Anda di halaman 1dari 84

PENGUKURAN TTV

1. Pengertian
Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign) merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi
tubuh.

2. Tujuan
a. Untuk mengetahui adanya kelainan pada pasien
b. Mengetahui kondisi dan perkembangan vital sign pasien
c. Mengetahui frekuensi, irama pernafasan, frekuensi nadi, tekanandarah dan suhu tubuh
pasien

3. Peralatan
a. Handscoon
b. Thermometer air raksa
c. botol masing-masing berisi: Cairan sabun, cairan desinfektan,air bersih.
d. Tissue
e. Tensimeter : Spingomanometer/tensi air raksa
f. Stetoskop
g. Jam tangan/stopwatch
h. Alat Tulis

4. Prosedur Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Menjaga privasi pasien
c. Atur posisi yang nyaman : duduk atau berbaring dengan posisi tangan rileks
d. Memakai sarung tangan
e. Memposisikan perawat di sisi sebelah kanan pasien
f. Keringkan ujung thermometer. Kemudian turunkan air raksa sampai skala nol.
Sebelum meletakkan di aksila, bersihkan/keringkan aksila sebelah kiri pasien terlebih
dahulu dengan menggunakan tissue.
g. Letakkan thermometer diaksila sebelah kiri. Selanjutnya sambal menunggu naiknya
air raksa pada thermometer lakukan pemeriksaan nadi, pernafasan dan tekanan darah
dengan cara:
h. Letakkan ujung tiga jari-jari tangan kecuali ibu jari padaarteri/nadi yang akan diukur,
(mulai dari radialis, brakhialis, carotis, dan temporalis) tekan dengan lembut
i. Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (0) selama 30 detik (kalikan 2x untuk
memperoleh frekuensi dalam satu menit). Jikaritme nadi tidak teratur, hitung selama
satu menit. Lanjutkan perhitungan pernafasan
j. Lalu sembari memegang arteri radialis (seolah-olah masihmenghitung denyut nadi),
hitung jumlah pernafasan klienselama 1 menit (naik turunnya dada klien)
k. Selanjutnya siapkan pasien untuk pemeriksaan tekanan darah(persiapan tensi meter).
l. bebaskan area brakhialis dengan cara gulung lengan baju klien. Palpasi arteri
brakhialis. Letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakhialis (ruang antekubital).
m. Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialissampai denyutnya hilang
kemudian tekanan dinaikkan lagikurang lebih 30 mmhg.
n. Letakkan stetoskop pada arteri brakhialis pada fossa cubitti dengan cermat dan
tentukan tekanan sistolik
o. Mencatat bunyi korot koff I dan V atau bunyi detak pertama(systole) dan terakhir
(diastole) pada manometer sebagai mana penurunan tekanan
p. Turunkan tekanan manset dengan kecepatan 4 mmhg/detiksambil mendengar
hilangnya pembuluh yang mengikuti 5 fasekorotkof
q. Ulang pengukuran 1 kali lagi dengan air raksa dalam spignomanometer dikembalikan
pada angka 0. Lakukantindakan seperti diatas.
r. Kemudian membuka manset, melepaskan manset dan merapikan kembali.
s. Melepaskan thermometer dari aksila membaca kenaikan suhu,kemudian mencuci
thermometer dengan kapas alkohol
t. Keringkan thermometer dan turunkan kembali air raksanya
u. Merapikan kembali pasien dan alat-alat.
v. Melepaskan handscoon
w. Mencuci tangan

5. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Berpamitan dengan klien
d. Membereskan alat-alat
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
PEMERIKSAAN OBAT-OBATAN (IV, IC, SC, SUBLINGUAL, TOPICAL,
ORAL/SUPONS)

1. Pengertian : Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan tubuh dengan


menggunakan spuit dan jarum.
2. Tujuan : Agar penyerapan obat cepat dan sesuai dengan rute obat sesuai
3. Prosedur
a. spuit disposable 1 cc ( Intra Kutan )
b. Spuit disposable 3 cc / 5 cc/ 10 cc
c. kapas alcohol
d. Sarung tangan
e. Obat ampul
f. Obat vial dan Cairan pelarut
g. Bak injeksi
h. Bengkok
i. Perlak dan alasnya
4. Kriteria Pelaksanaan
Pemberian Obat Melaluli Intrakutan
a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik aseptic , mencuci tangan
b. Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan
c. Memasang perlak / pengalas pada bawah daerah yang akan dilakukan injeksi intrakutan.
d. Memasang sarung tangan.
5. Mengambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan obat yang akan
diencerkan dengan Aguadest (cairan pelarut), ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampa 1 cc ,
lalu siapkan pada bak steril ( bak injeksi ).
6. Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan kapas alcohol
7. Menegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik atau diinjeksi
8. Melakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk sudut 15 – 20
derjat terhadap permukaan kulit.
9. Menyemprotkan obat hingga terjadi gelembung
10. Menarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
11. Mencatat reaksi pemberian
12. Membereskan alat –alat.
13. Membuka sarung tangan
14. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
15. Mendokumentasikan prosedur pemberian obat atau tes alergi dan respon klien.
Pemberian Obat Melaluli Subcutan
a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik aseptic dengan 6 prinsip
pemberian obat benar.
b. Mencuci tangan
c. Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan. Bebaskan daerah suntikan bila
klien menggunakan pakaian berlengan
d. Memasang sarung tangan
e. Mengambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan .
kemudian tempatkan pada bak injeksi
f. Desinfeksi dengan kapas alcohol
g. Menegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan subcutan
h. Melakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk sudut 45
derjat terhadap permukaan kulit
i. Melakukan aspirasi bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan hingga habis
j. Menarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol, spuit bekas suntikkan dimasukkan ke
dalam bengkok
k. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
l. Mencatat prosedur pemberian obat dan respon klien

Pemberian Obat Melaluli Intra Vena


a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik aseptic, membaca etiket
obat dan dosis obat sesuai 6 prinsip pemberian obat benar.
b. Mencuci tangan
c. Membebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan dengan cara membebaskan
daerah yang akan dilakukan penyuntikan dengan menyingsingkan lengan
d. Mengambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan takaran / dosis yang
akan diberikan . Bila obat dalam sediaan bubuk makan larutkan dengan cairan pelarut
( aquades steril ) .Tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
e. Memasang perlak / pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan
f. Melakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah yang akan
dilakukan pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung vena diatas area
yang akan dilakukan penyuntikan
g. Memasang sarung tangan
h. Desinfeksi dengan kapas alcohol
i. Melakukan penusukkan dengan lubang jarum menghadap keatas dengan
memasukkan ke pembuluh darah
j. Melakukan aspirasi bila sudah ada darah
k. Melepaskan karet membendung dan langsung menyemprotkan obat hingga habis
l. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah
dengan kapas alcohol . Masukkan spuit yang telah digunakan ke dalam bengkok
m. Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
n. Mencatat prosedur dan reaksi pemberian obat

Pemberian obat melalui intra Muskular


a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Cuci tangan , pasang sarung tangan .
c. Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan
dalam bak injeksi
d. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan
e. Desinfektan dengan kapas alcohol
f. Lakukan penyuntikan :
Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara meminta klien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi
Pada ventrogluteal dengan cara meminta klien miring , telengkup atau telentang
dengan lutut dan panggul pada sisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi
Pada dorsogluteal dengan meminta klen untuk telungkup dengan lutut diputar kea rah
dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di
depan tungkai bawah
Pada deltoid ( lengan atas ) dengan meminta klien untuk duduk atau berbaring
mendatar dengan lengan atas fleksi
g. Lakukan penusukan dengan jarum posisi tegak lurus
h. Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat
secara perlahan hingga habis.
i. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol , kemudian spuit yang telah digunakan diletakkan di bengkok
j. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
PEMASANGAN INFUS

1. Pengertian : Memasukkan cairan atau obat langsung melalui pembuluh darah vena dalam
jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.
2. Tujuan : Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
Memberikan obat. Transfuse darah dan produk darah, Memberikan nutrisi parenteral dan
suplemen nutrisi
3. Persiapan pasien : Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
4. Persiapan alat
a. Standar infus
b. Cairan infus dan infus set sesuai kebutuhan
c. Jarum /abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
d. Perlak dan tourniquet
e. Plester dan gunting
f. Bengkok
g. Sarung tangan bersih
h. Kassa seteril
i. Kapas alkohol dalam tempatnya
Penatalaksanaannya
a. Mencuci tangan
b. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
c. Membuka plastic infus set dengan benar
d. Menggantung cairan infus di standar cairan infus
e. Mengisi cairan infus set dengan cara menekan
f. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
g. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan, Cek adanya
udara dalam selang, Pakai sarung tangan bila perlu
h. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
i. Meletakkan perlak dan pengalas
j. Memilih vena yang tepat dan benar, Memasang tourniquet
k. Deninfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus
l. Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih
m. Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam abocath
n. Tourniquet di cabut, Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu
dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
o. Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk
fiksasi
p. Membalut dengan kassa betadinsteril dan menutupnya dengan kassa steril kering
q. Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak
tercabut
r. Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien
s. Alat-alat di bereskan dan perhatikan bagaimana respon pasien
t. Perawat kembali cuci tangan
u. Catat tindakan yang dilakukan
Evaluasi : Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap
pemberian tindakan.
Dokumentasi : Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil
tindakan, reaksi respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang
diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang, dan perawat yang melakukan) pada
catatan dokumentasi.

EKG (ELEKTROKARDIOGRAM)

Pengertian
Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam
aktivitas listrik jantung. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung dan
menilai efektivitas pengobatan penyakit jantung.
Elektrokardiogram dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi-kondisi berikut:
1. Serangan jantung
2. Kelainan otot jantung (kardiomiopati)
3. Gangguan irama jantung
4. Penyakit jantung coroner
5. Gangguan elektrolit
6. Keracunan obat-obatan
Prosedur Elektrokardiogram
Elektrokardiogram bisa dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan lama pemeriksaan
kurang lebih 10 menit. Berikut ini adalah rangkaian pemeriksaan EKG:
1. Pasien akan diminta untuk mengganti semua pakaian dengan jubah medis. Pasien juga
akan diminta untuk melepaskan perhiasan atau benda apa pun di tubuh yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan.
2. Pasien akan diminta untuk berbaring di tempat tidur. Selanjutnya, 12 elektroda yang
tersambung dengan mesin EKG akan ditempelkan di dada, lengan dan tungkai.
3. Mesin EKG akan merekam aktivitas listrik jantung pasien dan menampilkannya
dalam bentuk grafik gelombang listrik di monitor. Grafik tersebut kemudian akan
dianalisis oleh dokter.
4. Selama pemeriksaan EKG berjalan, pasien akan diminta untuk tidak berbicara dan
bergerak, karena dapat memengaruhi hasil tes.
5. Setelah pemeriksaan EKG, pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa, kecuali bila
dokter menyarankan pasien membatasi aktivitas karena adanya suatu penyakit. Dokter
dapat langsung mendiskusikan hasil EKG pada hari itu juga, atau menjadwalkannya di
lain hari.
6. Jika hasil EKG normal, maka pemeriksaan lain mungkin tidak diperlukan. Akan
tetapi, bila hasil EKG menunjukkan suatu penyakit, pasien mungkin akan diminta
menjalani EKG ulang, atau pemeriksaan lain seperti pemeriksaan enzim jantung,
tergantung pada penyakit yang dicurigai oleh dokter.
Beberapa informasi yang bisa didapatkan dari pemeriksaan EKG adalah:
1. Irama jantung teratur atau malah tidak teratur (aritmia)
2. Denyut jantung normal, terlalu lambat (bradikardia), atau terlalu cepat (takikardia)
3. Suplai darah dan oksigen ke jantung cukup atau kurang
4. Kondisi jantung masih bagus atau telah muncul tanda-tanda kerusakan, misalnya
karena pernah mengalami serangan jantung
5. Struktur jantung normal atau mengalami perubahan, misalnya akibat pembesaran pada
bilik jantung
Komplikasi Elektrokardiogram
Pemeriksaan elektrokardiogram umumnya aman dan tidak menimbulkan komplikasi
apa pun. Namun, pada beberapa kasus, pasien dapat mengalami reaksi alergi kulit akibat
elektroda yang ditempelkan di tubuh. Pasien juga dapat mengalami sedikit sakit saat
elektroda EKG dilepaskan dari kulit.

PEMASANGAN O2 (NASAL, MASK, SUNGKUP MASK, NRM)


PENGERTIAN Pemberian oksigen kedalam paru melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen.
TUJUAN Memenuhi kebutuhan oksigen pasien :
a. Pasien hipoksia d. sesak nafas
b. Cedera kepala e. Pasien kekurangan zat asam
c. Pasien sianosis
KEBIJAKAN Kebijakan Direktur RSUD Solok nomor 706/001/ TU-RS/ tahun 2014
tentang Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Solok
tahun 2014
PROSEDUR Yang perlu diperhatikan pada pemberian Oksigen tergantung:
I. Oksigen aliran rendah adalah
A. KATETER NASAL : Aliran 1- 5 liter / menit ------> O2 dg
konsentrasi 24 - 44%
Bahaya: Iritasi hidung, Pengeringan mukosa hidung, Distensi
lambung.
B. KANULA NASAL (BINASAL KANUL) :Aliran 1 – 5 liter / menit
-----> O2 dg konsentrasi 24 – 44%
Bahaya: Iritasi hidung, Pengeringan mukosa hidung, nyeri
sinus.
C. Face Mask
Aliran 5 – 8 liter / menit-----> O2 dg konsentrasi 40 – 60%
Bahaya: Aspirasi bila muntah, Penumpukan O2, Empisema
subcutan, Nekrose bila terlalu ketat.
D. Rebreating Mask ( RM )
Aliran 8 – 12 liter / menit ----> O2 dg konsentrasi 60 –80%
Bahaya: Aspirasi jika muntah, Empisema subcutan, Nekrose
jika ketat.
E. SUNGKUP MUKA “NON REBREATHING MASK” (NRM )
Aliran 8 -12 liter / menit---> O2 konsentrasi 90 % Bahaya: Sama
dengan RM.
ada penutup katup
Binasal kanul RM NRM

II. Oksigen aliran tinggi adalah


A. SUNGKUP MUKA VENTURI ( VENTURI MASK )
Aliran 4 – 14 liter/ menit ---> O2 dg konsentrasi 30 – 55%
Bahaya: Sama dengan RM
B. SUNGKUP MUKA AEROSOL (AMBUBAG)
Aliran 10 -12 liter/ menit ----> o2 dg Konsentrasi 100%

O2 < 50% O2 > 90%


Prosedur Pemberian Oksigen dengan Kateter nasal
1. Menjelaskan prosedur pada klien
2. Perawat cuci tangan
3. Memasang sarung tangan
4. Mengatur posisi dengan semi fowler
5. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan ,
biasanya 1 – 6 liter / menit atau aliran 1- 5 liter /menit,dengan
konsentrasi 24 - 44%, Kemudian , observasi humidifier dengan
melihat air bergelembung
( Untuk test kesiapan alat ).
6. Mengatur posisi dengan semi fowler
6. Membersihkan hidung klien dengan lidi kapas
7. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang hidung ke telinga dan beri
tanda dan buka saluran udara dari tabung dan beri ujung kanul
dengan vaselin / jeli
8. Memasang kanul nasal pada hidung dan lakukan
pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum
dengan menekan lidah dengan menggunakan spatel
( akan terlihat posisinya di belakang vulva ).
9. Fiksasi pada daerah hidung
10. Memeriksa kanula tiap 6-8 jam
11. Mengkaji cuping , septum dan mukosa hidung serta
periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam , rute
pemberian dan respon klien.
12. Catat kecepatan aliran oksigen,rute pemberian dan respon klien, buka
sarung tangan, cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13. Mencatat dalam lembaran catatan perawatan
Prosedur Pemberian Oksigen Kanul nasal:
1. Menjelaskan prosedur pada klien
2. Perawat cuci tangan
3. Memasang sarung tangan
4. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan ,
biasanya 1 – 6 liter / menit , aliran 1 – 5 liter / menit dengan
konsentrasi Oksigen 24-44 %. Kemudian , observasi humidifier
dengan melihat air
5. Memasang kanule nasal pada hidung dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien dan periksa kanule tiap 6-8 jam
6. Kaji cuping, septum dan mukosa hidung serta periksa
kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam
7. Catat kecepatan aliran oksigen ,rute pemberian dan respon
Klien, buka sarung tangan dan cuci tangan
8. Dokumentasikan dalam status ( catatan Perawatan)
Masker nasal ( Face mace, RM, NRM)
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan dan pasang sarung tangan
3. Mengatur posisi dengan semi fowler
4. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan
sesuai order (lihat batas maximal pemberian aliran tergantung jenis
oksigen) kemudian observasi humidifier pada tabung air yang
menunjukkan adanya gelembung.
5. Menempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung klien dan
atur pengikat untuk kenyamanan klien
6. Periksa kecepatan aliran tiap 6 – 8 jam , catat kecepatan aliran
oksigen , rute pemberian, dan respon klien
7. Buka sarung tangan dan cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
8. Mencatat dalam lembaran catatan perawatan
UNIT TIM Pengumpul data, panitia mutu RS dan evaluasi, Rekam Medik, rawat
TERKAIT inap, IGD, OK, ICU

SKINTEST/ALERGI TEST
.
Uji Intradermal
Secara prinsip, uji intradermal dilakukan dengan memasukkan bahan yang akan
diperiksa ke intradermal. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah
pasien memiliki alergi terhadap suatu obat sebelum pemberian obat. Uji intradermal dapat
digunakan sebelum pemberian berbagai obat injeksi yang berpotensi menyebabkan alergi,
seperti penicillin, insulin, dan serum antitetanus.
Persiapan
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan dengan langkah berikut:
a. Tentukan obat yang akan diujikan
b. Larutan Phenolated saline (0,5% fenol dalam cairan salin normal) atau cairan salin
normal untuk mengencerkan obat dan sebagai kontrol negatif
c. Kontrol positif berupa larutan histamin 0,01 µg/ml
d. Spuit 1 cc
e. Perlengkapan kedaruratan medik,seperti oksigen, epinefrin, danperalatan intubasi sebagai
persiapan jika terjadi reaksi anafilaksis
Prosedur
Sebelum bahan yang akan diuji disuntikkan ke intradermal, lakukan pengenceran bahan
maksimal 2 jam sebelum tindakan. Obat diencerkan dengan phenolated saline atau cairan
normal salin
Penyuntikan bahan uji intradermal dilakukan dengan cara:
a. Larutan Phenolated saline atau cairan salin normal digunakan sebagai kontrol negatif
b. 0,01 ml larutan histamin 0,01 µg/ml disuntikkan pada volar lengan bawah sampai
terbentuk indurasi dengan diameter 4-6 mm
c. Uji intradermal dimulai dengan penyuntikan larutan obat yang sudah diencerkan. 0,01 ml
larutan obat disuntikkan pada kulit ekstensor lengan hingga terbentuk indurasi dengan
diameter 4-6 mm
d. Pembacaan dilakukan pada menit ke 15-30 setelah penyuntikan bahan uji
e. Uji intradermal disebut positif (+) bila dalam 30 menit setelah penyuntikan bahan obat
terjadi urtika dengan diameter lebih dari 10 mm dan eritema di sekitar urtika, atau bila
selisih diameter urtika bahan uji dan kontrol negatif ≥ 1,5 mm, atau terjadi perluasan
diameter urtika ≥ 1,5 mm dibanding diameter urtika awal penyuntikan
f. Pasca penyuntikan perlu dilakukan pengawasan efek samping berbahaya seperti
syok anafilaksis
PEMBERIAN OBAT MELALUI SYRING PUMP DAN INFUS PUMP

