1. Pengertian :
Menyampaikan informasi berupa pesan atau pemikiran dari pihak pemberi pesan/sumber informasi kepada
pihak lain/penerima pesan dengan cara tertentu.
2. Tujuan :
b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TBC.
3. Prosedur :
a. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada,
meliputi :
2). Menentukan sasaran penyuluhan ( Toma, Masyarakat umum, Kader Posyandu, Penderita, Keluatga
penderita atau PMO ).
3). Menentukan tempat penyuluhan ( di Unit Pelayanan Kesehatan atau di Luar Unit Pelayanan Kesehatan ).
4). Menentukan waktu penyuluhan yang disesuaikan dengan situasi tempat, sasaran dan pelaksanaan
penyuluhan.
5). Menentukan metode penyuluhan (ceramah, tanya jawab atau diskusi) sesuai dengan jenis penyuluhan,
apakah penyuluhan langsung perorangan, kelompok atau mayarakat/massa.
6). Alat bantu/media yang digunakan ( media cetak seperti poster, lembar balik atau media elektronik seperti
pemutaran film ).
b. Pelaksanaan penyuluhan :
a) Penyuluhan langsung perorangan sasarannya : penderita TBC, keluarga penderita atau PMO.
b) Penyuluhan langsung kelompok sasarannya : kelompok penderita bersama keluarganya dan PMO
c. Mengevaluasi penyuluhan :
MELAKUKAN INJEKSI
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan injeksi / suntik yang merupakan tindakan memasukkan
obat kedalam tubuh pasien lewat alat suntik yang dimasukkan kedalam tubuh : sedalam kulit (ic), sedalam
bawah kulit (sc), sedalam otot (im), sampai menembus vena (iv)
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat akan melaksanakan praktek klinik dalam memasukkan obat ke dalam
tubuh pasien dengan menggunakan suntik
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
2. Kapas alkohol
4. Torniquet
5. Bantal pengalas
6. Bak injeksi
b. Persiapan pasien
1. Pelaksanaan injeksi ic
5. Masukkan jarum pada permukaan kulit dengan sudut 15-29 derajat dengan lubang menghadap ke atas
2. Injeksi sC
8. Setelah obat masuk, spuit ditarik dengan cepat dan bekas jarum di tutup dan ditekan dengan cepat dengan
menggunakan kapas alkohol
3. Injeksi im
5. Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat ada darah atau tidak
8. Setelah obat masuk semua, spuit ditarik dengan cepat dan bekas suntikan ditarik dan ditekan dengan kapas
alkohol
4. Injeksi iv
6. Jarum di suntikkan dengan sudut 45 derajat dan denga ujung jarum menghadap ke atas
7. Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat apakah ada darah atau tidak
10. Setelah obat masuk semua, jarum di cabut dengan cepat dan bekas tusukan jarum di tutup dengan
menggunakan kapas alkohol
PEMASANGAN INFUS
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan cairan infus yang merupakan tindakan memasukkan
cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus
set
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam memberi cairan infus
dengan menggunakan infus set
Prosedur Uraian
a. Persiapan Alat :
1. Standart infus
3. Infus set
6. Kasa steril
7. Gunting
8. Plaster
9. Pengalas
10. Bengkok
11. Tomiquet
16. IV Catheter
c. Pelaksanaan
7. Pasang pengalas
9. Pilih dan pastikan vena yang akan ditusuk (utamakan vena bagian distal / sesuai kondisi pasien)
10. Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas steril yang diberi povidone
iodine, kemudian ulangi desinfeksi dengan menggunakan kapas steril yang sudah diberi alkohol. Kegiatan
desinfeksi tersebut dilakukan dengan gerakan melingkar keluar sampai diameter 6 – 8 cm, bila daerah incersi
kotor bisa diulangi 2 – 3 kali
12. Masukkan I.V Catheter pada vena yang telah ditentukan dengan sudut 10° - 30° dengan lubang jarum
menghadap ke atas
13. Setelah I.V Catheter masuk vena, tomiquet dilepas, mandirn ditarik pelan – pelan sambil I.V Catheter
didorong masuk sampai pangkalnya
14. Sebelum melepas madirn, tekan ujung vena Catheter dengan jari, lepas madirnnya kemudian disambungkan
ke pangkal I.V Catheter dengan infus set
- Letakkan plester dibawah sayap, kemudian lipatkan diatas sayap searah dan sejajar ujung I.V Catheter
