kontinyuitas pelayanan keperawatan selama 24 jam


36

(Kerr, 2002). Tujuan dari komunikasi selama operan untuk

menciptakan komunikasi yang akurat, reliable (Lardner, 1996),

tentang tugas yangakan dilanjutkan oleh karyawan pada shift

berikutnya agar pelayanan keperwatan pada pasien aman dan

efektif, menjaga keamanan, kepercayaan dan kehormatan pasien,

mengurangi kesenjangan dan ketidak akuratan perawatan, memberi

kesempatan perawat meninggalkan pelayanan langsung.

Seringkali terjadi mengalami kendala seperti waktu operan

yang terlalu lama, adanya interupsi, tidak ada standar operan,

perawat yang pulang dulu sebelum operan, mobilisasi status pasien.

Ada berbagai macam model operan (Hawley et al. 1995, Miller

1998, dalam Kerr, 2002) yaitu dari model tradisional maupun

operan di sisi tempat tidur, yang penerapannya disesuaikan dengan

kondisi masingmasing ruangan (Perry & Rowe 1984, Johns 1989).

Implementasi operan di ruang MPKP berupa komunikasi

dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari

dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore

dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke

dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore (Keliat,

2006). Operan dilaksanakan secara tertulis dan verbaldi kantor

perawatan (nurse station) dan dilanjutkan ke sisi pasien dalam

rangka validasi data.


37

2. Conference

Conference klinik adalah pengalaman belajar kelompok yang

menjadi bagian integral dari pengalaman klinik (Billings & Judith,

1999, hlm. 289). Menurut Reilly dan Obermann (1999), Conference

merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek klinik.

Kelompok melakukan analisis kritis terhadap masalah dan mencari

pendekatan alternatif dan kreatif.

Conference dapat memberikan pengalaman belajar yang

bermakna dankesempatan berharga bagi perawat untuk menjembatani

kesenjanganantara teori dan praktik keperawatan. Melalui kegiatan

Conference,perawat atau calon perawat dapat mengembangkan

kemampuan berfikirkritis dan pengambilan keputusan klinik serta

kepercayaan diri dalammenjalankan tugasnya (Wink, 1995, dalam

Billings & Judith, 1999).

Ada dua bentuk conference yaitu pre conference dan post

conference(Billings & Judith, 1999, Reilly & Obermann, 1999). Pre

dan postconference adalah periode waktu diskusi kelompok yang

diikutisebelum atau setelah adanya pengalaman klinik. Keduanya

sama-samamemberikan kesempatan untuk diskusi. Pre dan post

conferencememberikan peluang antara ketua tim dan perawat

pelaksanaberinteraksi secara professional dalam MPKP.


38

a. Pre conference

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat

pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift

tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab

tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre

conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap

perawat (rencana harian), dan tambahan rencanadari katim dan PJ

tim(Modul MPKP,2006).Menurut Reilly dan Obermann (1999),

kegiatan Pre conference meliputi identifikasi masalah,

perencanaan dan evaluasi hasil untuk mencari solusi.

Kegiatan Pre Conference merupakan komunikasi dalam

diskusi antara ketua tim dan perawat pelaksana, identifikasi

masalah, perencanaan dan analisis kritis terhadap masalah dan

mencari pendekatan alternatif dan kreatif dari rencana tiap

perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari Katim atau

penanggung jawab Tim.

b. Post Conference

Post Conference yaitu komunikasi Katim dan Perawat

Pelaksana tentang hasil kegiatan kususnya perkembangan kondisi

klinik pasien setelah diberikan tindakan keperawatan sepanjang

shift, dan sebelum operan kepada shift berikut (Keliat, 2006).


39

Perawat mendiskusikan pengalaman klinik, menanyakan

pengalaman klinik yang baru dilakukan, menganalisis situasi

klinik, klarifikasi keterkaitan masalah dan situasi, identifikasi

masalah, ventilasi perasaan, dan mengembangkan support system

(Billings & Judith, 1999). Proses diskusi pada post conference

dapat menciptakan strategi efektif dan berfikir kritis untuk

merencakan kegiatan pelayanan perawatan selanjutnya agar dapat

berkesinambungan.

Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap

perawan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post

conferencedipimpin oleh Katim atau penanggung jawab tim

(Keliat, 2006).Kegiatan proses diskusi di post conference

memberikankesempatan ketua tim dan perawat pelaksana

berkomunikasi professional dengan cara menanyakan pengalaman

klinik yang baru dilakukan, mendiskusikan pengalaman klinik,

menganalisis situasi klinik, klarifikasi keterkaitan masalah dan

situasi, identifikasi masalah, ventilasi perasaan, dan

mengembangkan support system di unit rawat inap serata

menyimpulkan asuhan keperawatan yang perlu di operkan pada

shift berikutnya.

Perawat harus tahu peran masing-masing sebagai

partisipan aktif seperti mempertahankan pilihan intervensi

keperawatan, klarifikasi pendapat, explorasi alternatif pemecahan


40

masalah, dan mempraktikkan kemampuan pengambilan

keputusan klinik (Carpenito & Duesphol, 1985 dalam Billings &

Judith, 1999). Perawat pelaksana dapat memposisikan dirinya

sebagai leader dalam diskusi kelompok, sedangkan karu atau

katim bertindak sebagai fasilitator.dengan cara mengembangkan

situasi dengan berbagi informasi, fleksibel dalam memfokuskan

topik diskusi dan cara mindahkan topik diskusi dengan baik,

memotivasi perawat pelaksana untuk aktif berpartisipasi dan

terlibat dalam diskusi dengan cara memberikan ide, pertanyaan,

petunjuk dan pernyataan awal. Memberikan feed back yang tidak

menakut-nakuti perawat pelaksana.

1.2.7 Standar Asuhan Keperawatan

Standar Asuhan keperawatan menurut Tim Depkes RI (2001)

berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan

menyimpulkan apakah asuhan keperawatan yang diselenggarakan di

rumah sakit sudah mengikuti dan memenuhi persyaratanpersyaratan

yang ditetapkan dalam standar.8 Jadi pelayanan asuhan keperawatan

sudah mengikuti dan sesuai dengan standar tersebut dapat disimpulkan

bahwa pelayanan paling sedikit sudah dapat dipertanggung-jawabkan,

termasuk mutu pelayanan juga harus dianggap baik. Beberapa

komponen yang harusada pada standar (Simamora R.H,2012):

1. Standar struktur. Standar struktur adalahkarakteristik organisasi

dalam tatananasuhan yang berikan. Standar ini samadengan standar


41

masukan atau standarinput yang meliputi filosofi danobjectif,

organisasi dan administrasi,kebijakan dan peraturan, Staffing

danpembinaan.

2. Standar proses. Standar proses adalahkegiatan dan interaksi antara

pemberidan penerima asuhan. Standar iniberfokus pada kinerja dari

petugasprofesional ditatanan klinis, mencakupfungsi, tanggung

jawab,danakuntabilitas, manajemen kinerja klinis,monitoring dan

evaluasi kinerja klinis.

3. Standar outcomes. Standar outcomesadalah hasil asuhan dalam

kaitannyadengan status pasien. Standar iniberfokus pada asuhan

pasien yangprima, meliputi kepuasan pasien,keamanan pasien dan

kenyamananpasien

Dalam pelayanan kesehatan, hasil mungkin tidak selalu

seperti apa yang diharapkan atau diinginkan, namun standar struktur

dan proses yang baik akan menunjukkan sejauh mana kemungkinan

pencapaian outcomes atau hasil yang diharapkan. Outcomes adalah

hasil yangdicapai melalui penentuan dan melengkapiproses. Outcome

ditulis untuk setipprosedur, pedoman praktik dan rencana. Untuk

mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar ini, perlu dilakukan

penilaian secara objektif dengan menggunakan metode penerapan dan

instrument penilaian yang baku. Maka menurut Tim Depkes RI (2001)

telah menyusun Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan yang terdiri dari:


42

1. Pedoman Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan yang selanjutnya

disebut instrumen A

2. Angket yang ditujukan kepada pasien dan keluarga untuk

memperoleh gambaran tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan

keperawatan yang selanjutnya disebut instrumen B,

3. Pedoman Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan selanjutnya

disebut instrumen C.

Semua instrumen ini dapat digunakan disemua rumah sakit yaitu

RS Khusus dan RSU klas A, B dan C baik pemerintah maupun swasta.

Instrumen A digunakan untuk mengumpulkan data agar dapat menilai

kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan

pendokumentasian yang ditemukan dalam rekam medik pasien dengan

pendokumentasian yang ditentukan dalam standar keperawatan.

Adapun aspek yang dinilai dalam instrumen ini adalah Pengkajian

Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,

Tindakan Keperawatan, Evaluasi Keperawatan dan Catatan Asuhan

Keperawatan.

Untuk instrumen B digunakan untuk mengumpulkan data tentang

persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan di rumah

sakit. Adapun aspek yang dinilai adalah (1) Data umum, (2) Data

pelayanan keperawatan dan (3) Saran pasien / keluarga untuk

perbaikan, merupakan pertanyaan terbuka. Instrumen C digunakan


43

untuk mengumpulkan data dan menilai pelaksanaan kegiatan

keperawatan yang sedang dilakukan oleh perawat. Aspek yang dinilai

adalah persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan keperawatan. Ini

dilakukan oleh perawat penilai atau observer yang memenuhi kriteria.

1.2.8 Ronde Keperawatan

Menurut Kozier, Erb & Berman (2004) menyatakan bahwa ronde

keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat

mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu

dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan

pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta

mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.

Beberapa ahli mengungkapkan pengertian tentang ronde keperawatan.

Ford (2010), mendefinisikan ronde keperawatan sebagai salah satu tehnik

untuk mengorganisasikan pelayanan keperawatan secara proaktif yang

berfokus kepada pasien..

1. Tujuan Ronde Keperawatan

Clement (2011) menyebutkan ada dua tujuan dilaksanakannya

ronde keperawatan yaitu bagi perawat dan bagi pasien.Pertama, bagi

perawat bertujuan untuk melihat kemampuan staf dalam manajemen

pasien, mendukung pertumbuhan dan pengembangan professional,

meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format

studi kasus, menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar

meningkatkan keterampilan klinis, membangun kerjasama dan rasa


44

hormat, meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan

mempromosikan kebanggaan dalam profesi keperawatan.

Kedua, bagi pasien bertujuan untuk mengamati kondisi fisik dan

mental pasien dan kemajuan dari hari ke hari, membuat pengamatan

khusus dan memberikan laporan ke dokter, memperkenalkan pasien

ke petugas dan sebaliknya, melaksanakan rencana yang dibuat untuk

perawatan pasien, mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan

pasien serta memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.

2. Manfaat Ronde Keperawatan

Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh

perawat yaitu:

a. ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan perawat.

b. melalui kegiatan ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi

kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak.

Melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang

dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan

dapat dinilai (Clement, 2011).

c. ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan

siswa perawat.

d. manfaat ronde keperawatan yang lain adalah untuk membantu

mengorientasikan perawat baru pada pasien.

e. ronde keperawatan juga dapat meningkatkan kepuasan pasien.


45

3. Mekanisme Ronde Keperawatan

Mekanisme ronde keperawatan yaitu:

a. Perawat sebelum melakukan ronde keperawatan sebaiknya

membaca laporan mengenai pasien melalui status pasien. Hal ini

dianjurkan Clement (2011) bahwa perawat sebaiknya melihat

laporan penilaian fisik dan psikososial pasien 2-3 menit. Selain itu

juga perawat menetapkan tujuan yang ingin dicapai ketika

pelaksanaan ronde keperawatan. Sebelum menemui pasien,

sebaiknya perawat membahas tujuan yang ingin dicapai ketika

pelaksanaan ronde keperawatan. Sebelum menemui pasien

sebaiknya perawat membahas tujuan yang ingin dicapai,

b. Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde

keperawatan. Hal ini disebut Sitorus (2006) sebelum dilakukan

ronde keperawatan, perawat primer (PP) menentukan 2-3 klien

yang akan dilakukan ronde dan tentukan pasien yang akan di

ronde. Sebaliknya dipilih klien yang membutuhkan perawatan

khusus dengan masalah yang relatif kompleks,

c. Ketika ronde keperawatan dilakukan pada pasien, perawat

melaporkan kondisi, tindakan yang sudah dilakukan dan akan

dilakukan, pengobatan serta rencana yang lain. Selama ronde,

perawat yang ditugaskan untuk klien memberikan ringkasan

singkat dari kebutuhan keperawatan klien dan intervensi yang

sedang dilaksanakan (Kozier, et al., 2004)


46

d. Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung kondisi

dan situasi ruangan. Sitorus (2006) menyebutkan waktu yang

dilakukan untuk melakukan keseluruhan ronde adalah setiap hari

dengan waktu kurang lebih satu jam ketika intensitas kegiatan di

ruang rawat sudah relatif tenang

e. Setelah ronde keperawatan dilakukan diskusi dengan perawat yang

mengikuti ronde keperawatan (Nursalam & Efendi, 2008).