1. Syring Pump
Merupakan alat pengontro yang menggunakan teks cairan ke tubuh klien (Non pemberian
infuse secara volume man positif dalam mengalirkan Gravitasi)
Tujuan : Untuk dapat memberikan volume cairan dan dosis obat pada klien dengan tepat.
Indikasi :
a. Pemberian cairan atau obat - obatan secara infus dengan kecepatan yang konstan dan
akurat.
b. Pemberian cairan atau obat - obat dalam jumlah yang sangat kecil.
c. Pemberian infus jangka lama.
Prosedur
a. Persiapan Alat
 Syringe pump
 Spuit 50 cc,20cc,10cc,5cc,3cc
 Extension Tube
 Cairan pelarut sesuai kebutuhan
 Three way
b. Persiapan Klien
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO informed consent)
c. Cara kerja pemakaian Syring Pump
 Cuci tangan
 Cek program terapi dokter tentang cairan atau obat - obatan yang akan diberikan.
3.3 Opios obat dan tempatkan obat atau cairan pada syringe ukuran sesuai dengan
kebutuhan.
 Sambungkan syringe ke tube atau selang syringe.
 Pastikan tidak ada udara dalam extension tube
 Sambungkan kabel syiringe pump ke sumber listrik.
 Tekan tomboi ON / OFF untuk menghidupkan alat
 Angkat klem unit, pasang flunger syiringe dan klem kembali, pastikan posisi
syringe terpasang dengan benar, dengan ukuran volume syringe terlihat jelas.
 Sambungkan selang syringe ke jalur intra vena.
 Tentukan kecepatan pemberian obat atau cairan dengan menekan tomboi angka
sesuai nilai yang diinginkan, kemudian tekan tomboi START atau STOP,
kemudian tekan tomboi C sampai tampak nilai 00,0 di layar. Tekan tomboi angka
untuk menentukan volume yang akan diberikan kemudian tekan tomboi START
atau STOP.
 Untuk mematikan alat tekan tomboi ON atau OFF.
 Cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Impus Pump
Pengertian : Merupakan alat pengontro yang menggunakan teks cairan ke tubuh klien (
Non pemberian infuse secara volume man positif dalam mengalirkan Gravitasi).
Tujuan : Untuk dapat memberikan volume cairan dan dosis obat pada klien dengan tepat.
Indikasi :
a. Pemberian cairan atau obat - obatan secara infus dengan kecepatan yang konstan
dan akurat.
b. Pemberian cairan atau obat - obat dalam jumlah yang sangat kecil.
c. Pemberian infus jangka lama.
Prosedur
Persiapan Alat
a. Infus pump
b. Infus set
c. Cairan Kristaloid atau Cairan koloid
d. Cairan pelarut sesuai kebutuhan
e. Three way
f. Obatan obatan sesuai indikasi

Persiapan Klien
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan (lihat SPG informed
consent)
Cara kerja pemakaian infus pump :
a. Cuci Tangan
b. Cek instruksi dokter tentang obat atau cairan yang akan diberikan.
c. Sambungkan infus set kebotol infus dan isi infus set dengan cairan tersebut untuk
menghilangkan udara kemudian klem infus set.
d. Buka infus pump, masukkan chamber drop (bilik tetesan dari infus set) kedalam
sensor tetesan dari infus pump.
e. Sambungkan infus pump ke sumber listrik.
f. Gunakan tombol ON atau OFF untuk menyalakan alat.
g. Sambungkan set infus ke klien.
h. Tetapkan kecepatan pemberian tetesan dengan menekan tombol angka (lihat
nilainya pada iayar infus pump)
i. Gunakan tombol start atau stop untuk memulai pemberian infus.
j. Jika alarm berbunyi tekan tombol alarm (J3 ) yang dapat berbunyi selama 2
menit. Jika ingin merubah atau membatalkan cairan yang akan diberikan tekan
tombol start atau stop kemudian tekan tombol C sampai tampak angka 0000 pada
Iayar atas. Kemudian tekan tombol untuk menentukan kecepatan pemberian
cairan yang baru. Untuk mematikan alat ini tekan dan tahan tombol ON atau OFF.
k. Rapikan alat
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan tindakan yang akan dilakukan
Fungsi Khusus
a. Layar bawah yang akan menginformasikan data jika tombol dibawah ini difungsikan.
Tombol ml (volume) digunakan untuk memasukkan data volume cairan yang akan
diberikan.
b. Tombol time, digunakan untuk memasukkan data waktu yang dibutuhkan untuk
pemberian cairan, caranya : tekan tombol time, kemudian tekan tombol angka untuk
menentukan waktu yang dibutuhkan ( Jika waktu yang dibutuhkan 3 jam, 30 menit
maka tekan angka 330 sedangkan jika waktu yang dibutuhkan 1 jam 7 menit maka
tekan angka 107).
c. Tombol ml/h, digunakan untuk memastikan volume cairan yang diberikan perjamnya
PEMASANGAN KATETER

Pengertian
Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus segera dipenuhi. Pada beberapa kasus di rumah sakit terdapat kasus yang
mewajibkan penderita atau pasien untuk dilakukan pemasangan kateterisasi urin.
Keterampilan pemasangan kateter urin harus dikuasai oleh seorang perawat. Berikut ini
prosedur pemasangan kakaterisasi urin.
Alat Dan Bahan
a. Sarung tangan steril
b. Kateter urin sesuai ukuran
c. Urine bag dan penggantungnya
d. Spuit yang berisi 10-20 ml aquades/NaCl
e. Jeli
f. Cairan antiseptic
g. Sarung tangan bersih
h. Kom bersih
i. Wadah sampel urin (jika perlu)
j. Kapas/kasa
k. Pengalas
l. Bengkok

Pada laki-laki
a. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas
b. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
c. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, dekatkan dengan pasien
d. Jaga privasi dengan memasang sampiran
e. Atur posisi terlentang dengan memasang sampiran
f. Letakkan pengalas di bawah bokong
g. Tutup area pinggang dengan selimut
h. Cuci tangan dengan 6 langkah
i. Pasang sarung tangan bersih
j. Bersihkan area genetalia dengan khas dan cairan antiseptik
k. Bilas dan keringkan, kemudian lepaskan sarung tangan bersih
l. Buka set kateter steril (tetap pertahankan teknik aseptik), Pasang sarung tangan steril
m. Sambungkan kateter dengan urin bag
n. Pegang penis tegak lurus dengan tangan nondominan dan masukan 10 ml jeli ke
dalam meatus uretra dengan tangan dominan
o. Tutup meatus uretra dengan jari telunjuk selama 1-2 menit
p. Masukan kateter ke dalam meatus uretra dengan secara perlahan dengan tangan
dominan sampai pangkal kateter sambil menganjurkan untuk tarik napas dalam
q. Lakukan fiksasi internal dengan memasukan aquades/NaCl untuk mengembangkan
balon kateter
r. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk memastikan kateter terfiksasi
dengan baik dalam kandung kemih
s. Lepaskan sarung tangan steril
t. Lakukan fiksasi eksternal dengan plester di area abdomen bawah/pubis dengan penis
mengarah ke dada
u. Gantung urin bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
v. Pasang sarung tangan bersih dan ambil sampel urine segera dari urine bag (jika perlu)
w. Lepaskan sarung tangan bersih
x. Rapikan pasien dan alat yang digunakan
y. Cuci tangan 6 langkah
z. Dokumentasikan prosedur yang dilakukan (warna urine, jumlah urine yang keluar,
jumlah aquades, tanggal waktu pemasangan dan respon pasien).
Pada perempuan
a. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas
b. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
c. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, dekatkan dengan pasien
d. Jaga privasi dengan memasang sampiran
e. Atur posisi terlentang dengan memasang sampiran
f. Letakkan pengalas di bawah bokong
g. Tutup area pinggang dengan selimut
h. Cuci tangan dengan 6 langkah
i. Pasang sarung tangan bersih
j. Bersihkan area perineum dengan khas dan cairan antiseptik
k. Bilas dan keringkan, kemudian lepaskan sarung tangan bersih
l. Buka set kateter steril (tetap pertahankan teknik aseptik), Pasang sarung tangan steril
m. Sambungkan kateter dengan urin bag, Lumasi ujung 2.5-5 cm dengan jeli
n. Buka kedua labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan nondominan
o. Masukan kateter 5-7.5 cm ke dalam meatus uretra secara perlahan sambil meminta untuk
tarik napas dalam
p. Perhatikan adanya aliran urin pada selang urine bag
q. Lakukan fiksasi internal dengan memasukan aquades/NaCl untuk mengembangkan balon
kateter
r. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk memastikan kateter terfiksasi
dengan baik dalam kandung kemih
s. Lepaskan sarung tangan steril
t. Lakukan fiksasi eksternal dengan plester di area paha dalam
u. Gantungkan urine bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
v. Pasang sarung tangan bersih dan ambil sampel urine segera dari urine bag (jika perlu)
w. Lepaskan sarung tangan bersih
x. Rapikan pasien dan alat yang digunakan
y. Cuci tangan 6 langkah
z. Dokumentasikan prosedur yang dilakukan (warna urine, jumlah urine yang keluar,
jumlah aquades, tanggal waktu pemasangan dan respon pasien).
PEMASANGAN HUKNAH

Pengertian
Huknah adalah pemasukan cairan ke dalam rektum. Dua jenis dari cleaninganema
adalah high enema (huknah tinggi) dan low enema (huknah rendah). High enema diberikan
untuk membersihkn kolon sebanyak mungkin,sering diberikan sekitar 1000ml larutan orang
dewasa dan posisi klienberubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbeng dan
kemudianke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun keusus besar,
cleaning enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5 –10 menit.
Low enema diberikan hanya untuk membersih kan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar
500 mL larutan diberikan pada orang dewasa danklien dipertahankan pada posisi ke kiri
selama pemberian.
Carminatina enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus.Larutan dimasukkan
ke dalam rektum untuk dimasukkan gas dimana iamerenggangkan rektum dan kolon,
kemudian merangsang peristaltik.Untuk orang dewasa dimasukkan 60 – 180 ml.
Retention enema yaitu dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektumdan kolon sigmoid,
pelumas tersebut tertahan untuk suatu waktu yanglama (1–3jam), ia bekerja untuk melumasi
rektum dan kanal anal yangakhirnya memudahkan jalannya feses.
Prinsip dasar huknah memberikan huknah adalah suatu kegiatan yang dilakukan yang
untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi fekal dengan memberikan huknah rendah
atau huknah tinggi.
Tindakan ini memberikan bantuan pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar eliminasi fekal karena feses yang keras dan persiapan tindakan pembedahan.
Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama,
stress psikologis, obat-obatan, kurang aktifitas dan faktor usia. Bila hal ini tidak mendapatkan
perawatan dengan baik bisa terjadi fekal Impaksi.
Tujuan Huknah
Tujuan huknah yaitu untuk membersihkan usus, untuk pengobatan dan membantu
menegakkan diagnosa. Beberapa tindakan dalam huknah yang dapat kita ketahui,
Carminatine Enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke
dalam rektum untuk dimasukkan gas dimana ia merenggangkan rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60 – 180 ml.
Retention Enema yaitu dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon
sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk suatu waktu yang lama (1–3jam), ia bekerja untuk
melumasi rektum dan kanal anal yang akhirnya memudahkan jalannya feses.
Perbedaan huknah rendah dan tinggi, Huknah rendah adalah tindakan keperawatan
dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon desendens dengan menggunakan
kanula rektal melalui anus.
Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi (persiapan pembedahan) dan pasien yang
mengalami obstipasi. Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon asendens dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien
yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.
PEMBERIAN MAKANAN MELALUI NGT
1. Persiapan
a. Cuci tangan.
b. Bantu pasien setengah duduk atau sntengah berbaring atau naikkan kepala ranjang 30-
60 derajat.
c. Suhu makanan sekitar 37-40 derajat (yang penting tidak terasa panas pada tangan).
2. Langkah pemberian makanan
a. Sebelum menbuka penutup selang NGT, gunakan satu tangan untuk melekuk
selang untuk mencegah udara masuk ke dalam lambung.
b. Periksa posisi selang NGT. Jika timbul kondisi di bawah ini, hentikan pemberian
makan sementara dan beritahu petugas medis.
c. Perban tanda tempelan terlepas.
d. Periksa apakah pada mulut pasien ada selang NGT yang terlepas atau melilit
mulut.
e. Gunakan jarum kosong untuk melakukan sedot balik untuk memastikan apakah
selang NGT berada dalam lambung.
f. Evaluasi kondisi pencernaan lambung. Amati isi, warna, dan jumlah dalam
lambung. Pemberian makan dapat dilakukan jika kurang dari 50 cc. Jika melebihi
setengah dari isi makanan yang diberikan sebelumnya, jangan diberi terlebih
dahulu. Istirahat 1 jam untuk mengevaluasi lagi, serta jangan menyuntik balik
residu tersebut ke dalam lambung untuk membantu pencernaan.
g. Jika residu yang disedot berwarna hijau tua, merah tua, warna darah atau coklat,
beritahu petugas medis.
h. Sebelum pemberian makan, basahkan dinding selang dengan air hangat 20-30 c.c.
i. Jarak ketinggian cairan dalam jarum pemberian makan dari hidung sekitar 30-45
cm. Manfaatkan gravitasi agar makanan dapat mengalir ke dalam lambung secara
perlahan. Waktu pemberian makan tidak boleh kurang dari 15 menit.
j. Saat pemberian makan, cegah jangan sampai udara masuk ke dalam lambung
karena dapat mengakibatkan perut kembung.
k. Selama pemberian makan, tanyakan kepada pasien apakah baik baik saja. Jia ia
merasa perut kembung, sakit, muntah, batuk, susah bernafas, segera hentikan
pemberian makan, dan tenangkan pasien. Lihat keadaannya apakah perlu dibawa
ke UGD. Jika muntah, arahkan kepala pasien ke samping.
l. Selesai pemberian makan, gunakan air hangat untuk mencuci selang 20-30 c.c,
jangan sampai tersumbat atau ada sisa makanan yang tertinggal.
m. Pada area pembuka selang NGT, lekuk selang NGT untuk diselip ke dalam atau
gunakan penyumbat untuk mencegah udara masuk dan menyebabkan perut
kembung dan makanan mengalir keluar.
3. Hal yang perlu diperhatikan
a. Selesai pemberian makan, biarkan pasien setengah duduk atau setengah
berbaring 30 menit untuk mencegah terjadinya muntah.
b. Jangan melakukan aktifitas ekstrim dalam waktu 1 jam setelah pemberian makan,
seperti sedot dahak, tepuk punggung, balik badan, terapi, mencairkan dahak, dsb.
c. Tempelan selang NGT harus diganti setiap hari, jaga kebersihan bagian tubuh,
dan tempel pada tempat yang berbeda untuk mencegah munculnya luka borok.
Jangan merubah kedalaman selang yang terpasang.
d. Bersihkan rongga mulut pasien yang diberikan selang NGT (gunakan air teh, air
jeruk nipis) dan hidung.
e. Makanan harus segar dan habiskan dalam waktu 2 jam untuk mencegah makanan
rusak. Makanan yang diletakkan pada suhu ruang pada waktu yang lama harus
dibuang.
f. Makanan dan obat harus diberikan terpisah.
g. Selang jangan sampai tertekan, terpilin atau tertarik, terutama pada pasien yang
hiperaktif.

PEMBERIAN OBAT MELALUI NGT


1. Pengertian
Memberikan obat melalui NGT adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan
pengobatan dan membantu proses penyembuhan dengan memberikan obat-obatan melalui
selang NGT maupun OGT sesuai program pengobatan pasien dari dokter yang menangani.
2. Tujuan
a. Memberikan obat dengan cara yang langsung masuk kelambung.
b. Meyakinkan obat dapat terserap sempurna dengan cara tersebut.
c. Memastikan kerja obat benar
3. Persiapan
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat
e. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
4. Alat Dan Bahan
a. Obat-obatan yang sesuai program pengobatan dokter
b. Mangkok obat dan air minum dalam tempatnya
c. Daftar obat pasien
d. Alas dan Piala ginjal
e. Gerusan obat bila perlu
f. Spuit 10 cc, corong atau spuit 60cc
g. Stetoskop
5. Prosedur
a. Masukkan obat dalam spuit, buka ujung NGT atau OGT
b. Hubungkan dengan spuit, masukkan obat yang telah ada dalam spuit.
c. Setelah semua obat masuk, bilas selang dengan air putih secukupnya
d. Tutup ujung NGT dengan penutupnya atau diklem
e. Berikan posisi yang nyaman bagi pasien dan merapikannya.
f. Simpan obat obat sisa dan daftar obat pasien ketempatnya.
g. Bersihkan dan menyimpan alat-alat yang sudah dipergunakan
h. Observasi keadaan umum pasien.
i. Perawat cuci tangan
6. Evalusi
Cek kembali pasien setelah 30 menit untuk melihat respon pasien terhadap obat
meliputi tanda-tanda vital dan efek samping obat.
7. Dokumentasi
a. Tanggal dan jam pemberian obat melalui sonde.
b. Tindakan dan respon pasien
c. Nama jelas perawat yang memberi obat pada daftar obat sesuai obat yang sudah
diberikan
d. Keadaan umum pasien
BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)

Pengertian

Bantuan hidup dasar merupakan serangkaian usaha untuk mengembalikan fungsi atau
sirkulasi pernapasan pada seseorang yang mengalami henti jantung, gangguan pernapasan,
henti napas, atau sumbatan jalan napas.

Bantuan hidup dasar perlu segera dilakukan pada orang yang tidak sadar dan tidak bernapas.
Sebab, kerusakan otak permanen hingga kematian dapat terjadi dalam jangka waktu 4–10
menit setelah pasokan oksigen terputus.

Berikut adalah beberapa bantuan hidup dasar yang dapat Anda lakukan dalam keadaan

darurat: Manuver Heimlich

Manuver Heimlich dapat dilakukan sebagai penanganan darurat untuk menolong


orang yang tersedak. Dengan melakukan manuver Heimlich, benda asing yang menjadi
penyebab tersedak dapat dikeluarkan dan jalan napas dapat terbuka kembali.

Cara melakukan bantuan hidup dasar manuver Heimlich pada orang dewasa yang tersedak,
yaitu:
a. Bantu orang yang tersedak untuk berdiri
b. Posisikan tubuh Anda di belakang orang yang tersedak tersebut
c. Bungkukkan tubuh orang yang tersedak ke dapan
d. Pukul punggungnya dengan telapak tangan Anda sebanyak 5 kali
e. Lingkarkan tangan Anda di pinggang orang yang tersedak
f. Kepalkan salah tangan Anda dengan posisi ibu jari ke dalam, tempatkan tepat di atas
pusar orang yang tersedak, lalu letakkan telapak tangan yang lain di atas tangan yang
dikepalkan
g. Tekan kepalan tangan Anda ke perut orang yang tersedak dan hentakkan ke atas
sebanyak 5-–10 kali
h. Ulangi gerakan ini sampai benda yang menyumbat jalan napas keluar dan orang
tersebut dapat bernapas atau batuk-batuk
Jika orang yang tersedak tidak sadarkan diri, lakukan bantuan hidup dasar resusitasi jantung
paru standar (CPR) dengan menekan dada dan memberikan napas bantuan.

Cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP)


Jika menemui orang yang tidak sadarkan diri dan tidak bernapas karena tersedak,
tenggelam, kecelakaan, syok, keracunan, atau mengalami serangan jantung, Anda bisa
melakukan bantuan hidup dasar berupa cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi
jantung paru (RJP).
Berikut adalah langkah-langkah melakukan bantuan hidup dasar berupa CPR atau RJP:
a. Pastikan keamanan sekitar
b. Periksa respons korban
c. Hubungi ambulans
d. Baringkan korban
e. Periksa pernapasan korban
Periksa mulut dan tenggorokan korban. Singkirkan sumbatan yang terlihat jelas di mulut
atau hidungnya, seperti muntah, darah, makanan, atau gigi. Setelah itu, dongakkan atau
tengadahkan kepala korban pelan-pelan dan angkat dagunya untuk membuka jalan napas
dan memeriksa apakah dia bernapas. Jika korban tidak bernapas setelah 10 detik,
mulailah melakukan CPR.
f. Melakukan CPR
g. Kompresi atau menekan dada korban: Berlutulah di samping korban, letakkan tangan kiri
Anda di atas tangan kanan, dan tempatkan di bagian tengah dada korban. Berikan
tekanan sebanyak 100–120 kali per menit hingga korban merespons atau ambulans
datang.
h. Membuka jalan napas korban : Jika sudah terlatih, setelah melakukan kompresi dada
sebanyak 30 kali, Anda dapat membuka jalan napas korban dengan mendongakkan
kepala dan mengangkat dagu korban.
i. Memberikan napas buatan : Setelah membuka jalan napas, berikan napas buatan pada
korban sebanyak 2 kali. Ulangi proses 30 kali kompresi dada yang diikuti 2 kali napas
buatan hingga ambulans tiba atau korban sadar.
Bantuan hidup dasar sangat penting untuk segera diberikan pada orang yang tidak
sadar dan tidak bernapas. Oleh karena itu, tidak ada salahnya Anda membekali diri dengan
belajar cara melakukan manuver Heimlich dan CPR.

