Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fitriyani Pagiling

Npm : 18522056

Analisis feses

A. Jenis pemeriksaan feses


a. Pemeriksaan bau
Seperti halnya pemeriksaan bau urine, uji bau pada tinja dilakukan
dengan mengibaskan menggunakan telapak tangan terhadap sampel
tinja pada wadahnya.
b. Pemeriksaan warna dan sisa makanan
Warna dan sisa makanan diuji secara langsung dengan mengamati
tinja secara visual. Interprestasi hasil: Normal: Kuning Kecoklatan, dan
Abnormal: Hitam, merah, hijau, dst.
c. Pemeriksaan lendir dan konsistensi
Dua parameter ini dapat diperiksa secara bersamaan dalam satu
langkah kerja, yaitu dengan menggunakan stik yang ditusukkan
kedalam sampel. Interprestasi hasil : Konsistensi Normal
( Lunak/lembek) dan abnormal (Keras, lembek, dan encer). Lendir
(diperiksa setelah stik ditusukkan dalam sampel lalu di ambil lagi),
Positif (Terdapat lendir yang ikut saat stik diambil), Negatif (Tidak
terdapat lendir).
d. Pemeriksaan pH
pH tinja diperiksa menggunakan strip pH dengan bantuan pinset.
Kertas pH menggunakan pinset lalu tempelkan/benamkan ke dalam
sampel tinja selama 30 detik. Cocokkan perubahan warna yang terjadi
pada kertas pH dengan standar warna strip pH.
B. Analisis feses
Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus
memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan universal untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke paramedis
maupun lingkungan sekitar.
1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan
SEBELUM dan SESUDAH tindakan.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), minimal yang HARUS
digunakan :
a. Jas laboratorium, sarung tangan karet, dan masker
disposable
3. Alat dan bahan pengambilan spesimen :
a. Virus Transport Media (VTM), Tongue Spatel, Swab
Dacron, Ice pack dan Cold Box, Label nama, Gunting,
Alkohol 70%, Parafilm dan Form Pengambilan Spesimen

Bilas Cairan Lambung

A. Tujuan
1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk saluran
pencernaan
2. Mendiagnosa perdarahan lambung
3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy dan
membuang cairan atau partikel dari lambung
B. Alat dan bahan
1. Baki berisi selang NGT (ukuran dewasa 14 – 20Fr dan anak-anak 8 –
16Fr)
2. 2 buah baskom, perlak dan handuk pengalas
3. Stetoskop, spuit 10 cc, plester, nierbeken, kom penampung, air
hangat, kassa/tissue, jelly, handscon, pinset, tongue spatel, corong,
dan gelas ukur
C. Prosedur kerja
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Gunakan sarung tangan dan jelaskan prosedur pada klien
3. Bantu klien untuk posisi semifowler (bila memungkinkan)Berdirilah
disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan
(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
4. Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau
lidi kapas dan tempatkan handuk mandi diatas dada klien.
Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien
5. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan
plester. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan
menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan
pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi
tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
6. Ujung atas NGT diolesi jelly, dan bagian ujung bawah di klem dan
minta klien menengadahkan kepala (bila memungkinkan), masukkan
selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
7. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut (bila klien
dalam keadaan sadar)
8. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan
tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk
atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan
ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien
untuk bernafas dalam
9. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang
hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta
klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan
pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20
ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan
lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
10. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang
2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada
lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi
plester lilitan mengitari slang
11. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi miring tanpa bantal
atau kepala lebih rendah selanjutnya klem dibuka dan corong
dipasang diujung bawah NGT, air hangat dituangkan ke dalam corong
jumlah cairan sesuai kebutuhan (±500 cc). Cairan yang masuk tadi
dikeluarkan dan ditampung dalam baskom
12. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai air yang keluar
dari lambung sudah jernih dan jika air yang keluar sudah jernih selang
NGT dicabut secara pelan-pelan dan diletakkan dalam baki.
13. Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan sekitarnya dibersihkan
dengan tissue, bereskan peralatan, mencuci tangan dan terminasi

Pungsi Pleura

A. Alat dan bahan


Sarung tangan steril, Spuit 5 cc dan 50 cc, Kateter vena nomor 16,
Three way stopcock, Blood set, Lidocain 2%, Alkohol 70 %, Betadine, Kasa
steril, Plester, dan Beberapa tabung/spuit untuk pemeriksaan spesimen.
B. Prosedur kerja
1. Pasien diinstruksikan posisi duduk bila memungkinkan atau setengah
duduk, menghadap sandaran kursi dengan lengan berada di atas
sandaran kursi.
2. Tentukan tempat aspirasi dengan pemeriksaan fisik dan dengan
bantuan foto toraks.
3. Memberi tanda daerah yang akan dipungsi di linea aksilaris posterior,
khususnya tempat insersi di bawah batas redup pada pemeriksaan
perkusi, di ruang interkostal, tepi atas iga.
4. Desinfeksi dengan kasa steril yang diberi betadine, dari arah dalam ke
luar, lalu ulangi dengan alkohol 70%. Pasang duk steril dengan lubang
pada tempat yang akan dipungsi.
5. Anastesi lokal dengan lidocain 2% 2-4 cc dengan spuit 5 cc,
diinfiltrasikan anestesi lokal intradermal, tunggu sesaat kemudian
lanjutkan ke arah dalam hingga terasa jarum menembus pleura.
6. Jika jarum telah menembus rongga pleura lalu dilakukan aspirasi di
dalam kavum pleura sampai spuit penuh, kemudian spuit dicabut dan
luka bekas tusukan segera di tutup dengan kasa betadine.
7. Selanjutkan tusukkan kateter vena nomor 16 di tempat tusukan jarum
anastesi lokal dan apabila telah menembus pleura, maka maindrain
(piston) jarum dicabut dan sambungkan bagian pangkal jarum dengan
threeway stopcock (stopkran) dan spuit 50 cc (untuk aspirasi). lakukan
aspirasi sampai cairan memenuhi spuit 50 cc.
8. Ujung threeway stopcock yang lain dihubungkan dengan blood set
(untuk pembuangan) dan lakukan penutupan kran aliran threeway
stopcock ke rongga pleura.
9. Cairan dalam spuit dibuang melalui aliran blood set dan kran
threeway stopcock kembali di putar ke arah rongga pleura dan
dilakukan aspirasi kembali 50 cc.
10. Dilakukan evakuasi sampai jumlah cairan maksimal 1500 cc. Setelah
selesai evakuasi kateter vena dicabut dan luka bekas tusukan ditutup
dengan kasa steril yang telah diberi betadine.
11. Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan sekitarnya dibersihkan
dengan tissue, bereskan peralatan, mencuci tangan dan terminasi

Anda mungkin juga menyukai