Anda di halaman 1dari 40

Standar Penyuluhan Penyakit TB

1. Pengertian :

Menyampaikan informasi berupa pesan atau pemikiran dari pihak pemberi pesan/sumber informasi kepada
pihak lain/penerima pesan dengan cara tertentu.

2. Tujuan :

a. Menambah wawasan/pengetahuan tentang penyakit TBC

b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TBC.

3. Prosedur :

a. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada,
meliputi :

1). Mentujuan tujuan penyuluhan

2). Menentukan sasaran penyuluhan ( Toma, Masyarakat umum, Kader Posyandu, Penderita, Keluatga
penderita atau PMO ).

3). Menentukan tempat penyuluhan ( di Unit Pelayanan Kesehatan atau di Luar Unit Pelayanan Kesehatan ).

4). Menentukan waktu penyuluhan yang disesuaikan dengan situasi tempat, sasaran dan pelaksanaan
penyuluhan.

5). Menentukan metode penyuluhan (ceramah, tanya jawab atau diskusi) sesuai dengan jenis penyuluhan,
apakah penyuluhan langsung perorangan, kelompok atau mayarakat/massa.

6). Alat bantu/media yang digunakan ( media cetak seperti poster, lembar balik atau media elektronik seperti
pemutaran film ).

7). Menentukan biaya yang digunakan

8). Materi penyuluhan sesuai dengan tujuan penyuluhan dan sasaran.

b. Pelaksanaan penyuluhan :

1). Penyuluhan TBC diaksanakan di dalam gedung UPK dengan cara :

a) Penyuluhan langsung perorangan sasarannya : penderita TBC, keluarga penderita atau PMO.

b) Penyuluhan langsung kelompok sasarannya : kelompok penderita bersama keluarganya dan PMO

c) Penyuluhan tidak langsungseperti menepelkan poster dan broser TB.

2). Penyuluhan TBC diaksanakan di luar gedung UPK dengan cara :

a) Penyuluhan perongan dirumah penderita.

b) Penyuluhan kelompok di posyandu.

c. Mengevaluasi penyuluhan :

1). Terpaicanya tujuan yang diharapkan

2). Adanya perubahan prilaku penderita

3). Bertambahnya wawasan/pengetahun tentang penyakit TBC.


STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MELAKUKAN INJEKSI

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan injeksi / suntik yang merupakan tindakan memasukkan
obat kedalam tubuh pasien lewat alat suntik yang dimasukkan kedalam tubuh : sedalam kulit (ic), sedalam
bawah kulit (sc), sedalam otot (im), sampai menembus vena (iv)

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat akan melaksanakan praktek klinik dalam memasukkan obat ke dalam
tubuh pasien dengan menggunakan suntik

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Spuit injeksi sesuai dengan pengguaan

2. Kapas alkohol

3. Obat injeksi sesuai perintah dokter

4. Torniquet

5. Bantal pengalas

6. Bak injeksi

b. Persiapan pasien

1. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dilakukan tindakan tersebut dilakukan

1. Pelaksanaan injeksi ic

1. Isi spuit injeksi dengan obat yang telah ditentukan

2. Perawat cuci tangan dan memakai hand scoon

3. Permukaan kulit di disinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%

4. Renggangkan permukaan kulit dengan menggunakan tangan kiri

5. Masukkan jarum pada permukaan kulit dengan sudut 15-29 derajat dengan lubang menghadap ke atas

6. Masukkan obat pelan-pelan supaya permukaan kulit yang disuntik mengembung

7. Setelah obat masuk, spuit ditarik dengan cepat

8. Bekas suntikan tidak boleh di tekan dengan kapas alkohol

2. Injeksi sC

1. Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2. Permukaan kulit di disinfeksi dengan kapas alkohol

3. Angkat sedikit perukaan kulit dengan tangan kiri


4. Masukkan jarum ke bawah kulit denga sudut 45 derajat dengan lubang jarum menghadap keatas

5. Penghisap spuit ditarik, apakah ada darah atau tidak

6. Bila ada darah obat tidak boleh dimasukkan

7. Bila tidak ada darah obat dimasukkan perlahan lahan

8. Setelah obat masuk, spuit ditarik dengan cepat dan bekas jarum di tutup dan ditekan dengan cepat dengan
menggunakan kapas alkohol

3. Injeksi im

1. Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2. Permukaan kulit di disinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol

3. Permukaan kulit sedikit direnggangkan

4. Masukkan jarum tegak lurus dengan sudut 90 derajat dipermukaan kulit

5. Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat ada darah atau tidak

6. Bila ada darah obat jangan di masukkan

7. Bila tidak ada darah obat di masukkan perlahan lahan

8. Setelah obat masuk semua, spuit ditarik dengan cepat dan bekas suntikan ditarik dan ditekan dengan kapas
alkohol

4. Injeksi iv

1. Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2. Tentukan pembuluh darah yang akan di suntik

3. Lakukan pembendungan darah proksimal dengan menggunakan torniquet

4. Permukaan kulit di disinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol

5. Pasang pengalas di bagian bawah tempat yang akan di suntik

6. Jarum di suntikkan dengan sudut 45 derajat dan denga ujung jarum menghadap ke atas

7. Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat apakah ada darah atau tidak

8. Bila tidak ada darah, obat jangan di masukkan

9. Bila ada darah,obat dimasukkan perlahan lahan

10. Setelah obat masuk semua, jarum di cabut dengan cepat dan bekas tusukan jarum di tutup dengan
menggunakan kapas alkohol

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMASANGAN INFUS

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan cairan infus yang merupakan tindakan memasukkan
cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus
set

Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam memberi cairan infus
dengan menggunakan infus set

Prosedur Uraian

a. Persiapan Alat :