SULTION (LARUTAL ORAL)

Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk dimasukkan secara oral (ke dalam
mulut). Larutan oral menurut kandungannya dibedakan menjadi dua, yaitu sirop dan eliksir.
Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain , senyawa poliol (sorbitol
dan gliserin), dan juga zat antimokroba. Adapun eliksir adalah larutan oral yang
menggunakan etanol sebagai pelarutnya.
Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk menggunaan pada kulit. Adapun
larutan topikal yang digunakan pada permukaan mukosa mulut disebut dengan larutan
lidokain oral topikal.
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol ataupun hidroalkohol yang mudah menguap.
Larutan spirit seringkali digunakan sebagai bahan pengaroma dalam sediaan larutan.
Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol dan hidroalkohol seperti spirit. Yang
membedakan keduanya adalah tingtur berasa dri tumbuhan ayai senyawa kimia.
Air Aromatik adalah larutan yang biasanya mengandung air dan senyawa aromatic yang
mudah menguap. Zat tambahan yang digunakan dalam sediaan larutan adalah pewarna,
pengawet, perasa (biasanya pemanis), pengaroma, dan juga zat anti mikroba untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Contoh dari sediaan larutan adalah obat sirup, obat kumur,
tetes mata, tetes hidung, inhalasi, obat yang disuntikkan, rivanol, dan juga betadin.
GANTI VERBAN

Tujuan mengganti verban adalah untuk mempercepat penyembuhan, dan mencegah


infeksi. Sebab, perban yang kotor atau tidak pernah diganti akan memungkinkan luka
menjadi lembab dan memudahkan masuknya bakteri penyebab infeksi.
Cara Melakukan Ganti Perban
Alat & Bahan yang Diperlukan:
1. Sarung tangan (handscoon) steril.
2. Satu set alat (gunting, pinset, dan klem).
3. Kassa.
4. Kom.
5. Salep antiseptik.
6. Larutan antiseptik.
7. Larutan pembersih.
8. Nacl/aquabides.
9. Plester.
10. Alas.
11. Kantong plastik (untuk tempat sampah).
Langkah-Langkah:
1. Siapkan alat yang diperlukan (jangan dibuka), agar kesterilan tetap terjaga.
2. Dekatkan kantong tempat sampah, untuk mencegah kontaminasi.
3. Atur posisi pengidap luka senyaman mungkin, agar tidak terjadi gerakan tiba-tiba
yang dapat menyebabkan kontaminasi luka dan peralatan.
4. Cuci tangan, untuk menghilangkan kuman, bakteri, maupun virus yang menempel di
permukaan kulit.
5. Kenakan handscoon bersih (sekali pakai). Pemakaian handscoon dapat mencegah
perpindahan kuman, bakteri, maupun virus dari balutan kotor ke tangan.
6. Lepaskan perban secara perlahan lalu bersihkan bekas perban dengan menggunakan
kapas bersih, untuk mengurangi tegangan pada tepi luka.
7. Angkat balutan, bila terdapat drainase angkat balutan satu persatu, agar dapat
mencegah penarikan drainase.
8. Jika balutan lengket, lepaskan dengan memberikan larutan steril, untuk mencegah
kerusakan pada permukaan epidermal.
9. Jika terdapat drainase, lakukan observasi karakter serta jumlah drainase pada balutan,
agar dapat mengkaji luka.
10. Buang balutan kotor ke kantong plastik (sampah) yang telah disediakan, untuk
mengurangi perpindahan kuman, bakteri, maupun virus ke orang lain.
11. Tuangkan larutan antiseptik di atas kassa steril, agar dapat mempermudah pekerjaan
selama ganti balutan.
12. Observasi kondisi luka serta drainase, untuk menentukan status penyembuhan luka.
13. Bersihkan luka dengan larutan Nacl/antiseptik dengan cara pegang kassa yang
dibasahi dalam larutan dengan pinset (gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan
ketika membersihkan luka serta bersihkan dari dalam ke luar luka), dengan
menggunakan pinset steril dapat mencegah kontaminasi jari yang memakai
handscoon.
14. Pakai kassa baru untuk mengeringkan luka dengan cara mengusapkan secara perlahan,
agar dapat mengurangi kelembapan pada luka.
15. Pasang perban kering pada luka. Balut beberapa kali jika diperlukan, dan pastikan
luka tertutup sempurna.
16. Tempelkan plester atau pengikat di atas balutan luka, dan pastikan perban telah
kencang dan tidak akan bergeser.
17. Lepaskan handscoon dan buang di tempat yang sudah disediakan.
18. Cuci tangan hingga bersih.

PERAWATAN LUKA

Perawatan luka adalah prosedur penting yang perlu dilakukan ketika mengalami luka
atau cedera pada kulit. Kulit adalah bagian tubuh terluas yang membentuk sekitar 16 persen
dari berat badan. Kulit pun memiliki beberapa fungsi vital, meliputi fungsi kekebalan tubuh,
pengaturan suhu, sensasi, dan produksi vitamin. Kulit juga merupakan organ dinamis dalam
kondisi perubahan yang konstan. Letaknya yang melingkupi tubuh membuat kulit mudah
terluka.
Luka pada kulit, terutama luka terbuka, perlu mendapatkan perawatan yang intensif. Hal
ini karena luka terbuka dapat dengan mudah terinfeksi oleh virus dan bakteri penyebab
penyakit. Perawatan luka merupakan hal yang mungkin terdengar sepele, tetapi ternyata
memiliki peran dan fungsi besar bagi kesehatan tubuh.
Bicara soal luka, perlu diketahui bahwa luka terdiri atas 2 jenis, yaitu:
1. Luka Akut
Luka akut terjadi akibat adanya jaringan yang rusak karena trauma. Luka jenis ini bisa
didapatkan secara disengaja, seperti dalam luka prosedur bedah, atau karena kecelakaan
yang disebabkan oleh benda tumpul, proyektil, panas, listrik, bahan kimia, atau gesekan.
Luka akut biasanya bisa sembuh dengan sendirinya, tanpa memerlukan perawatan yang
khusus dan intensif.
2. Luka Kronis
Luka kronis adalah luka yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan selama jangka waktu
tertentu (biasanya 4 minggu), dan menjadi “mandek” pada fase inflamasi. Luka kronis
juga kerap dikaitkan dengan adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik, seperti obat-obatan,
gizi buruk, komorbiditas atau pemilihan ganti yang tidak tepat.
Perawatan luka yang dilakukan dengan baik juga dapat melindungi luka dari virus dan
bakteri penyebab penyakit ke dalam tubuh. Selain infeksi, risiko komplikasi lain yang dapat
terjadi jika luka tidak dirawat dengan baik adalah:
a. Rentang gerak berkurang.
b. Kelainan bentuk.
c. Hilangnya sensasi atau sensasi abnormal
d. Kehilangan penglihatan.
e. Kelumpuhan atau ketidakmampuan untuk menggerakkan bagian tubuh.
f. Cacat fisik.
g. Amputasi.
h. Kelemahan.
Luka yang tergolong ringan biasanya tidak membutuhkan pertolongan intensif dari
dokter, atau tidak harus segera dilarikan ke rumah sakit. Pada kasus yang ringan, luka dapat
diatasi dan dirawat sendiridengan melakukan pertolongan pertama yang sederhana di rumah.
Hal terpenting yang perlu diingat adalah selalu menjaga kebersihan dengan cara
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, untuk menghindari infeksi.
Setelah itu, kamu bisa melakukan beberapa langkah berikut ini:
a. Hentikan perdarahan jika terus berlanjut. Dengan cara menekan luka dengan lembut
menggunakan kain yang steril atau bersih. Posisikan luka menghadap ke atas.
b. Bilas luka dengan air bersih. Daerah di sekitar luka boleh dibersihkan dengan sabun,
tapi tidak pada lukanya untuk menghindari iritasi.
c. Jika ada benda kecil tertancap pada luka setelah dibersihkan, gunakan pinset steril
(yang telah dibersihkan dengan alkohol) untuk mencabutnya. Jika masih ada yang
tertancap, segera cari pertolongan medis guna mengurangi risiko infeksi dan tetanus.
d. Tidak perlu menggunakan cairan hidrogen peroksida, obat merah, atau pembersih
mengandung iodine yang dapat mengiritasi jaringan yang sudah terluka.
e. Oleskan krim atau salep antibiotik tipis-tipis untuk membantu menjaga permukaan
kulit tetap lembap. Obat ini bisa mencegah infeksi dan membantu proses
penyembuhan secara alami. Namun, jika ruam muncul, segera hentikan penggunaan
salep.
f. Tutupi luka dengan perban steril untuk membantu menjaganya tetap bersih dan
terhindar dari bakteri. Jika luka atau goresannya kecil, tidak usah diperban.
g. Ganti perban secara teratur, paling tidak sekali dalam sehari atau setiap kali perban
basah atau kotor.
h. Jika luka cukup dalam, menganga, dan terlihat lemak atau otot, segera ke dokter atau
rumah sakit untuk mendapat jahitan atau perawatan lain yang diperlukan.
Perawatan luka perlu dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi luka. Bahkan pada
luka yang kecil atau ringan sekali pun. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri dan
mempercepat proses penyembuhan secara alami. Perawatan luka dapat dilakukan di mana
saja, selama menjaga kebersihan dan menggunakan peralatan yang steril. Luka yang ringan
bisa dirawat sendiri di rumah, asalkan memiliki peralatan yang dibutuhkan.

VULVA HIGIENIS DAN PENIS HIGIENIS

Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.Pasien yang harus istirahat di
tempat tidur (misalnya,karena hipertensi,pemberian infus,section caesarea) harus dimandikan
setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu
sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan
sehat,daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan protektif.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari),biasanya daerah
perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang
disediakan khusus untuk keperluan tersebut.Penggantian tampon harus sering
dilakukan,sedikitnya sesudah pencucian perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau
sehabis menggunakan pispot.Payudara harus mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi
yang bisa dilakukan dengan memakai spons atau shower dua kali sehari.Payudara dibasuh
dengan menggunakan
alat pembasuh muka yang disediakan khusus untuk keperluan ini.Kemudian masase payudara
dilakukan dilakukan dengan perlahan – lahan dan puting secara hati – hati ditarik
keluar.Jangan menggunakan sabun untuk membersihkan putting.
Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu
perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis
pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora,
dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa
dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina,
perineum, dan anus.
Pada saat mandi,ibu post partum pasti melepas pembalut,setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut,untuk
itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut,demikian pula pada perineum ibu,untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
Pada saat buang air kecil,pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
Pada saat buang air besar,diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus,untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

Indikasi dan kontra indikasi


Indikasi : Dikhususkan pada area genital yang terkena edema
Kontra indikasi : berikan perhatian pada wanita yang mengalami menstruasi

Persiapan alat
Alat dan bahan :
1. Kapas sublimat atau desinfektan
2. Pinset
3. Bengkok
4. Pispot
5. Tempat cebok yang berisi larutan
6. Desinfektan sesuai dengan kebutuhan
7. Pengalas
8. Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien dengan dorsal recumben
4. Pasang pengalas dan pispot diletakkan pada bokong pasien
5. Gunakan sarung tangan
6. Lakukan tindakan vulva hygiene dengan tangan kiri, buka vulva memakai kapas sublimat
dan tangan kanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan. Membersihkan vulva
harus secara searah dari atas kebawah dan tidak boleh dibolak balik.
7. Kemudian ambil kapas sublimat dengan pinset lalu bersihkan vulva dari atas atau ke
bawah dan kapas kotor dibuang ke bengkok. Lakukan hingga bersih
8. Setelah selesai ambil pispot dan atur posisi pasien
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Penis Higienis
Tata cara melakukan higiene penis yaitu membersihkan daerah genital dan perineal pada pasien
pria yang tidak bisa melakukannya sendiri
Tujuan : Sebagai acuan petugas dalam melakukan penis higiene untuk :
a. Menjaga kebersihan
b. Mencegah infeksi
c. Memberikan rasa nyaman
Prosedur
1. Persiapan Alat
a. Baskom mandi / botol cebok berisikan air hangat
b. Selimut mandi
c. Sabun
d. Washlap 2 buah
e. Handuk ukuran kecil/sedang
f. Bengkok
g. Handscoon
h. Tissue/handuk kecil
i. Kapas air hangat pada tempatnya.
2. Langkah-langkah
a. Lakukan cuci tangan, Siapkan alat ke dekat pasien, Ucapkan salam
b. Lakukan identifikasi pasien dengan benar
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
d. Tanyakan kesiapan pasien atau keluarga
e. Jaga privasi pasien dengan menutup tirai/mengunci pintu kamar pasien Ajak
pasien/keluarga membaca basmalah bersama-sama, Pakai sarung tangan
f. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi, dengan 1 ujung selimut diantara kedua
tungkai pasien, 2 ujung lainnya Mengarah kemasingmasing sisi tempat tidur dan 1
ujung lain pada dada pasien. Jika selimut mandi terlalu besar maka selimut mandi
digunakan seperti biasa
g. Atur pasien dorsal recumbent dan lepaskan pakaian bawah pasien
h. Lilitkan ujung selimut kesekeliling tungkai pasien dengan menarik ujung selimut
mandi dan melipatnya dibawah panggung,Perlahan-lahan angkat penis dan
meletakkan handuk dibawahnya. Dengan perlahan pegang ujung penis, bila pasien
tidak disircumsisi retraksikan kulup. Tunda prosedur jika pasien mengalami ereksi.
i. Bersihkan ujung penis pada meatus uretra, melakukan gerakan memutar dari meatus
kearah keluar. Jangan biarkan sabun masuk kedalam meatus. Kembalikan meatus
pada posisi semula Basuh dan mengeringkan penis secara menyeluruh
j. Minta pasien untuk meregangkan sedikit kakinya, dengan perlahan membersihkna
scrotum. Angkat testis dengan hati-hati dan mencuci lipatan kulit dibawahnya. basuh
dengan washlap dan keringkan. Lipat selimut mandi kebelakang perineum dan
membantu pasien untik miring Bersihkan daerah anal dengan mengusap dari arah
perineum ke anus dengan satu gosokan, ulangi dengan washlap sampai bersih
Keringkan dengan handuk kecil atau tissue Bantu pasien untuk terlentang
k. Lepas handscoon
l. Bantu pasien untuk memakai pakaian bawahnya
m. Rapikan pasien dan Mengevaluasi tindakan yang dilakukan
n. Rapikan lingkungan
o. Ajak pasien atau keluarga membaca hamdalah
p. Pamitan dengan pasien
q. Bereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula
r. Lakukan cuci tangan
s. Catata kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

NEBULIZER

Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang
dihirup. Pengobatan yang memanfaatkan alat ini biasanya diberikan kepada penderita
gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), saat
mengalami sesak napas.
Salah satu pengobatan gangguan pernapasan atau penyakit paru adalah dengan
menggunakan obat yang dihirup. Pemberian obat hirup ini bisa melalui inhaler atau nebulizer.
Penyakit yang Dapat Ditangani dengan Nebulizer
Nebulizer memang umumnya digunakan untuk meredakan gejala asma. Namun, alat ini juga
dapat digunakan untuk menangani penyakit lain, seperti:
1. Penyakit paru obstruktif kronis
Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK adalah kondisi ketika paru-paru
mengalami peradangan jangka panjang. Peradangan ini membuat aliran udara dalam saluran
pernapasan terhambat sehingga menimbulkan gejala berupa batuk, sesak napas, dan
mengi.Penyakit PPOK bisa disebabkan oleh paparan polusi dan asap rokok terus-menerus
dalam jangka waktu lama.
2. Croup
Croup merupakan penyakit yang menyerang pita suara dan tenggorokan akibat infeksi
virus. Penyakit ini sering diderita oleh anak usia 6 bulan sampai 3 tahun. Gejala yang dapat
dialami anak dengan kondisi ini meliputi demam, suara serak, napas berbunyi, serta batuk
bersuara keras dan kasar.
3. Epiglotitis
Epiglotitis adalah pembengkakan pada epiglotis, yaitu tulang rawan di pangkal lidah
yang berfungsi sebagai katup penutup saluran pernapasan ketika Anda makan atau minum.
Epiglotitis umumnya disebabkan infeksi bakteri atau virus dan cedera pada
tenggorokan.Gejala kondisi ini biasanya berupa demam tinggi, suara serak, tenggorokan
sakit, sulit dan nyeri saat menelan, hingga sesak napas.
4. Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru yang membuat
organ tersebut meradang. Penyebabnya bisa virus, bakteri, atau jamur. Gejala pneumonia
meliputi batuk berdahak, sesak napas, nyeri dada, lemas, demam, dan terkadang disertai
mual, muntah, atau linglung.
Seseorang lebih berisiko menderita pneumonia jika sedang dirawat di rumah sakit,
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, merokok, atau menderita penyakit tertentu
seperti stroke, diabetes, penyakit jantung, dan PPOK.
Cara Menggunakan Nebulizer yang Benar
Seperangkat alat nebulizer mencangkup mesin kompresor, masker atau corong mulut,
selang penghubung, dan cangkir nebulizer atau wadah obat. Obat yang biasa digunakan
adalah obat asma, obat antiradang, dan obat pengencer dahak.
Berikut ini adalah urutan cara yang tepat untuk menggunakan nebulizer:
a. Pastikan peralatan yang digunakan sudah dibersihkan.
b. Cuci tangan sebelum menyiapkan obat.
c. Masukkan obat ke cangkir nebulizer dan pastikan dosis yang diberikan sesuai anjuran
atau resep dokter.
d. Sambungkan corong mulut atau masker ke cangkir nebulizer.
e. Pasang selang penyambung antara mesin kompresor dan cangkir nebulizer.
f. Saat alat sudah siap, nyalakan mesin kompresor. Jika berfungsi secara normal, alat
akan mengeluarkan uap yang berisi obat.
g. Letakkan corong mulut atau masker ke mulut dan pastikan tidak ada celah.
h. Duduklah dengan nyaman dalam posisi tegak. Prosedur ini biasanya membutuhkan
waktu sekitar 15–20 menit.
i. Ketika menggunakan alat, bernapaslah secara perlahan hingga obat habis.
j. Jaga agar cangkir nebulizer tetap tegak selama alat digunakan.
Jika muncul keluhan pusing, dada berdebar, atau gelisah saat menggunakan obat, hentikan
pengobatan sejenak. Setelah 5 menit, gunakan kembali nebulizer, tetapi cobalah untuk
bernapas lebih perlahan. Bila keluhan masih juga muncul, hentikan penggunaan nebulizer dan
segera konsultasikan ke dokter.

PEMASANGAN MONITOR
Pengertian
Bedside monitor adalah suatu alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologis
pasien seperti tanda-tanda pasien, berupa detak jantung nadi, tekanan darah, dan saturasi
oksigen. Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara nyata, sehingga dapat diketahui
kondisi fisiologis pasien pada saat itu juga (Lee & Aurora, 2011).
Indikasi
Indikasi pemasangan pasien monitor/ beside monitor adalah pasien dengan krisis atau
kegagalan pada beberapa system tubuh manusia yaitu :
1. Sistem Pernapasan
2. Sistem hemodinamik
3. Sistem syaraf pusat
4. Sistem endokrin dan metabolic
5. Over dosis obat ,reaksi obat dan keracunan.
6. Sistem pembekuan darah, dan infeksi berat (sepsis)
Pemantauan penyakit lain:
1. Syok
2. Infark miokard akut disertai dengan gagal jantung, sakit dada berulang, atau terjadi
hipertensi/ hipotensi
3. Edema jantung kanan
4. Pasca operasi jantung
5. Penyakit katup jantung/rupture spetum ventrikel
6. Temponade jantung
7. Gagal nafas akut
8. Hipertensi pulmonal
9. Sarana pemberian cairan dan obat
Tujuan
1. Mengkaji keadaan terkini pasien
2. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang telah diberikan pada keadaan pasien dengan
cara mengukur tanda-tanda vital pasien
Parameter bedside monitor meliputi:
1. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung. Dalam pemeriksaan EKG ini
juga meliputi heart rate dalam satu menit
2. Respirasi adalah pemeriksaan irama napas pasien dalam satu menit
3. Saturasi darah/ SpO2 yaitu kadar oksigen yang ada di dalam darah
4. Pemeriksaan tekanan darah
5. Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa.
Alat dan Bahan
1. Set monitor dan aksesoris monitor
2. Handscoon
3. Alcohol swab
4. Perekat 5 elektroda
Sistematika Prosedur
Tahap Pra Interaksi
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan.
4. Membuat kontrak waktu, tempat, dan tindakan yang akan dilakukan.
Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri dan mengucapkan salam terapeutik.
2. Melakukan validasi data.
3. Meminta persetujuan tindakan.
4. Menyampaikan atau menjelaskan tujuan tindakan.
5. Menyampaikan atau menjelaskan langkah-langkah prosedur.
6. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan
Tahap pelaksanaan
Menurut jevon & Ewents (2013), sistematika prosedur dari pemasangan bedside monitor yaitu:
1. Cuci tangan
2. Mempersiapkan alat
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga
pasien dan pasien
4. Menjaga privasi pasien dengan menutup tirai
5. Mendekatkan alat
6. Menghubungkan alat dengan sumber listrik
7. Menghidupkan monitor dengan menekan tombol ON, patikan alat hidup dan dapat
digunakan
8. Mengatur atau set rentang nilai untuk tekanan darah, HR, RR, suhu, set EKG yang
ditampilkan pada lead II, set rentan nilai SpO2, set volume alarm
9. Membuka baju bagian depan pasien
10. Memasangkan 5 led elektroda ke perekat elektroda untuk nanti dipasangkan ke tubuh
depan pasien. Lalu pasangkan ke tubuh pasien dengan ketentuan:
11. Merah : Bawah klavikula dekstra
12. Kuning : bawah klavikula sinistra
13. Hijau : bawah costae sinistra
14. Menutup baju pasien
15. Memasang manset untuk tekanan darah
16. Memasang pulse oksimetri pada ibu jari/ jari telunjuk pasien
17. Lakukan monitoring, catat hasil monitoring pada lembar perkembangan pasien
18. Setelah alat selesai digunakan, matikan dengan menekan tombol ON/OFF
19. Lepaskan penghubung daya
20. Membersihkan alat-alat
21. Cuci tangan
Tahap Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Berpamitan dengan klien/keluarga
3. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Hal – hal yang Perlu Diperhatikan
1. Ketepatan dalam pemasangan alat – alat monitoring terhadap pasien dan dalam
mengoperasikan alat serta perhatikan protap pelayanan.
2. Perhatikan urutan dan letak pemasangan 5 elektroda pada bagian tubuh depan pasien.
3. Setiap alat monitor dalam warna penempatan elektroda tidak selalu sama, jadi
perhatikan petunjuk pada kabel yang biasanya sudah tertera kode penempatan lokasi.
4. Monitor hasil tanda-tanda vital pasien setiap 1 jam sekali untuk mengetahui
perkembangan pasien.