2.3 Kepuasan Pasien di Rumah Sakit

2.3.1 Pengertian Kepuasan

Traryntia (2011) mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya

dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan

antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah

harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan,

maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi

harapan pelanggan akan sangat puas harapan pelanggan dapat dibentuk

oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan

informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama,

kurang sensitive terhadap dan memberi komentar yang baik tentang

perusahaan tersebut.

Rangkuti F (2003), kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang

setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan

dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan


47

dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau

pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan

total bukanlah hal yang mudah. Mudie dan Cottom menyatakan bahwa

kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk

sementara waktu (Tjiptono, 2011).

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas individu

karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang

diberikan terpenuhi.

1.2.9 Pengertian Kepuasan Pasien

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien

adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. pasien yang puas

merupakan asset yang sangat berharga karena apabila pasiien puas mereka

akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika

pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih

hebat kepada orang lain tentang pegalaman buruknya. Untuk menciptakan

kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit.

 Manfaat

1) Masalah pasien dapat teratasi

2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional

4) Terjalinnya kerja sama antara tim kesehatan


48

5) Perawat dalpat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan

tepat dan benar

 Metode
Diskusi
 Alat bantu
1) Sarana diskusi : buku, bolpoin
2) Status / dokumentasi keperawatan pasien
3) Materi yang disampaikan secara lisan

1.3 Ruang Lingkup Rawat Inap

1.3.1 Pengertian Rawat Inap

Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan

pasien oleh tenaga kesehatan professional akibat penyakit tertentu, dimana

pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit. Rawat inap merupakan

suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit

untuk jangka waktu tertentu. Selama pasien dirawat, rumah sakit harus

memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien (Posma, 2011) yang

dikutip dari anggraini (2001).

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien untuk

rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan

obserbasi, diagnosis, terapi, rehabilitasi medic dan atau pelayanan medic

lainnya (suryanti, 2002 dikutip dari depkes RI, 1997).

1.3.2 Kegiatan Rawat Inap

1. Penerimaan apisien (administration)

2. Pelayanan medic
49

3. Pelayanan penunjang medic

4. Pelayanan perawatan

5. Pelayanan obat

6. Pelayanan makanan

7. Pelayanan administrasi keuangan

Menurut Kathleen (2007) bahwa pasien yang masuk pelayanan rawat inap

akan mengalami tingkat proses transformasi, yaitu:

1. Tahap admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan

dirawar tinggal di rumah sakit

2. Tahap diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

Tahap treatmnent, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan ke

dalan program dan terapi

3. Tahap inspection, yaitu secara continue di observasi dan dibandingkan

pengaruh respon pasien atas pengobatannya.

4. Tahap control, yaitu setelah dianalasa kondisinyam pasien

dipulangkan. Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga

kembali ke proses untuk diagnosis ulang

1.3.3 Tujuan Pelayanan Rawat Inap

1) Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari – hari

sehubungan dengan penyembuhan penyakitnya’

2) Mengembangkan hubungan kerja sama yang produktif baik antara unit

maupun antar profesi

3) Menyediakan tempat latihan/ praktek bagi siswa perawat


50

4) Memberikan kesempatan kepada tenaga perawat untuk meningkatkan

keterampilan dalam hal keperawtan

5) Meningkatkan suasana yang memungkinkan timbul dan

berkembangnya gagasan yang kreatif

6) Mengendalikan evaluasi yang terus menerus mengenai metode

keperawatan yang dipergunakan untuk usaha peningkatan

7) Memanfaatkan hasil evaluasi tersebut sebagai alat peningkatan atau

perbaikan praktek keperawtan dipergunakan

1.3.4 Standard Pelayanan Rawat Inap

Standard adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi

dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal

(clinical practice guidline, 1990 dalam Azwar, 2013). Standard pelayanan

yang digunakan harus sesuai dengan standard profesi yang berrlaku

dengan kode etik kedokteran saat ini.

Standard profesi berdasarkan UU No. 23 Tahun 1992 adalah

pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan

profesi secara bail. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien

seperti dokter dan perawat dalam melaksanakan tugasnya harus

mengjormati hak pasien. Hak pasien adalah hak informasi, hak untuk

memberikan persetujuan, ha katas rahasia kedokteran dan ha katas

pendapat kedua (Nasution, 2005).

Pelayanan kesehatan adalah suatu system lembaga, orang,

teknologi dan sumber daya yang dirancang untuk meningkatkan status


51

kesehatan suatu populasi, misalnya pencegehan, promosi, pengobatan dan

sebagainya (Adikoesoemo, 2011). Standar pelayanan yang harus dimiliki

oleh rumah sakit menuirut Azwar (2011) adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan farmasi harus dilakukan dibawah pengawasan tenaga ahil


farmasi yang baik
2. Rumah sakit harus menyediakan pelayanan laboratorium patologi
anatomi dan patologi klinik.
3. Rumah sakit harus menydiakan ruang bedah lengkap dengan

fasilitasnya

4. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapu dan dipelihara dengan baik

untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya

Indicator–indicator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah

sakit indikator – indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat

inap:

1. BOR (Bed Occupaney Rate)

Menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to

inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan

menurut Depke RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat

tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran

tinggi rendahnya tingkat pemanfaataan tempat tidur rumah sakit. Nilai

parameter BOR yang ideal adalah antara 60 – 85% (Depkes RI,2005).

Rumus :

BOR
52

2. AVLOS (Average Length of Stay = rata – rata lamanya pasien

dirawat)AVLOS menurut Huffman (2011) adalah “the average

hospitalization stay of inpatient discharge during the period under

consideration “. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata –

rata lama rawat seseorang pasien. Indikator ini disamping

memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan

gambaran mutu pelayanan, apabila diteraokan pada diagnosis

tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih

lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6 – 9 hari

(Depkes RI, 2005). Rumus:

LOS

3. TOI (Turn Over Interval = tenggang perputaran) menurut Depkes

RI (2005)adalah rata – rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati

dari teal diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan

gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya

tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1 – 3 hari. Rumus:

TOI
53

4. BTO (Bed Turn Over)

BTO menunjukan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah sakit satu

satuan waktu tertentu. BTO menggambarkan tentang tingkat pemakaian

tempat tidur. Standar 5-45 kali untuk RSU dalam 1 tahun sedangkan yang

baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 1997).

Kajian Data

Perhitungan BTO periode bulan Februari 2019

BTO

NDR (Net Death Rate) menurut Depkes RI (2005) adalah angka

kematian 48 jam setelag dirawat untuk tiap 1000 penderita keluar.

Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit,

rumus: NDR = (Jumlah pasien mati> 48 jam / jumlah pasien keluar (hidup

+ mati) ) X 1000%

GDR (gross death rate) menurut Depkes RI (2005) adalah angka

kematian umum untuk setiap 1000 0enderita keluar. Rumus: GDR =

(jumlag klien mati seluruhnya / jumlah klien keluar (hidup + mati)) X

1000 %.
BAB III
FENOMENA RUANGAN DAN ANALISA
SITUASI RUANG BEDAH

3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit

1.1.1 Sejara Singkat Rumah Sakit RSUD Abepura

Awal berdirinya rumah sakit umum daerah abepura yang berada di

lokasi Kota Jayapura sejak perang dunia ke II berakhir fasilitasnya

diserahkan ke zending dan pada tahun 1946-1959 dikelolah oleh pemerintah

Belanda.

Setelah penyerahan kekuasaan RI tahun 1969, maka Rumah Sakit

Jayapura di Abepura di Rubah statusnya menjadi Puskesmas Perawatan dan

selakigus berfungsi sebagai latihan dan pencontohan kesehatan masyarakat (

DLPKM) selanjutnya pada tahun 1989 DLPKM dipisahkan menjadi

puskesmas abepura dan rumah sakit pembantu abepura dengan kapasitas

tempat tidur 30 buah.

Sebagai tindak lanjut berikutnya, maka sesuai dengan surat

Gubernur KDH Tingkat irian jaya No.445/109/Set tanggal 23 Maret 1990

dan surat Dirjen YANMED Nomor 601/YANMED/RS/BU.DIK/YMU/90

tanggal 24 agustus 1990, maka diterbitkan surat keputusan Gubernur KDH

Tingkat i Irian Jaya No.204 tahun 1990 tentang penetapan Rumah Sakit

Umum Daaerah Abepuradengan kapasitas tempat tidur 50 buah.

Selanjutnya SK Menkes Nomor 1183/Menkes-SK/XI/1994 dan

keputusan Mendagri No.117 tahun 1996 RSUD Abepura ditetapkan menjadi

55
56

rumah sakit tipe D yang diresmikan oleh Bapak Gubernur KDH Tingkat I

Irian Jaya (Drs.Jacob Pattiy) pada tahun 1997 telah lama berselang

waktunya keluar SK Menkes No.491/Menkes/SK/V/1997 tanggal 20 Mei

1997 rumah sakit umum daerah abepura di tingkatkan kelasnya menjadai

tipe C dengan mendpat persetujuan Mendagri sesuai radigram

No.061/1983/Sj tanggal 2 juli 1997 dengan kapasita stempat tidur 163 buah

dan memiliki tenaga dikter spesialis 11 orang dokter umur 25 orang.

1.1.2 Falsafah, Motto,Visi, Misi, dan Tujuan

Rumah Sakit RSUD Abepura mempunyai falsafa, motto, visi, misi

dan tujuan sebagai berikut:

1. Falsafah

a) Karakteristikku adalah Displin

b) Identitasku Bersih dan Rendah hati

c) Dedikasihku adalah Melayani dengan hati

2. Motto

“Melayani dengan kasih dan profesional”

3. Visi

RSUD Abepura sebagai Rumah Sakit Rujukan Regional Wilayah

TABI yang Bangkit Mandiri, Sejahtra, dan menjadi terbaik dalam

pelayanan di tanah papua pada tahun 2018.

4. Misi

1) Meningkatkan derajat keimanan, pengetahuan, sikap, prilaku,

disiplin dan profesional.


57

2) Meningkatkan sistem manajemen Rumah Sakit yang bersih,

transparan, bebas korupsi, kerja sama tim, dan berwibawah.

3) Mewujudkan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Abepura yang

Bersih, Aman, Tertip dan Nyaman.

4) Meningkatkan Mutu Layanan Rumah Sakit menjadi terbaik holistic,

komprehensif,terintegrasi, beretika, bermoral serata di percaya dan

di cintai oleh masyarakat.

5. Tujuan

1) Mewujudkan SDM yang dihandal dan profesional

2) Mengadakan saranan dan prassarana serta kelengkapan fasilitas

sehingga pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar

pelayanan

3) Melaksanakan pelayanan perima sehingga mengangkatkan

kepuasan pelanggan (Costumer) atau stake holder rumah sakit.

4) Mewujudkan Lingkungan Rumah Sakit yang bersih, indah, aman

dan tertib.

6. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Rumah sakit umum daerah abepura adalah unit pelaksana teknis

dinas kesehatan, RSUD dipimpin oleh seseorang kepala dengan sebutan

direktur yang secara teknis bertanggung jawab kepada kepala dinas dan

teknik oprasional kepada Gubernur sebagai kepala daerah. RSUD

Abepura mempunyai tugas melaksanakan upya keesehatan secara

berdaya guna dan berhasil dengan mengutamakan upaya penyembuhan,


58

pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya

peningkatan pencegahan dalam rangka melaksanakan upaya rujukan.