1. Standart infus

2. Cairan yang akan diberikan

3. Infus set

4. Kapas steril / lidi waten steril

5. Alkohol 70% dalam botol spray steril

6. Kasa steril

7. Gunting

8. Plaster

9. Pengalas

10. Bengkok

11. Tomiquet

12. Povidon iodine dalam botol spray botol steril

13. Korentang dalam tempatnya

14. Handschoen steril

15. Alat pencukur

16. IV Catheter

b. Persiapan pasien & lingkungan

Penderita dan keluarga diberi penjelasan

tindakan yang akan dilakukan

c. Pelaksanaan

1. Cuci tangan dengan air mengalir

2. Siapkan area yang akan dipasang infus

3. Cukur area bila ada bulu

4. Periksa ulang cairan yang akan diberikan

5. Tusukkan slang infus pada botol cairan

6. Keluarkan udara dari slang infus

7. Pasang pengalas

8. Pakai handschoen steril

9. Pilih dan pastikan vena yang akan ditusuk (utamakan vena bagian distal / sesuai kondisi pasien)
10. Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas steril yang diberi povidone
iodine, kemudian ulangi desinfeksi dengan menggunakan kapas steril yang sudah diberi alkohol. Kegiatan
desinfeksi tersebut dilakukan dengan gerakan melingkar keluar sampai diameter 6 – 8 cm, bila daerah incersi
kotor bisa diulangi 2 – 3 kali

11. Pasang tomiquet diatas lokasi penusukan

12. Masukkan I.V Catheter pada vena yang telah ditentukan dengan sudut 10° - 30° dengan lubang jarum
menghadap ke atas

13. Setelah I.V Catheter masuk vena, tomiquet dilepas, mandirn ditarik pelan – pelan sambil I.V Catheter
didorong masuk sampai pangkalnya

14. Sebelum melepas madirn, tekan ujung vena Catheter dengan jari, lepas madirnnya kemudian disambungkan
ke pangkal I.V Catheter dengan infus set

15. Pemasangan fiksasi :

a. I.V Catheter bersayap

- Letakkan plester dibawah sayap, kemudian lipatkan diatas sayap searah dan sejajar ujung I.V Catheter

- Letakkan plester kedua diatas pangkal I.V Catheter dan sayap dengan posisi melintang

b. I.V Catheter tanpa sayap

- Letakkan plester dibawah pangkal I.V Catheter silangkan diatasnya (plester jangan sampai menutuo luka
tusukan I.V Catheter)

- Letakkan plester ke 2 dibelakan plester pertama diatas pangkal I.V Catheter

- Tutup dengan kasa steril dan dekatkan dengan plester sesuai kebutuhan

16. Tuliskan tanggal pemasangan I.V Catheter pada plester penutup kasa

17. Hitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan

18. Perhatikan reaksi pasien

19. Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah tetesan

20. Pasien dirapikan

21. Alat – alat dibereskan

22. Ganti kasa bila tampak kotor

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

IRIGASI TELINGA

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk membersihkan telinga dengan air hangat untuk mengeluarkan serumen
atau corpus alenium

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Membersihkan liang telinga dari kotoran

Prosedur Uraian
a. Persiapan alat

1. Spuit besar

2. Kom berisi air hangat

3. Pinset telinga

4. Bengkok

5. Kapas dalam tempatnya

6. Handuk

7. Perlak dan pengalas

8. Handuk

b. Persiapan pasien

1. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

2. Pelaksanaan

1. Perawat cuci tangan

2. Pasien duduk dengan posisi kepala di miringkan sesuai dengan kebutuhan

3. Alat-alat didekatkan kepada pasien

4. Kain pengalas dan bengkok diletakkan diatas bahu, dibawah telinga yang akan di bersihkan

5. Spuit di isi dengan air hangat

6. Dengan menggunakan tangan kiri perawat daun telinga di tarik ke atas dan sedikit ke belakang. Bengkok
di taruh di bawah telinga

7. Ujung spuit di taruh di ujung liang telinga dan lakukan penyemprotan dengan hati-hati ke bagian siisi atas
bagian telinga

8. Penyemprotan dilakukan beberapa kali sampai bersih

9. Setelah bersih lubang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas yang di pegang dengan
menggunakan pinset telinga dan daerah sekitar telinga di keringkan dengan handuk

10. Pasien dirapikan perawat cuci tangan

11. Dokumentasikan tindakan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN OBAT TETES MATA

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan obat pada mata dalam bentuk cair
Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Mengobati gangguan mata

2. Mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata

3. Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata

4. Mencegah kekeringan mata

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Obat tetes mata

2. Buku obat

3. Tupres (kapas)

4. Penutup mata jika perlu

b. Persiapan pasien

1. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

c. Pelaksanaan

1. Perawat cuci tangan

2. Periksa untuk memastikan nam obat, dosis, waktu pemberian

3. Identifikasi pasien dengan benar dan tepat

4. Atur posisi pasien, telentang duduk dengan hiper ekstensi leher

5. Bersihkan kelopak mata dengan menggunakan kapas steril

6. Minta pasien untuk melihat langit-langit

7. Teteskan obat dengan cara :

· Tangan kanan di dahi pasien, pegang penetes mata berisi obat +- 1-2 cm diatas sakus konjungtiva dan
tangan kiri tarik kelopak mata ke bawah

· Teteskan obat di sakus konjungtiva sesuai dengan ketentuan dari dokter

· Anjurkan pasien untuk menutup (berkedip) dengan pelan

· Jika tetesan jatuh, usap dengan menggunakan tupres kering dan tekan dengan lembut pada duktus
nasolkrimalis selam 30-60 detik

8. Dokumentasikan tindakan

SOP PEMBERIAN SALEP MATA

Pengertian
Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan obat mata dalam bentuk salep

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Mengobati gangguan mata

2. Mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata

3. Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Salep mata

2. Buku obat

3. Tupres (kapas)

4. Penutup mata bila perlu

b. Persiapan pasien

1. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

c. Pelaksanaan

1. Perawat cuci tangan

2. Periksa untuk memastikan nam obat, dosis, waktu pemberian

3. Identifikasi pasien dengan benar dan tepat

4. Atur posisi pasien, telentang duduk dengan hiper ekstensi leher

5. Bersihkan kelopak mata dengan menggunakan kapas steril

6. Minta pasien untuk melihat langit-langit

· Pgang aplikator salep mata dari dalam keluar dengan menggunakan kapas steril

· Pencet tube sehinggga menberika aliran sepanjang tepi dalam kelopak mata

· Anjurkan pasien untuk melihat ke bawah

· Buka kelopak mata bagian atas

· Biarkan pasien memejamkan mata

7. Dokumentasikan tindakan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBERIAN OBAT SUPPOSITORIA


Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memasukkan obat melalui anus

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Memperoleh efek pengobatan secara lokal maupun sistemik