DJJ (PEMASANGAN DOPLER)

Saat usia kehamilan menginjak sekitar 5 atau 6 minggu, jantung janin kemungkinan akan
mulai berdetak sebanyak 80–85 denyut per menit (bpm). Sekitar minggu ke-9, detak jantung
janin rata-rata berkisar pada 175 bpm.
Pada pertengahan kehamilan, detak jantung janin melambat hingga berada di angka 120–180
bpm. Detak jantung janin juga akan melambat pada 10 minggu terakhir kehamilan, meskipun
masih dua kali lebih cepat dari detak jantung normal orang dewasa.
Metode Pemantauan Detak Jantung Janin
Berdasarkan alat yang digunakan, ada dua macam cara yang bisa dilakukan untuk memantau
detak jantung janin, yaitu:
Auskultasi
Cara pertama untuk memonitor detak jantung janin adalah dengan metode auskultasi,
yaitu menggunakan stetoskop khusus. Metode ini terbilang aman karena minim risiko atau
efek samping. Dengan mengandalkan stetoskop khusus, dokter dapat mendengar masalah
terkait detak jantung janin. Dengan metode ini pula, ada beberapa hal terkait jantung yang
bisa didengarkan, seperti bagaimana suara jantung janin, seberapa sering berdetak, dan
seberapa keras berdetak.
Pemantauan secara elektronik
Cara kedua untuk memantau detak jantung janin adalah dengan alat pemantau
elektronik. Alat ini akan digunakan selama masa kehamilan hingga saat kelahiran bayi. Selain
memantau detak jantung janin, alat ini berguna juga untuk mengetahui kekuatan dan durasi
kontraksi Rahim.
Ada dua cara menggunakan alat pemantauan elektronik, yaitu pemantauan eksternal
dan pemantauan internal.
Pemantauan eksternal dilakukan dengan menggunakan alat gelombang suara (ultrasound)
Doppler untuk memeriksa apakah detak jantung janin terlalu cepat atau terlalu lambat.
Jika diperlukan, dokter juga bisa melakukan tes menggunakan sabuk bersensor guna
menghitung berapa kali detak jantung janin bertambah cepat selama 20 menit.
Ketika ibu hendak menjalani persalinan, dokter juga bisa menggunakan alat yang
disebut kardiotokografi (CTG) untuk mengetahui detak jantung janin dan pola kontraksi
rahim ibu.
Pemantauan internal adalah pemantauan yang hanya bisa dilakukan jika kantong ketuban
sudah pecah.
Pemantauan internal dilakukan dengan memasukkan kabel bersensor ke dalam rahim melalui
vagina. Kabel inilah yang nantinya akan ditempelkan ke kepala janin untuk mengukur detak
jantungnya.
Setelah pemasangan, pemantauan akan dilakukan secara terus menerus. Akan tetapi, cara ini
belum tersedia di Indonesia.
Pola detak jantung janin yang tidak normal bukan berarti calon buah hati memiliki gangguan
kesehatan tertentu. Dokter membutuhkan hasil pengamatan dari aneka tes lainnya guna
memastikan kondisi janin.
Jika dokter berhasil menemukan adanya gangguan kesehatan, tindakan selanjutnya adalah
menemukan penyebabnya. Jika gangguan tidak bisa teratasi dan dapat mengganggu kelahiran
bayi, biasanya bayi akan segera dilahirkan melalui operasi caesar, ekstraksi vakum,
maupun forceps.

VAGINA TUSE
Pengertian
Pemeriksaan genetalia bagian dalam mulai dari vagina sampai serviks menggunakan 2
jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran jari (lebar 1 jari berarti 1
cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks (pembukaan serviks atau portio)
Tujuan
1. Untuk menentukan faktor janin dan panggul
2. Menentukan perkiraan persalinan
3. Untuk menilai vagina
4. Untuk menilai keadaan serta pembukaan serviks
5. Untuk menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir
Prosedur
Persiapan Pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril / DTT
2. Kapas steril / DTT
3. Air DTT dalam Waskom
4. Alas bokong
5. Bengkok
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat-alat dengan pasien
3. Pasang sampiran / scherm
4. Atur posisi pasien dorsal recumbent
5. Buka pakaian bawah secukupnya
6. Bersihkan vulva dengan kapas dan air DTT
7. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina searah sumbu panggul, diikuti jari
telunjuk
8. Raba dan rasakan : Adanya tumor / oedem pada vagina Cerviks / portio : konsstensi,
effacement, pembukaan, posisi uteri Masuk ke dalam portio, raba presentasi terbawah,
selaput ketuban, presentasi janin, denominator, bagian terendah janin, bidang hodge
9. Lakukan pemeriksaan panggul dalam : Promotorium teraba / tidak Linea inominata
teraba berapa bagian (N=2/3),Spina isciadica menonjol / tidak , Sacrum cekung
bikonkaf / tidak, Arcus pubis lebih besar / < 90° , Distantia tuberosum > /< 1 kepal
10. Keluarkan kedua jari, perhatikan cairan yang keluar ( darah + lender / ketuban)
11. Celup sarung tangan dalam klorin 0,5%, lepas, rendam dalam posisi terbalik
12. Cuci tangan
13. Dokumentasi

PEMASANGAN BUDOL (OROPHARYNGEAL AIRWAY)

Guedel Airway (oropharyngeal airway) adalah jalan napas oropharyngeal (juga


dikenal sebagai oral airways, OPA atau Guedel pattern airway). Oropharyngeal
airway adalah perangkat medis yang disebut airway adjunct yang digunakan untuk
mempertahankan saluran napas tetap paten (terbuka). Hal ini dilakukan dengan mencegah
lidah dari (baik sebagian atau seluruhnya) menutupi epiglotis, yang mana bisa mencegah
pasien
bernafas. Ketika seseorang menjadi tidak sadar, otot-otot di rahang mereka berelaksasi dan
memungkinkan lidah untuk menyumbat jalan napas; pada kenyataannya, lidah adalah
penyebab paling umum dari saluran napas tersumbat.
1. Guedel Airways didesain untuk mempertahankan airwayoropharyngeal tidak tersumbat
selama atau setelah general anesthesia dan pada pasien yang tidak sadar karena sebab
lain.
2. Integral hard bite block menghindari tersumbatnya jalan nafas dan tergigitnya lidah.
3. Stepless airway path untuk pembersihan yang mudah.
4. Bite blocks berwarna untuk mengenali ukuran dengan segera.
5. Diproduksi dari polymer PE yang tidak toksik dan tidak iritatif.
Oral / Oropharyngeal Airway (Guedel Airways) – Literatur
Pengertian
Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut
dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan nafas.
(Medical Dictionary) Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang
ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah
pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty,2005).
Organ-organ yang terlibat dalam oropharyngeal airway
1. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
2. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah)
3. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
2. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
3. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
4. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena
dapat merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
Pemasangan oropharengeal tube meniadakan proses pemanasan dan pelembaban
udara inspirasi kecuali pasien dipasang ventilasi mekanik dengan humidifikasi yang baik.
Perubahan ini menyebabkan gagalnya silia mukosa bronkus mengeluarkan partikel-partikel
tertentu dari paru. Discharge trakea berkurang dan menjadi kental, akhirnya terjadi metaplasia
skuamosa pada epitel trakea.
Pada penderita dengan bantuan jalan nafas oropharyngeal ini merupakan benda asing dalam
tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat ditemukan berbagai koloni bakteri, yang sering
ialah Pseudomonas aeruginosa dan kokus gram positif. Pada fiksasi oropharyngeal tube juga
sering kali menimbulkan penekanan pada salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa
menyebabkan luka/nekrotik sebagai penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien.
Untuk pencegahan infeksi, digunakan prosedur yang bersih baik itu dari peralatan dan juga
lingkungan bersih dalam melakukan prosedur tindakan. Untuk perawatan, jaga kebersihan
mulut setiap 2 sampai 4 jam jika dibutuhkan.
Oropharyngeal tube dapat direndam di baskom yang telah diisi air kemudian dibilas dengan
larutan hydrogen peroxida dan air.
1. Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang atau apabila
ukuran terlampau panjang, epiglotis akan tertekan sehingga menyebabkan jalan nafas
tersumbat
2. Hindarkan terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat
3. Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana refleks faring masih ada karena dapat
menyebabkan muntah dan spasme laring.
Hal yang dikaji sebelum tindakan pemasangan oropharyngeal tube. Pastikan pasien
dalam keadaan tidak sadar. Pemaksaan pemasangan alat ini akan menimbulkan “gag reflek”
atau muntah yang mungkin menyebabkan aspirasi. Perhatikan dan ukur besarnya
oropharyngeal tube yang akan dipakai.

MEMANDIKAN BAYI

Cara memandikan bayi adalah salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap
orang tua. Namun, tidak sedikit pasangan, terutama orang tua baru, yang masih merasa gugup
ketika memandikan buah hatinya. Oleh karena itu, mari simak bagaimana cara memandikan
bayi yang tepat.
Memandikan bayi memang tidak boleh dilakukan sembarangan. Berbagai hal perlu
diperhatikan dan Anda pun dituntut untuk lebih hati-hati. Misalnya, hindari memandikan bayi
setelah ia selesai menyusu atau makan agar bayi tidak muntah.
Selain itu, masih ada banyak hal yang perlu diketahui seputar cara memandikan bayi yang
tepat agar Anda bisa melakukannya dengan baik dan lancar.
Berikut ini adalah peralatan esensial yang diperlukan untuk memandikan bayi:
1. Permukaan yang datar dan aman, seperti tempat tidur atau meja tempat ganti pakaian
bayi
2. Handuk dan alas ganti
3. Air untuk memandikan bayi dan pastikan air yang digunakan tidak terlalu panas atau
dingin
4. Gayung untuk mengalirkan air
5. Kain berbahan lembut untuk menyeka tubuh bayi
6. Pakaian dan popok pengganti
Penggunaan sabun memang tidak disarankan saat memandikan bayi. Namun, bila
diperlukan, Anda bisa menggunakan produk pembersih kulit bayi dengan label soap-
free untuk mencegah iritasi dan kulit kering pada bayi.
Selain itu, Anda juga bisa menggunakan sabun yang mengandung bahan kimia ringan sebagai
pengganti sabun biasa. Hindari pula penggunaan sabun bayi dengan kandungan pewangi dan
antibakteri karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi.
Berikut ini adalah langkah-langkah atau cara memandikan bayi yang dapat Anda lakukan:
1. Isi bak mandi bayi dengan air hangat bersuhu sekitar 32 o Celcius dan ketinggian air
sekitar 7 cm.
2. Baringkan bayi di alas ganti atau handuk, buka pakaian bayi secara perlahan.
3. Gunakan satu tangan dan lengan Anda untuk menopang kepala dan tubuh bayi,
sedangkan tangan yang lain untuk menyangga tubuh bayi bagian bawah.
4. Letakkan bayi ke dalam bak mandi secara perlahan, dimulai dengan kaki. Pastikan
satu tangan tetap menyangga punggung dan kepala bayi, sementara tangan Anda yang
lain membersihkan bagian tubuh bayi.
5. Jaga posisi kepala bayi agar selalu berada di atas permukaan air.
6. Bersihkan bayi dimulai dari kelopak matanya dengan kapas atau kain katun lembut
yang dicelupkan ke dalam air hangat. Gunakan kain yang berbeda untuk setiap mata.
7. Lanjutkan dengan membersihkan hidung, telinga, dan wajah bayi.
8. Jika menggunakan sabun, tuang sedikit saja atau oleskan tipis di kulit Anda sebelum
mengusapnya di kulit bayi.
9. Usap secara perlahan dan lembut ketika membersihkan bagian ketiak, belakang
telinga, leher dan kelamin bayi.
10. Guyur kepala dan seluruh tubuh bayi secara perlahan dengan gayung, kemudian seka
dengan kain atau waslap bersih.
11. Jika sudah selesai, angkat bayi secara perlahan dari bak mandi.
12. Segera letakkan bayi di atas tempat tidur yang sudah diberi alas handuk.
13. Keringkan setiap bagian tubuh bayi secara perlahan-lahan dengan handuk berbahan
lembut.

PEMBERIAN IMUNISASI HBO

Vaksin hepatitis B adalah vaksin untuk mencegah infeksi virus hepatitis B


(HBV). Vaksin hepatitis B merupakan salah satu jenis vaksinasi yang wajib pada anak.
Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B (HBsAg) yang sudah
dinonaktifkan. Vaksin ini bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh agar
menghasilkan antibodi untuk melawan virus.
Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dari
penderita hepatitis B. Virus hepatitis B yang menetap dan bertahan dalam tubuh seseorang
dapat menjadi berlanjut menjadi penyakit kronis dan menimbulkan komplikasi yang
berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati.
Merek dagang vaksin hepatitis B: Engerix-B
Apa Itu Vaksin Hepatitis B
Golongan Obat resep
Kategori Vaksin
Manfaat Mencegah infeksi virus hepatitis B
Dikonsumsi oleh Bayi hingga dewasa
Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Vaksin hepatitis B untuk Belum diketahui apakah vaksin hepatitis B bisa terserap ke
ibu hamil dan menyusui dalam ASI atau tidak. Ibu menyusui disarankan berkonsultasi
dulu ke dokter sebelum menggunakan vaksin ini.
Bentuk obat Suntik
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menjalani vaksinasi
dengan vaksin hepatitis B:
1. Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Vaksin hepatitis B tidak
boleh diberikan kepada orang yang alergi terhadap setiap bahan yang terkandung di
dalam vaksin ini.
2. Vaksin hepatitis B booster tidak boleh diberikan kepada seseorang yang pernah
mengalami reaksi alergi terhadap pemberian vaksin ini sebelumnya.
3. Beri tahu dokter jika Anda sedang menderita penyakit infeksi atau demam pemberian
vaksin hepatitis B akan ditunda sampai keluhan membaik.
4. Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit ginjal, multiple
sclerosis, sistem kekebalan tubuh yang lemah, penyakit hati, atau gangguan
pembekuan darah, seperti hemofilia atau trombositopenia.
5. Beri tahu dokter jika Anda sedang menjalani kemoterapi atau menggunakan
obat imunosupresan.
6. Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan suplemen, produk herbal, atau obat,
termasuk obat antikoagulan, seperti warfarin.
7. Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
8. Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat, efek samping serius, atau overdosis
setelah menerima vaksin hepatitis B.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.42 Tahun 2013 dan No.12
Tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, pemberian vaksin hepatitis B menjadi salah
satu imunisasi wajib yang diberikan kepada anak.
World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan bahwa semua bayi harus
menerima dosis pertama vaksin hepatitis B dalam waktu maksimal 24 jam setelah dilahirkan.
Dosis vaksin hepatitis B akan disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien, serta tujuan
penggunaan obat. Berikut adalah rinciannya:
1. Dewasa usia >18 tahun: 0,5–1 ml, sebanyak 3 kali. Jadwal pemberian vaksin dihitung
dengan bulan 0 sebagai dosis pertama, diikuti dengan bulan ke 1 dan bulan ke 6.
2. Bayi dan anak-anak: 0,5 ml, sebanyak 3 kali. Untuk vaksin hepatitis primer, dosis
pertama diberikan segera setelah bayi lahir. Dosis selanjutnya diberikan pada usia 2,
3, dan 4 bulan. Vaksin hepatitis B booster diberikan mulai usia 18 bulan.
Vaksin hepatitis B untuk anak merupakan salah satu jenis imunisasi wajib. Vaksin hepatitis B
juga ditujukan untuk semua orang dewasa tanpa terkecuali. Namun, dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan HbsAg terlebih dahulu.
Selain itu, perhatian khusus dalam pemberian vaksin hepatitis B perlu diberikan kepada
kelompok risiko tinggi, seperti tenaga kesehatan, pengguna narkoba suntik, seseorang yang
memiliki partner berhubungan intim lebih dari 1 dan dengan tidak menggunakan kondom,
penderita gagal ginjal kronis, penyakit hati, atau seseorang dengan sistem kekebalan tubuh
yang lemah.
Cara Pemberian Vaksin Hepatitis B
Vaksin hepatitis B disuntikkan ke otot (intramuskular/IM). Penyuntikan vaksin ini dilakukan
oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter di fasilitas kesehatan.
Vaksinasi akan ditunda jika saat pemeriksaan Anda demam atau diketahui sedang menderita
penyakit infeksi akut. Pemberian vaksin hepatitis B akan dilakukan sebanyak 3 kali. Ikuti
jadwal penyuntikan vaksin yang diberikan oleh dokter. Pemeriksaan titer antibodi
pascavaksinasi bisa dilakukan pada 1–3 bulan setelah vaksinasi terakhir.
Interaksi Vaksin Hepatitis B dengan Obat Lain
Efek interaksi antarobat dapat timbul jika vaksin hepatitis B digunakan dengan obat-obat
tertentu antara lain:
1. Penurunan efektivitas vaksin hepatitis B jika digunakan dengan obat golongan
imunosupresan, seperti belimumab, budesonide, atau ciclosporin
2. Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan obat
golongan antikoagulan, seperti warfarin
Efek Samping dan Bahaya Vaksin Hepatitis B
Beberapa efek samping umum yang dapat terjadi setelah menerima vaksin hepatitis B adalah:
1. Kemerahan, nyeri, bengkak, atau muncul benjolan di area suntikan
2. Sakit kepala
3. Kelelahan

PERAWATAN BAYI DI INCUBATOR

Inkubator bayi adalah alat khusus yang berbentuk seperti tabung kaca berisi kasur kecil
untuk bayi, dan biasanya diperuntukkan bagi bayi-bayi yang lahir secara prematur dan bayi
yang sedang sakit. Bayi yang lahir belum cukup bulan ini tidak memiliki lapisan lemak yang
akan melindungi mereka dari suhu ruangan yang dingin
Penting bagi bayi prematur untuk dirawat di lingkungan yang higienis seperti inkubator bayi.
Di kotak itulah bayi dapat tumbuh lebih cepat karena energi mereka akan sepenuhnya
digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan, ketimbang mempertahankan suhu tubuh
normalnya.
Kondisi bayi yang harus dirawat di inkubator bayi
Selain kelahiran prematur, bayi yang lahir cukup bulan juga mungkin saja dirawat di
inkubator bayi sesaat setelah lahir, terutama bila memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Bayi yang berat badan lahir kecil, meski kehamilan sudah cukup bulan
2. Suhu tubuh bayi terus turun sekalipun sudah dipakaikan baju bayi maupun dibungkus
dengan kain
3. Bayi lahir dengan sakit bawaanyang membutuhkan perawatan intensif
4. Bayi lahir dengan infeksi atau risiko mengalami sepsis
5. Dokter menilai bayi berisiko mengalami penurunan suhu yang abnormal
6. Bayi dikhawatirkan mengalami kekurangan nutrisi bila tidak dimasukkan dalam
inkubator bayi
7. Ada luka yang menganga pada tubuh bayi, terutama pada perut
Tidak jarang, dokter memasukkan bayi ke dalam inkubator untuk mencegah terjadinya
infeksi, alergi, atau paparan suara dan cahaya berlebihan yang dapat membuat bayi rewel.
Inkubator bayi juga dapat digunakan untuk merawat bayi sehat yang terkena jaundice
dengan
menambahkan sinar khusus yang berfungsi sebagai fototerapi.
Mengenal tipe-tipe inkubator bayi
Seiring dengan perkembangan teknologi pada alat medis, inkubator bayi pun mengalami
banyak penyesuaian. Ada lima tipe inkubator bayi yang sering digunakan di rumah sakit,
yaitu:
Inkubator tertutup
Inkubator bayi jenis ini memiliki sistem penyaringan yang dapat meminimalisir risiko
terjadinya infeksi pada bayi. Sistem ini juga mencegah terjadinya penurunan kelembapan di
dalam tabung inkubator.
Inkubator terbuka
Bagian atas inkubator tidak dilengkapi tabung transparan, tapi tetap memberi kehangatan
pada bayi yang diletakkan di inkubator ini. Inkubator terbuka disebut juga dengan inkubator
Armstrong yang dapat memberi akses lebih mudah bagi para tenaga kesehatan dalam
merawat bayi di dalamnya.
Inkubator dinding ganda
Seperti namanya, inkubator bayi ini memiliki dua dinding yang dapat mencegah panas dan
kelembapan keluar dari tabung.
Inkubator kontrol servo
Inkubator bayi ini memiliki program otomatis untuk mengatur suhu dan kelembapan
berdasarkan kondisi Si Kecil melalui sensor khusus yang ditempelkan ke kulit bayi.
Inkubator portabel
Dikenal juga dengan nama inkubator transport karena banyak digunakan untuk memindahkan
bayi dari satu ruangan ke ruangan lain atau dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit lainnya.
Penggunaan tipe inkubator bayi ini harus didasarkan atas kondisi kesehatan bayi itu sendiri.
Tentu, keputusan ini berada di tangan dokter yang menangani bayi.