Untuk menyelenggarakan tugas RSUD Abepura mempunyai fungsi

sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan Pelayanan medik

2) Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang medis dan konseling.

3) Menyelenggarakan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan.

4) Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan

5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

6) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.

7) Menyelenggarakan admistrasi umum dan keuangan

3.2 Gambaran Umum Ruang Bedah

Ruang bedah di RSUD Abepura berlokasi di lantai 2 di bawah ruang operasi

1) Jumlah keseluruhan terdapat 9 kamar pasien dengan jumlah 24 tempat

tidur dan terdapat 4 kamar pasien yang rusak, tidak dapat digunakan, jadi

hanya 5 kamar pasien yang terpakai dengan jumlah 15 tempat tidur.

Dalam satu kamar terisi 3 tempat tidur pasien dan 1 kamar mandi beserta

westafel cuci tangan di depan kamar mandi. . Fasilitas yang ada didalam

kamar pasien TV dan AC. Dimana terdapat 2 kamar pasien tidak dapat

digunakan.

2) Ruang bedah juga terdapat ruang kepala ruangan, ruang perawat, ruang

obat-obatan, gudang, serta ners station. Diruang bedah Abepura tidak


59

memiliki visi dan misi ruang tersendiri. Visi dan misi yang diikuti adalah

visi dan misi RSUD Abepura.

3.3 Dena Ruangan Bedah RSUD Abepura

Gambar.3.1. Denah Ruangan Bedah RSUD Abepura


60

3.4 Aspek Manajemen Keperawatan Ruangan (Input, Proses,Otput)

3.4.1 Pengkajian

Pengakajian sistem diruang Bedah RSUD Abepura dilakukan dengan

analisa situasi runagan pada tanggal 2 Mei-3 Mei 2021 melalui metode:

1. Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan dan CI klinik ruang

bedah

2. Observasi dilakukan oleh kelompok manajemen pada shif pagi dan

siang yaitu observasi situasi dan kondisi ruangan, distribusi pasien

berdasarkan jumlah, 9 penyakit terbanyak, mahasiswa praktek, kualitas

dan kuantitas tenaga keperawatan, sumber dana yang digunakan,

Standar asuhan keperawatan, standart fasilitas dan peralatan

keperawatan, prosedur tetap/ kebijakan RS, fasilitas ruangan, alat-alat

kesehatan/keperawatan, alat tenun, alat perkantoran dan rumah tangga

dan alat mesin yang digunakan dalam pelayanan dan asuhan.

3.3.2 Unsur Input (5 M)

1. M1 - MAN (Tenaga dan Pasien )

Perawat diruangan bedah RSUD Abepura 1 orang kepala ruangan

berpendidikan Ners, 2 katim 1 berpendidikan ners dan D3, 1 orang

perawat berpendidikan S1 Keperawatan dan 8 orang berpendidikan DIII

keperawatan, perawat di Bedah diberikan kesempatan untuk

melanjutkan pendidikan, jumlah tenaga perawat pelaksana termaksud

perawat primer sebanyak 13 orang dan terbagi dalam 2 tim, , perawat

pelaksanan dan perawat primer jarang dilibatkan untuk mendiskusikan


61

masalah yang terjadi diruangan, ada beberapa tenaga keperawatan yang

belum mengikuti pelatihan, ketidaktepatan perawat datang diwaktu jam

dinas, diruangan bedah terdapat perawat yang berkualifikasi S.Kep,

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (D3 ke S1

Keperawatan), Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi

perawat, ruang bedah menjadi lahan praktek mahasiswa profesi, adanya

tambahan tenaga dari mahasiswa praktek, ada tuntutan tinggi dari

masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional, makin tingginya

kesadaran masyarakat akan hukum , makin tinggi kesadaran masyarakat

akan pentingnya kesehatan, persaingan antar RS yang semakin kuat,

Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan pendidikan

tiap tahun, terdapat 25 pasien minimal care, 15 parsial care, dan 11

total care jumlah keseluruhan pasien 51, ketidaktepatan perawat datang

diwaktu jam dinas.

Tabel 2.1 Jumlah Dokter di ruang Bedah RSUD Abepura

No Klasifikasi Jumlah
1 Dokter Bedah Umum 3
2 Dokter Spesialis Oncology of 1
Head and Neck
3 Dokter Spesialis Bedah Urologi 1
4 Dokter Spesialis Bedah THT 1
5 Dokter Spesialis Bedah Mata 1
6 Dokter Spesialis Bedah Mulut 1
7 Dokter Spesialis Orthopedi 2
8 Dokter Spesialis Kulit Kelamin 1
Sumber : Data Primer Ruang Bedah
62

Tabel 2.2 Gambaran Masa Kerja Perawat RSUD Abepura

No Nama Jabatan Lama Pendidikan Pelatihan Yang Denga Dengat


n STR SIP
Bekerja Terakhir Pernah Diikuti
1 J.M Kepala 18 S1 - BHD √ √
Ruangan Tahun Keperawata - Pelatihan
n Ners manajemen
bangsal
- Perawatan
luka
- Geriatric
- Medical
instruktur
- Workshop
ppni
2 .L.M Ketua 16 S1 - BHD √ √
Tim Tahun Keperawatn - Manajemen
Ners bangsal
- Komunikasi
efektif
- BTCLS
- Geriatric
- Medical
instruktur
3 .B.K Perawat 16 D-III Kep - BHD √ √
Pelaksana Tahun - Keperawatn
luka
- Manajemen
bangsal
4 .F.A.S Perawat 8 Tahun D-III Kep - BHD √ √
Pelaksana
5 M Perawat 9 Tahun D-III Kep - BHD √ √
Pelaksana
6 A.D Perawat 7 Tahun D-III Kep - BHD √ √
Pelaksana
7 .J Perawat 7 Tahun D-III Kep - BHD √ √
Pelaksana - Terapi 02
9 E.P Perawat 6 Tahun S1 - BHD √ √
Pelaksana Keperawata - BTCLS
n Ners
63

10 A Perawat 8 Tahun D-III Kep - BHD √ √


Pelaksana - Perawatan
Luka
11 D.L Perawat 9 Tahun D-III Kep - BHD √ √
Pelaksana - Manajemen
perawatan
luka
12 E.I Perawat 9 Tahun S-KEP - BHD √ √
Pelaksana - Manajemen
perawatan
luka
13 .E.P Ketua 9 Tahun S1 - BHD √ √
Tim Keperawata
n Ners
Sumber : Data Primer Ruang Bedah
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah keseluruhan tenaga

keperawatan 13 orang, dengan lama masa kerja paling lama 18 tahun dan 19

tahun, dengan pendidikan terakhir S1 Ners sebanyak 4 orang, S1

Keperawatan sebanyak 1 orang dan D-III Kep sebanyak 7 orang dan semua

perawat sudah mengikuti pelatihan dan memiliki STR dan SIP.

1) Mahasiswa Praktik

RSUD Abepura menerima mahasiswa S1 Keperawatan dan Profesi

Ners Universitas Cenderawasih, D-III Politeknik Jayapura, D-III Marthen

Indey serta Profesi Ners Stikes Jayapura, dengan syarat melakukan tes

SWAB PCR

2) 9 Penyakit Terbesar Dalam 3 Bulan Di Ruang Bedah (Januari-

Maret 2021)

Ruang bedah adalah ruang rawat inap untuk pasien pre oprasi dan

post oprasi. Jumlah pasien yang dirawat selama periode April 2021
64

sebanyak 51 pasien. Dari 51 pasien tersebut jumlah 9 besar penyakit

diantaranya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.3 9 Penyakit Terbanyak di Ruang Bedah RSUD Abepura Pada


Bulan April 2021.

No Nama Penyakit Jumlah Presentase %

1 Cedera Kepala 3 7%
2 Fraktur 20 48%
3 Apendisitis 1 2%
4 Ulkus DM 2 5%
5 Abses 4 10%
6 HIL 5 12%
7 Peritonitis 1 2%
8 Soft tissue tumor 6 14%
Sepsis tumor vulnus
9 1 2%
laseratum
  Total 42 100%
Sumber : Data Primer Ruang Bedah

Berdasarkan tabel diatas didapatkan pasien dengan jumlah penyakit

terbanyak selama bulan April 2021 di Ruang Bedah RSUD Abepura

yaitu : pasien dengan diagnosa cedera kepala sebanyak 3 pasien (7 %),

fraktur sebanyak 20 pasien (48 %), apendisitis sebanyak 1 pasien (2%),

ulkus DM sebanyak 2 orang (5%), abses sebanyak 4 orang (20%),HIL

sebanyak 5 orang (12%), peritonitis sebanyak 1 orang (2%), Soft tissue

tumor sebanyak 6 (14%), Sepsis tumor vulnus laseratum sebanyak 1 orang

(2%).

3) Pasien

Total pasien tanggal 1-30 April dari 2021 adalah berjumlah 51 pasien.
65

4) Ketenagaan Keperawatan dan Tingkat Ketergantungan Pasien

Untuk perhitungan jumlah tenaga menggunakan teori Douglas , Gilies,

Depkes RI (Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien) Adapun

perhitungan kebutuhan tenaga:

 Rumus Doglas

Tabel 2.4 Tingkat Ketergantungan Pasien

Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Soreh Malam
Ketergantungan pasien
Minimal care 25 25x 0.17 = 4,25 25 x 0,14= 3,5 25 x 0,07= 1,75
Partial care 15 15 x 0,27 = 4,5 15 x 0,15= 2,25 15 x 0,10= 1,5
Total care 11 11 x 0,36 = 3,96 11 x 0,30= 3,3 11 x 0,20= 2,2
Jumlah 51 12,71 8,8 5,45
13 9 5

Total Tenaga Perawat :

Pagi : 13 Orang yang dinas

Siang : 9 Orang yang dinas

Malam : 5 Orang yang dinas

Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat

ketergantungan pasien adalah 29 orang perawat.

 Rumus Gilies
25 X 2 =50
15 X 3 = 45
11 X 6 = 66
51 X 1= 51
= 4,4
66

51 X 0,25 = 12,75
Total keseluruhan = 224,75

= 4,4 X 51 X 365 = 81,906 = 81,906 = 49,3 (49 perawat)


(365 – 128 ) X 7 237 x 7 1659

= 49 + 20 % = 58,8 ( 59)

= 51 x 4,4 = 224,4 = 32 perawat


7 7
Shif pagi = 15,1 (15 perawat)
Shif Soreh = 11 perawat
Shif Malam = 6 perawat

 Rumus Depkes RI
25 X 2 = 50
15 X 3 = 45
11 X 6 = 66
51 161

= 161 = 23
7
F.Kpreksi = LOSS DAY = 52 + 12 + 51 = 115 = 0,41
365.82 283

= (23 + 0,41) X 25 % = 23,41 X 25 % = 5,85


= 23 + 0,41 + 5,85 = 29,2 (29 perawat)

1) Hari Libur/Cuti/Hari besar (loss day)


Jumlah hari minggu + hari cuti + hari besar
X Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
67

= 48 + 12 + 16 X 13
297
= 76
297 X 13
= 3,25 (4 orang)

Berdasarkan hasil rumus Loss Day didapatkan angka 76

jumlah hari libur dalam 1 tahun, sedangkan angka 297 adalah

jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun, 3,25 (4) adalam jumlah

lepas dinas dalam satu hari.