2. Melunakkan feces sehingga mudah di keluarkan

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Supositoria rectal

2. Jelly pelumas

3. Sarung tangan steril

4. Tisu

5. Bengkok

b. Persiapan pasien

1. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

c. Pelaksanaan

1. Perawat cuci tangan

2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip “lima benar”

3. Identifikasi pasien

4. Menawarkan pasien untuk buang air kecil atau buang air besar

5. Atur posisi pasien sim kanan atau kiri dengan tungkai bawah fleksi ke depan

6. Membebaskan pakaian bagian bawah pasien dan di tutup dengan menggunakan selimut mandi

7. Meletakkan piala ginjal pada bawah anus

8. Perawat cuci tangan

9. Buka suppositoria dari kemasan dan beri pelumas pada ujung dar bulatnya. Beri pelumas pada bagian
ujung bulatnya. Beri pelumas padajari telunjuk tangan yang dominan anda

10. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut untuk merileksasikan sfingter ani

11. Regangkan bokong dengan tangan yang tak dominan. Dengan jari telunjuk tersarungi, masukkan
supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm
pada bayi dan anak –anak
12. Tarik jari dan bersihkan bagian anal

13. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring miring selama 5-10 menit

14. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok

15. Rapikan pasien dan lingkungannya

16. Cuci tangan

17. Kaji respon pasien

18. Dokumentasikan tindakan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

UJI TOUNIQUET

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa dalam melakukan pemeriksaan orang yang
diduga menderita DHF

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Untuk mengetahui adanya perdarahan di bawah kulit

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Tensi meter

2. Stetoskop

b. Persiapan pasien

1. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan

c. Pelaksanaan

1. Perawat cuci tangan

2. Periksan tekanan darah pasien dengan menggunakan stetoskop dan tensi meter

3. Tetapkan tekan sistolik dan diastolik

4. Tetapkan besarnya kuncian yaitu sistole di tambah dengan diastole di bagi 2

5. Pertahankan selam 5-10 menit

6. Catat berapa banyak bintik-bintik di tubuh pasien yaitu pada kulit lengan bawah bagian media pada
sepertiga proksimal (3 jari di bawah mangset)
7. Lepas mangset dari lengan

8. Bereskan alat dan rapikan kembali pasien

9. Cuci tangan dan dokumentasikan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

RAWAT LUKA ON STERIL

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk merawat luka on steril

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Menyatukan luka terbuka dengan menggunakan jarum dan benang(Zyde)

2. Mempercepat proses penyembuhan luka

3. Mencegah terjadinya infeksi

Prosedur Uraian

Persiapan alat

1. Handschoen

2. Nald Fuder

3. Pinset Chirurrgis

4. Jarum (Needle)

5. Benang

6. Gunting

7. Bengkok

8. Bak instrument

9. Perlak

10. Plester

11. Depress

12. Sofratul(kasa steril dengan antibiotik)

13. Providone iodine

14. Doek berlubang

15. Pinset anatomis

16. Spuit

17. Anestetik lokal

18. Kasa steril


19. Plester

20. Kasa gulung

Persiapan pasien

1. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur yang akan di lakukan.

2. Pasang sketsel

3. Atur posisi klien sesuai dengan kondisi luka

Pelaksanaan

1. Perawat cuci tangan

2. Menutup sketsel

3. Mendekatkan alat ke dekat pasien

4. Pasang perlak

5. Dekatkan bengkok

6. Buka bak instrument

7. Pakai Handschoen

8. Desinfeksi kulit/luka dengan depress yang sudah diberi providone iodine

9. Tutup luka dengan duk berlubang

10. Lakukan anastesi local

11. Cek kondisi yang telah di anestesi, masih nyeri apa tidak

12. Jepit jarum pada nald foder

13. Potong benang secukupnya

14. Pasang benang pada jarum nya

15. Angkat tepi kulit dengan menggunakan pinset chirugis

16. Angkat sisi tepi kulit satunya

17. Tarik ujung jarum dan sisakan benang secukupnya

18. Simpul dengan cara menggulung benang pada ujung nald voder

19. Gunakan simpul pendek dengan satu simpul, lalu benang di potong

20. Berikan jarak masing-masing jahitan 1 cm

21. Lakukan sampai luka tertutup semua

22. Tutup luka dengan Sofratul(kasa steril), kemudian plester/verban

23. Rapikan alat

24. Lepas handschoen

25. Cuci tangan

26. Dokumentasikan(kondisi luka, jumlah jahitan, jenis jahitan, reaksi klien)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

RAWAT LUKA ON STERIL


Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melepas jahitan yang dilakukan pada hari ke 5 – 7, sesuai dengan
penyembuhan

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Mempercepat proses penyembuhan luka

2. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus Alinum

Prosedur Uraian

Persiapan alat

1. Bak instrument

2. Pinset Chirugis

3. Pinset Anatomis

4. Gunting Hetting Up

5. Kasa

6. Depress

7. Sofratul

8. Bengkok

9. Plester

10. Gunting verband

11. Alkohol

12. Hand Schoen

Persiapan pasien

1. Pasien diberi tahu tentang prosedur yang akan di lakukan

2. Pasang sketsel

3. Atur posisi pasien

Pelaksanaan

1. Cuci tangan

2. Tutup sketsel

3. Posisikan pasien sesuai dengan letak luka

4. Pasang perlak
5. Lepas plester/verband

6. Pakai Hand schoen

7. Bersihkan bekas plester dengan depress yang sudah di beri alcohol

8. Desinfecksi luka

9. Lepas jahitan satu per satu selang- seling

10. Jepit simpul jahitan dengan pinset chirugis

11. Tarik sedikit keatas, kemudian gunting jahitan tepat di bawah simpul yang berdekatan dengan kulit

12. Bersihkan luka

13. Tutup luka dengan sofratul

14. Lepas Handschoen

15. Plester luka

16. Rapikan pasien

17. Rapikan alat

18. Cuci tangan

19. Dokumentasikan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

RAWAT LUKA STERIL

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka secara steril

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Mencegah terjadinya infeksi

2. Memberikan rasa aman & nyaman kepada pasien dan orang lain

Prosedur Uraian

Persiapan alat

Alat steril

1. Pinset anatomis 2 buah

2. Handschoen

3. Depress

4. Kasa steril

5. Sofratul

6. 3 buah cucing berisi (cairan Ns, providon iodine, alkohol)