- Letakkan plester kedua diatas pangkal I.V Catheter dan sayap dengan posisi melintang
- Letakkan plester dibawah pangkal I.V Catheter silangkan diatasnya (plester jangan sampai menutuo luka
tusukan I.V Catheter)
- Tutup dengan kasa steril dan dekatkan dengan plester sesuai kebutuhan
16. Tuliskan tanggal pemasangan I.V Catheter pada plester penutup kasa
IRIGASI TELINGA
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk membersihkan telinga dengan air hangat untuk mengeluarkan serumen
atau corpus alenium
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
1. Spuit besar
3. Pinset telinga
4. Bengkok
6. Handuk
8. Handuk
b. Persiapan pasien
2. Pelaksanaan
4. Kain pengalas dan bengkok diletakkan diatas bahu, dibawah telinga yang akan di bersihkan
6. Dengan menggunakan tangan kiri perawat daun telinga di tarik ke atas dan sedikit ke belakang. Bengkok
di taruh di bawah telinga
7. Ujung spuit di taruh di ujung liang telinga dan lakukan penyemprotan dengan hati-hati ke bagian siisi atas
bagian telinga
9. Setelah bersih lubang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas yang di pegang dengan
menggunakan pinset telinga dan daerah sekitar telinga di keringkan dengan handuk
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan obat pada mata dalam bentuk cair
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
2. Buku obat
3. Tupres (kapas)
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan
· Tangan kanan di dahi pasien, pegang penetes mata berisi obat +- 1-2 cm diatas sakus konjungtiva dan
tangan kiri tarik kelopak mata ke bawah
· Jika tetesan jatuh, usap dengan menggunakan tupres kering dan tekan dengan lembut pada duktus
nasolkrimalis selam 30-60 detik
8. Dokumentasikan tindakan
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan obat mata dalam bentuk salep
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
1. Salep mata
2. Buku obat
3. Tupres (kapas)
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan
· Pgang aplikator salep mata dari dalam keluar dengan menggunakan kapas steril
· Pencet tube sehinggga menberika aliran sepanjang tepi dalam kelopak mata
7. Dokumentasikan tindakan
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
1. Supositoria rectal
2. Jelly pelumas
4. Tisu
5. Bengkok
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan
3. Identifikasi pasien
4. Menawarkan pasien untuk buang air kecil atau buang air besar
5. Atur posisi pasien sim kanan atau kiri dengan tungkai bawah fleksi ke depan
6. Membebaskan pakaian bagian bawah pasien dan di tutup dengan menggunakan selimut mandi
9. Buka suppositoria dari kemasan dan beri pelumas pada ujung dar bulatnya. Beri pelumas pada bagian
ujung bulatnya. Beri pelumas padajari telunjuk tangan yang dominan anda
10. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut untuk merileksasikan sfingter ani
11. Regangkan bokong dengan tangan yang tak dominan. Dengan jari telunjuk tersarungi, masukkan
supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm
pada bayi dan anak –anak
12. Tarik jari dan bersihkan bagian anal
13. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring miring selama 5-10 menit
UJI TOUNIQUET
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam melakukan pemeriksaan orang yang
diduga menderita DHF
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
1. Tensi meter
2. Stetoskop
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan
2. Periksan tekanan darah pasien dengan menggunakan stetoskop dan tensi meter
6. Catat berapa banyak bintik-bintik di tubuh pasien yaitu pada kulit lengan bawah bagian media pada
sepertiga proksimal (3 jari di bawah mangset)
7. Lepas mangset dari lengan
Pengertian
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
Prosedur Uraian
Persiapan alat
1. Handschoen
2. Nald Fuder
3. Pinset Chirurrgis
4. Jarum (Needle)
5. Benang
6. Gunting
7. Bengkok
8. Bak instrument
9. Perlak
10. Plester
11. Depress
16. Spuit
Persiapan pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur yang akan di lakukan.