2. M2 – MATERIAL (Bangunan,Sarana dan Prasarana)

1) Lingkungan fisik

Lokasi ini berdekatan dengan fasilitas radiology

2) Fasilitas Ruangan Bedah RSUD Abepura

Tabel. 2.5 Fasilitas Ruang Bedahi Rumah Sakit Abepura


No Ruang Fasilitas Kondisi Alat Jumlah
Baik Rusak
1 Ruang Ners ˗ Meja panjang √ 1
Station Perawat
˗ Kursi
4

2 Ruang Kepala ˗ Meja √ 1


Ruangan ˗ Kursi 2
˗ Lemari Buku 1
˗ Computer 1
˗ AC 1
68

3 Ruang ˗ Wastafel √ 2
Perawat ˗ Meja 3
˗ Kursi 4
˗ Dispenser 2
˗ TV 1
˗ AC 1
˗ Tempat tidur 1
˗ Telepo 1
ruangan

4 Gudang Tempat √ 1
penyimpanan
barang-barang

4 Ruang Obat ˗ AC √ 1
˗ Lemari obat 2
5 Kamar Mandi ˗ Kamar mandi √ 2
perawat
6 Kamar pasien ˗ Kamar pasien √ √ 8 kamar
˗ TV dapat
˗ AC digunakan
˗ Westafel 2 kamar
˗ Kamar mandi rusak
10 buah
√ 10 buah
√ 8 buah baik
√ 2

3) Fasilitas alat medik

Tabel. 2.6 Fasilitas Ruang Bedah Rumah Sakit Abepura


No Nama Barang Jumlah Kondisi Keterangan
1 Timbangan manual 2 Baik Dapat digunakan
2 Tempat sampah 3 Baik Dapat digunakan
3 Kursi roda 3 Baik Dapat digunakan
4 Tabung oksigen 5 Baik Dapat digunakan
5 Troli GV 2 Baik Dapat digunakan
6 Lampu sorot 1 Baik Dapat digunakan
7 Alat GV 4 Baik Dapat di gunakan
tetapi mudah karat
jika lama tidak di
ganti
8 Tensi meter digital 2 Baik Dapat digunakan
tetapi kadang suka
69

eror
9 Termometer Air raksa 3 Baik Dapat digunakan
10 Mesin EKG 1 Baik Dapat Digunakan
11 Nebulaser 1 Baik Dapat digunakan
12 Alat sterilisasi 1 Baik Dapat digunakan
13 Alat tenun 100 Baik Dapat digunakan

3. M3 – METODE (Pemberian Asuhan Keperawatan)

Dari hasil wawancara kelompok kepada kepala ruangan di

tetapkan data bahwa, ruang menggunakan metode Tim dalam

penerapan Asuhan Keperawatan di ruang bedah RSUD

Abepura memiliki metode Asuhan Keperawatan sesuai SOP

(Standar Operasional Prosedur).

4. M4 – MONEY (Pembiayaan)

Sumber dana ruang bedah berasal dari pasien yang dikelola

oleh menejemen rumah sakit. Selain itu sumber dana lainnya yang

diperoleh RSUD Abepura berasal dari KPS (Kartu Papua Sehat),

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan swasta.

Remonerasi BPJS, Swasta untuk perawat dibagi sama rata.

Sedangkan untuk perawat pegawai PNS mendapatkan TPP dan

ULP. Serta sistem penggajiannya setiuap triwulan.

5. M5 – MARKETING (Pemasaran)

Selama tangal 1-30 April 2021 Pasien yang masuk ke ruang

bedah semua berasal dari wilyah Tabi. Strategi marketing lainnya

yaitu tersedianya alat yang lumayan lengkap dan juga dokter

praktik yang masyarakat pernah berobat ada di RSUD Abepura

sehingga dokter tersebut terkenal di lingkungan masyarakat. RSUD


70

Abepura pun akhirnya mempertahankan agar dokter spesialis tetap

praktik di lahan RSUD Abepura. Hal ini dapat menunjang

pemasaran suatu Rumah Sakit secara tidak langsung.

2.5.3 Unsur Proses

1) Proses Mnajemen Asuhan Keperawatan ( Penerapan Standar

Asuhan Keperawatan)

Ruang bedah memiliki buku SAK yang tersedia di dalam ruangan

dan terdapat format asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,

diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang tersedia pada

setiap asuhan keperawatan pasien.

Tahap pengkajian dilakukan setiap kali ada pasien masuk dan di

rawat di ruang bedah dan dilakukan pemantauan. Dilakukan

pemeriksaan TTV dan terkadang dilakukan pemeriksaan terfokus

berdasarkan masalah yang ditemukan pada pasien. Di ruang bedah

format pengkajian pada pasien mengacu pada keluhan utama, riwayat

terdahulu, pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang.

Tahap penegakan diagnosa menggunakan berdasarkan standar yang

ada yaitu menggunakan PES (Problem, Etiologi Symtom)/ PE

(Problem, Etiologi). Tahap perencanaan diagnosa keperawatan di

rumuskan berdasarkan diagnosa keperawatan.

Tahap Implementasi/ pelaksanaan telah dilakukan dengan baik

berdasarkan intervensi untuk mengatasi masalah klien.


71

Tahap Evaluasi telah dilakukan sesuai dengan tujuan tindakan.

Pada catatan perkembangan terkadang dicantumkan apakah masalah

teratasi atau tidak.

Secara keseluruhan proses asuhan keperawatan di ruang bedah

sudah sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang berlaku di

Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.

2) Proses Manajemen Pelayanan/Oprasional Keperawatan (Peneapan

Proses Mnajemen POSAC)

a. Planning
Tabel 2.7 Kajian Planning Kepala Ruangan Diruang Bedah RSUD
Abepura

No Standar Dilakukan Metode


Ya Tidak
(2) (1)

1 Perencana jangka pendek membuat 1 Wawancara


jadwal dinas, mengadakan rapat
bulanan
2 Perencanaan jangka menengah : 1 Wawancara
Melakukan koordinasi dengan
ketua tim dalam membuat jadwal
cuti karyawan dan pengembangan
SDM
3 Perencanaan jangka panjang 1 Wawancara
meliputi :
Perencanaan tahunan oleh Karu
perencanaan
- Pengembangan staf
- Alat/Fasilitas
- Kebutuhan tenaga
Jumlah 3
Total 100%
Analisa Data

Berdasarkan tabel diatas hasil penilaian tertinggi planning di ruang

bedah RSUD Abepura sebanyak 3 (100%) artinya telah dilakukan

dengan baik.
72

3) Organizing
Tabel 2.8 . Kajian Organizing Diruang Bedah RSUD
Abepura

Dilakukan
No Standar Ya Tidak Metode
(2) (1)
1 Membagi staf keperawatan dalam 2 2 Wawancara
tim sesuai dengan kemampuan dan
beban kerja
2 Membagi pasien kepada tim 1, tim 2 Wawancara
2 dan sesuai kemempuan dan
beban kerja
3 Mendelegasikan tugas pada sore, 2 Wawancara
malam, dan hari libur kepada
penanggung jawab tugas jaga
ruangan
Jumlah 6 -
Total 100
%
Analisis Data

Berdasarkan tabel di atas tentang pengorganisasian di ruang bedah

RSUD Abepura sudah dilakukan dengan sangat baik dimana hasil dari

kajian diperoleh data pengorganisasian tertinggi yaitu sebanyak 6

(100%).

Tabel 2.9 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruangan Dalam Penerapan


Metode Tim Primer di ruang bedah pada Bulan April 2021
No Variable Yang Dinilai Ya Tidak
(2) (1)
1 Membagi staff keperawatan kedalam 2 tim sesuai
2
dengan kemampuan dan beban kerja
2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan kedua
2
tim
3 Menyiapkan materi tentang masalahan pasien dan
ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk 2
laporan permasalahan dinas malam
4 Kepala ruangan melakukan meeting morning
untuk menindak lanjuti masalah yang ada dan 2
diawali dengan doa
5 Membagi pasien kedalam 2 tim sesuai
2
kemampuan dan beban kerja
6 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas
2
perawat pelaksana dan ketua tim
73

7 Melakukan supervise dan memberi motifasi


seluruh staf keperawatan untuk mencapai kinerja 2
yang optimal
8 Memberikan reinforcement positif kepada semua
staf termasuk pada saat mengakhiri meting 2
morning kepada dinas malam dan dinas pagi
9 Melakukan upaya peningkatan mutu asuahan 1
keperawatan dengan melakukan evaluasi melalui
angket setiap pasien yang pulang
10 Mendelegasikan tugas kepada PPJR pada jaga
2
sore, malam, libur
11 Berperan serta sebagai konsultan 2
12 Melekukan pengawasan kedisiplinan tugas staf
2
melaluidaftar hadir yang ada di ruangan
13 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
2
dan keluarga
14 Mengandalkan CNE ( continuing Nursing
2
Education) tiap 1 bulan sekali
Jumlah 26 1
Total (100%) 95 % 5%

Analisa

Berdasarkan tabel diatas tentang pelaksanaan tugas kepala ruangan dalam

menerapkan metode tim sudah dilakukan dengan baik,dimana

pelaksanaan metode tim dari kepala ruangan kepada ketua tim

memperoleh hasil tertinggi sebanyak 26 (95 %) dan nilai terendah 1 (5%)

tidak Melakukan upaya peningkatan mutu asuahan keperawatan dengan

melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien yang pulang. Hasil ini

sangat mendukung kelancaran tugas perawat di ruang bedah sehingga

metode ini juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dari Ketua tim.

4) Staffing
74

Tabel.2.10 Kajian Data Pelaksanaan Tugas Ketua TimDi Ruang bedah


RSUD Abepura Pada Bulan April 2021

Dilakukan

Katim I Katim II
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak Ya Tidak
(2) (1) (2) (1)
1 Bertugas pada pagi hari 2 2
2 Bersama perawat pelaksana
menerima overan tugas jaga dari
2 2
perawat pelaksanaan yang tugas
jaga sore dan malam
3 Bersama perawat pelaksana
melekukan konfirmasi atau
supervisi tentang kondisi pasien 2 2
setelah operan tugas jaga setiap
pasien
4 Bersama perawat pelaksana
melakukan doa pagi bersama
2 2
sebagai awal dilakukan setelah
overan tugas jaga malam
5 Melakukan pre converence dengan
perawat pelaksana yang ada dalam 2 2
grupnya pada setiap awal dinas pagi
6 Membagi tugas atau pasien kepada
perawat pelaksana sesuai 2 2
kemampuan dan beban kerja
7 Melakukan pengkajian, menetapkan
masalah atau diagnosa dan
perencanaan keperawatan kepada
2 2
semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti
direkam keperawatan
8 Memonitoring dan membimbing
2 2
perawat pelaksana
9 Membantu tugas perawat pelaksana
untuk kelancaran pelaksanaan 2 2
asuhan pasien
10 Mengkoreksi, merevisi dan
melengkapi catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh 2 2
perawat pelaksana yang ada
dibawah tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi setiap hasil
pasien sesuai tujuan yang ada
2 2
dalam perencanaan askep dan ada
bukti dalam rekam keperawatan
12 Melaksanakan postconference pada
setiap akhir dinas dan menerima
laporan akhir tugas jaga dari 2 2
perawat pelaksana untuk persiapan
overan tugas jaga berikutnya
75

13 Mendampingi perawat pelaksana


dalam overan tugas jaga kepada
2 2
perawat pelaksana yang tugas jaga
berikutnya
14 Memperkenalkan perawat
pelaksana yang ada dalam satu tim
yang akan merawat selama pasien 2 2
dirawat kepada pasien / keluarga
baru
15 Mendelegasikan tugas perawat
pelaksana sore, malam, hari libur 2 2
kepada perawat pelaksanaan
16 Melaksanakan pendelegasian tugas
PJ ruangan bila pada pagi hari 2 2
tidak bertugas
17 Menyelenggarakan diskusi kasus
dengan dokter atau tim kesehetan 2 2
lainnya setiap minggu
18 Menyelenggrakan diskusi kasus
dalam pertemuan rutin keperawatan 2 2
diruangan minimal sebulan sekali
19 Melaksanakan tugas lain sesuai
2 2
uraian tugas
20 Melakukan bimbingan klinik
perawat pelaksana minimal
2 2
seminggu sekali (ronde
keperawatan / bed side teching)
Jumlah 40 40
Presentase 100% 100%
Analisa

Berdasarkan table di atas menunjukkan bahwa Pelaksanaan Tugas Ketua

Tim diruangan bedah sudah dilakukan dengan baik,dimana dalam

pelaksanaan metode tim diperoleh nilai tertinggi yaitu sebanyak 40

(100%) dan 40 (100%) yang berarti semua pelaksanaan tugas ketua tim

telah dilakukan dengan sangat baik dan benar.