Alat on steril

1. Pinset chirugis 2 buah


2. Gunting verband

3. Plester

4. Obat desinfektan pada tempatnya(antiseptic solution)

5. Bengkok

6. Gunting lurus

Persiapan pasien

1. Beri penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien

2. Tutup sketsel, atur posisi pasien

Pelaksanaan

1. Cuci tangan

2. Alat-alat di dekatkan

3. Pakai handschoen

4. Basahi plester dengan depress yang sudah di beri alcohol

5. Buka plester dengan menggunakan pinset chirugis, buang kedalam bengkok

6. Pinset yang sudah tidak steril langsung di buang ke bengkok

7. Bersihkan luka dengan cairan Ns, dari arah luar ke dalam

8. Observasi luka

9. Jika ada nanah bersihkan dengan menggunakan providon iodine

10. Kemudian di beri sofratul

11. Tutup luka dengan kasa steril

12. Kemudian plester

13. Lepas handschoen

14. Cuci tangan

15. Dokumentasikan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

IMMOBILISASI EKSTERMITAS YANG CIDERA DAN PATAH TULANG

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan immobilisasi ekstermitas yang cidera dengan dugaan patah
tulang/dislokasi dengan splint atau bidai

Tujuan
Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam tindakan mencegah
terjadinya pergerakan dari ujungtulang yang patah dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada otot saraf dan
pembuluh darah dari ekstrimitas yang patah

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Bidai sesuai dengan kebutuhan (panjang dan jumlah) berikan pengalas dari kapas

2. Kasa gulung

3. Gunting

4. Kasa steril

5. Plester

6. Hand scoon

7. Bengkok

8. Bantal

9. Sampiran

b. Persiapan pasien

a. Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan di laksanakan pada pasien

b. Pasang sampiran

c. Pelaksanaan

1. Cuci tangan

2. Pakai hand scoon

3. Dekatkan alat dengan pasien

4. Berikan penjelesan pada pasien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan

5. Bagian ekstermitas yang cidera harus kelihatan seluruhnya, pakaian harus di lepas, bila mana perlu
digunting

6. Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal dari tempat cidera sebelum
pemasangan bidai

7. Jika ekstermitas tampak sangat dan nadi tampak tidak ada, coba luruskan dengan tarikan secukupnya,
tetapi bila terasa ada tahanan jangan diteruskan, pasang bidai dlam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi

8. Bila curiga ada dislokasi pasang bantal atas bawah, jangan mencoba untuk diluruskan

9. Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan kapas steril dan jangan
memasukkan tulang yang keluar tersebut, kemudian pasang kembali bidai dengan melewati 2 buah sendi

10. Periksa nadi dan fungsi sensorik dan motorik ekstermitas bagian distal dari tempat cidera setelah
pemasangan bidai

11. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien


12. Lepas hand scone

13. Cuci tangan

14. Dokumentasikan di lembar penanganan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

IMMOBILISASI EKSTERMITAS YANG CIDERA DAN PATAH TULANG

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan tindakan pengambilan darah dari vena mengguanakan
dissposible spuit

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam mengambil darah yang
digunakan sebagai sempel atau bahan pemeriksaan laboratorium

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Mangkok berisi kapas steril

2. Alkohol

3. Disposible spuit

4. Sarung tangan

5. Perlak

6. Torniquet

7. Botol steril

8. EDTA

9. Label nama pasien, no reg, tgl, ruangan, jenis pemeriksaan

10. Bengkok

11. Blangko permintaan darah

b. Persiapan pasien

1. Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan di laksanakan pada pasien

2. Pasang sampiran

3. Atur posisi pasien

c. Pelaksanaan

1. Beri label pada botol steril dan disposible spuit


2. Atur posisi pasien

3. Dekatkan alat-alat

4. Cuci tangan

5. Pakai hand scone

6. Pasang alat dibawah tempat yang akan ditusuk

7. Tentukan pembuluh darah yang akan ditusuk

8. Pasang torniquet

9. Oleskan kapas alkohol permukaan kulit vena yang akan ditusuk

10. Ulang 2-3 kali sampai bersih dan tunggu sampai kering

11. Lakukan penusukan pada pembuluh darah vena dengan disposible spuit dan jarum menghadap ke atas

12. Lakukan inspirasi, bila keluar darah berarti penusukan benar

13. Lakukan penghisapan sesuai dengan yang di butuhkan

14. Lepas torniquet

15. Tarik spuit dengan cepat dan tutup bekas luka tusukan tersebut dengan menggunakan kapas alkohol

16. Beritahu pasien bila tindakan sudah selesai

17. Rapikan pasien dan bereskan alat-alat

18. Lepaskan sarung tangan

19. Lepas hand scone dan cuci tangan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENANGANAN PERDARAHAN

Pengertian

Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan pencegahan timbulnya perdarahan lebih lanjut

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Untuk mengontrol perdarahan

2. Untuk mempertahankan volume darah & sirkulasi yang adequat untuk oksigenasi

3. Untuk mencegah timbulnya syok

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Kasa steril (ukuran dan jumlah sesuai dengan kebutuhan)


2. Kasa gulung / perban

3. Handschoen steril (1 pasang)

4. Duk steril / under pad steril (1 lembar)

5. Arteri klem steril dalam tempatnya

6. Gunting verband

7. Plester

8. Hecting set (bila perlu)

9. Spalk / bidai sesuai ukuran (bila perlu)

10. Skort plastik

11. Neirbeken / bengkok 1 buah

b. Persiapan pasien

1. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Pasang sampiran / sketsel

c. Pelaksanaan

1. Alat – alat didekatkan pada pasien

2. Beritahu pasien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan

3. Pakai skort plastik

4. Cuci tangan dan pakai hand schoen

5. Buka pakaian pasien bila menutupi daerah yang mengalami perdarahan dengan gunting dan pasang duk /
underpad steril dibawahnya

6. Kaji luka dan identifikasi asal luka,apakah dari vena atau arteri

a. Arteri : lihat apakah keluarnya perdarhan memancr, adanya pulsasi atau denyutan dan warna darah merah
segar