SUCTION
Merupakan tindakan keperawatan yang di lalukan pada klien yang tidak mampu
mengeluarkan secret atau lendir dan cairan secara mandiri dengan menggunakan bantuan
alat penghisap
Tujuan
1. Membersihkan jalan nafas.
2. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
3. Memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Prosedur
Persiapan Alat
1. Kateter penghisap lendir steril sesuai ukuran.
2. Mesin penghisap.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCI 0,9% dan larutan desinfektan.
6. Kassa steril.
7. Kertas tissue.
8. Stetoskop
9. Bak instrument
10. Masker
11. Orofaringeal (sesuai kondisi klien).
12. Nierbeken
13. Alat Tulis
Persiapan klien :
Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO informed consent).
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan.
2. Pasang APD sesuai kebutuhan.
3. Jaga privasi klien.
4. Atur posisi klien.
5. Penghisapan orofaringeal : posisi semi fowler dengan kepala menghadap ke area perut.
6. Penghisapan nasofaringeal : posisi supine dengan kepala hiperextensi.
7. Penghisapan klien tidak sadar : posisi luteral menghadap kearah perut.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Hubungkan cateter pengisap dengan selang alat pengisap
10. Mesin penghisap di hidupkan.
11. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter pengisap kedalam kom berisi
aquades atau NaCI 0,9% untuk mempertahankan tingkat kesterilan.
12. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
13. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 95 - 110 mmHg untuk anak-anak dan 50 - 95
mmhg untuk bayi.
14. Tarik kateter penghisap tidak lebih dari 10-15 detik dengan gerakan memutarsambil
menutup lubang pangkal chateter suction dengan ibu jari.
15. Bilas kateter dengan menggunakan aquades atau NaCI 0,9%
16. Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya minta klien
untuk bernafas dalam dan batuk. Apabila klien mengalami distres pernafasan, biarkan
istirahat 20 - 30 detik sebelum melakukan pengisapan berikutnya.
17. selesai kaji jumlah, konsistensi, warna, bau secret dan respon klien terhadap prosedur
yang dilakukan dan dokumentasikan.
18. Atur kembali posisi klien senyaman mungkin.
19. Rapihkan alat - alat seperti semula.
20. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
21. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan

PEMAKAIAN CPAP

Terapi CPAP adalah salah satu metode penanganan untuk sleep apnea. Terapi CPAP
untuk sleep apnea penting dilakukan untuk membantu penderita kondisi ini tidur lebih
nyenyak dan bernapas dengan normal. Namun, ada pula risiko yang dapat ditimbulkan dari
terapi ini.
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan penderitanya
terhenti sementara sebanyak beberapa kali saat tidur. Orang yang memiliki sleep
apnea biasanya juga akan mengorok atau mendengkur saat tidur, juga mengeluhkan sesak
napas pada malam hari. Salah satu penyebab kondisi ini adalah lidah tertelan.
Sebagian pasien sleep apnea tidak merasakan gejala apa pun, tetapi ada juga yang mengalami
keluhan sakit kepala saat bangun tidur, tidur kurang nyenyak, cepat lelah, dan sulit
berkonsentrasi.
Jika tidak ditangani dengan tepat, sleep apnea dapat membuat penderitanya kekurangan
oksigen. Hal ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi berbahaya, termasuk kematian
mendadak saat tidur.
Oleh karena itu, sleep apnea perlu segera ditangani oleh dokter. Untuk menangani kondisi
ini, dokter bisa memberikan beberapa penanganan, termasuk terapi CPAP untuk sleep apnea.
Cara Kerja Terapi CPAP untuk Sleep Apnea
Terapi CPAP (continous positive airway pressure) dilakukan menggunakan mesin
khusus yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen melalui selang dan masker oksigen ke
saluran pernapasan penderita sleep apnea saat mereka tidur.
Dengan terapi CPAP, penderita sleep apnea bisa mendapatkan asupan oksigen yang cukup,
sehingga gejala terhentinya napas bisa berkurang.
Terapi CPAP untuk sleep apnea bisa dilakukan di rumah sakit atau secara mandiri di rumah
setelah penderita diberikan petunjuk cara menggunakan mesin tersebut oleh dokter.
Sebelum memulai terapi CPAP untuk sleep apnea, dokter akan melakukan rangkaian
pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti sleep
study, guna menilai seberapa parah kondisi sleep apnea yang dialami penderita.
Setelah itu, jika penderita memang perlu mendapatkan terapi CPAP untuk sleep apnea, dokter
akan mengatur jumlah oksigen yang diberikan melalui mesin CPAP dan menjelaskan kepada
penderita tentang cara menyalakan, menggunakan, dan menyimpan alat tersebut dengan
benar. Risiko Pemakaian Alat Terapi CPAP
Hingga saat ini, terapi CPAP masih menjadi salah satu langkah penanganan utama
untuk mengobati sleep apnea. Namun, terapi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Selain itu, terapi CPAP untuk sleep apnea juga dapat menimbulkan beberapa efek samping,
seperti:
1. Iritasi atau luka di bagian wajah, hidung, dan sekitar mulut akibat pemasangan masker
dan strap masker
2. Napas terasa sesak atau sulit mengembuskan napas
3. Hidung kering dan tersumbat
4. Mimisan
5. Susah tidur karena merasa tidak nyaman atau akibat suara bising dari mesin CPAP
6. Mulut kering
7. Pusing dan sakit kepala
8. Perut kembung, sering sendawa, dan banyak kentut karena banyak menelan udara
Terkadang, masker CPAP juga bisa terlepas secara tidak sengaja saat penderita
menggunakan alat tersebut ketika tidur.
Terapi CPAP untuk sleep apnea merupakan salah satu elemen penting dalam
penanganan gangguan tidur tersebut. Namun, tidak semua kasus sleep apnea bisa sembuh
dengan bantuan CPAP.
Untuk mengatasi sleep apnea, terkadang dokter juga perlu melakukan penanganan
lain, seperti memberikan obat-obatan, menyarankan pasien untuk mengurangi berat badan,
hingga melakukan operasi.
Langkah penanganan tersebut akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialami pasien.
Apabila Anda merasa mengalami sleep apnea dan mengalami gejala yang mengganggu
karena kondisi tersebut, periksakanlah diri ke dokter. Untuk mengatasi kondisi yang Anda
alami, dokter mungkin bisa menyarankan terapi CPAP untuk sleep apnea atau memberikan
penanganan lain sesuai kondisi Anda

PERAWATAN BAYI MENGGUNAKAN INFANT WARMER


Pengertian
Infant adalah bayi, sedangkan warmer disebut sebagai penghangat. Jadi secara
pengertian infant warmer merupakan alat yang digunakan sebagai penghangat bayi yang baru
lahir atau bayi yang lahir secara premature. Fungsi dari Infant warmer bayi adalah untuk
menjaga suhu bayi setelah bayi dilahirkan. Selain itu infant warmer bayi dapat digunakan
untuk menstabilkan suhu bayi yang mengalami hipotermia. Hipotermia pada bayi terjadi
karena suhu pada tubuh bayi kurang dari 35°C. Hipotermia pada bayi sering terjadi pada bayi
yang baru lahir karena penurunan suhu panas tubuh yang sangat cepat dan dapat mengancam
nyawa bayi jika tidak ditangani dengan segera.
Karena masalah sering dijumpai bayi yang baru lahir sesegera mungkin ditaruh ke dalam
pelukan ibu untuk menghangatkan suhu tubuh bayi. Selain itu, menggunakan infant
warmer apabila pelukan ibu tidak cukup untuk menghangatkan bayinya. Hipotermia terjadi
karena suhu dalam rahim ibu berbeda dengan suhu ruangan.
Gejala hipotermia sering dijumpai dengan warna merah dalam kulit bayi. Saat anda
menyentuh kulit bayi terasa dingin. Sering dijumpai bahwa bibir bayi menjadi biru dan
biasanya bayi tidak menangis saat lahir. Selain itu, badan bayi menggigil dan bayi tidur
secara terus menerus. Terkadang, bayi tidak merespon ASI dengan baik serta detak jantung
dan detak nadi pada bayi menurun dengan cepat.
Karena situasi tersebut, bayi membutuhkan infant warmer untuk menstabilkan suhu tubuh
karena hipotermia. Infant warmer juga dilengkapi dengan alat bantu pernapasan dan outlet
O₂ juga tersedia. Selain itu alat ini juga dilengkapi dengan selimut bayi dan tiang infus untuk
memudahkan dalam penggunaanya serta efisiensinya. Lalu bagaimana cara kerja infant
warmer bayi? Sebelum membahas bagaimana cara kerja infant warmer kita kenali dulu
control standart alat ini.
Control Standart Infant Warmer

1. Setting suhu auto dan manual. Untuk auto maka akan berjalan dengan otomatis
ditandai dengan pre warming. Untuk mode manual digunakan default sesuai dengan
suhu yang diinginkan.
2. Skin sensor yaitu optional dapat diaktifkan atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Skin
sensor ini akan menyesuaikan dengan suhu tubuh pada bayi.
3. Air sensor. Digunakan untuk mengontrol radiasi panas yang diterima melalui matras
bayi karena air sensor ini terletak pada matras bayi.
4. Alarm dan timer. Digunakan untuk pengingat atau parameter apabila suatu pengaturan
mengalami kelebihan dari pengaturan yang telah ditentukan. Alarm ini akan berbunyi.
5. Examination Lamp. Ini digunakan sebagai pencahayaan pada matras bayi, lampu ini
dapat digunakan apabila dibutuhkan.
Berikut cara kerja infant warmer bayi :
1. Sambungkan kabel ke stop kontak. Kemudian, hidupkan tombol yang ada ON atau
OFF dengan menekan tombol ON.
2. Stelah itu, tunggu lampu indikator menyala. Perlu diingat lampu indikator akan
menyala apabila lampu unit sudah menyala. Maka pastikan terlebih dahulu bahwa
lampu unit telah menyala.
3. Atur sektor seuai dengan suhu yang diinginkan. Dengan acuan suhu ruang+ suhu yang
ada pada set sektor. Contohnya suhu ruang 26°C dan suhu yang diinginkan 37°C
maka suhu yang ada pada set sektor adalah 11° Sebelumnya cek terlebih dahulu
heater output dan increased temperaturenya.
4. Sebelum bayi dimasukkan ke dalam infant warmer usahakan bahwa alat ini sudah
dinyalakan terlebih dahulu selama 15-20 menit agar suhu menjadi stabil.

PERAWATAN BBLR

A. Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR adalah berat saat lahir kurang dari 2500 gram
(World Health Organization, 2012). Masalah yang sering muncul pada kasus bayi dengan
BBLR antara lain suhu tubuh yang tidak stabil, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan
dan nutrisi, imaturitas hati, anemia, pendarahan intraventikuler, kejang, infeksi, hipoglikemi,
hiperglikemi serta hipokalsemi. Penanganan bayi dengan BBLR dilakukan secara
komprehensif sejak sebelum kelahiran, selama persalinan hingga setelah lahir. Sebelum lahir,
penangan yang dilakukan adalah mencegah kelahiran kurang bulan. Pada saat persalinan,
penangan yang dilakukan adalah mempersiapkan petugas yang dilengkapi dengan alat
pertolongan pernapasan. Sedangkan setelah kelahiran, hal yang dilakukan antara lain
menjaga suhu lingkungan agar tetap hangat, salah satunya dengan perawatan metode
kangguru, mempersiapkan oksigenasi, meminimalisir terjadinya infeksi dengan cuci tangan
serta memberikan ASI sedini mungkin.
Bayi dengan BBLR membutuhkan penanganan khusus selama berada di lingkungan
rumah sakit. namun bayi diperbolehkan pulang apabila berat badan bayi cenderung
meningkat dan suhu tubuh stabil selama 3 hari berturut-turut dengan keadaan umum bayi
cenderung meningkat dan suhu tubuh stabil selama 3 hari berturut-turut dengan keadaan
umum bayi telah dinyatakan baik oleh dokter.
Bayi yang telah diperbolehkan pulang, pemantauan paska perawatan masih dilakukan
karena tidak jarang setelah selesai perawatan, bayi dirawat Kembali. Pemantauan bayi paska
perawatan dilakukan oleh tenaga Kesehatan dengan melakukan deteksi dini kelainan.
Adapun hal-hal yang perlu dipantau antara lain keadaan umum bayi, suhu tubuh, asupan
nutrisi/ASI, kenaikan berat badan, perawatan tali pusar dan kebersihan umum bayi. Tenaga
Kesehatan juga
wajib memberikan asuhan keperawatan dengan menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat,
memberikan nutrisi/ASI yang cukup, mencegah infeksi, kebersihan umum dan imunisasi,
memberikan stimulasi sensorik dan pijat bayi, stimulasi pendengaran dengan sering
berkomunikasi, dan stimulasi penglihatan dengan memperlihatkan benda berwarna-warni.
Pemantauan jangka Panjang bagi bayi dengan BBLR dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan pertumbuhan berat badan, Panjang badan dan lingkar kepala, tes
perkembangan, waspada adanya kelainan bawaan, pemeriksaan mata dan pendengaran.

RESUSITASI BAYI
A. Pengertian
Resusitasi bayi adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan bayi yang
kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Resusitasi bayi dilakukan ketika bayi
mengalami gejala gangguan pernapasan, mulai dari sesak napas hingga henti napas.

B. Langkah yang Dilakukan Saat Resusitasi Bayi


Jika bayi Anda mengalami kesulitan bernapas, lakukanlah resusitasi. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa kondisi kesadaran
Pastikan bayi Anda berada di area yang aman. Tepuk perlahan sambil bicara
kepadanya untuk memastikan apakah dia sadar. Setelah itu, periksa apakah bayi Anda
mengalami cedera, perdarahan, atau gangguan medis lain. Jika tidak ada respons, pastikan
leher dan kepala bayi dalam keadaan lurus, tidak menekuk atau mendongak.
2. Memeriksa pernapasan
Letakkan pipi Anda di dekat mulut dan hidung bayi untuk memastikan apakah ada
napas yang keluar atau tidak, sambil memperhatikan gerak dadanya. Periksa bagian dalam
mulut dan hidungnya dengan seksama apakah terdapat sumbatan pada jalan napas untuk
memastikan bayi tidak tersedak.
3. Berikan bantuan napas : Jika bayi Anda tidak menunjukkan respons apa pun, Anda
disarankan untuk segera mencari bantuan pertolongan medis, dan jika mampu, Anda bisa
lakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada bayi dengan langkah awal memberikan
bantuan napas sebagai berikut:
a. Pastikan kepala dan leher dalam posisi lurus, kemudian angkat sedikit dagu bayi.
b. Tarik napas Anda, lalu embuskan udara dari mulut Anda ke mulut dan hidung bayi.
Pastikan tidak ada celah antara mulut Anda dan wajahnya. Jika mulut Anda tidak bisa
melingkupi lubang hidung dan mulut sekaligus, pilih salah satu, tapi pastikan lubang
lainnya tertutup agar tidak ada udara yang keluar.
c. Perhatikan apakah dada bayi mengangkat ketika Anda mengembuskan napas.
Perhatikan juga apakah dadanya kembali turun saat udara keluar.
4. Lakukan kompresi dada
Jika timbul tanda-tanda kesadaran, lanjutkan bantuan pernapasan sampai bayi bisa
bernapas kembali dengan normal, sambil membawanya ke rumah sakit terdekat. Bila
belum ada respons pernapasan atau gerakan tubuh, lanjutkan melakukan kompresi dada
dengan cara berikut ini:
a. Tekan bagian tengah dada menggunakan jari telunjuk dan tengah Anda, kemudian
lepaskan. Ulangi dengan kecepatan 100 tekanan per menit.
b. Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali yang diselingi dengan 2 kali bantuan napas.
Ulangi terus sampai timbul respons pernapasan atau sampai bantuan medis tiba.

MANAJEMEN KANGGURU

A. Pengertian
Perawatan metode kangguru merupakan alternatif metode perawatan bayi baru lahir.
Metode ini adalah salah satu teknik yang tepat dan sederhana, serta murah dan sangat
dianjurkan untuk perawatan pada bayi BBLR. Metode ini tidak hanya menggantikan
inkubator, tetapi juga dapat memberikan manfaat lebih yang tidak didapat dari pemberian
inkubator. Pemberian metode kangguru ini dirasa sangat efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang sangat mendasar seperti kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari
infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Maryunani, 2013).

B. Tujuan
Untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Metode ini dapat dimulai segera setelah bayi
lahir atau setelah bayi stabil. Metode ini dapat dilakukan di rumah sakit maupun di
rumah. Pemberian metode ini dapat terus dilakukan meskipun bayi belum bisa menyusui
(Sudarti, Endang Khoirunnisa., 2010).
C. Pelaksanaan
Skin to skin atau kulit dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan
perut ibu dalam baju kangguru. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Semua pakaian bayi dilepas
2. Ibu atau keluarga yang akan menggendong diminta melepas BH atau baju dalam
(hanya memakai baju/atau kaos yang longgar)
3. Gendong bayi, letakkan bayi didalam baju sehingga terjadi sentuhan kulit ibu dan
kulit bayi tanpa perantara
4. Bebat/ikat pinggang ibu dibawah badan bayi sehingga badan badan bayi tertahan
tidak turun ( ikatan di luar baju)
5. Gendong bayi seperti biasa menggunakan kain, ikatan kain penggendong diluar
baju ibu
6. Pakaikan topi penutup kepala bayi (Ari Sulistyawati, 2009)

TRANSFUSI DARAH
Sebelum memulai tindakan transfusi, sebaiknya dilakukan pengecekan ulang antara
lain penyesuaian kode pada kantong darah dengan identitas pasien yang akan menerima
darah, penyesuaian golongan darah pada kantong darah dengan golongan darah pasien,
tanggal kadaluarsa darah, tidak adanya kerusakan pada kantong darah, dan penyesuaian
terhadap waktu permintaan darah. Tanda kerusakan pada kantong darah ini antara lain tanda
hemolisis, adanya kontaminasi yang ditandai dengan perubahan warna darah menjadi lebih
gelap dan adanya pembekuan darah.
Peralatan yang digunakan pada saat prosedur transfusi darah kepada penerima antara
lain:
1. Set transfusi yang steril dan sekali pakai. Jika sudah digunakan lebih dari 12 jam harus
segera diganti. Pada suhu yang hangat sebaiknya set transfusi diganti setiap empat jam
2. Untuk transfusi yang lambat dapat menggunakan kateter IV ukuran sedang dan jarum 21-
25 G. Untuk transfusi cepat menggunakan kateter IV ukuran besar dan jarum 14 G
3. Unit darah
4. Cairan normal salin 0.9%
5. Three way stopcock
6. Sarung tangan sekali pakai
7. Alat pemeriksaan tanda vital
Setelah prosedur persiapan pasien selesai, tindakan transfusi darah dilakukan dengan
tahap sebagai berikut:
1. Petugas yang melakukan transfusi darah harus mencuci tangan terlebih dahulu dan
menggunakan sarung tangan non steril sekali pakai
2. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
3. Segera mulai proses transfusi setelah komponen darah tiba, jika terjadi penundaan proses
transfusi kantong darah harus segera dikembalikan ke unit transfusi darah untuk
disimpan kembali.
4. Proses transfusi untuk whole blood dan sel darah merah harus selesai dalam waktu empat
jam setelah kantong darah sampai sedangkan untuk konsentrat trombosit harus selesai
dalam setengah jam sedangkan untuk fresh frozen plasma dan kriopresipitat harus segera
ditransfusikan untuk menghindari berkurangnya faktor koagulasi
5. Tidak disarankan pemberian obat pada kantong darah dan pada set transfusi kecuali
normal salin 0.9% yang digunakan pada keadaan hematokrit yang meningkat
6. Sebelum prosedur transfusi darah sebelumnya pasien sudah terpasang IV line yang
tersambung cairan NaCL 0.9% dan memastikan alirannya lancer selama lima belas menit
7. Tidak disarankan pemberian obat seperti antihistamin, steroid secara rutin sebelum
proses transfusi karena keadaan ini dapat menyamarkan risiko transfusi.
8. Mentransfusikan darah dengan kecepatan sesuai komponen darah pada kasus non
kegawat daruratan, yaitu:
9. pada pasien dewasa 150-200ml/jam untuk whole blood, 100-150 ml/jam untuk packed
red cell, 150-300 ml/jam untuk trombosit dan plasma
10. pada pasien anak 2-5 ml/kg/jam untuk whole blood dan packed red cell,1-2 ml/menit
untuk trombosit dan plasma
11. Pemantauan yang dilakukan setelah prosedur transfusi darah kepada pasien adalah:
12. Menanyakan adanya gejala efek samping pada pasien antara lain menggigil,
ruam, flushing, sesak dan nyeri pada ekstremitas
13. Selama proses transfusi harus mengobservasi tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan
frekuensi napas) sebelum transfusi dimulai, 15 menit setelah proses transfusi dimulai,
setiap satu jam dan setelah proses transfusi selesai. Risiko transfusi yang berat biasanya
terjadi dalam waktu setengah jam setelah transfusi dimulai
14. Setelah prosedur transfusi selesai dilaksanakan, segera dokumentasikan informasi
mengenai waktu mulai dan berakhirnya transfusi, jumlah, tipe darah dan golongan darah
yang ditransfusikan dan efek samping yang terjadi setelah transfuse.