Tabel 2.11 Kajian Data Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana


Dilakukan
No Uraian tugas Ya Tidak
(2) (1)
1 Melaksanakan overan tugas setiap awal dan
akhir jaga dan kepada perawat pelaksana yang 2
ada dalam satu tim
2 Melakukan doa bersama setiap pagi yang 2
dilakukan setelah serah terima overan tugas
76

jaga malam
3 Mengikuti preconverence yang dilakukan
2
ketua tim setiap awal tugas
4 Melakukan konfirmasi atau supervise tentang
kondisi pasien segera setelah overan setiap 2
pasien
5 Melekukan tindakan keperawatan morning
2
care kepada pasien setelah overan dinas
6 Melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan 2
ada bukti direkam keperawatan
7 Melakukan monitoring respon pasien dan ada
2
bukti direkam keperawatan
8 Melakukan konsultasi tentang masalah
2
pasien / keluarga kepada ketua tim
9 Membimbing dan melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien yang menjadi 2
penanggung jawabnya dan ada bukti rekaman
10 Menerima keluhan pasien dan keluarga dan
2
berusaha untuk mengatasinya
11 Melengkapi asuhan keperawatan pada semua
2
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
12 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada
semua pasien yang menjadi tanggung 2
jawabnya
13 Mengikuti postconference yang diadakan oleh
ketua tim pada setiap akhir tugas dan
melaporkan kondisi dan perkembangan semua 2
pasien yang menjadi tanggung jawabnya pada
ketua tim
14 Bila tidak ada ketua tim wajib mengenalkan
perawat pelaksana yang ada dalam tim yang
2
akanmemberikan asuhan keperawatan pada
jaga berikutnya kepada pasien/keluarga baru
15 Melaksanakan pendelegasian tugas ketua tim
2
pada sore, malam, dan hari libur
16 Berkoordinasi dengan PJR/ dokter/tim
kesehatan lain bila ada masalah pasien pada 2
sore, malam , hari libur
17 Mengikuti diskusi kasus dengan dokter dan
2
kesehatan lain setiap seminggu sekali
18 Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan
2
rutin diruangan
19 Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas
2
pelaksana
Jumlah 38
Total (100%) 100 %
Analisa

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Pelaksanaan Tugas


77

Perawat Pelaksana Di Ruang bedah RSUD Abepura sudah

dilakukan namun belum optial dalam pelaksanaannya metode tim

di peroleh nilaitinggi sebanyak 38 (100%)

Tabel 2.12 Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morningdalam


Pelaksanaan Metode Tim Primer
No Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tidak
(2) (1)
1 Karu menyiapkan tempat untuk meeting
2
morning
2 Karu memberikan arah kepada staff dengan 1
materi yang telah disiapkan
3 Karu melakukan klarifikasi apa yang telah 1
disampaikan kepada staf
4 Memberikan kesempatan staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul 2
diruangan
5 Bersama-sama dengan staf mendiskusikan 1
pemecahan masalah yang dapat ditempuh
6 Karu memberi motivasi dan reinforcement
2
kepada staf
7 Meeting morning diikuti oleh seluruh staf 1
Jumlah 6 4
Total(%) 60 % 40 %
Analisa

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Evaluasi

Pelaksanaan Meeting Dalam Pelaksanaan Metode Tim diruangan

bedah RSUD Abepura sudah dilakukan dengan baik,dimana

dalam pelaksanaan metode tim diperoleh nilai tertinggi Ya

sebanyak 6 (60%%) dan Tidak sebanyak 4 (40%).

Tabel. 2.13 Hasil Penilaian Pelaksanaan Serah Terima


Tugas Jaga

Dilakukan
No Variabel yang dinilai Ya Tidak (1)
(2)
1 Menyiapkan tempat untuk serah terima tugas 2
2 Serah terima tugas jaga diikuti Karu,ketua tim,
2
dan perawat pelaksana
78

3 Di dahului dengan doa bersama pada pagi hari 1


4 Komunikasi antar pemberi tanggung jawab
dan menerima tanggung jawab dilakukan 2
diruangan perawat
5 Menyebutkan identitas pasien diagnose medis,
diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan
2
yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya
6 Menginformasikan jenis dan waktu rencana
2
tindakan keperawatan yang belum dilakukan
7 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada
2
selama shift
8 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang
2
telah dilakukan
9 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan 2
10 Menyebutkan terapi dan tindakan medis
2
beserta waktunya yang dilakukan selama shift
11 Menyebutkan tindakan medis yang belum
2
dilakukan selama shift
12 Seluruh informasi diberikan dengan cara
2
membacakan catatan keperawatan
13 Perawat menerima operan mencatat hal-hal
penting tiap pasien tentang isi laporan dalam 2
buku serah terima jaga
14 Menginformsikan kepada pasien/ keluarga
2
nama perawat sift berikutnya pada akhir tugas
15 Memberi salam kepada pasien atau keluarga
serta mengobservasi dan menginspeksi
2
keadaan pasien, menanyakan keluhan-keluhan
pasien (dalam rangka klasifikasi)
16 Perawat memberi dan menerima operan tugas
jaga mencantumkan tanda tangan dan nama 2
terang dalam buku serah terima jaga
Jumlah 31 1
Total(%) 90 % 10 %
Analisa

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil Pelaksanaan

Serah Terima Tugas Jaga di Ruang Bedah RSUD Abepura

sudah dilakukan dengan baik,dimana dalam penilaian diperoleh

nilai tertinggi yaitu sebanyak 31 (90%) nilai terenda 1 (10%) .

Tabel 2.13 Hasil penilaian pelaksanaan Preconference

Dilakukan
No Variabel yang dinilai
Ya (2) Tidak (1)
1 Menyiapkan ruangan atau tempat untuk
2
pelaksanaan pre conference.
79

2 Menyiapkan rekam medic pasien yang menjadi


2
tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya
2
preconference
4 Menjelaskan masalah keperawatan pasien,
2
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
5 Membagi tugas kepada ketua tim sesuai
kemampuan yang dimiliki dengan 2
memperhatikan keseimbangan kerja
6 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan
2
asuhan pasien atau tindakan
7 Memberikan reinforment positif pada ketua
2
tim
8 Menyiapkan hasil pre conference 2
Jumlah 16
Total (%) 100%
Analisa

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil Pelaksanaan

Pre Conference di ruang bedah RSUD Abepura sudah dilakukan

dengan sangat baik,dimana dalam penilaian diperoleh nilai

tertinggi yaitu sebanyak 16 (100%).

Tabe 2.14 .Hasil Penilaian Pelaksanaan Post Conference


Dilakukan
No Variable yang dinilai Ya Tidak
(2) (1)
1 Menyiapkan ruangan atau tempat untuk
2
pelaksanaan post conference
2 Menyiapakan rekam medic pasien yang menjadi
2
tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference 2
4 Menerima penjelasan dari perawat pelaksana
tentang hasil tindakan atau hasil asuhan 2
keperawatan yang dilakukan perawat pelaksana
5 Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam
memberikan askep pasien dan mencari upaya 2
penyelesaian masalah
6 Memberikan reinforcement pada perawat
2
pelaksana
7 Menyimpulkan hasil post conference 2
8 Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan
operan tugas jaga berikutnya (melakukan ronde 2
keperawatan)
Jumlah 16
Total (%) 100%
80

Analisa

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil penilaian

pelaksanaan pre confren di ruang bedah RSUD Abepura sudah

dilakukan dengan baik,dimana dalam penilaian diperoleh nilai

tertinggi yaitu sebanyak 16 (100%).

5) Actuating

Tabel 2.15 Hasil Penelitian Contreling Di Ruang Bedah RSUD


Abepura

DILAKUKAN
NO STANDAR YA TIDAK
(2) (1)
1. Mengecek perlengkapan inventaris obat-
2
obatan untuk melangcarkan pelayanan
2. Memeriksa keadan ruangan dan peralatan
serta menyusun laporan kerusakan, usaha 2
perbaikan dan pemeliharaannya
3. Melakukan supervise dan memberikan
seluruh staf untuk mencapai kinerja yang 2
optimal
4. Melakukan upaya meningkatkan mutu
asuhan dan pelayanan dengan mengevaluasi
2
melalui berbagai metode evaluasi pengkatan
mutu.
5. Bertanggung jawab terhadap perlengkapan
2
entry data dalam Biling system
Jumlah 10
Total (%) 100%
Analisa

Berdasarkan table di atas menunjukkan bahwa hasil Controling

diruang bedah RSUD Abepura sudah dilakukan dengan sangat

baik,dimana hasil penilaian diperoleh nilai tertinggi yaitu 10

(100%).

1) Proses Manajemen Bimbingan PKK Bagi Mahasiswa Praktik

(Penerapan Proses Manajemen) POSAC


81

RSUD Abepura sebagai lahan praktik klinik menerima mahasiswa S1

Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Cenderawasih, D-III

Politeknik Jayapura, D-III Marthen Indey serta Profesi Ners Stikes

Jayapura, dengan syarat melakukan tes SWAB PCR.

2.5.4 Unsur Output

1) Hasil evaluassi mutu asuhan keperawatan (Instrumen A,B,C

penerapan SAK Depkes

a. Instrumen A

Kegiatan penerapan standard asuhan keperawatan di ruang bedah

RSUD Abepura yang diambil dengan metode observasi dan

wawancara

Tabel hasil kajian data instrument A di ruang Perinatologi RSUD


Abepura Bulan Januari,Februari,Maret 2021

Petunjuk : Beri tanda “1” bila kegiatan dilakukan.


Beri tanda “0” bila kegiatan tidak dilakukan

KODE BERKAS REKAM MEDIC PASIEN


NO ASPEK YANG DINILAI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A PENGKAJIAN
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pedoman pengkajian

Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-


2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
spiritual)

3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan


4 antara status kesehatan dengan norma dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pola fungsi kehidupan
82

  SUBTOTAL 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
  TOTAL 40
  PRESENTASE 100 %
B DIAGNOSA

Diangnosa keperawatan berdasarkan masalah


1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
yang telah dirumuskan

2 Diagnosa keperawtan mencerminkan PE / PES 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Merumuskan diagnose keperawatan aktual /


3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
-potensial

  SUB TOTAL 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
  TOTAL 30
  PERSENTASE 100 %
C PERENCANAAN

1 Berdasarkan diagnose keperawatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Disusun menurut urutan prioritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Rumusan tujuan mengandung komponen


3 pasien / subyek, perubahan perilaku, kondisi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pasin dan atau criteria

Rencana tindakan mengacu pada tujuan


4 dengan kalimat perintah, terincih dan jelas dan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
atau melibatkan pasien/ keluarga

Rencanatindakanmenggabarkanketerlibatanpa
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
sien/ keluarga

Rencana tindakan menggambarkan kerjasama


6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dengan tim kesehatan lain

  SUB TOTAL 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
  TOTAL 60
  PERSENTASE 100 %
D TINDAKAN

Tindakan dilaksanakan mengacup ada rencana


1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
perwatan
83

Perawat mengobservasi respon pasien


2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
terhadap tindakan keperawtan

3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Semua tindakan yang telah dilaksanakan


4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dicatat ringkas dan jelas

  SUB TOTAL 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
  TOTAL 40
  PERSENTASE 100 %
E EVALUASI

1 Evaluasi mengacu pada tujuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Hasil evaluasi dicatat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


  SUB TOTAL 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
  TOTAL 20
  PERSENTASE 100%
F CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
1 Menulis pada format yang baku 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan


2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
yang dilaksanakan

Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah


3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
yang baku dan benar

Setiap melakukan tindakan/ kegiatan perawat


4 mencantumkan paraf/ nama jelas, dan tanggal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
jam dilakukannya tindakan

Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai


5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dengan ketentuan yang berlaku

  SUB TOTAL 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
  TOTAL 50
  PERSENTASE 100%
 

PERESENTASE AKHIR/ RATA – RATA


  240/240 X 100 = 100 %
PENILAIAN

Analisa
84

Berdasarkan data yang didapat dari kajian Instrumen A di ruang bedah RSUD

Abepura dari bulan April diperoleh hasil sebesar 240 (100 %), ini berarti

instrument A dilakukan dengan baik.

b. Instrument B

Instrument B merupakan evaluasi terhadap kepuasan

pelayanan keperawatan selama dirawat di ruang Bedah RSUD

Abepura. Penilaian instrument B menggunakan angket yang telah

baku dari RSUD Abepura. Penilaian sample pasien di ambil saat

pasien yang direncakan pulang. Penilaian tingkat kepuasan pasien

terhadap mutu pelayanan asuhan keperawtan di ruang bedah RSUD

Abepura tidak dilakukan pada ruangan tersebut.