1. Ambil kasa steril, langsung, tekan pada daerah perdarahan dan lakukan pembebatan

2. Segera lapor ke dokter bila perdarahan sangat banyak

3. Siapkan arteri klem han hecting set untuk tindakan dokter bila diperlukan

b. Vena : darah keluar secara merembes dan warna merah tua

1. Ambil kasa steril sesuai kebutuhan, lakukan penekanan kemudian balut dengan perban

7. bila perdarahan terdapaat

Pada daerah patah tulang / fraktur

a. Ambil kasa steril sesuai dengan kebutuhan, langsung tekan pada lokasi perdarahan, kemudian bebat
dengan perban

b. Setelah itu pasang spalk / bidai anatara dua sendi ekstremitas yang fraktur
8. Cek nadi pada bagian distal dari cedera, kehangatan, sensoris, capilarry refill test, motorik bila perdarahan
terjadi pada ektremitas

9. Cek apakah pedarahan sudah berhenti, jika perdarahan masih terus berlangsung, kasa dekat luka yang
telah penuh dengan darah jangan diambil tetapi berikan tambahan kasa steril dan pertahankan tekanan serta
tinggikan ekstremitas yang cedera

10. Lepas handschoen dan skort plastik

11. Rapikan pasien dan rapikan alat – alat

12. Cuci tangan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

POSISI PRONASI

Pengertian

Memposisikan pasien berbaring di telungkup diatas tempat tidur dengan kepala menoleh kesamping.

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan perawat yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.

2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.

3. Membantu drainage dari lutut sehingga berguna bagi pasien pascaoperasi mulut dan tenggorokan.

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Tempat tidur

2. Bantal kecil

3. Gulungan handuk

4. Sarung tangan (jika diperlukan)

a. Persiapan pasien

1. Memberitau pasien tindakan yang akan dilakukan.

2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan menjaga privasi pasien.

3. Gunakan tempat tidur khusus yang dapat diatur.

b. Pelaksanaan

1. Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.

2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan transmisi mikroorganisme).

3. Pasien terlentang di pinggir salah satu sisi tempat tidur.

4. Posisikan kedua lengan dekat dengan tubuh dengan siku lurus dan tangan diatas paha. Miringkan pasien
kearah tengah tempat tidur, kemudian posisikan tengkurap.
a. Memberikan posisi pada pasien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.

5. Putar kepala pasien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Jika banyak drainage dari mulut,
mungkin pemberian bantal dikontraindikasikan.

a. Hal ini mencegah fleksi lateral leher. Hindari meletakkan bantal dibawah bahu untuk mencegah
peningkatan resiko lordosis lumbal.

6. Letakkan bantal dibawah dada (mencegah hiperekstensi kurva lumbal,kesulitan pernapasan penekanan
pada payudara wanita).

7. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai tumit.

a. Mengurangi fleksi plantar, memfleksikan lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan
yang berlebihan pada patella.

8. Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralysis ekstremitas atas, elevasikan tangan dan lengan bawah
(bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal.

a. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan di bawah
lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu).

9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

10. Dokumentasikan tindakan.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

POSISI SUPINASI

Pengertian

Memposisikan pasien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal.

Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan siswa kompetensi keperawatan yang akan melaksanakan praktek klinik dalam :

1. Untuk pasien pascaoperasi dengan anestesi spinal

2. Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.

Prosedur Uraian

a. Persiapan alat

1. Tempat tidur

2. Bantal kecil

3. Gulungan handuk

4. Footboard (bantalan kaki)

5. Sarung tangan (jika diperlukan)

b. Persiapan pasien

1. Memberitau pasien tindakan yang akan dilakukan.

2. Meciptakan lingkungan yang nyaman dan menjaga privasi pasien.


3. Menggunakan tempat tidur khusus yang dapat diatur.

c. Pelaksanaan

1. Tutup pintu, jendela, dan gorden atau sampiran bila pasien dibangsal.

2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan (menurunkan transmisi mikroorganisme).

3. Baringkan pasien terlentang mendatar ditengah tempat tidur.

4. Letakkan bantal di bawah kepala dan bahu pasien.

5. Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.

6. Letakkan bantal dibawah kaki,mulai dari lutut sampai tumit.

7. Topang telapak kai pasien dengan menggunakan bantalan kaki.

8. Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralysis ekstremitas atas, elevasikan tangan dan lengan bawah
(bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal.

a. (Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan di
bawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu).

9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

10. Dokumentasikan tindakan.

sop pemberian obat

PEMBERIAN OBAT

Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya: oral, parenteral, rectal,
vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung dengan menggunakan prinsip 5 tepat (tepat nama pasien , nama obat,
dosis obat, cara pemberian dan waktu pemberian) dan 1 waspada.

1. Pemberian obat melalui oral

Pemberian obat melalui oral merupakan pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,
dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan jenis obat.

Persiapan alat:

1. Obat-obatan

2. Tempat obat

3. Daftar buku obat/ jadwal pemberian obat

4. Air minum dalam tempatnya

Langkah-langkah

a. Membagi obat ketempat obat:

· Mencuci tangan

· Membaca instruksi pada daftar obat

· Mengambil obat-obatan

· Menyiapkan obat dengan tepat menurut daftar obat (obat masih dalam kemasan)

· Menyiapkan obat cair beserta gelas obat

b. Membagi obat ke pasien:

· Mencuci tangan
· Mengambil daftar obat kemudian obat diteliti kembali sambil membuka bungkus obat.

· Menuangkan obat cair kedalam gelas obat, jaga kebersihan etiket obat

· Membawa obat dan daftar obat ke pasien sambil mencocokan nama pada tempat tidur dengan nama
daftar obat

· Memastikan pasien benar dengan meanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat

· Memberi obat satu per satu ke pasien sambil menunggu sampai pasien selesai minum

c. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil
peberian obat

d. Mencuci tangan

2. Pemberian obat melalui sublingual

Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik melalui jaringan,
kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan
dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.

Persiapan

1. Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.

Langkah-langkah

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Memberikan obat kepada pasien.

4. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya.

5. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut
seluruhnya.

3. Pemberian obat melalui intrakutan (IC)

Pemberian obat intra kutan merupakan cara memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan
kulit.Pemberian obat dengan cara ini mempunyai efek local. Tujuannya adalah untuk melakukan tes terhadap
reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Lokasi dipilih sehingga reaksi inflamsi dapat diamati. Daerah
yang lebih disukai dalah yang tidak banyak mengandung pigmen, berkeratin tipis, dan tidak berambut seperti
permukaan ventral dari lengan bawah, daerah klavikula pada dada, daerah scapula pad punggung, dan
permukaan medial paha.