IRIGASI LUKA

Tatacara melakukan irigasi luka, yaitu membersihkan luka secara mekanisme dengan
larutan isotonic atau pengangkatan fisik terhadap aringan debris, benda asing atau eksudat
dengan kassa atau spuit
Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan irigasi luka :

1. Untuk menghilangkan eksudat dan debris, benda asing dari luka yang lambat sembuh
2. Untuk memberikan panas pada area yang sakit
3. Untuk meningkatkan penyembuhan atau memudahkan pengolesan obat pada luka
Persiapan alat :
1. Set ganti balut steril dalam bak instrumen steril
1) Pinset (2 anatomis, 1 sirurgis)
2) Gunting lurus (menyesuaikan bentuk luka)
3) Balutan kassa dan kassa steril (secukupnya)
4) Depress
5) Lidi kapas (ika di perlukan)
2. Set irigasi luka
1) Kom steril berisi larutan irigasi steril hangat
2) Spuit irigasi steril dengan arum no 19
3) Kateter lunak steril (bila diperlukan)
3. Kom berisi betadine/larutan antiseptic sesuai program
4. Larutan Nacl dalam kom
5. Sarung tangan
6. Pllester/hypafix, pengikat atau balutan sesuai kebutuhan
7. Gunting perban
8. Kantong sampah/bengkok 2 buah
9. Perlak dan pengalas
10. Kapas alcohol
11. Gown/clemek plastik (bila diperlukan)
Langkah – langkah :
1. Cek program terapy
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
4. Identifikasi pasien dengan tepat
5. Ucapkan salam
6. Jelaskan tujuan dan prosedur Tindakan
7. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
8. Jaga privasi pasien dengan menutup tirai/mengunci pintu kamar pasien
9. Ajak pasien atau keluarga membaca basmalah bersama – sama sebelum menalani
tindakan ambulasi
10. Bantu pasien pada posisi yang nyaman pada seluruh area luka terlihat
11. Bebaskan area luka dari pakaian (hanya memaparkan area luka)
12. Pasang perlak dan pengalas di bawah area luka
13. Buka set ganti balut (pertahankan kesterilan alat yang belum di gunakan)
14. Gunakan sarung tangan
15. Basahi plester dengan kapas alkohol. Melepasd plester, ikatan atau balutan menggunakan
pinset, dengan menarik uungnya seaar pada kulit mengarah ke balutan
16. Angkat balutan lapis terluar dan membuangnya ke begkok/kantong sampah, bersihkan
bekas plester dan area di sekitar luka
17. Angkat balutan lapis dalam menggunakan pinset (usahakan permukaan yang kotor auh
dari pandangan pasien) bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan
larutan steril atau Nacl
18. observasi luka, ispeksi warna luka, luas kerusakan integritas kulit, ukuran luka termasuk
kedalaman, panjang dan lebar luka, karakter dan jenis drainase luka, bau, keadaan jahitan
(bila ada), observasi daerah sekitar luka terhadap tanda peradangan, palpasi sepanjang
tepi luka untuk mengetahui adanya eksudat/pus di bawah jaringan
19. Atur posisi pasien untuk memudahkan cairan irigasi mengalir sesuai gravitasi melewati
luka ke arah bengkok penampung
20. Atur posisi pasien sehingga luka tegak lurus dengan bengkok
21. Letakkan bengkok tepat di bawah luka untuk menampung larutan irigasi yang
terkontaminasi
22. Pakai gown/celemek plastic (bila perlu)
23. Lakukan irigasi pada luka Luka yang terbuka lebar
1) Isi sepuit dengan larutan irigasi
2) Pasang jarum berukuran 19 pada ujung spuit
3) Pegang ujung spuit 2.5 cm di atas ujung luka yang teratas
4) Siram luka dengan menggunakan tekanan yang lambat dan berkelanjutan
5) Pencet kateter tepat di bawah spuit lalu lepaskan kateter dari spuit
6) Isi kembali spuit dengan larutan irigasi dan sambung kembali dengan cateter
7) Ulangi sampai cairan yang mengalir ke dalam bengkok berwarna jernih.
24. Lakukan debridemen bila terdapat jaringan nekrotik
1) Bersihkan luka dan area sekitar luka
2) Pegang kasa yang di basahi dengan nacl menggunakan pinset
3) Gunakan 1 kassa untuk setiap kali usapan
4) Bersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi/menjauhi luka untuk mencegah kontaminasi organisme dalam luka.
25. Basahi kassa yang berserat halus dengan betadine/larutan antiseptik yang di programkan,
peras dengan pinset sedemikian sehingga kassa tidak terlalu basah/lembab
26. Pasang kassa lembab langsung ke permukaan luka Jika luka dalam, masukkan kassa
dengan hati-hati ke dalam luka dengan menggunakan pinset sampai seluruh permukaan
luka dapat kontak dengan kassa yang lembab.
27. Pasang kassa kering steril di atas kassa lembab
28. Tutup balutan dengan balutan ABD, surgi - pad atau kassa steril
29. Bersihkan plester empat sisi pada balutan kassa atau menutup rapat kassa dengan
hypafix, berikan ikatan / balutan jika di perlukan
30. Lepas sarung tangan
31. Lakukan evaluasi tindakan yang di lakukan
32. Ajak pasien atau keluarga membaca Hamdalah bersama – sama
33. Pamitan kepada pasien dan keluarga
34. Bereskan alat dan mengembalikan ke tempat semula
35. Cuci tangan
36. Dokumentasikan kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

PEMASANGAN OGT
A. Pengertian
Memasukkan NGT/OGT melalui hidung pada bayi dan anak dan melalui oral pada
neonates. Sebagai acuan petugas dalam melakukan tindakan untuk :
1. Mengeluarkan cairan/udara dalam lambung
2. Memberikan nutrisi
Langkah-langkah

1. Lakukan cuci tangan


2. Identifikasi pasien
3. Siapkan dan dekatkan alat ke pasien Persiapan alat :
1) Selang NGT sesuai ukuran (Anak/Bayi 6-14), (Neonatus 5-10)
2) Spuit 3-5 cc
3) Tissue
4) Plester dan gunting
5) Sarung tangan bersih
6) Xylocain jelly 2%
7) Stetoskop
8) Penampung cairan lambung (bila ada indikasi dekompresi/lavage)
4. Jaga privasi pasien
5. Baca Basmalah
6. Atur posisi pasien (semi fowler)
7. Pakai sarung tangan
8. Ukur panjang NGT dengan cara dari ujung hidung ke telinga atas sampai prosessuis
xipoid (px) bila dimasukkan melalui hidung (nasal),Lakukan cuci tangan,
Identifikasi pasien, Siapkan dan dekatkan alat ke pasien Persiapan alat :
1) Selang NGT sesuai ukuran (Anak/Bayi 6-14), (Neonatus 5-10)
2) puit 3-5 cc
3) Tissue
4) Plester dan gunting
5) Sarung tangan bersih
6) Xylocain jelly 2%
7) Stetoskop
8) Penampung cairan lambung (bila ada indikasi dekompresi/lavage) Jaga privasi
pasien, Atur posisi pasien (semi fowler), Pakai sarung tangan,Ukur panjang
NGT dengan cara dari ujung hidung ke telinga atas sampai prosessuis xipoid
(px) bila dimasukkan melalui hidung (nasal).

PEMBERIAN SUSU MELALUI OGT


A. Pengertian
Suatu prosedur / tindakan memberi minum pada bayi dengan menggunakan sonde
dengan indikasi medis dan interval waktu yang sudah di tentukan.
B. Tujuan
a. Mencukupi atau memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan melalui sonde dimana
bayi belum ada reflek menghisap
b. Bayi dengan indikasi medis tidak boleh minum melalui oral
C. Persiapan Alat :
a. Spuit sesuai dg kebutuhan minum (spuit 5 cc,10 cc,20 cc, 50 cc)
b. Bengkok
c. ASI/susu formula didalam botol ( jumlahnya sesuai dengan kebutuhan bayi yg sudah
ditentukan )
D. Cara Kerja :
a. Petugas cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan Tindakan.
b. Mengatur posisi bayi senyaman mungkin ,
c. Mengecek posisi sonde yang sudah terpasang sebelumnya
d. Mengobservasi keadaan bayi meliputi : apakah bayi kembung atau tidak, muntah
atau tidak, keadaan bising usus )
e. Setelah mengobservasi keadaan bayi dan bayi dalam kondisi baik kemudian
memasukan ASI / susu formula ke dalam spuit sesuaidengan kebutuhan bayi dg cara
menggantung sonde sesuai gaya gravitasi sehingga susu akan mengalir pelan-pelan
ke dlm lambung
f. Perhatikan keadaan bayi pada waktu memasukkan susu per sonde jangan sampai
bayi muntah dan jangan memasukkan susu dengan teknik dorong
g. Setelah semua susu sudah masuk bilas sonde dg aqua seperlunya sonde segera di tutup
h. Posisikan posisi bayi dg kepala agak tinggi dan bayi sedikit di miringkan kekanan
untuk mencegah terjadinya aspirasi bila bayimuntah
i. Lakukan dokumentasi semua tindakan yang sudah dilakuka
MENGGATI LAKEN
A. Pengertian
Suatu kegiatan untuk mengganti alat tenun (sprei) pada tempat tidur pasien yang tidak
dapat bangkit dari tempat tidur.
B. Tujuan
a. Menjaga kebersihan lingkungan
b. Mencegah infeksi
c. Memberikan rasa nyaman
Dilakukan pada pasien yang tidak dapat bangkit dari tempat tidur
C. Persiapan alat
Alat tenun:
a. Laken
b. Perlak bila perlu
c. Steek laken
d. Boven laken
e. Sarung bantal
f. Selimut
g. Tempat untuk pakaian kotor
h. Ember berisi desinfektan
i. Ember berisiair bersih
j. Lap kerja 3 potong
D. cara kerja
1. Memberitahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Mengangkat selimut lalu dimasukkan kedalam pakaian kotor
4. Memiringkan pasien. Bila pasien tidak dapat miring sendiri, dibantu oleh soerang
perawat lagi yang memegang bahu dan paha pasien dari sisi lain
5. Menempatkan bantal dibawah kepala pasien
6. Melepaskan alat - alat tenun dari bawah Kasur dimana perawat berdiri
7. Menggulung steek laken sampai ke punggung pasien
8. Membersihkan perlak dengan lap yang dicelupkan kedalam larutan desinfektan,
kemudian dibersihkan, lalu dibersihkan dengan air bersih, dikeringkan dan ditutup
sampai ke punggung pasien ( bila perlu perlak diganti ).
9. Menggulung laken sampai ke punggung pasien
10. Membersihkan kerangka tempat tidur di sisi perawat berdiri
11. Membentangkan laken bersih memanjang dengan lipatan tengahnya tepat pada bagian
tengah tempat tidur, menyisipkan laken bagian kepala dan kaki ke bawah Kasur,
kemudian membuat sudut dan menyisipkan bagian sisi ke bawah Kasur.
12. Membentangkan kembali perlak yang ditutupkan pada punggung pasien
13. Memasang steek laken bersih dan bersama dengan perlak di sisipkan kebawah Kasur,
caramembentangkannyasamaseperti memasanglaken.
14. Menelentangkan pasien, kemudian dimiringkan ke sisi lain
15. Perawat pindah di sisi lain dengan membawa alat - alat pembersihan
16. Melepaskan alat tenun dari bawah Kasur
17. Mengangkat steek laken kotor ke tempat pakaian kotor
18. Membersihkan perlak dengan cara yang sama seperti cara di atas, kemudian di
tutupkan pada punggung pasien
19. Mengangkat laken kotor, kemudian dimasukkan ke dalam pakaian kotor
20. Membersihkan kerangka tempat tidur dengan cara yang sama seperti di atas
21. Menarik laken bersih pada punggung pasien lalu dientangkan hingga rata
22. Menelentangkan pasien
23. Mengangkat bantal, diratakan kapuknya dan diganti sarungnya dengan yang bersih,
lalu diletakkan kembali dibawah kepala pasien.
24. Menggantiboven laken yang kotor dengan yangbersih,caranya
sepertimemasangselimut mandi
25. Memasang selimut, menyisipkan boven laken dan selimut bagian kaki ke bawah Kasur
26. Merapikan pasien
27. Memebereskan alat - alat tenun dan dikembalikan ke tempatnya masing – masin

MENCUCI ALAT ALAT MEDIS DAN MENSTERILKAN ALAT MEDIS


A. Pengertian
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya. Pengertian Sterilisasi Alat
Medis Suatu kegiatan untuk mensucihamakan alat-alat medis yang digunakan pada saat
pelaksanaan asuhan keperawatan.
B. Indikasi Sterilisasi Alat Medis
Alat-alat medis yang digunakan saat pelaksanaan asuhan keperawatan.
C. Tujuan Sterilisasi Alat Medis
Mencegah infeksi nosokomial yang berasal dari alat-alat medis.
D. Pelaksanaan Sterilisasi Alat Medis
1. Peralatan yang sudah dipakai, direndam dalam larutan desinfektan selama 2 jam.
2. Kemudian dicuci bersih dan dikeringkan.

Sterilisasi dengan autoclave :


1. Peralatan yang bisa disterilisasi dengan autoclave, yaitu berbagai peralatan dari lateks
, sarung tangan, kain (laken, kassa).
2. Peralatan dipisahkan sesuai dengan jenisnya, dan dibungkus dengan kain. Untuk
sarung tangan bagian dalam ditaruh kassa atau kertas tahan air, kemudian dibungkus
dengan kertas tahan air (kertas minyak).
3. Buka autoclave, isi bagian luar panci dengan air ± 1500 ml.
4. Masukkan peralatan dalam panci, atur agar panas dapat merata.
5. Tutup pipa uap, kemudian panaskan dalam tungku pemanas.
6. Tunggu sampai panas pada termometer mencapai 20°F, kemudian buka pipa uap dan
angkat dari sumber panas.
7. Tunggu sampai termometer menunjukkan angka 0, peralatan bisa diangkat.

Sterilisasi dengan oven:


1. Peralatan yang bisa disterilisasi dengan sterilisasi, yaitu berbagai peralatan dari logam
(pinset, klem, dan lain-lain), kain (taken, kassa). Untuk gunting bedah akan mudah
tumpul dengan sterilisasi ini, dan sarung tangan akan mudah rusak dengan sterilisasi
ini. Untuk jenis peralatan dari kain akan mudah rusak juga dengan papas yang kurang
merata pada oven.
2. Peralatan disusun berdasarkan dengan susunan rak dalam oven.
3. Kemudian atur tombol untuk pengaturan kerja otomatis atau manual.
4. Putar pengatur panas dan lamanya waktu pemanasan. Untuk pemanasan 160°C
selama 60 menit, 170°C selama 40 menit dan 180°C selama 20 menit.
5. Kemudian tunggu oven bekerja sesuai dengan waktu yang ditentukan. Bila
menggunakan kerja otomatis, oven akan langsung mati bila sudah sesuai dengan
pengaturan waktu dan panas. Bila menggunakan pengaturan manual waktu dihitung
mulai suhu oven mencapai suhu yang diinginkan, matika oven bila sudah selesai..
6. Setelah dingin peralatan diangkat dan bisa digunakan atau disimpan dalam tempat
yang steril.

MENULIS CPPT, IMPLEMENTASI


A. Pengertian
Suatu kegiatan tim yang terdiri dari dokter, perawat, nutrisionis, dan farmasi dalam
menyelenggarakan asuhan yang terintegrasi dalam satu lokasi rekam medis, yang
dilaksanakan secara kolaborasi dari masing-masing profesi
B. Tujuan
1. Sebagai acuan untuk mengisi formulir catatan perkembangan terintegrasi
a. Melaksanakan program keselamatan pasien
b. Sebagai alat bukti bila terjadi gugatan atau complain
c. Sebagai wadah komunikasi antar tim kesehatan yang terlibat dalam pemberian
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
Semua rencana proses asuhan pasien di catat dalam format CCPT (Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi) yang diisi oleh semua tenaga kesehatan yang memberikan
asuhan pasien, dengan menggunakan format sesuai dengan profesi masing-masing. CPPT
merupakan cacatan perkembangan yang diisi oleh dokter, perawat, Ahli Gizi, dan apoteker.
Pengisian formulir catatan perkembangan terintegrasi perawat, ahli gizi dan apoteker
menggunakan format SOAP.
Seluruh kegiatan pemeriksaan, Analisa dan rencana penatalaksanaan dan perawatan
pasien dicatat pada form CPPT dan dibaca serta di verifikasi oleh DPJP utama dengan
membubuhkan stemple tanda tangan, tanggal dan jam (maksimal dalam waktu 24 jam).
Nama: diisi dengan nama lengkap pasien.
Nomor Rekam Medis: diisi dengan nomor rekam medis pasien yang diberikan dari
rekam medis yang terdiri dari 6 (enam) digit angka secara lengkap dan jelas.
Tulis tanggal lahir pasien meliputi tanggal, bulan dan tahun. Alamat : diisi dengan
alamat pasien sesuai dengan kartu identitas pasien. Jenis kelamin : diisi dengan mencentang
salah satu kolom sesuai dengan indentitas pasien. Ruang Perawatan : diisi dengan nama ruang
dimana pasien menjalani rawat inap. Tgl/Jam : diisi dengan tanggal dan jam pencatatan
dilakukan. Profesi : diisi dengan jenis profesi atau bagian petugas yang melakaukan
pencatatan
dalam formulir. Contoh: Dokter DJPJ, Perawat, Ahli Gizi dan Farmasi. Hasil pemeriksaan
analisis, Rencana penatalaksanaan pasien dan instruksi tenaga kesehatan : diisi dengan
Anamnese, pemeriksaan fisik, diagnosa dan planning (terapi dan instruksi) sesuai dengan
format masing-masing PPA. Dokter akan melakukan pencatatan setiap hari setiap kali
melakukan visite dan sewaktu-waktu bila terjadi perubahan kondisi pasien, maupun kondisi
kritis saat pasien akan menjelang ajal dengan format SOAP, Dokter dapat menulis dari kolom
dokter sampai kolom PPA lain. PPA lain selain dokter mengisi juga masing-masing anggota
PPA dan memberikan paraf dan nama jelas diakhir tulisan. Perawat akan melakukan
pencatatan setiap hari dan bila sewaktu-waktu terjadi perubahan kondisi pasien serta pada
saat pasien menjelang ajal dengan format SOAP yang perlu diinformasikan pada petugas
kesehatan lain atau pada saat pengisian formulir catatan perkembangan terintegrasi tenaga
paramedis melaporkan keluhan pasien kepada dokter via telpon dengan menggunakan format
CPPT dan akan di verifikasi oleh DPJP berupa stempel verifikasi DPJP yang berisi nama
jelas DPJP dan paraf Setiap pergantian tanggal diberikan garis. Unit terkait Komite Medis,
komite keperawatan, Ahli Gizi, dan Farmasi.