2) Istrument C
Instrument C adalah observasi yang dilakukan pada tindakan
keperawatan yang dilakukan perawat di ruangan.Tindakan dinilai
berdasarkan SOP yang baku.
NO JENIS ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI KETE
KEGIATAN 1 2 3 4 5 RANG
AN
Memberikan a. Kriteria persiapan
obat suntikan
intra vena (IV) PASIEN:
melalui port 1) Memahami nama dan kegunaan obat serta 1 1 1 1 1
injeksi pada IV lokasi suntikan
Chateter atau
Selang Infus. PERAWAT:
2) Pemahaman perawat tentang prosedur 1 1 1 1 1
pemberian obat melalui suntukan
intravena (IV)
3) Kontrak dengan pasien : waktu, tempat, 1 1 1 1 1
prosedur, dll

ALAT:
85

4) Alat suntik, ukuran disesuaikan dengan 1 1 1 1 1


kebutuhan
5) Obat / vitamin sesuai program doter 1 1 1 1 1
6) Baki / keranjangkecil 1 1 1 1 1
7) Alkohol swab 1 1 1 1 1
8) Perlak / pengalas kecil 1 1 1 1 1
9) Sarungtangan / handscoon 1 1 1 1 1
10) Lembar catatan suntikan pasien 1 1 1 1 1

Kriteria pelaksanaan

11) Siapkan alat 1 1 1 1 1


12) Bawa alat – alat ke depan pasien 1 1 1 1 1
13) Pasang sampiran bila perlu 1 1 1 1 1
14) Cuci tangan 1 1 1 1 1
15) Pakai hansdcoon 1 1 1 1 1
16) Pastikan infuster pasang baik dan cek
tetesan infus 1 1 1 1 1
17) Siapkan obat/ vitamin 1 1 1 1 1
18) Melakukan prinsip 6 benar: benar nama 1 1 1 1 1
pasien, benar nama obat, benar dosis
pasien, benar waktu suntikan, benar cara
pemberian, benar dokumentasi
19) Untukobat yang perlu dilakukan ,maka 1 1 1 1 1
obat dilarutkan dengan aquades
proinjeksi menjadi 5 – 10 cc atau sesuai
program dokter atau petunjuk yang
terdapat dalam penjelasan obat. 1
20) Lakukan disinfeksi dengan alcohol 1 1 1 1 1
swab secara aseptic di lokasi suntukan 1
21) Lepaskan jarum dan pasang syringe ke 1 1 1 1
port IV chateter, atau lepaskan penutup
jarum dan tusukkan jarum ke tempat 1
suntukan di selang infus. 1 1 1
22) Lepaskan syringe dari port suntikan atau 1 1 1
cabut spuit dari lokasi suntikan selang 1
infus 1 1 1
23) Atur tetesan infus 1 1 1 1
24) Evaluasi keadaan umum pasien 1 1 1 1 1
25) Rapihkan alat 1 1 1 1 1
26) Buang sampah ketempatnya : sampah 1 1 1
medis, barang tajam, RT 1 1
27) Buka handscoon 1 1 1 1
28) Cuci tangan 1 1 1 1
29) Dokumentasi tindakan yang dilakukan 1 1

SUBTOTAL 29 29 29 29 29
TOTAL 116
86

PERSENTASE = 116
= 0,64%
5 X (10+26)

Analisis

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan

pada 5 orang perawat dengan tindakan yang sama di ruang bedah RSUD

Abepura didapatkan hasil perawat sudah melakukan tindakan dengan cukup

baik, total skor 116 (0,64%). Di tinjau dari SOP yang telah ditetapkan RSUD

Abepura..

3) Hasil evaluasi mutu bimbingan praktek klinik keperawatan

Pengkajian manajemen keperawatan dilakukan di rumah sakit

selama dua hari dari tanggal 2 Mei- 3 Mei 2021 sehingga pelaksanaan peran

tidak terlaksanakan dikarenakan keterbatasan waktu dalam praktek klinik di

ruang bedah, tetapi pelaksanaan peran dilaksanakan di kampus dari tanggal


Maria S
Nikolaus
23 Agustus – 04 September 2021.
Rosalina
MudaS.Kep
4) Efesiensi ruangan rawat (BOR) Selly,
.Ns
Amd.Kep
Kajian Data

1. Rumus BOR (Bed Occupancy Ratio=Angka Penggunaan Tempat Tidur)


BOR/Hari = Jumlah Hari Perawatan RS
X 100%
Jumlah TT X Jumlah hari dalam 1 periode

 Total pasien pada tanggal 1-30 April 2021 adalah berjumlah 51 pasien

= 388
24 X 30 X 100%

= 388
X 100%
87

720

= 53 %

Berdasarkan rumus Bor (Bed Occupancy Ratio=Angka Penggunaan

Tempat Tidur Angka penggunaan tempat tidur didapatkan 53% .

2. Rumus LOS

LOS= Lama rawat semua pasien

Jumlah pasien yang keluar (hidup+mati)

 Total pasien pada tanggal 1-30 April 2021 adalah berjumlah 42 pasien

= 388

51

= 7,60 dibulatkan menjadi 8 Hari

3. Rumus TOI

= (Jumlah TT X periode) – hari perawatan

Jumlah pasien yang keluar (hidup+mati)

= (24 X 30) -388 = 720-388 = 33 =6,50 dibulatkan 6 Hari.

51 51 51

 Rata –rata TOI di ruangan bedah selama tanggal 1-30 April 2021 adalah 6

hari

4. Rumus BTO

= Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur


88

= 51 = 2,12 dibulatkan 3.

24

5) Kepuasan kerja perawat

Berdasakan hasil pengamatan selama peraktek di RSUD Abepura Ruang

Bedah tidak di temukan kuesioner kepuasan kerja perawat

6) Penilain kinerja perawat

Berdasakan hasil pengamatan selama peraktek di RSUD Abepura Ruang

Bedah tidak di temukan kuesioner penilaian kerja perawat yang

dibagikan ke pasien.
89

3.5 Analisa SWOT Ruangan Bedah

VARIABEL STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT

MAN 1. SDM terdiri dari S1 Ners 1. Masih banyak perawat yang 1. Adanya kesempatan untuk 1. Ada tuntutan tinggi dari
4 orang,S1 Keperawatan berpendidikan D3 sebanyak melanjutkan pendidikan masyarakat untuk pelayanan
sebanyak 1 orang D3 62% ke jenjang yang lebih yang lebih profesional
sebanyak 7 orang tinggi (D3 ke S1
Keperawatan) 2. Makin tingginya kesadaran
2. Ketidaktepatan perawat masyarakat akan hukum
datang diwaktu jam dinas.
2. Adanya kebijakan
2. Kepala ruangan pemerintah tentang 3. Makin tinggi kesadaran
berpendidikan Ners 3. Diruangan bedah terdapat profesionalisasi perawat masyarakat akan pentingnya
3. Kepala ruangan perawat yang berkualifikasi kesehatan
memenuhi syarat sebagai S.Kep sebanyak 8%
PM 1 3. Ruang bedah menjadi
lahan praktek mahasiswa 4. Persaingan antar RS yang
4. 2 Katim berpendidikan profesi semakin kuat
Ners

4. Adanya tambahan tenaga 5. Terbatasnya kuota tenaga


dari mahasiswa praktek keperawatan yang
melanjutkan pendidikan tiap
tahun
METODE 1. Ruang Bedah RS abe 1. Belum perna dilakukan ronde 1. Manejemen rumah sakit 1. Adanya tuntutan akan
menggunakan MPKP keperawatan memberikan kesempatan pelayanan keperawatan yang
dengan metode tim kepada perawat untuk lebih baik masih kurangnya
2. Kepala ruangan belum mengikuti pelatihan kesadaran perawat dalam
2. Timbang terima sudah melakukan supervisi secara melaksanakan MPKP sesuai
menjadi agenda tetap dan terjadwal standar
terjadwal sesuai SOP
90

3. Dokumentasi askep
menggunakan metode
ceklist dengan pencapaian
80% sesuai standar
depkes

4. Kepatuhan perawat pada


SOP 80%

5. Pengetahuan perawat
tentang metode MPKP
50% baik

6. Manajemen RS
melakukan kontrol dalam
pelaksanaan dan
pendekomentasian asuhan
keperawatan.

7. Pembagian obat pasien


sesuai dengan standar
prosedur operasional di
Rs

8. Telah dilakukannya
discarge planing pada
pasien
9. Adanya format
pengkajian yang baku.
91

MATERIAL 1. Mempunyai sarana dan 1. Terdapat 4 ruangan (ruang 1. Fasilitas diruang bedah 1. Adanya persaingan antara
pra sarana untuk pasien stroberry, ruang merak 2, memiliki kesempatan mutu pelayanan ruangan
dan tenaga kesehatan matoa 1 dan merpati 2) tidak yang besar untuk bedah RSUD ABEPURA
digunakan dikarenakan melengkapi fasilitas yang secara langsung maupun
2. Struktur organisasi sudah kamar mandi dan westavel kesehatan yang belum tidak langsung
menggambarkan metode rusak. tersedia. mempengaruhi aspek
tim 2. Adanya dana dari pelayanan kesehatan.
2. Terdapat beberapa fasilitas pemerintah untuk
ruangan yang tidak berfungsi kelengkapan sarana dan
3. Telah terdapat petunjuk seperti AC,TV dan westavel. prasarana 2. Adanya tuntutan yang tinggi
teknik cuci tangan yang dari masyarakat untuk
benar dan dapat di melengkapi sarana dan
manfaatkan oleh semua 3. Belum adanya prasaranan diruang bedah.
pihak. penggantian/pembaharuan
alat GV, tensi meter digital,
4. Telah tersedia tempat dan vinger saturasi 02.
sampah yang berbedah
untuk jenis sampah 4. Kelengkapan alat 50% sesuai
medis, domestik dan alat- depkes
alat tajam.
5. Belum adanya informasi
5. Sudah terdapat lebel nama terkait pencegahan dan
alat medis dan obat medis penularan covid-19
di lemari obat

6. Ruang bedah telah


memiliki pembagian alat
medis dan pembagian alat
tenun yang tersedia.

7. Terdapat westavel yang


tersedia di ruangan
perawat dan ruangan
rawat inap pasien.
92

8. Ruang bedah memiliki 24


tempat tidur hanya
terpakai 15 tempat tidur

9. Tersedianya nersation dan


beberapa alat penunjang
seperti oksigen central,
mesin EKG diruang
perawat.
MONEY 1. Rumah sakit mendapakan 1. Sistem keuangan ruang bedah 1. Adanya program 1. Terdapat rumah sakit
pendanaan APBD untuk RSUD ABEPURA dengn pemerintah KPS dan BPJS. competitor yang bekerja sama
gaji, saranan prasaranan sistem satu pintu dengan BPJS
dan dana pengembangan 2. Adanya penambahan
kariawan. pemasukan dari jasa medik
2. (sentral) menjadikan alokasi yang diberikan
pendanaan yang dibutuhkan berdassarkan dengan
ruangan terlealisasi dalam penilian kinerja yang baik
waktu yang lama. untuk perawat RSUD
ABEPURA.