Persiapan alat

1. Spuit 1 cc

2. Kapas alcohol 70%

3. Alat tulis

4. Obat injeksi

5. Daftar obat

6. Piala ginjal

7. Bak injeksi (dilapisi kasa steril)

8. Cairan pelarut
9. Perlak dan alasnya

Langkah-langkah

1. Mencuci tangan

2. Menjelaskan prosedur tindakan

3. Menyiapkan dosis obat

4. Memasang perlak

5. Menentukan lokasi tusukan

6. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan disuntik

7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas dengan sudut 15 – 20o

8. Masukkan obat perlahan-lahan hingga terjadi gelembung

9. Tarik spuit dan jangan lakukan masase

10. lingkari batas pinggir gelembung dengan alat tulis

11. bereskan alat-alat

12. cuci tangan dan catat hasil pemberian obat, tanggal dan waktu, serta jenis obat.

4. Pemberian obat melalui subkutan (SC)

Pemberian obat melalui subkutan (SC) adalah pemberian obat melalui suntikan kebawah kulit yang dapat
dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau sepertiga bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada,
dan daerah sekitar umbilicus (abdomen). Pemberian obat melalui SC memiliki efek sistemmik. Lokasi untuk
suntikan dipilih dimana terdapat bantalan lemak dengan ukuran memadai. Pemberian obat dengan cara ini pada
umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunkan untuk mengontrol kadar gula darah.

Persiapan alat:

1. Spuit

2. Kapas alcohol 70%

3. Obat injeksi

4. Daftar buku obat

5. Bak injeksi

6. Bengkok

7. Perlak dan alasnya

Langkah-langkah

1. Mencuci tangan

2. Jelaskan prosedur tindakan

3. Menyiapkan dosis obat setelah itu tempatkan pada bak injeksi

4. Menentukan lokasi

5. Desinfeksi dengan menggunakan kapas alcohol pada lokasi

6. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 45 o

7. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan hingga habis
8. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol. Masukkan spuit yang telah terpakai kedalam bengkok

9. Membereskan alat

10. Mencuci tangan

11. Mengobservasi reaksi pasien

5. Pemberian obat melalui intravena langsung (IV)

Pemberian obat melalui intravena langsung (IV) adalah pemberian obat yang dilakukan melalui vena,
diantaranya vena mediana cubiti/ cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), dan vena
frontalis / temporalis (kepala) dengan tujuan untuk memberikan obat dengan rekasi cepat dan langsung masuk
ke pembuluh darah.

Persiapan alat:

1. Spuit

2. Kapas alcohol 70%

3. Obat injeksi

4. Daftar buku obat

5. Bak injeksi

6. Bengkok

7. Perlak dan alasnya

8. Torniquet

9. K/P plester

Langkah-langkah

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Menyiapkan dosis obat dan tempatkan pada bak injeksi.

4. Menentukan lokasi injeksi

5. Meletakkan perlak kecil dibawah lengan yang akan di pungsi.

6. Melakukan pembendungan vene dengan torniquet pada bagian atas daerah/ lokasi pungsi.

7. Desinfeksi dengan menggunakan kapas alcohol pada lokasi

8. Menusukkan jarum injeksi dengan sudut 15-90o

9. Lakukan aspirasi, bila ada darah masukkan obat perlahan-lahan hingga habis

10. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol kalau perlu diplester.

11. Membereskan alat-alat

12. Mencuci tangan

13. Mengobservasi reaksi obat.

6. Pemberian obat melalui wadah cairan intravena (drip)


Pemberian obat melalui wadah cairan intravena merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau
memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena dengan tujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapiutik dalam darah.

Persiapan Alat :

1. Spuit

2. Obat dalam tempatnya.

3. Wadah cairan.

4. Kapas alcohol

Langkah-langkah

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Periksa indentitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah wadah/kantong cairan.

5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan hentikan aliran.

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan
obat perlahan-lahan.

7. Tarik spuit kemudian jalankan kembali aliran serta periksa kecepatan infus.

8. Cuci tangan.

9. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

7. Pemberian obat melalui selang intravena (per infus)

Peralatan

1. Spuit.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Selang intravena.

4. Kapas alcohol.

Langkah-langkah

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Periksa indentitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.

5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan hentikan aliran.

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah selang intravena
dan masukkan obat perlahan-lahan.

7. Tarik spuit kemudian jalankan kembali aliran serta periksa kecepatan infus.

8. Cuci tangan.

9. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya


8. Pemberian obat melalui intramuscular (IM)

Pemberian obat IM merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan
otot. Pemberian obat dengan cara ini mempunyai efek sistemik. Biasanya efek obat lebih cepat terjadi daripada
pemberian obat melalui SC. Lokasi penyuntikan adalah pada daerah dengan ukuran otot yang memadai dan
terdapat sedikit syaraf/pembuluh darah yang besar, seperti pada paha (Vastus Lateralis), Ventro Gluteal (dengan
posisi berbaring), Dorso Gluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).

Peralatan

1. Spuit.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Kapas alcohol.

4. Cairan pelarut.

5. Bak injeksi.

6. Bengkok.

Langkah-langkah

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan pada bak injeksi.

4. Menentukan lokasi penyuntikan.

5. Disinfeksi dengan kapas alcohol tempat yang akan dilakukan penyuntikan.

6. Lakukan penyuntikan dengan sudut 90º

7. Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah, masukkan obat secara perlahan-lahan.

8. Tarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol.

9. Membereskan alat-alat.

10. Mencuci tangan.

11. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.

9. Pemberian obat melalui anus atau rectum

Pemberian obat melalui anus/rectum (suppositoria) dilakukan dengan cara memasukkan obat melalui
anus/rekktum.

Tujuan

1. Memberikan efek local dan sistemik.

2. Menjadikan lunak feses

3. Merangsang BAB

Peralatan

1. Obat suppositoria dalam tempatnya.


2. Sarung tangan.

3. Kain kasa.

4. Vaselin/pelicin/pelumas.

5. Kertas tisu.

6. Bengkok.

Langkah-langkah

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang dilakukan.