2. Pasang sketsel
Pelaksanaan
2. Menutup sketsel
4. Pasang perlak
5. Dekatkan bengkok
7. Pakai Handschoen
11. Cek kondisi yang telah di anestesi, masih nyeri apa tidak
18. Simpul dengan cara menggulung benang pada ujung nald voder
19. Gunakan simpul pendek dengan satu simpul, lalu benang di potong
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melepas jahitan yang dilakukan pada hari ke 5 – 7, sesuai dengan
penyembuhan
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
Prosedur Uraian
Persiapan alat
1. Bak instrument
2. Pinset Chirugis
3. Pinset Anatomis
4. Gunting Hetting Up
5. Kasa
6. Depress
7. Sofratul
8. Bengkok
9. Plester
11. Alkohol
Persiapan pasien
2. Pasang sketsel
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Tutup sketsel
4. Pasang perlak
5. Lepas plester/verband
8. Desinfecksi luka
11. Tarik sedikit keatas, kemudian gunting jahitan tepat di bawah simpul yang berdekatan dengan kulit
19. Dokumentasikan
Pengertian
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
2. Memberikan rasa aman & nyaman kepada pasien dan orang lain
Prosedur Uraian
Persiapan alat
Alat steril
2. Handschoen
3. Depress
4. Kasa steril
5. Sofratul
Alat on steril
3. Plester
5. Bengkok
6. Gunting lurus
Persiapan pasien
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Alat-alat di dekatkan
3. Pakai handschoen
8. Observasi luka
15. Dokumentasikan
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan immobilisasi ekstermitas yang cidera dengan dugaan patah
tulang/dislokasi dengan splint atau bidai
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam tindakan mencegah
terjadinya pergerakan dari ujungtulang yang patah dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada otot saraf dan
pembuluh darah dari ekstrimitas yang patah
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
1. Bidai sesuai dengan kebutuhan (panjang dan jumlah) berikan pengalas dari kapas
2. Kasa gulung
3. Gunting
4. Kasa steril
5. Plester
6. Hand scoon
7. Bengkok
8. Bantal
9. Sampiran
b. Persiapan pasien
b. Pasang sampiran
c. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
4. Berikan penjelesan pada pasien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
5. Bagian ekstermitas yang cidera harus kelihatan seluruhnya, pakaian harus di lepas, bila mana perlu
digunting
6. Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal dari tempat cidera sebelum
pemasangan bidai
7. Jika ekstermitas tampak sangat dan nadi tampak tidak ada, coba luruskan dengan tarikan secukupnya,
tetapi bila terasa ada tahanan jangan diteruskan, pasang bidai dlam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi
8. Bila curiga ada dislokasi pasang bantal atas bawah, jangan mencoba untuk diluruskan
9. Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan kapas steril dan jangan
memasukkan tulang yang keluar tersebut, kemudian pasang kembali bidai dengan melewati 2 buah sendi
10. Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal dari tempat cidera setelah
pemasangan bidai
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan tindakan pengambilan darah dari vena mengguanakan
dissposible spuit
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam mengambil darah yang
digunakan sebagai sempel atau bahan pemeriksaan laboratorium
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
2. Alkohol
3. Disposible spuit
4. Sarung tangan
5. Perlak
6. Torniquet
7. Botol steril
8. EDTA
10. Bengkok
b. Persiapan pasien
2. Pasang sampiran
c. Pelaksanaan
3. Dekatkan alat-alat
4. Cuci tangan
8. Pasang torniquet
10. Ulang 2-3 kali sampai bersih dan tunggu sampai kering
11. Lakukan penusukan pada pembuluh darah vena dengan disposible spuit dan jarum menghadap ke atas
15. Tarik spuit dengan cepat dan tutup bekas luka tusukan tersebut dengan menggunakan kapas alkohol
PENANGANAN PERDARAHAN
Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan pencegahan timbulnya perdarahan lebih lanjut
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
2. Untuk mempertahankan volume darah & sirkulasi yang adequat untuk oksigenasi
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
6. Gunting verband
7. Plester
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan
5. Buka pakaian pasien bila menutupi daerah yang mengalami perdarahan dengan gunting dan pasang duk /
underpad steril dibawahnya
6. Kaji luka dan identifikasi asal luka,apakah dari vena atau arteri
a. Arteri : lihat apakah keluarnya perdarhan memancr, adanya pulsasi atau denyutan dan warna darah merah
segar
1. Ambil kasa steril, langsung, tekan pada daerah perdarahan dan lakukan pembebatan
3. Siapkan arteri klem han hecting set untuk tindakan dokter bila diperlukan
1. Ambil kasa steril sesuai kebutuhan, lakukan penekanan kemudian balut dengan perban
a. Ambil kasa steril sesuai dengan kebutuhan, langsung tekan pada lokasi perdarahan, kemudian bebat
dengan perban
b. Setelah itu pasang spalk / bidai anatara dua sendi ekstremitas yang fraktur
8. Cek nadi pada bagian distal dari cedera, kehangatan, sensoris, capilarry refill test, motorik bila perdarahan
terjadi pada ektremitas
9. Cek apakah pedarahan sudah berhenti, jika perdarahan masih terus berlangsung, kasa dekat luka yang
telah penuh dengan darah jangan diambil tetapi berikan tambahan kasa steril dan pertahankan tekanan serta
tinggikan ekstremitas yang cedera
POSISI PRONASI
Pengertian
Memposisikan pasien berbaring di telungkup diatas tempat tidur dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
3. Membantu drainage dari lutut sehingga berguna bagi pasien pascaoperasi mulut dan tenggorokan.
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
a. Persiapan pasien
b. Pelaksanaan
1. Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan transmisi mikroorganisme).
4. Posisikan kedua lengan dekat dengan tubuh dengan siku lurus dan tangan diatas paha. Miringkan pasien
kearah tengah tempat tidur, kemudian posisikan tengkurap.
a. Memberikan posisi pada pasien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
5. Putar kepala pasien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Jika banyak drainage dari mulut,
mungkin pemberian bantal dikontraindikasikan.
a. Hal ini mencegah fleksi lateral leher. Hindari meletakkan bantal dibawah bahu untuk mencegah
peningkatan resiko lordosis lumbal.
6. Letakkan bantal dibawah dada (mencegah hiperekstensi kurva lumbal,kesulitan pernapasan penekanan
pada payudara wanita).
a. Mengurangi fleksi plantar, memfleksikan lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan
yang berlebihan pada patella.
8. Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralysis ekstremitas atas, elevasikan tangan dan lengan bawah
(bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal.
a. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan di bawah
lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu).
POSISI SUPINASI
Pengertian
Memposisikan pasien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal.
Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan siswa kompetensi keperawatan yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :
2. Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
Prosedur Uraian
a. Persiapan alat
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan
1. Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan transmisi mikroorganisme).
5. Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.
8. Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralysis ekstremitas atas, elevasikan tangan dan lengan bawah
(bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal.
a. (Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan di
bawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu).
PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya: oral, parenteral, rectal,
vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung dengan menggunakan prinsip 5 tepat (tepat nama pasien , nama obat,
dosis obat, cara pemberian dan waktu pemberian) dan 1 waspada.
Pemberian obat melalui oral merupakan pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,
dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan jenis obat.
Persiapan alat:
1. Obat-obatan
2. Tempat obat
Langkah-langkah
· Mencuci tangan
· Mengambil obat-obatan
· Menyiapkan obat dengan tepat menurut daftar obat (obat masih dalam kemasan)
· Mencuci tangan
· Mengambil daftar obat kemudian obat diteliti kembali sambil membuka bungkus obat.
· Menuangkan obat cair kedalam gelas obat, jaga kebersihan etiket obat
· Membawa obat dan daftar obat ke pasien sambil mencocokan nama pada tempat tidur dengan nama
daftar obat
· Memastikan pasien benar dengan meanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
· Memberi obat satu per satu ke pasien sambil menunggu sampai pasien selesai minum
c. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil
peberian obat
d. Mencuci tangan
Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik melalui jaringan,
kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan
dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.
Persiapan
Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
4. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya.
5. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut
seluruhnya.
Pemberian obat intra kutan merupakan cara memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan
kulit.Pemberian obat dengan cara ini mempunyai efek local. Tujuannya adalah untuk melakukan tes terhadap
reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Lokasi dipilih sehingga reaksi inflamsi dapat diamati. Daerah
yang lebih disukai dalah yang tidak banyak mengandung pigmen, berkeratin tipis, dan tidak berambut seperti
permukaan ventral dari lengan bawah, daerah klavikula pada dada, daerah scapula pad punggung, dan
permukaan medial paha.
Persiapan alat
1. Spuit 1 cc
3. Alat tulis
4. Obat injeksi
5. Daftar obat
6. Piala ginjal
8. Cairan pelarut
9. Perlak dan alasnya
Langkah-langkah
1. Mencuci tangan
4. Memasang perlak
12. cuci tangan dan catat hasil pemberian obat, tanggal dan waktu, serta jenis obat.