MARKETING 1. BOR = 53 % 1. Belum ada kuesioner tingkat 1. RSUD Abepura bekerja 1. Adanya persaingan mutu
2. LOS = 8 Hari kepuasan perawat maupun sama dengan STIKES pelayanan antar ruang bedah
3. TOI = 6 hari pasien RSUD ABEPURA yang secara
4. BTO = 3 X 2. Belum ada leaflet 9 besar langsung maupun tidak
penyakit langsung mempengaruhi aspek
3. Tidak terdapat penilaian pelayanan kesehatan.
mengenai kepuasan pasien. 2. Adanya rumah sakit swasta
4. Dari 9 penyakit terbesar yang berjarak 5,5 KM dan
periode April 2021 ada dua memberikan fasilitas
penyakit yang belum di buat pelayanan perawatan yang
SAK lebih baik.
5. Belum ada penataan 9 besar
diagnosa keperawatan
93

2.5.6 TOWS Matriks

S W

1. Kepala ruangan memenuhi syarat sebagai PM 1. Masih banyak perawat yang berpendidikan
1 D3 sebanyak 62%
2. 1 katim berpendidikan Ners dan 1 katim 2. Ketidaktepatan perawat datang diwaktu
berpendidikan D-III jam dinas.
3. Timbang terima sudah menjadi agenda tetap 3. Belum perna dilakukan ronde keperawatan
dan terjadwal sesuai SOP 4. Belum ada leaflet 9 besar penyakit
4. Dokumentasi askep menggunakan metode 5. Belum adanya informasi terkait
ceklist dengan pencapaian 80% sesuai standar pencegahan dan penularan covid-19
depkes
5. Mempunyai sarana dan pra sarana untuk
pasien dan tenaga kesehatan
6. Rumah sakit mendapakan pendanaan APBD
untuk gaji, saranan prasaranan dan dana
pengembangan karyawan.
7. Ruang bedah telah memiliki pembagian alat
medis dan pembagian alat tenun yang
tersedia.
O SO WO

1. Adanya kesempatan untuk melanjutkan 1. Mengusulkan kepada RS untuk 1. Meningkatkan skil bagi perawat
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi meningkatkan kompetensi perawat untuk khususnya ketua tim serta perawat di
( D3 ke S1 Keperawatan) melanjutkan pendidikan (S=6. O=1,3) ruang penyakit bedah dengan
2. Manejemen RS memberikan mengikutsertakan pelatihan keperawatan
kesempatan kepada perawat untuk (W=1,2,4,5,6 O= 2,3,4)
mengikuti pelatihan
3. Adanya kebijakan pemerintah tentang
profesionalisasi perawat
94

4. Adanya tambahan tenaga dari


mahasiswa praktek
T ST WT

1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 1. Mengusulkan kepada ruangan bedah 1. Membuat informasi terkait dengan
pelayanan yang lebih profesional RSUD abepura untuk lebih meningkatkan pencegahan dan penularan covid-19 (W-6,
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat kualitas SDM (S=1,2,3,4,5,7 T=1,2,3,4,5). O= 1,2)
akan hukum 2. Memberikan fasilitas ke ruang bedah
3. Persaingan antar RS yang semakin kuat berupa jam dinding (W=3. O=1,2)
4. Adanya persaingan antara mutu pelayanan
ruangan bedah RSUD ABEPURA yang
secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi aspek pelayanan kesehatan.
5. Adanya rumah sakit swasta yang berjarak
5,5 KM dan memberikan fasilitas
pelayanan perawatan yang lebih baik.
95

3) Rencana Strategi

a. Internal Factor Evalution (IFE)

No Critical Succes Factor Bobot Rating Score

KEKUATAN

1 Kepala ruangan memenuhi syarat sebagai PM 1 0,04 3 0,12

2 2 Katim 1 berpendidikan Ners dan 1 DII Kep 0,07 4 0,27

3 Timbang terima sudah menjadi agenda tetap


dan terjadwal sesuai SOP 0,11 3 0,33

4 Dokumentasi askep menggunakan metode


ceklist dengan pencapaian 80% sesuai standar
depkes 0,10 4 0,40

5 Mempunyai sarana dan pra sarana untuk pasien


dan tenaga kesehatan 0,12 4 0,49

6 Rumah sakit mendapakan pendanaan APBD


untuk gaji, saranan prasaranan dan dana
pengembangan karyawan. 0,11 4 0,44

7 Ruang bedah telah memiliki pembagian alat


medis dan pembagian alat tenun yang tersedia. 0,13 3 0,40

Total 1 3

KELEMAHAN

1 Masih banyak perawat yang berpendidikan D3


sebanyak 62% 0,1 1 0,10

2 Ketidaktepatan perawat datang diwaktu jam


dinas. 0,15 1 0,15

3 Belum pernah dilakukan ronde keperawatan 0,12 2 0,24

4 Belum ada leaflet 10 besar penyakit 0,18 1 0,18

5 Belum adanya informasi terkait pencegahan


dan penularan covid-19 0,19 2 0,38

Total 1 2
96

b. Eksternal Faktor Evalution (EFE)

No Critical Succes Factor Bobot Rating Score

PELUANG

1 Adanya kesempatan untuk melanjutkan


pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ( D3
ke S1 Keperawatan) 0,23 3 0,68

2 Adanya kebijakan pemerintah tentang


profesionalisasi perawat 0,2 3 0,60

3 Adanya tambahan tenaga dari mahasiswa


praktek 0,3 3 0,90

Total 1  3.00

ANCAMAN

1 Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk


pelayanan yang lebih profesional 0,08 3 0,3

2 Makin tingginya kesadaran masyarakat akan


hukum 0,08 4 0,3

3 Persaingan antar RS yang semakin kuat 0,07 3 0,2

4 Adanya persaingan antara mutu pelayanan


ruangan bedah RSUD ABEPURA yang
secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi aspek pelayanan kesehatan. 0,15 4 0,6

5 Adanya rumah sakit swasta yang berjarak


5,5 KM dan memberikan fasilitas pelayanan
perawatan yang lebih baik. 0,14 3 0,4

Total 1 3,4
97

4) Diagram SWOT

Berdasarkan posisi diagram SWOT diatas berada pada kuadran I yang

menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi

yang diberikan adalah progresif artinya organisasi dalam kondisi prima dan

mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi

memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.


98

2.6 Prioritas Masalah

No Masalah Score

1 Masih banyak perawat yang berpendidikan D3 1,70


sebanyak 62%

2 Belum ada kuesioner mengenai tingkat kepuasan 1,63


perawat maupun pasien

3 Ketidak tepatan perawat datang di waktu jam dinas dan 1,55


banyak yang absen di jam dinas

4 Tidak terdapat poster penularan covid-19 di ruangan, 1,52


terdapat banyaknya pengunjung yang keluar masuk
ruangan
99

3.7 Planing OF Action

NO Masalah Uraian Tugas Tujuan Sasaran Metode Waktu PJ Pelaksanaan

1 Masih banyak perawat Membuat proposal Membuat Jadwal Pihak manejemen Diskusi Selasa 4 Mei Zr. Lenny Terlaksananya
yang berpendidikan D3 terkait dengan Mapping RS untuk RSUD Abepura 2021 kerja sama
sebanyak 62% pendidikan perawat. meningkatkan yang baik
kompetensi perawat dengan
dengan intansi institusi terkait
pendidikan pendidikan.

2 Belum ada kuesioner 1. Membuat Menotoring pada Pihak manejemen Diskusi Selasa 4 Mei Zr. Lenny Kesesuaian level
penilaian kinerja kuesioner ruang bedah dalam RSUD Abepura 2021 jenjang karir
perawat dan kepuasan untuk untuk lebih perawat di setiap
penilaian meningkatkan unit dalam kurun
kerja perawat.
kinerja kualitasSDM waktu 6 bulan
perawat dan
kepuasan
kerja perawat.
100

4 Ketidak tepatan perawat Mengatasi Untuk KA TIM Diskusi Selasa 4 Mei Zr. Lenny 1. Pemimpin
datang di waktu jam keterlambatan jam memaksimalkan kelompo 2021 (KEPRU) harus
dinas dan banyak yang kerja dan absen . kedisiplinan jam k dengan menjacontoh
absen di jam dinas kerja KA TIM role model
kepada sejawat
lainnya di
ruangan bedah.
2. Memberikan
jam dinding di
ruangan bedah
5 Tidak terdapat poster Memutuskan rantai Untuk mengindari Pihak manejemen Lisan ke Selasa 4 Mei Zr. Lenny Pemasangan poster
penularan covid-19 di penulran covid 19 penularan covid 19 RSUD Abepura pasien 2021 pencegahan
ruangan, terdapat dan penularan covid-19
banyaknya pengunjung keluarga di ruangan bedah.
yang keluar masuk
ruangan
101

3.8 Implementasi

No Masalah Implementasi Hasil

1. Masih banyak perawat Masalah ini tidak sempat Tidak dilakukan


yang berpendidikan D3 dilakukan implementasi impelentasi diruangan
sebanyak 62% dikarenakan keterbatasan bedah
waktu hanya 2 hari

2 Belum ada kuesioner Kelompok berdiskusi Kelompok telah membuat


penilaian kinerja dengan CI lahan untuk kuesionerpenilaian kinerja
perawat dankuesioner membuat quesioner perawat dankuesioner
kepuasan kerja perawat mengenai penilaian kinerja kepuasan kerja perawat
perawat dan kepuasan
kerja perawat.

3 Ketidaktepatan perawat Kelompok berdiskusi Memberikan jam dinding


datang di waktu jam bersama CI lahan dan CI sebanyak 2 buah dan
dinas dan banyak yang lahan memberikan saran dipajang di ners station dan
absen di jam dinas untuk memajang jam ruang perawat
dinding di ruang perawat
dan ners station agar
perawat dapat datang tepat
waktu

4 Tidak terdapat poster Kelompok berdiskusi Kelompok membuat


penularan covid-19 di bercama CI lahan informasi tentang
ruangan, terdapat mengenai poster pencegahan dan penularan
banyaknya pengunjung pencegahan dan penularan covid-19
yang keluar masuk covid-19 dan CI lahan
ruangan menyarankan untuk di
tempel di dinding sebelum
ners station agar mudah
dilihat oleh pasien maupun
keluarga pasien
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kesenjangan teori dan Penyelesaian

Kesenjangan teori dan penyelesaiana masalah berdasarkan prioritas


masalah yang telah terdapat pada hasil pengkajian di ruang bedah RSUD
Abepura, serta pempertimbangan sumber daya yang ada untuk
mempertimbangkan kewenangan penyelesaian masalah secara cepat dan
tepat.

Secara detail penyelesaian masalah berdasarkan kemampuan dan


kewenangan dari sumber daya manusia yang berperan sebagai tenaga
kekehatan baik itu, kepala ruangan ketua tim serta perawat pelaksana sesuai
dengan tugas dan wewenang masing-masing. Berdasarkan prioritas masalah
diatas yang menjadi penyelesaian masalah adalah :

1) Masih banyak perawat yang berpendidikan D3 sebanyak 62 %

Berdasarkan hasil observasi dan wawancarayang didapatkan di

ruang bedah rata-rata perawat masih berpendidikan D-III. Hal ini

karenakan kesempatan yang diberikan manejemen RSUD Abepura

dibatasi dan pertahun hanya dibolehkan satu perawat yang di ijinkan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Rencana yang dilakukan oleh kelompok yaitu membuat proposal terkait

dengan pendidikan perawat yang akan di ajukan kepada pihak manajemen

RSUD Abepura tetapi berhubung keterbatasan waktu praktek yang hanya

2 hari di ruang bedah sehingga belum dapat terlaksanakan

102
103

2) Belum ada kuesioner mengenai penilaian kinerja perawat dan kepuasan

kerja perawat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang didapatkan di

ruang bedah RSUD Abepura belum adanya kuesioner terkait penilaian

kinerja perawat dankuesioner kepuasan kerja perawat. Rencana yang

dilakukan oleh kelompok yaitu membuat kuesioner untuk penilaian kinerja

perawat dan kepuasan kerja perawat dan membuat usulan untuk

meningkatkan kualitas SDM dengan cara mengikuti pelatihan sesuai

dengan jenjang karir, Kelompok telah membuat kuesionerpenilaian kinerja

perawat dankuesioner kepuasan kerja perawat dan akan diberikan ke

KATIM agar bisa mengevaluasi tingkat kinerja perawat.

3) Ketidak tepatan perawat datang di waktu jam dinas banyak yang absen di

jam dinas

Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan di ruang bedah

RSUD Abepura banyak petugas yang datang tidak tepat waktu sehingga

kelompok memberikan 2 jam dinding yang disarkan oleh KATIM dan di

pasang di nersation dan ruang perawat.

4) Tidak terdapat poster penularan covid-19 di ruangan, terdapat banyaknya

pengunjung yang keluar masuk ruangan

Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan di ruang bedah

RSUD Abepurabanyaknya pengunjung yang keluar masuk ruangan tidak

menggunkan masker dan berisiko terkena covid-19 sehingga kelompok

membuat informasi dalam bentuk poster terkait dengan pencegahan dan


104

penularan covid-19 dan di pajang di samping ruang strobey yang dapt

dilihat oleh semua orang.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 02

Mei sampai dengan 03 Mei 2021 Ruang Bedah RS Abepura telah

didapatkan perumusan masalah yang berhubungan dengan manajemen

asuhan keperawatan. Masalah – masalah dalam manajemen asuhan

keperawatan meliputi poster penularan covid 19 di ruang bedah.

Implementasi manajemen keperawatan di Ruang Bedah dimulai dari

pengumpulan data, menyusun data, menghitung ketergantungan pasien pada

bulan April , ketenagaan, bermain peran kelompok lakukan di kampus ,

penghitungan fasilitas tempat tidur, (BOR, LOA, BTO, TOI), dan

melakukan pemasangan poster penularan covid 19 di depan ruangan bedah

RS Abepura. Kegiatan penyusunan data dilakukan selama 2 hari da di

lanjutkan di kampus dari tanggal 23 Agustus – 4 September. Hasil dari

validasi data dirumuskan masalah yang berkaitan dengan manajemen asuhan

keperawatan di Ruang Bedah RS. Abepura.

Untuk peningkatan kualitas pelayanan secara berkelanjutan

diperlukan berbagai komponen sebagai dasar yaitu manajemen visi dan

komitmen, akuntabilitas, evaluasi, dan umpan balik, pemecahan masalah

dan perbaikan proses, komunikasi, pelatihan serta pengembangan staf.

Komponen – komponen tersebut harus solid dan dikerjakan terus- menerus

serta saling mendukung sehingga dapat dicapai pelayanan yang prima. Oleh

105
106

karena itu, kami menyiapkan poster penularan covid 19 di ruang bedah agar

mengurangi penularan covid 19 selama di rawat di Rumah Sakit.

5.2 Saran

1. Untuk Ruangan / Rumah Sakit

a. Mempertahankan pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan yang

sudah ada serta meningkatkan mutu/kualitas pelayanan lebih maksimal

b. Membuat quesioner mengenai penilian kinerja perawat dan kepuasan

perawat

c. Memajang jam dinding di ruang perawat dan ners station agar perawat

dapat datang tepat waktu

d. Mengenai poster pencegahan dan penularan covid-19 di tempel di

dinding sebelum ners station agar mudah dilihat oleh pasien maupun

keluarga pasien

2. Untuk institusi / Akademik

Sebagai bahan masukan bagi disiplin ilmu khususnya ilmu keperawatan

bahwa praktek manajemen membutuhkan ketelitian, keseriusan, serta

bimbingan yang komperhensif guna memperoleh hasil yang berkualitas.


107

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara (2015), manajemen Sumber daya Manusia, Remaja


Rosdakarya,
Bandung.
Adikoesoemo (2017), Evaluasi Kinerja.Bandung : Refika Aditama
Alvarado,M.(2017).EvaluasiPengembanganMPKP.http://mohafandi.wordpressm.
Diakses 5 November.
Anggraini.(2002). Manajemen Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indonesia
Arwani., & Supriyatno, H (2015). Manajemen Bangsa keperawatan. Jakarta :
EGC

Bilings & Judith. (2013) manajemen Keperawatan dengan pendekatan praktis


Erlangga. Jakarta. : Bumi Aksara.

Clement. (2013). Standar pelayanan Rumah sakit. Cetakan V. Kencana Pelajar.

Depkes (2013). Pengantaran Dokumentasi proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Henri Fayol.(2012). Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) Konsep, Strategi,


dan aplikasinya. Jurnal Keperawatan Universitas Pajajaran,
Bandung.

Huber, (2000). Manajemen Keperawatan :Aplikasi dalam praktek keperawatan


professional.

(Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika

Keliat, (2006) Data untuk penelitian Kesehatan.,

Kozier,Erg & Berman.(2004). Pengantar manajemen.Jakarta: PT Bumi Aksara

Kathleen. (2009). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktek. Jakarta:

Erlangga

Lardner. (2012). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta:

Erlangga.

Manulung (2013), Praktek Keperawatan Profesional.,Jakarta EGC.

Murwani & Herlambang (2012),Metode penelitian bandung, Alfabeta bandung.


108

Nursalam, (2011), Proses dan Dokumentasi keperawatan :Konsep dan Praktik,


Jakarta : Salemba

Medika.

Nasution,(2005),Prinsip-prinsip Ilmu kesehatan Masyarakat, Penerbit Rhneka


Cipta, Jakarta

Posma, (2011), Budaya kerja, Kemampuan dan komitmen pegawai Negeri


Sipil,Universitas

Erlangga.

Rangkuti,(2003), Promosi kesehatan,.Yokyakarta: Fitramaya.

Simamora R.H. (2012) Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE,. Yokyakarta.

Sitorus, (2011) Model praktek Keperawatan Jakarta : EGC

Siagian, (2012), Metode Penelitian bandung,:Alfabeta bandung.

Suarli & Bahtiar, (2009), dasar-dasar penelitian klinis,Jakarta :Sagung setto.

Suryanto (2002), Perilaku Organisasi, Jilid 1, edisi Kesembilan, Ahli bahasa,


Jakarta : PT, Indeks Kelompok Gramedia.

Traryntia (2011) Filsafat Ilmu dan Pengembangan di Indonesia,.Pengantar,


Jakarta: Bumi Akrasa.

Tjiptono, (2011), Kebijakan Kesehatan, Falkutas kesehatan masyarakat.


Surabaya: UniversitasAirlangga.
109

LAMPIRAN
110
111
112
113

PEMBOBOTAN

STRENGTH/KEKUATAN
No Uraian Bobot Ranting Score
1 S1 0,04 3 0,12
2 S2 0,07 4 0,27
3 S3 0,11 3 0,33
4 S4 0,10 4 0,40
5 S5 0,12 4 0,49
6 S6 0,11 4 0,44
7 S7 0,13 3 0,40
8 S8 0,15 3 0,45
  0,2 4 0,67
1 3,57

BOBOT KEKUATAN
R1 R2 R3 R4 Rata2
1 1 4 1 1,75
3 4 3 2 3
5 3 9 3 5
4 2 8 4 4,5
2 8 7 5 5,5
6 7 1 6 5
9 6 2 7 6
8 5 6 8 6,75
7 9 5 9 7,5
45
114

WEAKNESS/KELEMAHAN
No Uraian Bobot Ranting score
1 W1 0,1 1 0,10
2 W2 0,1 2 0,20
3 W3 0,15 1 0,15
4 W4 0,12 2 0,24
5 W5 0,18 1 0,18
6 W6 0,19 2 0,38
7 W7 0,15 2 0,31
  1 1,56
S-W 2,00

BOBOT KELEMAHAN
R1 R2 R3 R4 Rata2
1 3 1 6 2,75
2 4 2 3 2,75
3 6 6 2 4,25
4 3 5 1 3,25
6 7 3 4 5
7 5 4 5 5,25
2 1 7 7 4,25
27,5

OPPORTUNITY/PELUANG
No Uraian Bobot Ranting Score
1 O1 0,28 4 1,10
2 O2 0,28 3 0,83
3 O3 0,15 4 0,60
4 O4 0,3 3 0,90
    1   3,43
115

BOBOT PELUANG

R1 R2 R3 R4 Rata2
1 3 3 4 2,75
3 2 4 2 2,75
2 1 2 1 1,5
4 4 1 3 3
        10

TREATH/ANCAMAN
No Uraian Bobot Ranting Score
1 T1 0,08 3 0,3
2 T2 0,08 4 0,3
3 T3 0,07 3 0,2
4 T4 0,15 2 0,3
5 T5 0,14 3 0,4
6 T6 0,14 2 0,3
7 T7 0,16 3 0,5
8 T8 0,19 3 0,6
    1 23 2,8
O-T 0,63

BOBOT ANCAMAN
R1 R2 R3 R4 Rata2
3 3 3 3 3
1 5 4 1 2,75
2 3 2 3 2,5
8 1 6 6 5,25
7 4 7 2 5
6 6 1 7 5
5 8 5 5 5,75
4 7 8 8 6,75
        36
116

S-W 2,00 Sumbu X

O-T 0,63 Sumbu Y


117

KUESIONER PENILAIAN KINERJA PERAWAT

Pegawai Yang dinilai :


Jabatan :
Unit kerja :
Petunjuk Pengisian :
1. Berilah tanda (√) pada pilihan pernyataan yang menurut
bapak/ibu/saudara/i sesuai dengan kenyataan yang bapak/ibu/saudara/i
amati.
2. Tiap pernyataan mempunyai satu jawaban.
3. Bacalah pernyataan dengan baiksebelum menjawab.
Pilihan jawaban :
TP : Tidak pernah, pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan sama sekali.
J : Jarang, pernyataan tersebut jarang dilakukan
S : sering, pernyataan tersebut sering dilakukan
SL : selalu dilakukan, pernyataan tersebut sering dilakukan.

No PERNYATAAN TP J S SL
A SIKAP KERJA
1 Datang 15 menit sebelum jadwal shift
2 Sering menukar jadwal jagadengan perawat lain
3 Disiplin dalam bekerja
4 Melakukan kerja sama dengan tim
5 Memiliki cara berkomunikasi yang baik dengan teman
sejawat
6 Mengerjakan semua tugas yang diberikan kepala
ruangan
B KINERJA PELAYANAN
1 Memiliki cara berkomunikasi yang baik dengan pasien
atau keluarga pasien
2 Menerima pasien baru dan mengorientasikan pasien
baru
3 Melakukan pengkajian keperawatan
4 Menetapkan diagnosa keperawatan sesuai masalah yang
dirumuskan
5 Menyusun rencana keperawatan berdasarkan data hasil
kajian keperawatan
6 Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan SOP
7 Melakukan evaluasi tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan
8 Mengutamakan keselamatan pasien dalam memberikan
asuhan keperawatan
118

9 Menyusun rencana pulang berdasarkan asuhan


keperawatan
10 Melakukan Dokumentasi asuhan keperawatan
11 Mencatat semua data pasien kedalam buku register
12 Melakukan tindakan keperawatan dengan cermat
13 Melengkapi administrasi pasien pulang
14 Menenyakan identitas pasien setiap melakukan tindakan
15 Mendengarkan setiap keluhan pasien
16 Mengobservasi respon pasien terhadap tindakan
keperawatan
17 Memberikan penjelasan kepada pasien sebelum
melakukan tindakan.
119

KUESIONER KEPUASAN KERJA PERAWAT

Petunjuk Pengisian :
1. Berilah nilai pada pilihan pernyataan yang menurut bapak/ibu/saudara/i
sesuai dengan kenyataan yang bapak/ibu/saudara/i amati.
2. Tiap pernyataan mempunyai satu jawaban.
3. Bacalah pernyataan dengan baik sebelum menjawab.
Pilihan jawaban :
STP : Sangat Tidak Puas
TP : Tidak Puas
CP : Cukup Puas
P : Puas
SP : Sangat Puas

NO PERNYATAAN STP TP CP P SP
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Jumlah gaji yang diterima di bandingkan pekerjan
yang anda lakukan
2 System penggajian tempat anda bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima di bandingkan pendidikan
anda
4 Pemberian intensif tambahan atas suatu prestasi atau
kerja keras
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang
mendukung pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi,
tempat parkir dan kantin
7 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan
veftilasi udara, kebersihan dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan atau keselamatan
kerja
9 Perhatian institusi terhadap anda
10 Hubungan anatara kariawan dan kelompok kerja
11 Kemampuan bekerja sama antar kariawan
12 Sikap teman-temankerja terhadap anda
13 Kesesuaian antara pekerjaan dengan latar belakang
pendidikan anda
14 Kemampuan dalam menggunnakan waktu bekerja
dengan penugasan yang diberikan
15 Kemampuan supervise atau pengawasan dalam
membuat keputusan
16 Perlakuaan atasan selama anda bekerja disini
17 Kebebasan dalam melakukan metode sendiri dalam
melakukan pekerjaan
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja
melalui pelatihan atau pendidikan tambahan
120

19 Kesempatan untuk mendapatkan posisi yang lebih


tinggi
20 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan
mendapatkan kenaikan pangkat

Anda mungkin juga menyukai