3. Menawarkan pasien untuk buang air kecil/besar.

4. Bebaskan pakaian bagian bawah dan letakkan bengkok dibawah anus.

5. Gunakan sarung tangan.

6. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.

7. Oleskan pelicin pada ujung obat suppositoria.

8. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan obat sambil menyuruh pasien menarik nafas
panjang. Selama 20 menit pasien istirahat baring.

9. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu,.

10. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok.

11. Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya.

12. Membersihkan alat dan mengembalikan pada tempatnya.

13. Cuci tangan.

14. Catat obat, jumlah/dosis, dan cara pemberian.

10. Pemberian obat melalui vagina

Pemberian obat yang melalui vagina bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran
vagina/ servix.

Peralatan

1. Obat dalam tempatnya.

2. Sarung tangan

3. Kain kasa.

4. Kertas tisu.

5. Pelicin/pelumas.

6. Pengalas/handuk bawah.

7. Bengkok

Langkah-langkah

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Membuka pakaian bawah, menutupi dengan pengalas/handuk bawah.


4. Memberikan posisi dorsal recumbent.

5. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.

6. Gunakan sarung tangan

7. K/P melumasi suppositoria tipis-tipis.

8. Renggangkan labia minora agar tampak meatus vagina dengan tangan kiri

9. Masukan obat sepanjang dinding kanal vagina posterior sampai 8-10 cm atau sedalam mungkin.

10. Mengeluarkan jari tangan dan membuka sarung tangan.

11. Memberikan supine selama 5-10 menit, meninggikan panggul dengan 1 bantal.

12. Cuci tangan.

13. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

11. Pemberian obat topikal

a. Kulit

Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Obat ini dapat berupa krem, lotion, aerosol, dan sprey.

Peralatan

1. Obat yang diperlukan

2. Kapas lidi steril

3. Kasa steril

4. Bengkok.

Langkah-langkah

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Membersihkan kulit dengan kasa steril.

4. Mengoleskan obat pada kulit.

5. Merapikan pasien dan lingkungannya

6. Cuci tangan

b. Mata

Pemberian obat dengan cara meneteskan atau mengoleskan obat pada mata.

Peralatan

1. Bengkok.

2. Kapas.

3. Obat

4. K/P pipet.

Langkah-langkah

1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Sikap psien duduk atau tidur terlentang dengan kepala ditengadahkan.

4. Membuka kelopak mata bawah dengan telunjuk jari kiri.

5. Meneteskan obat tetes mata pada permukaan konjungtiva kelopak mata bawah.

6. Membersihkan air mata yang keluar dengan kapas.

7. Apabila obat mata jenis salep, pegeng aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian tekan salep
sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.. Setelah selesai anjurkan pasie untuk melihat
ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk
memejamkan mata dan mengerakkan kelopak mata.

8. Membereskan alat.

9. Cuci tangan.

c. Telinga

Pemberian obat yang dilakukan dengan meneteskan atau mengoleskan obat pada telinga. Pada umumnya obat
ini diberikan pada gangguan infeksi telinga (misal, otitis).

Peralatan

1. Kapas bulat.

2. Handuk.

3. Obat yang sudah ditentukan.

4. Lidi kapas steril.

5. Bengkok.

Langkah-langkah

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Membantu pasien dalam posisi tidur miring, telinga yang sakit mengerah ke atas.

4. Meletakkan handuk dibawah bahu pasien.

5. Membersihkan liang telinga dengan lidi kapas.

6. Mengisi pipet dengan obat yang sudah disediakan.

7. Menarik daun telinga dan di angkat ke atas dengan hati-hati.

8. Menetesi obat melalui sisi atau dinding telinga untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara, sesuai
dosis yang ditentukan.

9. Membersihkan bekas cairan obat dengan kapas bulat.

10. Merapikan pasien, lingkungan, dan alat.

11. Cuci tangan.

12. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.

d. Hidung
Pemberian obat yang dilakukan dengan meneteskan obat pada hidung. Pada umumnya dilakukan pada
seseorang yang mengalami keradangan hidung (rhinitis) atau naso pharing.

Peralatan

1. Handuk

2. Kapas/tisu.

3. Bengkok.

4. K/P pipet.

Langkah-langkah

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Pasien diberi sikap berbaring tengadah dengan kepala lebih rendah dari bahu.

a. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.

b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.

c. Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.

4. Mengisi pipet dengan obat yang sudah ditentukan.

5. Menetesi hidung :

a. Menetesi obat ke dalam lubang hidung sesuai dosis yang ditentukan.

b. Pasien dianjurkan untuk tengadah atau berbaring selama 5-10 menit supaya obat tidak mengalir keluar.

6. Membersihkan tetesan dengan kapas / tisu

7. Merapikan dan mengembalikan alat.

8. Cuci tangan.

9. Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian.

Pengertian

Pemberian obat oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.

Tujuan Pemberian

a. Untuk memudahkan dalam pemberian

b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera diatasi

c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri

d. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan

I. Tahap Persiapan
A. Persiapan Pasien

1. Jelaskan tujuan pemberian obat dan waktu minum obat

B. Persiapan Lingkungan

1. Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan pasien

2. Meletakkan alat sedemikian rupa sehingga mudah bekerja

C. Persiapan alat

1. Baki berisi obat

2. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan

3. Pemotong obat (bila diperlukan

4. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)

5. Gelas pengukur (bila diperlukan)

6. Gelas dan air minum

7. Sedotan

8. Sendok

9. Pipet

10. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak

II. Tahap Pelaksanaan

A. Pengetahuan

1. Menjelaskan pemberian obat dengan memperhatikan 12 benar

2. Menjelaskan jenis dan bentuk obat yang dapat diberikan melalui mulut serta waktu pemberiannya

B. Sikap

1. Telita

2. Disiplin

3. Motivasi

4. Kerja sama

5. Tanggung jawab

6. Komunikasi

7. Kejujuran

8. Penampilan Fisik

9. Menjaga privasi pasien

C. Prosedur kerja

1. Siapkan peralatan dan cuci tangan

2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya program tahan
makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian) periksa
tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang
berwenang atau dokter yang meminta.

4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)

5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan
tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).