Pemberian obat melalui subkutan (SC) adalah pemberian obat melalui suntikan kebawah kulit yang dapat
dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau sepertiga bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada,
dan daerah sekitar umbilicus (abdomen). Pemberian obat melalui SC memiliki efek sistemmik. Lokasi untuk
suntikan dipilih dimana terdapat bantalan lemak dengan ukuran memadai. Pemberian obat dengan cara ini pada
umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunkan untuk mengontrol kadar gula darah.
Persiapan alat:
1. Spuit
3. Obat injeksi
5. Bak injeksi
6. Bengkok
Langkah-langkah
1. Mencuci tangan
4. Menentukan lokasi
7. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan hingga habis
8. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol. Masukkan spuit yang telah terpakai kedalam bengkok
9. Membereskan alat
Pemberian obat melalui intravena langsung (IV) adalah pemberian obat yang dilakukan melalui vena,
diantaranya vena mediana cubiti/ cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), dan vena
frontalis / temporalis (kepala) dengan tujuan untuk memberikan obat dengan rekasi cepat dan langsung masuk
ke pembuluh darah.
Persiapan alat:
1. Spuit
3. Obat injeksi
5. Bak injeksi
6. Bengkok
8. Torniquet
9. K/P plester
Langkah-langkah
1. Cuci tangan
6. Melakukan pembendungan vene dengan torniquet pada bagian atas daerah/ lokasi pungsi.
9. Lakukan aspirasi, bila ada darah masukkan obat perlahan-lahan hingga habis
10. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol kalau perlu diplester.
Persiapan Alat :
1. Spuit
3. Wadah cairan.
4. Kapas alcohol
Langkah-langkah
1. Cuci tangan
3. Periksa indentitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan
obat perlahan-lahan.
7. Tarik spuit kemudian jalankan kembali aliran serta periksa kecepatan infus.
8. Cuci tangan.
Peralatan
1. Spuit.
3. Selang intravena.
4. Kapas alcohol.
Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
3. Periksa indentitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah selang intravena
dan masukkan obat perlahan-lahan.
7. Tarik spuit kemudian jalankan kembali aliran serta periksa kecepatan infus.
8. Cuci tangan.
Pemberian obat IM merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan
otot. Pemberian obat dengan cara ini mempunyai efek sistemik. Biasanya efek obat lebih cepat terjadi daripada
pemberian obat melalui SC. Lokasi penyuntikan adalah pada daerah dengan ukuran otot yang memadai dan
terdapat sedikit syaraf/pembuluh darah yang besar, seperti pada paha (Vastus Lateralis), Ventro Gluteal (dengan
posisi berbaring), Dorso Gluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
Peralatan
1. Spuit.
3. Kapas alcohol.
4. Cairan pelarut.
5. Bak injeksi.
6. Bengkok.
Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
3. Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan pada bak injeksi.
7. Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah, masukkan obat secara perlahan-lahan.
9. Membereskan alat-alat.
Pemberian obat melalui anus/rectum (suppositoria) dilakukan dengan cara memasukkan obat melalui
anus/rekktum.
Tujuan
3. Merangsang BAB
Peralatan
3. Kain kasa.
4. Vaselin/pelicin/pelumas.
5. Kertas tisu.
6. Bengkok.
Langkah-langkah
1. Cuci tangan
8. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan obat sambil menyuruh pasien menarik nafas
panjang. Selama 20 menit pasien istirahat baring.
9. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu,.
Pemberian obat yang melalui vagina bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran
vagina/ servix.
Peralatan
2. Sarung tangan
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Pelicin/pelumas.
6. Pengalas/handuk bawah.
7. Bengkok
Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
8. Renggangkan labia minora agar tampak meatus vagina dengan tangan kiri
9. Masukan obat sepanjang dinding kanal vagina posterior sampai 8-10 cm atau sedalam mungkin.
11. Memberikan supine selama 5-10 menit, meninggikan panggul dengan 1 bantal.
a. Kulit
Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Obat ini dapat berupa krem, lotion, aerosol, dan sprey.
Peralatan
3. Kasa steril
4. Bengkok.
Langkah-langkah
1. Cuci tangan
6. Cuci tangan
b. Mata
Pemberian obat dengan cara meneteskan atau mengoleskan obat pada mata.
Peralatan
1. Bengkok.
2. Kapas.
3. Obat
4. K/P pipet.
Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
5. Meneteskan obat tetes mata pada permukaan konjungtiva kelopak mata bawah.
7. Apabila obat mata jenis salep, pegeng aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian tekan salep
sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.. Setelah selesai anjurkan pasie untuk melihat
ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk
memejamkan mata dan mengerakkan kelopak mata.
8. Membereskan alat.
9. Cuci tangan.
c. Telinga
Pemberian obat yang dilakukan dengan meneteskan atau mengoleskan obat pada telinga. Pada umumnya obat
ini diberikan pada gangguan infeksi telinga (misal, otitis).
Peralatan
1. Kapas bulat.
2. Handuk.
5. Bengkok.
Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
3. Membantu pasien dalam posisi tidur miring, telinga yang sakit mengerah ke atas.
8. Menetesi obat melalui sisi atau dinding telinga untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara, sesuai
dosis yang ditentukan.
d. Hidung
Pemberian obat yang dilakukan dengan meneteskan obat pada hidung. Pada umumnya dilakukan pada
seseorang yang mengalami keradangan hidung (rhinitis) atau naso pharing.
Peralatan
1. Handuk
2. Kapas/tisu.
3. Bengkok.
4. K/P pipet.
Langkah-langkah
1. Cuci tangan.
3. Pasien diberi sikap berbaring tengadah dengan kepala lebih rendah dari bahu.
5. Menetesi hidung :
b. Pasien dianjurkan untuk tengadah atau berbaring selama 5-10 menit supaya obat tidak mengalir keluar.
8. Cuci tangan.
Pengertian
Pemberian obat oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
Tujuan Pemberian
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera diatasi
I. Tahap Persiapan
A. Persiapan Pasien
B. Persiapan Lingkungan
C. Persiapan alat
7. Sedotan
8. Sendok
9. Pipet
A. Pengetahuan
2. Menjelaskan jenis dan bentuk obat yang dapat diberikan melalui mulut serta waktu pemberiannya
B. Sikap
1. Telita
2. Disiplin
3. Motivasi
4. Kerja sama
5. Tanggung jawab
6. Komunikasi
7. Kejujuran
8. Penampilan Fisik
C. Prosedur kerja
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya program tahan
makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa
tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang
berwenang atau dokter yang meminta.
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)
5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan
tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
1. Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
2. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
3. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan
lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum
menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
1. Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah
berubah warna atau menjadi lebih keruh.
2. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol
bagian dalam.
3. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi
label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
5. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup
botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
6. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk
mengambilnya dari botol.
b. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
c. Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu
mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
d. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah
bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
e. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana.
Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
f. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci
tangan.
PENGERTIAN
Melakukan tindakan perawatan melepaskan kateter uretra dari
kandung kemih
KEBIJAKAN
PETUGAS Perawat
PERALATAN
1. Pinset chirurgis
2. Kassa
3. Wash bensin
4. Lidi kapas
5. Sarung tangan
6. Spuit 10 atau 20 cc
7. Bengkok
PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
pasien
C. Tahap Kerja
D. Tahap Terminasi
4. Mencuci tangan
keperawatan
PENGERTIAN
KEBIJAKAN
1. Pasien baru
PETUGAS Perawat
PERALATAN
1. Tensimeter
2. Termometer
3. Stetoskop
4. Alat tulis
PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
2. Mencuci tangan
B. Tahap Orientasi
keluarga/pasien
dilakukan
C. Tahap Kerja
mungkin
perlu)
D. Tahap Terminasi
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
PENGERTIAN
TUJUAN
1. Mencegah infeksi
2. Membantu penyembuhan luka
PETUGAS Perawat
PERALATAN
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand
4. Kasa steril
5. Kom: 3 buah
1. Sarung tangan
2. Gunting plester
3. Plester/perekat
5. Desinfektant
6. NaCl 0,9 %
8. Verband
PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap PraInteraksi
2. Mencuci tangan
B. Tahap Orientasi
keluarga/pasien
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
jelas
3. Membuka peralatan
mengeluarkan pus
kasa
D. Tahap Terminasi
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
TUJUAN
maupun uterus
PETUGAS Perawat
PERALATAN
2. Kapas
3. Handuk besar: 2 buah
4. Peniti: 2 buah
6. Waslap: 2 buah
7. Bengkok
PROSEDUR
PELAKSANAAN
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
klien/keluarga
kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
berbeda
9. Pispot diambil
telunjuk kiri
salep/betadine
D. Tahap Terminasi
4. Mencuci tangan