MEMANDIKAN PASIEN
Pengertian
Memandikan Pasien Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi memenuhi
kebutuhan personal hygiene dengan memandikan pasien.
Tujuan
1. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan.
2. Memberikan perasaan segar.
3. Merangsang peredaran darah.
4. Sebagai pengobatan.
5. Mencegah infeksi kulit
6. Mendidik pasien dalam kebersihan perorangan
Prosedur :

Persiapan Alat :

1. Seperangkat alat-alat mandi : Sabun mandi, Pasta gigi, Gelas kumur, Sisir.
2. Satu stel pakaian bersih.
3. Waskom mandi berisi air hangat.
4. Handuk bersih.
5. Tempat bertutup untuk pakaian kotor.
6. Sketsel/korden.
7. Waslap mandi 2 buah.

Pelaksanaan :
1. Cuci tangan (sesuai SPO).
2. Identifikasi pasien (sesuai SPO).
3. Bawa peralatan kepasien.
4. Pasang sketsel/korden.
5. Tanyakan pada pasien apakah pasien mau BAB atau BAK terlebih dahulu.
6. Pindahkan Selimut dan bantal dari tempat tidur, bila masih dibutuhkan gunakan bantal.
7. Perawat berdiri disisi kiri atau kanan pasien
8. Buka Pakaian bagian atas. kemudian tutup dengan selimut mandi atau kain penutup
9. Mandikan pasien dengan urutan sebagai berikut (terlampir di bawah ini) :
Mencuci muka :
1. Bentangkan handuk di bawah kepala, muka, telinga dan leher lalu bersihkan dengan
waslap lembab, lalu keringkan dengan handuk.
2. Tanyakan apakah pasien biasa pakai sabun atau tidak.
Mencuci tangan :
1. Turunkan Selimut mandi atau kain penutup.
2. Keataskan kedua tangan.
3. letakkan handuk diatas dada dan lebarkan ke samping kiri dan kanan sehingga kedua
lengan dapat diletakkan di atas handuk.
4. Basahi Kedua tangan dan sabun mulai dari lengan yang jauh dari perawat, kemudian
yang lebih dekat lalu bilas sampai bersih, kemudian dikeringkan dengan handuk
5. Masukkan kedua telapak tangan ke dalam waskom lalu keringkan.
Mencuci dada dan perut :
1. Buka Pakaian pasien bagian bawah dan turunkan selimut atau kain penutup sampai perut
bagian bawah
2. Keataskan Kedua tangan pasien ,angkat handuk dan bentangkan pada sisi pasien
3. Basahi Ketiak, dada dan perut lalu disabun, kemudian bilas sampai bersih dan keringkan
dengan handuk.
4. Bersihkan pusar dengan kapas lidi dan kenakan baju yang bersih atau ditutup kain
penutup/handuk.
Mencuci punggung :
1. Miringkan Pasien ke kiri
2. Bentangkan Handuk di bawah punggung sampai bokong
3. Basahi Punggung sampai bokong ,lali disabuni, dibilas dan selanjutnya dikeringkan
dengan handuk
4. Miringkan pasien ke kanan dan bentangkan handuk dibawah punggung kemudian cuci
punggung seperti pada punggung kiri

PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE (NGT)

A. Pengertian
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat- obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam
waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu
memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung,
melewatI tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung. Nasogastrik: Menunjuk kepada
jalan dari hidung sampai ke lambung.
Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung
(melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung. Singkatan untuk Nasogastrik
adalah NGT. Selangnya disebut selang Nasogastrik.
1. Macam - macam NGT :
a. Selang NGT dari karet
b. Selang NGT dari bahan plastic
c. Selang NGT dari bahan silicon
2. Ukuran NGT :
a. Nomor 14 - 20 untuk ukuran dewasa
b. Nomor 8 - 16 untuk anak-anak
c. Nomor 5-7 untuk bayi

B. Tujuan pemasangan NGT


1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung
(cairan,udara,darah,racun)
2. Memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung
sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)

C. Indikasi Pemasangan NGT


1. Untuk dekrompresi saluran cerna pada pasien dengan hambatan pengosongan lambung/
usus ( contoh: obstruksi usus, pankreatitis akut, ileus)
2. Mengosongkan lambung pada pasien yang tidak sadar
3. Pasien dengan disfagia ireversibel (contoh : penyakit neuron motorik)
4. Untuk mempermudah pemberian nutrisi parenteral k mempermudah pembeian obat pada
pasien yang menurun kesadarannya atau yang tidak dapat menelan.

D. Kontra Indikasi Pemasangan NGT


1. Trauma wajah /cranium, terutama trauma basis krani
2. Koagulopati
3. Varises esophagus
E. Prosedur Pemasangan NGT
1. Persiapan Alat
a. Slang nasogastrik sesuai ukuran (ukuran 14-18 fr)
b. Pelumas/ jelly
c. Spuit berujung kateter 50 ml
d. Stetoskop
e. Lampu senter/ pen light
f. Klem
g. Handuk kecil
h. Tissue
i. Spatel lidah
j. Sarung tangan dispossible
k. Plester
l. Nierbekken
m. Bak instrumen
2. Pelaksanaan pemasangan Nasogastric Tube (NGT)
a. Posisikan pasien duduk dan jelaskan apa yang akan anda lakukan
b. Pertimbangkan untuk menggunakan semprotan lidokain tropical untuk menganastesi
hidung
c. Tentukan lubang hidung mana yang lebih paten dengan meminta pasien untuk
menghembus melaui tiap lubang hidung secara bergantian.
d. Tanyakan apakah pasien pernah menjalani pembedahan, mengalami trauma hidung
atau kegagalan pemasangan NGT sebelumnya.
e. Semprotkan anastetik local memerlukan waktu untuk bekerja. Pemasangan
NGT merupakan prosedur yang tidak nyaman bagi pasien sehingga biarkanlah
anastesi local bekerja dulu.
f. Lumuri NGT dengan gel lidokain, lalu masukan NGT sejajar dengan dasar rongga
hidung
g. Memasukan NGT
Pergerakan yang tidak kasar dengan tekanan tetap, di tambah sedikit dengan
gerakan memutar merupakan cara memasang NGT yang paling efektif. Jangan
melakukan paksaan apapun karna dapat menyebabkan epistaksis
h. Jika anda merasakan tahanan, jangan memaksa melawan tahanan coba pasang NGT
dari lubang hidung satunya.
i. Jika NGT terus tergulung di mulut, gunakan NGT baru yang telah disimpan di
lemari pendingin (membuat NGT lebih kaku)
j. Jika NGT telah mencapai orofaring minta pasien untuk menelan
k. Minta pasien untuk meminum air sedikit-sedikit.
l. Jika pasien batuk-batuk mungkin saja NGT memasuki laring, Tarik keluar NGT
sedikit dan biarkan pasien istirahat sesaat.
m. Memfleksikan leher dapat membantu mencegah masuknya NGT ke laring.
Minta pasien untuk melakukan gerakan menelan sementara anda mendorong
NGT masuk ke esophagus. Posisi NGT yang benar dipastikan dengan keluarnya
cairan lambung
n. Cairan lambung dapat berwarna seperti empedu. Jika anda ragu-ragu periksa pH
cairan tersebut.
o. Lakukan auskultasi abdomen sambil menyuntikan udara ke NGT. Suara “grrluupp”
menunjukan kemungkinan besar, tetapi tidak memastikan, letak NGT sudah benar di
dalam lambung.
p. Ada beberapa institusi yang mengharuskan dilakukannya foto rontgen untuk
memastikan letak NGT sebelum nutrisi enteral mulai diberikan.
q. Sambungkan NGT ke kantung penampung dan fiksasi NGT dengan plaster
NGT harus terfiksasi benar. Bahkan kadang NGT perlu dijahit, misalnya pasca
bedah esophagus atau orofaring karna pemasangan ulang NGT sangat
berbahaya.Nares dapat mengalami nekrosis akibat tekanan NGT jika NGT terlalu
kencang .Pemakaian NGT dalam jangka panjang dapat menyebabkan sinusitis.
r. Pada pasien tidak sadar ada beberapa tips demi suksesnya pemasangan NGT:
1) Gunakan airway nasofaring yang telah dibelah pada sumbu
panjangnya.masukkan airway ke hidung lalu masuskkan NGT melalui airway
ini. Airway nasofaring dapat dikeluarkan dengan meninggalkan NGT.
2) Lakukan laringoskopi direk, lalu gunakan forceps Magill untuk mengarahkan
NGT ke belakang laring dan masuk ke esophagus.
3) Gunakan dua jari tangan kiri anda untuk mengevaluasi laring, lalu masukkan
NGT di belakang jari tersebut.
F. Hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan NGT
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada
beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang
NGT,seperti:
1. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus
2. Klien yang mengalami cidera Serebrospinal
3. Klien dengan Sustained Head Trauma, Maxillofacial Injury, atau Anterior Fossa,
Skull Fracture, Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan
melewati Criboform Plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
4. Klien dengan riwayat Esophageal Stricture, Esophageal Varices, Alkali Ingestion
juga beresiko untuk Esophageal Penetration.
5. Klien dengan Koma juga potensial mual dan aspirasi sewaktu memasukan NGT,
pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih
dahulu sebelum NGT.Pasien dengan Gastric Bypass Surgery yang mana pasien
ini mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan.
Konstruksi Bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan
bagian bagian usus kecil yang menyebabkan Malabsorpsi (mengurangi
kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi.
Jangan memasukan selang secara paksa jika ada terjadi :
a) Jika klien batuk, bersin, hentikan dahulu lalu diulangi lagi, anjurkan klien
menarik nafas dalam.
b) Jika tetap ada tahanan, tarik selang perlahan-lahan dan masukan ke hidung
yang lain secara perlahan-lahan.
c) Jika klien terlihat akan muntah, tarik tube dan inspeksi tenggorokan lalu
lanjutkan memasukan selang secara bertahap.

PELEPASAN NGT

Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus
dilepas dan di pasang NGT yang baru. Selang NGT yang terpasang terlalu lama
dapat menimbulkan erosi hidung, sinusitis, esofagitis dan ulserasi lambung. Karena
itu, berdasarkan pertimbangan pencegahan komplikasi serta kondisi pasien yang
memungkinkan,selang NGT perlu dilepas tepat sesuai dengan pemulihan fungsi
saluran pencernaan.
1. Persiapan Alat :
a) Spuit 10 cc
b) Handuk
c) Salin normal
2. Prosedur pelaksanaan
a) Mencuci tangan
b) Menjelaskan prosedur dan pelepasan NGT
c) Pasang handuk di atas dada pasien
d) Memutar selang,masukkan 10 cc salin normal dan memasang klem pada
selang
e) Memberitahukan klien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskan
nafas dengan perlahan
f) Cabut selang dengan perlahan dan bungkus selang dengan handuk
g) Memberi klien alat untuk perawatan mulut dan pelumas untuk hidung yang
kering
h) Merapikan peralatan dan klien
i) Mencatat waktu pelepasan dan reaksi klien
j) Mengobservasi tanda dan gejala gangguan saluran pencernaan

G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pemasangan NGT adalah:
1. Pendarahan hidung
2. Muntah
3. Kegagalan pemasangan
4. Robeknya esophagus
5. Aspirasi isi lambung
6. Sinusitis
7. Pnemothoraks

SPIROMETRI

A. Pengertian
Spirometri adalah suatu proses pemeriksaan fungsi paru menggunakan metode
sederhana yang mempelajari ventilasi dengan mencatat volume udara yang masuk dan
keluar paruparu, alat yang digunakan adalah spirometer. Dengan pemeriksaan
spirometri dapat diketahui atau ditentukan semua volume pernapasan kecuali volume
residu serta semua kapasitas pernapasan kecuali kapasitas pernapasan yang
mengandung komponen volume residu seperti kapasitas paru total dan kapasitas
residu fungsional. Spirometer itu sendiri dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu
penyakit yang berhunugan dengan fungsi paru, evaluasi pengobatan dan memantau
perjalanan penyakit pernapasan, persiapan operasi, penelitian epidemiologi dan
penelitian fungsi paru atlet.
Alat ini memiliki dua jenis yaitu spirometer konvensional maupun spirometer
elektronik. Produk yang dihasilkan oleh spirometer konvensional adalah sebuah grafik
yang disebut spirogram, sedangkan spirometer elektronik akan menunjukkan hasil
pemeriksaan dalam bentuk angka. Spirometer konvensional contohnya MERA EV,
Collins, Rotary dan spirometer peak flow meter. Auto memiliki banyak merk. Salah
satu merk yang dipakai dalam penelitian ini adalah Spirometer spirolab.
Spirometer ini merupakan generasi ke 2 spirolab yang memfasilitasi total
penilaian fungsi paru. Perangkat ini juga sudah dilengkapi dengan layar LCD untuk
melihat hasil spirometer. Hasil yang berupa angka dari spirometer ini juga dapat di
cetak langsung deng dengan Winspiroan printer onboard atau menggunakan komputer
Pro Software. Produk ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menghitung
seluruh parameter paru, kecuali yang berkaitan dengan udara residu. Data dari subjek
berupa nama, umur, tinggi badan, melakukan tes dimasukkan ke data spirometer.

Gambar alat Spirometer Pemeriksaan Spirometri


Terdapat indikasi spirometri yang 19 dibagi dalam 4 manfaat, yaitu:
1. Diagnostik
Evaluasi individu yang mempunyai gejala, tanda, atau hasil laboratorium yang
abnormal; skrining individu yang mempunyai risiko penyakit paru; mengukur
efek fungsi paru pada individu yang mempunyai penyakit paru; menilai risiko pre
operasi; menentukan prognosis penyakit yang berkaitan dengan respirasi dan
menilai status kesehatan sebelum memulai program latihan.
2. Monitoring
Menilai intervensi terapeutik, memantau perkembangan penyakit yang
mempengaruhi fungsi paru, monitoring individu yang terpajan agen berisiko
terhadap fungsi paru dan efek samping obat yang mempunyai toksisitas pada
paru.
3. Evaluasi kecacatan/kelumpuhan
Menentukan pasien yang membutuhkan program rehabilitasi, kepentingan
asuransi dan hukum.
4. Kesehatan masyarakat
Survei epidemiologis (skrining penyakit obstruktif dan restriktif) menetapkan
standar nilai normal dan penelitian klinis.
Kontraindikasi Spirometri terbagi dalam kontra indikasi absolut dan relatif.
Kontraindikasi absolut meliputi: Peningkatan tekanan intrakranial, space
occupying lesion (SOL) pada otak, ablasio retina, dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk dalam kontraindikasi relatif antara lain: hemoptisis yang tidak diketahui
penyebabnya, pneumotoraks, angina pektoris tidak stabil, hernia skrotalis, hernia
inguinalis, hernia umbilikalis, Hernia Nucleous Pulposus (HNP) tergantung
derajat keparahan, dan lain-lain.
B. Prosedur pemeriksaan spirometri
Tes spirometri mengharuskan anda bernapas ke dalam tabung yang melekat pada
mesin yang disebut spirometer. Sebelum Anda melakukan tes, perawat, teknisi atau
dokter akan memberikan instruksi khusus. Dengarkan baik-baik dan tanyakanlah jika
ada sesuatu yang tidak jelas. Melakukan tes dengan benar diperlukan untuk hasil yang
akurat dan bermakna.
Secara umum pemeriksaan spirometri akan dikerjakan seperti ini:
Anda akan diminta untuk duduk selama pemeriksaan.
1. Sebuah Klip akan dipasang pada hidung anda untuk menjaga hidung tertutup.
2. Anda akan diminta untuk mengambil napas dalam-dalam dan bernapas keluar
sekeras yang Anda bisa selama beberapa detik ke dalam tabung. Sangat penting
bahwa bibir nda membuat segel di sekitar tabung sehingga tidak ada udara bocor
keluar.
3. Anda harus melakukan pemeriksaan tersebut setidaknya tiga kali untuk
memastikan hasil yang relatif konsisten. Jika ada variasi yang terlalu banyak di
antara ketiga hasilnya. Anda akan diminta untuk untuk mengulang pemeriksaan.
Nilai rata-rata di antara ketiga pemeriksaan tersebut akan digunakan sebagai hasil
akhir.
4. Seluruh proses biasanya memakan waktu kurang dari 15 menit.
5. Jika dokter meminta agar test spirometri dikerjakan untuk mengevaluasi efek
terapi yang diberikan. Setelah pemeriksaan putaran pertama anda diminta untuk
menghisap obat inhalasi untuk membuka saluran nafas paru (bronchodilator).
Setelah 15 menit obat diharapkan sudah bekerja sehingga dapat dilakukan satu set
pengukuran spirometri. Dokter Anda kemudian dapat membandingkan hasil dua
pengukuran untuk melihat apakah bronkodilator membaik aliran udara Anda.

MANAJEMEN NYERI

Pengertian

Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat


sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).

A. Jenis-jenis Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu :
1. Nyeri Akut
Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cidera fisik. (Meliala & Suryamiharja, 2007).
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan
yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan penyebab atau cidera
fisik. Nyeri kronis dapat tidak memilikiawitan yang ditetapkan dengan tepat dan
sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya (Strong, Unruh, Wright &
Baxter, 2002).
Berdasarkan lokasinya Sulistyo (2013) dibedakan nyeri menjadi,
1. Nyeri Ferifer
Nyeri ini ada tiga macam, yaitu :
a. Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat rangsanganpada kulit dan
mukosa
b. Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi darireseptor
nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks.
c. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yangjauh dari
penyebab nyeri.
2. Nyeri Sentral adalah nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,
batang otak dantalamus.
3. Nyeri Psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan
kata lain nyeri initimbul akibat pikiran si penderita itu sendiri.

B. Manajemen nyeri
1. Pendekatan farmakologi
Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan
nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri terutama untuk nyeri yang sangat
hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Metode yang
paling umum digunakan untuk mengatasinyeri adalah analgesic (Strong, Unruh,
Wright & Baxter, 2002). Menurut Smeltzer & Bare (2002), ada tiga jenis analgesik
yakni:
a) Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan nyeri
ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien yang rentan
terhadap efek pendepresi pernafasan.
b) Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya diresepkan untuk
nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek samping
dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi,
mual muntah.
c) Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti sedative, anti
cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau menghilangkan
gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual (Potter & Perry,
2006).
2. Intervensi Keperawatan Mandiri (Non farmakologi)
Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni (2013),
merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara mandiri
tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam pelaksanaanya perawat
dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri. Banyak pasien dan anggota tim
kesehatan cenderung untuk memandang obatsebagai satu-satunya metode untuk
menghilangkan nyeri. Namun banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi
yang dapat membantu menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri
nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun tidakan tersebut
bukan merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2002).
a) Masase dan Stimulasi Kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum. Sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih
nyaman (Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan stimulasi kutaneus adalah
stimulasi kulit yang dilakukan selama 3-10 menit untuk menghilangkan
nyeri, bekerja dengan cara melepaskan endofrin, sehingga memblok
transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2006). Salah satu teknik
memberikan masase adalah tindakan masase punggung dengan usapan
yang perlahan (Slow stroke back massage). Stimulasi kulit menyebabkan
pelepasan endorphin, sehinggamemblok transmisi stimulus nyeri. (Potter
& Perry, 2006).
b) Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain
pada nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi
diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem
kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak (Smeltzer and Bare, 2002).
c) Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,
selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah. Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom (Fitriani,
2013).
d) Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasiseseorang
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek
positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan
meredakan nyeri dapat terdiri atas penggabungan nafas berirama lambat
dengan suatu bayangan mental relaksasi dankenyamanan (Smeltzer &
Bare, 2002). Prosedurnya yaitu ciptakan lingkungan yang tenang, jaga
privasi pasien, usahakan tangan dan kaki pasien dalam keadaan rileks,
minta pasien untuk memejamkan mata dan usahakan agar pasien
berkonsentrasi, minta pasien menarik nafas melalui hidung secara
perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati “hirup, dua, tiga”, selama
pasien memejamkan mata kemudian minta pasien untuk membayangkan
hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, minta pasien untuk
menghembuskan udara melalui mulut dan membuka mata secara
perlahan- lahan sambilmenghitung dalam hati “hembuskan, dua, tiga”,
minta pasien untuk mengulangi lagi sama seperti prosedur sebelumnya
sebanyak tiga kali selama lima menit (Patasik, Tangka & Rottie, 2013).
e) Kompres Hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
hangat yang dapat menimbulkan efek fisiologis (Anugraheni, 2013).
Kompres hangat dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas atau
kantong air panas secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari
buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran
pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga
nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Smalzer & Bare, 2002).
Penggunaan kompres air hangat dapat membuat sirkulasi darah lancar,
vaskularisasi lancar dan terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi
pada otot karena otot mendapat nutrisi berlebih yang dibawa oleh darah
sehingga kontraksi otot menurun. Kompres hangat dengan suhu 50 C – 0
C mengakibatkan terjadinya vasodilatasi yang bisa membuka aliran
darah membuat sirkulasi darah lancar kembali sehingga terjadi
relaksasi pada otot mengakibatkan kontraksi otot menurun
(Anugraheni, 2013).

MENGUKUR GCS (GLASGOW COMA SCALE) DAN TINGKAT


KESADARAN
A. Pengertian
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah alat diagnostik yang sudah sejak lama
menjadi alat untuk mengevalusi tingkat kesadaran pasien, menilai status klinis
pasien, dan menjadi alat prognosis untuk pasien cedera kepala. Skor GCS
menjadi standar pengukuran fungsi neurologis pada pasien dengan perubahan
status mental oleh karena penyebab apapun, termasuk cedera kepala. Glasgow
Coma Scale merupakan faktor penting yang harus diukur pada pasien cedera
kepala. Selain digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran pasien secara
kuantitatif, GCS juga digunakan untuk memprediksi risiko kematian di awal
trauma.(Christensen, B. Medscape, 2014).
B. Indikator Pemeriksaan GCS dan Tingkat Kesadaran
NILAI KRITIS LABORATORIUM

A. Pengertian
Nilai kritis adalah suatu nilai abnormal dari hasil pemeriksaan
laboratorium baik nilai abnormal tinggi atau rendah, bila didapatkan pada pasien
dapat menimbulkan kondisi yang berbahahaya atau mengancam nyawa.

B. Tujuan
Nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium agar disampaikan secepatnya
kepada perawat atau dokter penanggung jawab pasien supaya penatalaksanaan
pasien dapat dilakukan dengan cepat dan lebih baik.

C. Indikator nilai laboratorium kritis


TAMPON PENDARAHAN HIDUNG

A. Pengertian tampon pendarahan hidung


Teknik tampon hidung berbeda berdasarkan indikasi dan lokasi sumber perdarahan.
Pada prinsipnya, tampon hidung diposisikan agar tampon dapat menekan sumber perdarahan,
baik anterior maupun posterior.

B. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum pemasangan tampon hidung adalah resusitasi. Epistaksis
merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam nyawa, sehingga assessment yang baik
terhadap airway, breathing, dan circulation perlu dilakukan sebelum tindakan pemasangan
tampon hidung.
Anamnesis riwayat pasien perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab epistaksis,
seperti riwayat trauma, gangguan pembekuan darah, konsumsi obat, dan alergi. Pasien juga
perlu ditanyakan terkait riwayat operasi sinus atau hidung dalam waktu dekat.
Posisikan pasien dalam posisi duduk di atas meja periksa. Pastikan suction dan
oksigen tersedia. Bila terdapat bekuan darah, bersihkan terlebih dahulu dengan alat atau
minta pasien untuk menghembuskan nafas dari hidung. Periksa kedua nares dengan lampu
kepala dan spekulum hidung (rhinoscope) untuk mengetahui sumber epistaksis.

C. Peralatan
Peralatan yang perlu disiapkan sebelum pemasangan tampon hidung antara lain :
1. Alat pelindung diri (sarung tangan, masker, apron, goggles)
2. Brankar rumah sakit yang dapat ditegakkan hingga 90o atau kursi THT
3. Lampu kepala
4. Spekulum hidung
5. Forsep bayonet
6. Suction
7. Nierbeken (emesis basin)
8. Salep antibiotik
9. Kasa steril
10. Dekongestan topikal (0,25% phenylephrine, epinefrin 1:1000, atau oxymetazoline
spray)
11. Anestesi topikal (campuran 4% lidocaine, 0,1% epinefrin, dan 0,4% tetracaine)
Peralatan yang dibutuhkan pada pemasangan tampon anterior antara lain :
1. Tampon rol yang telah diberi vaselin atau dicampur antibiotik dengan lebar sekitar 0.5
cm.
2. Nasal tampon atau nasal balloon yang telah tersedia

Peralatan yang dibutuhkan pada pemasangan tampon posterior antara lain :


1. Kateter foley ukuran 10–14 French
2. Tampon Bellocq : tampon yang terbuat dari kasa padat berbentuk bulat atau kubus
dengan diameter sekitar 3 cm dan memiliki 3 buah benang, 2 buah pada satu sisi dan
sebuah pada sisi lainnya, atau
3. Kateter dual-balloon yang telah tersedia
4. Umbilical clamp

D. Posisi Pasien
Bila pasien dalam keadaan sadar penuh, pasien dapat diposisikan duduk. Pada
perdarahan yang masih berlanjut, pasien diposisikan dalam sniffing position yang dapat
dicapai dengan duduk tegak, fleksi leher dan ekstensi kepala. Bila keadaan pasien tidak
memungkinkan, pemasangan tampon hidung dapat dilakukan dalam posisi supinasi.
Prosedural :
Prosedur pemasangan tampon hidung berbeda berdasarkan jenisnya, yaitu tampon
hidung anterior dan tampon hidung posterior.
Tampon Hidung Anterior
Prosedur pemasangan tampon hidung anterior cukup sederhana. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan berupa :
1. Gunakan alat pelindung diri
2. Persiapkan alat dan bahan
3. Periksa kembali sumber perdarahan dengan menggunakan spekulum hidung
4. Masukkan obat dekongestan topikal dengan kapas atau spray ke bagian konka hidung
5. Masukkan tampon rol yang telah dipersiapkan ke dalam kavum nasi dengan forsep
bayonet mulai dari bagian posterior inferior secara berlapis-lapis hingga puncak rongga
hidung
6. Pastikan ujung anterior dari tampon dapat diakses dengan mudah untuk pelepasan tampon
7. Tampon dapat dipertahankan selama 24-48 jam
Tampon Hidung Posterior
Prosedur pemasangan tampon hidung posterior berupa :
1. Gunakan alat pelindung diri
2. Persiapkan alat dan bahan
3. Periksa kembali sumber perdarahan dengan menggunakan spekulum hidung
4. Masukkan obat dekongestan topikal dengan kapas atau spray ke bagian konka hidung
5. Untuk menggunakan tampon Bellocq, masukkan kateter foley melalui kedua nares
anterior hingga ujung kateter tampak di orofaring, lalu tarik keluar dari rongga mulut.
Ikat kedua benang pada masing-masing ujung kateter dan tarik kembali pangkal kateter
keluar dari nares
6. Lepaskan ikatan pada kedua benang dan kateter, bila perlu dorong tampon ke nasofaring
dengan jari telunjuk, kemudian ikat kedua benang tampon di depan nares.
7. Rekatkan benang yang berada pada rongga mulut ke pipi pasien untuk melepas tampon
selama 2–3 hari.
8. Untuk menggunakan balon kateter foley sebagai tampon posterior, masukkan kateter ke
masing-masing nostril hingga ujung kedua kateter terlihat, lalu kembangkan balon
kateter dengan 5–15 ml cairan norma saline.
9. Tarik kateter secara perlahan sampai balon terpasang dengan baik di kavum nasi
posterior, kemudian fiksasi pangkal kateter di depan nares dengan umbilical clamp.
10.
Follow Up
Pemasangan tampon hidung baik anterior maupun posterior harus diikuti dengan
evaluasi perdarahan. Bila sumber perdarahan terdapat di anterior dan posterior, pemasangan
kedua jenis tampon dapat dilakukan.
Pasien dapat diberikan profilaksis antibiotik untuk mencegah kejadian sinusitis dan toxic
shock syndrome akibat pemasangan tampon. Rawat inap dan pemeriksaan penunjang jarang
diperlukan, namun dapat dipertimbangkan untuk pemantauan lebih lanjut terhadap
perdarahan dan investigasi penyebab perdarahan, terutama pada pasien yang mendapatkan
pemasangan tampon posterior, pasien geriatri, dan anak-anak.

TINDAKAN AFF HEACTING

A. Pengertian
Tatacara melakukan tindakan mengangkat / membuka jahitan pada luka yang di jahit.
B. Tujuan
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari benang .
2. Untuk mencegah tertinggalnya benang
C. Persiapan alat
a. bak instrument steril
b. pinset anatomi 2 buah
c. pinset chirurgis 2 buah
d. gunting angkat jahit 1 buah
e. kapas alcohol dalam kom
f. hands coon
g. plester / hypafix
h. gunting verband
i. betadine dalam kom
j. NaCl 0,9% dalam kom
k. bengkok 2 buah (1 berisi cairan desinfektan)
l. kain pembalut /verband (jika di perlukan)
D. Prosedur
1. Cek program terapi
2. Identifikasi pasien dengan tepat
3. Cuci tangan
4. Tempatkan alat di dekat pasien dengan benar
5. Ucapkan salam, menyapa nama pasien (identifikasi ulang pasien),
memperkenalkan diri
6. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
7. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
8. Jaga privacy pasien dengan menutup tirai/mengunci pintu kamar pasien.
9. Ajak pasien atau keluarga membaca basmalah bersama – sama sebelum menjalani
tindakan.
10. Letakkan kantung sampah/bengkok di dekat pasien (dalam jangkauan area kerja.
11. Bantu pasien pada posisi yang nyaman pada seluruh area luka terlihat.
12. Bebaskan area luka dari pakaian (hanya memaparkan area luka).
13. Pasang perlak dan pengalas di bawah area luka.
14. Buka set ganti balut (pertahankan kesterilan alat yang belum di gunakan).
15. Gunakan sarung tangan.
16. Basahi plester dengan kapas alcohol. Melepas plester, ikatan atau balutan
menggunakan pinset, dengan menarik ujungnya sejajar padakulit mengarah ke
balutan.
17. Angkat balutan lapis terluar dan membuangnya ke bengkok/kantung sampah.
Membersihkan bekas plester dan area di sekitar luka.
18. Angkat balutan lapis dalam menggunakan pinset dan membuangnya pada kantung
sampah / bengkok.
19. Observasi luka, inspeksi warna luka, luas kerusakan integritas kulit, ukuran luka
termasuk kedalaman, panjang dan lebar luka, karakter dan jenis drainase luka,
bau, keadaan jahitan (bila ada), observasi daerah sekitar luka terhadap tanda
peradangan. Palpasi sepanjang tepi luka untuk mengetahui adanya eksudat / pus
di bawah jaringan.
20. Bersihkan luka, memegang kasa yang di basahi dengan NaCl menggunakan
pinset. Menggunakan satu kasa untuk setiap kali usapan. Membersihkan luka dari
area yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi/menjauhi luka untuk
mencegah kontaminasi organism ke dalam luka.
21. Keringkan luka dengan kasa kering, gunakan kasa bersih setiap kali usap.
22. Lakukan desinfeksi luka dengan betadine.
23. Letakkan kassa steril di dekat luka.

24. Lepas jahitan satu persatu dengan cara:


a) jepit dan menarik simpul jahitan sedikit ke atas secara hati – hati dengan
memakai pinset chirurgis, sehingga benang yang berada di dalam kulit
kelihatan;
b) Gunting benang tepat di bawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau
pada sisi lain yang tidak ada simpul;
c) Tarik benang secara hati – hati, buang ke kasa.
25. Bilas menggunakan NaCl.
26. Kompres luka dengan kasa betadine atau memberikan salep anti septic (bila di
programkan) di sepanjang luka.
27. Tutup luka dengan kasa steril:
a) Tutupi luka dengan satu kasa setiap kali sebagai lapisan kontak;
b) Pasang kasa lapisan ke dua sebagai lapisan absorben (melindungi luka pada
masuknya mikroorganisme).
28. Berikan plester empat sisi pada balutan kassa atau menutup rapat kasa dengan
hypafix.
29. Bila menggunakan balutan modern/plastic berikan kasa tipis agar tidak
menyulitkan penempelan plastic pada kulit.
30. Lepas sarung tangan.
31. Lakukan evaluasi tindakan yang di lakukan.
32. Ajak pasien atau keluarga membaca hamdalah bersama – sama.
33. Pamitan kepada pasien dan keluarga.
34. Bereskan alat dan mengembalikan ke tempat semula.
35. Cuci tangan dan catat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

IRIGASI MATA

A. Pengertian
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata.
Irigasi biasanya menggunakan akuades, saline, atau cairan antiseptik. Teknik steril
digunakan karena tindakan ini berhubungan dengan mukosa mata.

B. Tujuan
Membersihkan mata dari benda asing, kotoran dan juga bisa berfungsi untuk
menghantarkan obat secara lansung.

C. Indikasi
1. Cedera dekontaminasi kimiawi.
2. Pembersihan debris (mis. Debu, vertikel-vertikel asing) dari mata.

D. Kontraindikasi
Bola mata terluka atau tertusuk

D. Penatalaksanaan
1. Peralatan :
a) Tabung steril untuk tempat cairan
b) Cairan irigasi dengan suhu 37° C
c) Lakmus (penguji pH bila terpajan asam/basa)
d) Irigator (contoh: selang infuse) atau spuit steril
e) Bola kapas steril
f) Bengkok steril
g) Perlak
h) Handuk
i) Sarung tangan steril
2. Tindakan Terapeutik
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Melakukan validasi/ evaluasi
c) Melakukan kontrak waktu
d) Jelaskan prosedur kepada klien
e) Mempersiapkan alat
f) Mencuci tangan
g) Bantu klien mengatur posisi duduk atau berbaring, miring kepala ke arah mata
yang sakit
h) Tutup pakaian klien dengan handuk. Pasang perlak di bawah kepala pasien
i) Pasang bengkok di bawah mata yang sakit
j) Pakai sarung tangan steril
k) Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan kapas yang telah dibasahi cairan
irigan, dengan arah dari kanus dalam ke kanus luar
l) Dengan perlahan, retraksi kelopak mata dengan telunjuk dan ibu jari tangan non
dominan (umumnya kiri).
m) Mulai alirkan irigan melalui irigator, pengang bagian distal irrigator dengan
tangan dominan (umumnya kanan) 2,5 cm diatas mata. Aliran cairan harus
mengalir dengan kecepatan sesuai kenyamanan klien.
n) Arahkan cairan irigan ke semua arah pada bila mata anterior, dari kanus dalam
ke kanus luar. Lanjutkan tindakan sampai air yang keluar dari mata tampak
bersih.
o) Bila sudah selesai, bersihkan sekitar mata dengan cara mengusap dari arah
dalam ke luar
p) Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon
q) Bereskan alat yang digunakan dan dokumentasikan

POSISI TUBUH PASIEN

A. Pengertian pengaturan posisi pasien


Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang
baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu aspek
keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu apabila
dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan perry,2005).
Tujuan merubah posisi :
1. Mencegah nyeri otot
2. Mengurangi tekanan
3. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
4. Mencegah kontraktur otot
5. Mempertahankan tonus otot dan reflek
6. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan
B. Macam – Macam Pengaturan Posisi Pasien
Ada Sembilan macam pengaturan posisi pasien yaitu :
1. Posisi Supinasi (Telentang)
2. Posisi Lateral (Side-Lying)
3. Posisi Dorsal Recumbent
4. Posisi Trendelenberg
5. Posisi Sims
6. Posisi Lithotomi
7. Posisi Pronasi (Telungkup)
8. Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest)
9. Posisi Fowler

C. Prosedur Pelaksanaan Tiap Pengaturan Posisi Pasien


1. Posisi Fowler
a.Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Bagian kepala dari tempat tidur pasien ditempatkan pada sudut 45 derajat. Ini adalah
posisi umum untuk memberikan kenyamanan dan perawatan pasien.

b.Tujuan
 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
 Meningkatkan rasa nyaman
 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada
dan ventilasi paru
Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
c.Indikasi
 Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
 Pada pasien yang mengalami imobilisasi
d. Alat dan bahan
 Tempat tidur khusus
 Selimut
e.Cara kerja
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Dudukkan pasien
 Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
 Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).

2. Posisi semi fowler


a. Pengertian
Kepala pada tempat tidur pasien ditempatkan pada sudut 30 derajat. Posisi ini
digunakan untuk pasien yang memiliki masalah jantung atau pernapasan, dan untuk pasien
dengan nasogastric tube
b. Tujuan
 Mobilisasi
 Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
 Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

c. Cara / prosedur
 Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
 Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas
klien lumpuh
 Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut
dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital (
di bawah lutut )

3. Posisi sim
a. Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).

b. Tujuan
 Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
 Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
 Memasukkan obat supositoria
 Mencegah dekubitus
c. Indikasi :
 Untuk pasien yang akan di huknah
 Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
d. Cara kerja
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke
dada.
 Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas
tempat tidur.
 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
 Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas
tempat tidur.

4. Posisi trendelenburg
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Posisi ini digunakan dalam situasi seperti hipotensi dan kedaruratan. Posisi ini membantu
mendukukung aliran balik vena ke organ-organ utama seperti otak dan jantung.
b. Indikasi
 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
 Pasien shock
 Pasien hipotensi.
c. Cara kerja
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
 Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat
tidur.
 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
 Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat
tidur
5. Posisi dorsal recumbent
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genetalia serta pada proses persalinan.

b. Cara kerja :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala dan
ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut
 Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur
khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

6. Posisi Litotomi
a. pengertian
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke
atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

b. Indikasi
 Untuk ibu hamil
 Untuk persalinan
 Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
c. Cara kerja
 Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik
ke arah perut
 Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
 Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
 Pasang selimut
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah
rektum dan sigmoid.
b. Tujuan :
 Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
d. Indikasi
 Pasien hemorrhoid
 Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
e. Cara kerja
 Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
mencmpel pada kasur tempat tidur.
 Pasang selimut pada pasien.

INSISI ABSES

A. Pengertian Insisi Abses/Bisul


Abses atau bisul adalah kumpulan nanah yang dikelilingi oleh dinding jaringan yang
menyebabkan kemunculan benjolan yang menyakitkan dan membuat pengidapnya merasa
tidak nyaman. Abses terjadi ketika tubuh mencoba mengendalikan infeksi dengan
membentuk dinding di sekitar area yang terinfeksi. Saat jumlah nanah meningkat, benjolan
tumbuh dan menyebabkan rasa sakit. Insisi abses/bisul adalah prosedur untuk mengeluarkan
nanah pada bisul. Beberapa jenis bisul bisa kering secara alami dan tidak memerlukan
perawatan. Namun, beberapa bisul, memerlukan prosedur insisi, untuk mengurangi
pembengkakan dan mempercepat proses penyembuhan.
B. Tujuan Insisi Abses/Bisul
Tujuan insisi abses/bisul adalah untuk mengeluarkan nanah pada bisul untuk
mempercepat penyembuhan. Abses atau bisul yang diinsisi akan lebih cepat kering dan
meminimalkan risiko infeksi.
C. Manfaat Insisi Abses/Bisul
Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari insisi abses, yaitu:
- Mempercepat proses penyembuhan.
- Menghindari infeksi.
- Mengurangi pembengkakan.
- Membantu meringankan sakit ataupun nyeri.
- Mencegah komplikasi akibat gesekan, tekanan, dan lain sebagainya.
Kapan Harus Melakukan Insisi Abses/Bisul
Jika sudah sangat mengganggu, kondisi ini bisa menyebabkan demam, atau berisiko
menimbulkan infeksi. Oleh karena itu, ada baiknya untuk segera melakukan insisi abses/bisul.
Prosedur Insisi Abses/Bisul
Prosedur insisi abses/bisul dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan konsultasi
dengan dokter. Pemeriksaan oleh dokter akan membantu mendiagnosis abses kulit.
Diagnosis dokter akan menentukan kapan dan bagaimana abses terbentuk, apakah
menyakitkan, apa penyebabnya, atau apakah kamu pernah mengalami abses sebelumnya. Bila
perlu, dokter akan mengambil sampel nanah untuk dicek ke laboratorium.
Terkait prosedurnya, berikut adalah tahapannya:

- Dokter akan membuat sayatan melalui kulit di atas abses.


- Nanah dikeluarkan dari kantong abses.
- Setelah nanah terkuras, dokter membersihkan kulit yang tersisa dengan larutan garam
steril.
- Abses dibiarkan terbuka tetapi ditutup dengan pembalut luka untuk menyerap lebih
banyak nanah yang dihasilkan setelah prosedur.
- Abses yang lebih dalam atau lebih besar mungkin memerlukan kain kasa untuk
ditempatkan di dalam untuk membantu menjaga abses tetap terbuka. Ini dapat
membantu jaringan untuk sembuh dengan baik dan menyerap nanah atau darah
selama proses penyembuhan.
Waktu pemulihan dari insisi abses/bisul tergantung pada lokasi infeksi dan tingkat
keparahannya. Jika pembalut ini basah oleh drainase, pembalut perlu diganti secara rutin.
Dokter mungkin juga meresepkan terapi antibiotik untuk membantu tubuh melawan infeksi
awal dan mencegah infeksi berikutnya. Bila diperlukan, obat pereda nyeri juga dapat
direkomendasikan selama beberapa hari.
MAKALAH

KOMPONEN TINDAKAN DI RUANG PERAWATAN

DI SUSUN OLEH

NAMA : Mukhlisho, S.Tr.Kep., Ns

RUMAH SAKIT LANGIT GOLDEN MEDIKA

TAHUN 2022
TUGAS HARIAN DI RUANGAN

DI SUSUN OLEH

NAMA : Mukhlisho, S.Tr.Kep., Ns

RUMAH SAKIT LANGIT GOLDEN MEDIKA

TAHUN 2022

Anda mungkin juga menyukai