1) Tablet atau kapsul

1. Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.

2. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.

3. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan
lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum
menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.

2) Obat dalam bentuk cair

1. Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah
berubah warna atau menjadi lebih keruh.

2. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol
bagian dalam.

3. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi
label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.

4. Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.

5. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup
botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.

6. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk
mengambilnya dari botol.

7. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

a. Identifikasi klien dengan tepat.

b. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.

c. Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu
mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.

d. Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah
bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.

e. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana.
Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.

f. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci
tangan.

g. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klie

PROSEDUR PERAWATAN PELEPASAN KATETER

PENGERTIAN
Melakukan tindakan perawatan melepaskan kateter uretra dari

kandung kemih

TUJUAN Mencegah infeksi

KEBIJAKAN

1. Pasien yang terpasang kateter lebih dari 7 hari

2. Pasien yang tidak memerlukan pemasangan kateter menetap

PETUGAS Perawat

PERALATAN

1. Pinset chirurgis

2. Kassa

3. Wash bensin

4. Lidi kapas

5. Sarung tangan

6. Spuit 10 atau 20 cc

7. Bengkok

PROSEDUR

PELAKSANAAN

A. Tahap PraInteraksi

1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam pada pasien dan sapa nama

pasien

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

C. Tahap Kerja

1. Memasang sampiran/menjaga privacy

2. Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent

dan melepaskan pakaian bawah pasien

3. Memasang perlak, pengalas

4. Memasang selimut mandi

5. Memakai sarung tangan

6. Melepas plester dan membersihkan sisa plester

7. Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya

8. Mengarahkan penis keatas


9. Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien

diminta nafas dalam dan rileks

10. Merapikan pasien

D. Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan

2. Berpamitan dengan klien

3. Membereskan dan kembalikan alat ketempat semula

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

keperawatan

S.O.P PENGUKURAN TEKANAN DARAH

PENGERTIAN

Mengukur tekanan darah pasien dengan menggunakan alat

tensimeter air raksa

TUJUAN Mendapatkan data obyektif

KEBIJAKAN

1. Pasien baru

2. Perkembangan kondisi pasien

PETUGAS Perawat

PERALATAN

1. Tensimeter

2. Termometer

3. Stetoskop

4. Alat tulis

PROSEDUR
PELAKSANAAN

A. Tahap PraInteraksi

1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

2. Mencuci tangan

3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

keluarga/pasien

3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan

dilakukan

C. Tahap Kerja

1. Mengatur posisi pasien: supinasi

2. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila

mungkin

3. Mengukur tekanan darah dengan benar

4. Menghitung pernafasan dan nadi dengan benar

5. Mengukur suhu badan dengan benar

6. Melakukan penilaian kesadaran dengan benar

7. Memantau terjadinya perdarahan dengan benar:

daerah operasi, konjunktiva, Capilery Refill, Hb (bila

perlu)

8. Mencatat hasil pemeriksaan

D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Berpamitan dengan klien

3. Membereskan alat-alat

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

S.O.P PERAWATAN LUKA KOTOR

PENGERTIAN

Melakukan tindakan perawatan : mengganti balutan, membersihkan

luka pada luka kotor

TUJUAN

1. Mencegah infeksi
2. Membantu penyembuhan luka

KEBIJAKAN Dilakukan pada luka kotor

PETUGAS Perawat

PERALATAN

Bak Instrumen yang berisi:

1. Pinset anatomi

2. Pinset chirurgis

3. Gunting debridemand

4. Kasa steril

5. Kom: 3 buah

Peralatan lain terdiri dari:

1. Sarung tangan

2. Gunting plester

3. Plester/perekat

4. Alkohol 70 % / Wash bensin

5. Desinfektant

6. NaCl 0,9 %

7. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektan

8. Verband

9. Obat luka sesuai kebutuhan

PROSEDUR

PELAKSANAAN

A. Tahap PraInteraksi

1. Melakukan verifikasi program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

keluarga/pasien

3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan

dilakukan

C. Tahap Kerja

1. Menjaga privacy

2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat

jelas
3. Membuka peralatan

4. Memakai sarung tangan

5. Membasahi plester dengan alcohol/wash bensin dan

buka menggunakan pinset

6. Membuka balutan lapis luar

7. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester

8. Membuka balutan lapis dalam

9. Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk

mengeluarkan pus

10. Melakukan debridement

11. Membersihkan luka dengan cairan NaCl

12. Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan

kasa

13. Memasang plester atau verband

14. Merapikan pasien

D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan

2. Berpamitan dengan klien

3. Membereskan alat-alat

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR S.O.P (VULVA HYGIENE)

PENGERTIAN Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihannya

TUJUAN

1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum

maupun uterus

2. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum

3. Untuk kebersihan perineum dan vulva

4. Memberikan rasa nyaman pasien

KEBIJAKAN Dilakukan pada ibu setelah melahirkan

PETUGAS Perawat

PERALATAN

1. Oleum coccus yang hangat (direndam dalam air hangat)

2. Kapas
3. Handuk besar: 2 buah

4. Peniti: 2 buah

5. Air hangat dan dingin dalam baskom

6. Waslap: 2 buah

7. Bengkok

PROSEDUR

PELAKSANAAN

A. Tahap Pra Interaksi

1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

klien/keluarga

3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum

kegiatan dilakukan

C. Tahap Kerja

1. Memasang sampiran/menjaga privacy

2. Memasang selimut mandi

3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent

4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat

5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan

dengan pemasangan pispot, sambil memperhatikan lochea.

Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastic yang

berbeda

6. Pasien disuruh BAK/BAB

7. Perawat memakai sarung tangan kiri

8. Mengguyur vulva dengan air matang

9. Pispot diambil

10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien

11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil

kapas basah. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari

telunjuk kiri

12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia

mayora kanan, labia minora kiri, labia minora kanan,


vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan

kapas basah (1 kapas, 1 kali usap)

13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan

apakah lepas/longgar, bengkak/iritasi. Membersihkan luka

jahitan dengan kapas basah

14. Menutup luka dengan kassa yang telah diolesi

salep/betadine

15. Memasang celana dalam dan pembalut

16. Mengambil alas, perlak dan bengkok

17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan

memakaikan selimut pasien

D. Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan

2. Berpamitan dengan pasien

3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai