1. Pengertian
Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign) merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi
tubuh.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui adanya kelainan pada pasien
b. Mengetahui kondisi dan perkembangan vital sign pasien
c. Mengetahui frekuensi, irama pernafasan, frekuensi nadi, tekanandarah dan suhu tubuh
pasien
3. Peralatan
a. Handscoon
b. Thermometer air raksa
c. botol masing-masing berisi: Cairan sabun, cairan desinfektan,air bersih.
d. Tissue
e. Tensimeter : Spingomanometer/tensi air raksa
f. Stetoskop
g. Jam tangan/stopwatch
h. Alat Tulis
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Menjaga privasi pasien
c. Atur posisi yang nyaman : duduk atau berbaring dengan posisi tangan rileks
d. Memakai sarung tangan
e. Memposisikan perawat di sisi sebelah kanan pasien
f. Keringkan ujung thermometer. Kemudian turunkan air raksa sampai skala nol.
Sebelum meletakkan di aksila, bersihkan/keringkan aksila sebelah kiri pasien terlebih
dahulu dengan menggunakan tissue.
g. Letakkan thermometer diaksila sebelah kiri. Selanjutnya sambal menunggu naiknya
air raksa pada thermometer lakukan pemeriksaan nadi, pernafasan dan tekanan darah
dengan cara:
h. Letakkan ujung tiga jari-jari tangan kecuali ibu jari padaarteri/nadi yang akan diukur,
(mulai dari radialis, brakhialis, carotis, dan temporalis) tekan dengan lembut
i. Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (0) selama 30 detik (kalikan 2x untuk
memperoleh frekuensi dalam satu menit). Jikaritme nadi tidak teratur, hitung selama
satu menit. Lanjutkan perhitungan pernafasan
j. Lalu sembari memegang arteri radialis (seolah-olah masihmenghitung denyut nadi),
hitung jumlah pernafasan klienselama 1 menit (naik turunnya dada klien)
k. Selanjutnya siapkan pasien untuk pemeriksaan tekanan darah(persiapan tensi meter).
l. bebaskan area brakhialis dengan cara gulung lengan baju klien. Palpasi arteri
brakhialis. Letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakhialis (ruang antekubital).
m. Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialissampai denyutnya hilang
kemudian tekanan dinaikkan lagikurang lebih 30 mmhg.
n. Letakkan stetoskop pada arteri brakhialis pada fossa cubitti dengan cermat dan
tentukan tekanan sistolik
o. Mencatat bunyi korot koff I dan V atau bunyi detak pertama(systole) dan terakhir
(diastole) pada manometer sebagai mana penurunan tekanan
p. Turunkan tekanan manset dengan kecepatan 4 mmhg/detiksambil mendengar
hilangnya pembuluh yang mengikuti 5 fasekorotkof
q. Ulang pengukuran 1 kali lagi dengan air raksa dalam spignomanometer dikembalikan
pada angka 0. Lakukantindakan seperti diatas.
r. Kemudian membuka manset, melepaskan manset dan merapikan kembali.
s. Melepaskan thermometer dari aksila membaca kenaikan suhu,kemudian mencuci
thermometer dengan kapas alkohol
t. Keringkan thermometer dan turunkan kembali air raksanya
u. Merapikan kembali pasien dan alat-alat.
v. Melepaskan handscoon
w. Mencuci tangan
5. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Berpamitan dengan klien
d. Membereskan alat-alat
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
PEMERIKSAAN OBAT-OBATAN (IV, IC, SC, SUBLINGUAL, TOPICAL,
ORAL/SUPONS)
1. Pengertian : Memasukkan cairan atau obat langsung melalui pembuluh darah vena dalam
jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.
2. Tujuan : Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
Memberikan obat. Transfuse darah dan produk darah, Memberikan nutrisi parenteral dan
suplemen nutrisi
3. Persiapan pasien : Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
4. Persiapan alat
a. Standar infus
b. Cairan infus dan infus set sesuai kebutuhan
c. Jarum /abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
d. Perlak dan tourniquet
e. Plester dan gunting
f. Bengkok
g. Sarung tangan bersih
h. Kassa seteril
i. Kapas alkohol dalam tempatnya
Penatalaksanaannya
a. Mencuci tangan
b. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
c. Membuka plastic infus set dengan benar
d. Menggantung cairan infus di standar cairan infus
e. Mengisi cairan infus set dengan cara menekan
f. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
g. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan, Cek adanya
udara dalam selang, Pakai sarung tangan bila perlu
h. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
i. Meletakkan perlak dan pengalas
j. Memilih vena yang tepat dan benar, Memasang tourniquet
k. Deninfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus
l. Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih
m. Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam abocath
n. Tourniquet di cabut, Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu
dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
o. Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk
fiksasi
p. Membalut dengan kassa betadinsteril dan menutupnya dengan kassa steril kering
q. Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak
tercabut
r. Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien
s. Alat-alat di bereskan dan perhatikan bagaimana respon pasien
t. Perawat kembali cuci tangan
u. Catat tindakan yang dilakukan
Evaluasi : Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap
pemberian tindakan.
Dokumentasi : Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil
tindakan, reaksi respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang
diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang, dan perawat yang melakukan) pada
catatan dokumentasi.
EKG (ELEKTROKARDIOGRAM)
Pengertian
Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam
aktivitas listrik jantung. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung dan
menilai efektivitas pengobatan penyakit jantung.
Elektrokardiogram dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi-kondisi berikut:
1. Serangan jantung
2. Kelainan otot jantung (kardiomiopati)
3. Gangguan irama jantung
4. Penyakit jantung coroner
5. Gangguan elektrolit
6. Keracunan obat-obatan
Prosedur Elektrokardiogram
Elektrokardiogram bisa dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan lama pemeriksaan
kurang lebih 10 menit. Berikut ini adalah rangkaian pemeriksaan EKG:
1. Pasien akan diminta untuk mengganti semua pakaian dengan jubah medis. Pasien juga
akan diminta untuk melepaskan perhiasan atau benda apa pun di tubuh yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan.
2. Pasien akan diminta untuk berbaring di tempat tidur. Selanjutnya, 12 elektroda yang
tersambung dengan mesin EKG akan ditempelkan di dada, lengan dan tungkai.
3. Mesin EKG akan merekam aktivitas listrik jantung pasien dan menampilkannya
dalam bentuk grafik gelombang listrik di monitor. Grafik tersebut kemudian akan
dianalisis oleh dokter.
4. Selama pemeriksaan EKG berjalan, pasien akan diminta untuk tidak berbicara dan
bergerak, karena dapat memengaruhi hasil tes.
5. Setelah pemeriksaan EKG, pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa, kecuali bila
dokter menyarankan pasien membatasi aktivitas karena adanya suatu penyakit. Dokter
dapat langsung mendiskusikan hasil EKG pada hari itu juga, atau menjadwalkannya di
lain hari.
6. Jika hasil EKG normal, maka pemeriksaan lain mungkin tidak diperlukan. Akan
tetapi, bila hasil EKG menunjukkan suatu penyakit, pasien mungkin akan diminta
menjalani EKG ulang, atau pemeriksaan lain seperti pemeriksaan enzim jantung,
tergantung pada penyakit yang dicurigai oleh dokter.
Beberapa informasi yang bisa didapatkan dari pemeriksaan EKG adalah:
1. Irama jantung teratur atau malah tidak teratur (aritmia)
2. Denyut jantung normal, terlalu lambat (bradikardia), atau terlalu cepat (takikardia)
3. Suplai darah dan oksigen ke jantung cukup atau kurang
4. Kondisi jantung masih bagus atau telah muncul tanda-tanda kerusakan, misalnya
karena pernah mengalami serangan jantung
5. Struktur jantung normal atau mengalami perubahan, misalnya akibat pembesaran pada
bilik jantung
Komplikasi Elektrokardiogram
Pemeriksaan elektrokardiogram umumnya aman dan tidak menimbulkan komplikasi
apa pun. Namun, pada beberapa kasus, pasien dapat mengalami reaksi alergi kulit akibat
elektroda yang ditempelkan di tubuh. Pasien juga dapat mengalami sedikit sakit saat
elektroda EKG dilepaskan dari kulit.
SKINTEST/ALERGI TEST
.
Uji Intradermal
Secara prinsip, uji intradermal dilakukan dengan memasukkan bahan yang akan
diperiksa ke intradermal. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah
pasien memiliki alergi terhadap suatu obat sebelum pemberian obat. Uji intradermal dapat
digunakan sebelum pemberian berbagai obat injeksi yang berpotensi menyebabkan alergi,
seperti penicillin, insulin, dan serum antitetanus.
Persiapan
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan dengan langkah berikut:
a. Tentukan obat yang akan diujikan
b. Larutan Phenolated saline (0,5% fenol dalam cairan salin normal) atau cairan salin
normal untuk mengencerkan obat dan sebagai kontrol negatif
c. Kontrol positif berupa larutan histamin 0,01 µg/ml
d. Spuit 1 cc
e. Perlengkapan kedaruratan medik,seperti oksigen, epinefrin, danperalatan intubasi sebagai
persiapan jika terjadi reaksi anafilaksis
Prosedur
Sebelum bahan yang akan diuji disuntikkan ke intradermal, lakukan pengenceran bahan
maksimal 2 jam sebelum tindakan. Obat diencerkan dengan phenolated saline atau cairan
normal salin
Penyuntikan bahan uji intradermal dilakukan dengan cara:
a. Larutan Phenolated saline atau cairan salin normal digunakan sebagai kontrol negatif
b. 0,01 ml larutan histamin 0,01 µg/ml disuntikkan pada volar lengan bawah sampai
terbentuk indurasi dengan diameter 4-6 mm
c. Uji intradermal dimulai dengan penyuntikan larutan obat yang sudah diencerkan. 0,01 ml
larutan obat disuntikkan pada kulit ekstensor lengan hingga terbentuk indurasi dengan
diameter 4-6 mm
d. Pembacaan dilakukan pada menit ke 15-30 setelah penyuntikan bahan uji
e. Uji intradermal disebut positif (+) bila dalam 30 menit setelah penyuntikan bahan obat
terjadi urtika dengan diameter lebih dari 10 mm dan eritema di sekitar urtika, atau bila
selisih diameter urtika bahan uji dan kontrol negatif ≥ 1,5 mm, atau terjadi perluasan
diameter urtika ≥ 1,5 mm dibanding diameter urtika awal penyuntikan
f. Pasca penyuntikan perlu dilakukan pengawasan efek samping berbahaya seperti
syok anafilaksis
PEMBERIAN OBAT MELALUI SYRING PUMP DAN INFUS PUMP
1. Syring Pump
Merupakan alat pengontro yang menggunakan teks cairan ke tubuh klien (Non pemberian
infuse secara volume man positif dalam mengalirkan Gravitasi)
Tujuan : Untuk dapat memberikan volume cairan dan dosis obat pada klien dengan tepat.
Indikasi :
a. Pemberian cairan atau obat - obatan secara infus dengan kecepatan yang konstan dan
akurat.
b. Pemberian cairan atau obat - obat dalam jumlah yang sangat kecil.
c. Pemberian infus jangka lama.
Prosedur
a. Persiapan Alat
Syringe pump
Spuit 50 cc,20cc,10cc,5cc,3cc
Extension Tube
Cairan pelarut sesuai kebutuhan
Three way
b. Persiapan Klien
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO informed consent)
c. Cara kerja pemakaian Syring Pump
Cuci tangan
Cek program terapi dokter tentang cairan atau obat - obatan yang akan diberikan.
3.3 Opios obat dan tempatkan obat atau cairan pada syringe ukuran sesuai dengan
kebutuhan.
Sambungkan syringe ke tube atau selang syringe.
Pastikan tidak ada udara dalam extension tube
Sambungkan kabel syiringe pump ke sumber listrik.
Tekan tomboi ON / OFF untuk menghidupkan alat
Angkat klem unit, pasang flunger syiringe dan klem kembali, pastikan posisi
syringe terpasang dengan benar, dengan ukuran volume syringe terlihat jelas.
Sambungkan selang syringe ke jalur intra vena.
Tentukan kecepatan pemberian obat atau cairan dengan menekan tomboi angka
sesuai nilai yang diinginkan, kemudian tekan tomboi START atau STOP,
kemudian tekan tomboi C sampai tampak nilai 00,0 di layar. Tekan tomboi angka
untuk menentukan volume yang akan diberikan kemudian tekan tomboi START
atau STOP.
Untuk mematikan alat tekan tomboi ON atau OFF.
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Impus Pump
Pengertian : Merupakan alat pengontro yang menggunakan teks cairan ke tubuh klien (
Non pemberian infuse secara volume man positif dalam mengalirkan Gravitasi).
Tujuan : Untuk dapat memberikan volume cairan dan dosis obat pada klien dengan tepat.
Indikasi :
a. Pemberian cairan atau obat - obatan secara infus dengan kecepatan yang konstan
dan akurat.
b. Pemberian cairan atau obat - obat dalam jumlah yang sangat kecil.
c. Pemberian infus jangka lama.
Prosedur
Persiapan Alat
a. Infus pump
b. Infus set
c. Cairan Kristaloid atau Cairan koloid
d. Cairan pelarut sesuai kebutuhan
e. Three way
f. Obatan obatan sesuai indikasi
Persiapan Klien
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan (lihat SPG informed
consent)
Cara kerja pemakaian infus pump :
a. Cuci Tangan
b. Cek instruksi dokter tentang obat atau cairan yang akan diberikan.
c. Sambungkan infus set kebotol infus dan isi infus set dengan cairan tersebut untuk
menghilangkan udara kemudian klem infus set.
d. Buka infus pump, masukkan chamber drop (bilik tetesan dari infus set) kedalam
sensor tetesan dari infus pump.
e. Sambungkan infus pump ke sumber listrik.
f. Gunakan tombol ON atau OFF untuk menyalakan alat.
g. Sambungkan set infus ke klien.
h. Tetapkan kecepatan pemberian tetesan dengan menekan tombol angka (lihat
nilainya pada iayar infus pump)
i. Gunakan tombol start atau stop untuk memulai pemberian infus.
j. Jika alarm berbunyi tekan tombol alarm (J3 ) yang dapat berbunyi selama 2
menit. Jika ingin merubah atau membatalkan cairan yang akan diberikan tekan
tombol start atau stop kemudian tekan tombol C sampai tampak angka 0000 pada
Iayar atas. Kemudian tekan tombol untuk menentukan kecepatan pemberian
cairan yang baru. Untuk mematikan alat ini tekan dan tahan tombol ON atau OFF.
k. Rapikan alat
l. Cuci tangan
m. Dokumentasikan tindakan yang akan dilakukan
Fungsi Khusus
a. Layar bawah yang akan menginformasikan data jika tombol dibawah ini difungsikan.
Tombol ml (volume) digunakan untuk memasukkan data volume cairan yang akan
diberikan.
b. Tombol time, digunakan untuk memasukkan data waktu yang dibutuhkan untuk
pemberian cairan, caranya : tekan tombol time, kemudian tekan tombol angka untuk
menentukan waktu yang dibutuhkan ( Jika waktu yang dibutuhkan 3 jam, 30 menit
maka tekan angka 330 sedangkan jika waktu yang dibutuhkan 1 jam 7 menit maka
tekan angka 107).
c. Tombol ml/h, digunakan untuk memastikan volume cairan yang diberikan perjamnya
PEMASANGAN KATETER
Pengertian
Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus segera dipenuhi. Pada beberapa kasus di rumah sakit terdapat kasus yang
mewajibkan penderita atau pasien untuk dilakukan pemasangan kateterisasi urin.
Keterampilan pemasangan kateter urin harus dikuasai oleh seorang perawat. Berikut ini
prosedur pemasangan kakaterisasi urin.
Alat Dan Bahan
a. Sarung tangan steril
b. Kateter urin sesuai ukuran
c. Urine bag dan penggantungnya
d. Spuit yang berisi 10-20 ml aquades/NaCl
e. Jeli
f. Cairan antiseptic
g. Sarung tangan bersih
h. Kom bersih
i. Wadah sampel urin (jika perlu)
j. Kapas/kasa
k. Pengalas
l. Bengkok
Pada laki-laki
a. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas
b. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
c. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, dekatkan dengan pasien
d. Jaga privasi dengan memasang sampiran
e. Atur posisi terlentang dengan memasang sampiran
f. Letakkan pengalas di bawah bokong
g. Tutup area pinggang dengan selimut
h. Cuci tangan dengan 6 langkah
i. Pasang sarung tangan bersih
j. Bersihkan area genetalia dengan khas dan cairan antiseptik
k. Bilas dan keringkan, kemudian lepaskan sarung tangan bersih
l. Buka set kateter steril (tetap pertahankan teknik aseptik), Pasang sarung tangan steril
m. Sambungkan kateter dengan urin bag
n. Pegang penis tegak lurus dengan tangan nondominan dan masukan 10 ml jeli ke
dalam meatus uretra dengan tangan dominan
o. Tutup meatus uretra dengan jari telunjuk selama 1-2 menit
p. Masukan kateter ke dalam meatus uretra dengan secara perlahan dengan tangan
dominan sampai pangkal kateter sambil menganjurkan untuk tarik napas dalam
q. Lakukan fiksasi internal dengan memasukan aquades/NaCl untuk mengembangkan
balon kateter
r. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk memastikan kateter terfiksasi
dengan baik dalam kandung kemih
s. Lepaskan sarung tangan steril
t. Lakukan fiksasi eksternal dengan plester di area abdomen bawah/pubis dengan penis
mengarah ke dada
u. Gantung urin bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
v. Pasang sarung tangan bersih dan ambil sampel urine segera dari urine bag (jika perlu)
w. Lepaskan sarung tangan bersih
x. Rapikan pasien dan alat yang digunakan
y. Cuci tangan 6 langkah
z. Dokumentasikan prosedur yang dilakukan (warna urine, jumlah urine yang keluar,
jumlah aquades, tanggal waktu pemasangan dan respon pasien).
Pada perempuan
a. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas
b. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
c. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, dekatkan dengan pasien
d. Jaga privasi dengan memasang sampiran
e. Atur posisi terlentang dengan memasang sampiran
f. Letakkan pengalas di bawah bokong
g. Tutup area pinggang dengan selimut
h. Cuci tangan dengan 6 langkah
i. Pasang sarung tangan bersih
j. Bersihkan area perineum dengan khas dan cairan antiseptik
k. Bilas dan keringkan, kemudian lepaskan sarung tangan bersih
l. Buka set kateter steril (tetap pertahankan teknik aseptik), Pasang sarung tangan steril
m. Sambungkan kateter dengan urin bag, Lumasi ujung 2.5-5 cm dengan jeli
n. Buka kedua labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan nondominan
o. Masukan kateter 5-7.5 cm ke dalam meatus uretra secara perlahan sambil meminta untuk
tarik napas dalam
p. Perhatikan adanya aliran urin pada selang urine bag
q. Lakukan fiksasi internal dengan memasukan aquades/NaCl untuk mengembangkan balon
kateter
r. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk memastikan kateter terfiksasi
dengan baik dalam kandung kemih
s. Lepaskan sarung tangan steril
t. Lakukan fiksasi eksternal dengan plester di area paha dalam
u. Gantungkan urine bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
v. Pasang sarung tangan bersih dan ambil sampel urine segera dari urine bag (jika perlu)
w. Lepaskan sarung tangan bersih
x. Rapikan pasien dan alat yang digunakan
y. Cuci tangan 6 langkah
z. Dokumentasikan prosedur yang dilakukan (warna urine, jumlah urine yang keluar,
jumlah aquades, tanggal waktu pemasangan dan respon pasien).
PEMASANGAN HUKNAH
Pengertian
Huknah adalah pemasukan cairan ke dalam rektum. Dua jenis dari cleaninganema
adalah high enema (huknah tinggi) dan low enema (huknah rendah). High enema diberikan
untuk membersihkn kolon sebanyak mungkin,sering diberikan sekitar 1000ml larutan orang
dewasa dan posisi klienberubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbeng dan
kemudianke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun keusus besar,
cleaning enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5 –10 menit.
Low enema diberikan hanya untuk membersih kan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar
500 mL larutan diberikan pada orang dewasa danklien dipertahankan pada posisi ke kiri
selama pemberian.
Carminatina enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus.Larutan dimasukkan
ke dalam rektum untuk dimasukkan gas dimana iamerenggangkan rektum dan kolon,
kemudian merangsang peristaltik.Untuk orang dewasa dimasukkan 60 – 180 ml.
Retention enema yaitu dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektumdan kolon sigmoid,
pelumas tersebut tertahan untuk suatu waktu yanglama (1–3jam), ia bekerja untuk melumasi
rektum dan kanal anal yangakhirnya memudahkan jalannya feses.
Prinsip dasar huknah memberikan huknah adalah suatu kegiatan yang dilakukan yang
untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi fekal dengan memberikan huknah rendah
atau huknah tinggi.
Tindakan ini memberikan bantuan pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar eliminasi fekal karena feses yang keras dan persiapan tindakan pembedahan.
Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama,
stress psikologis, obat-obatan, kurang aktifitas dan faktor usia. Bila hal ini tidak mendapatkan
perawatan dengan baik bisa terjadi fekal Impaksi.
Tujuan Huknah
Tujuan huknah yaitu untuk membersihkan usus, untuk pengobatan dan membantu
menegakkan diagnosa. Beberapa tindakan dalam huknah yang dapat kita ketahui,
Carminatine Enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke
dalam rektum untuk dimasukkan gas dimana ia merenggangkan rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60 – 180 ml.
Retention Enema yaitu dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon
sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk suatu waktu yang lama (1–3jam), ia bekerja untuk
melumasi rektum dan kanal anal yang akhirnya memudahkan jalannya feses.
Perbedaan huknah rendah dan tinggi, Huknah rendah adalah tindakan keperawatan
dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon desendens dengan menggunakan
kanula rektal melalui anus.
Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi (persiapan pembedahan) dan pasien yang
mengalami obstipasi. Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon asendens dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien
yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.
PEMBERIAN MAKANAN MELALUI NGT
1. Persiapan
a. Cuci tangan.
b. Bantu pasien setengah duduk atau sntengah berbaring atau naikkan kepala ranjang 30-
60 derajat.
c. Suhu makanan sekitar 37-40 derajat (yang penting tidak terasa panas pada tangan).
2. Langkah pemberian makanan
a. Sebelum menbuka penutup selang NGT, gunakan satu tangan untuk melekuk
selang untuk mencegah udara masuk ke dalam lambung.
b. Periksa posisi selang NGT. Jika timbul kondisi di bawah ini, hentikan pemberian
makan sementara dan beritahu petugas medis.
c. Perban tanda tempelan terlepas.
d. Periksa apakah pada mulut pasien ada selang NGT yang terlepas atau melilit
mulut.
e. Gunakan jarum kosong untuk melakukan sedot balik untuk memastikan apakah
selang NGT berada dalam lambung.
f. Evaluasi kondisi pencernaan lambung. Amati isi, warna, dan jumlah dalam
lambung. Pemberian makan dapat dilakukan jika kurang dari 50 cc. Jika melebihi
setengah dari isi makanan yang diberikan sebelumnya, jangan diberi terlebih
dahulu. Istirahat 1 jam untuk mengevaluasi lagi, serta jangan menyuntik balik
residu tersebut ke dalam lambung untuk membantu pencernaan.
g. Jika residu yang disedot berwarna hijau tua, merah tua, warna darah atau coklat,
beritahu petugas medis.
h. Sebelum pemberian makan, basahkan dinding selang dengan air hangat 20-30 c.c.
i. Jarak ketinggian cairan dalam jarum pemberian makan dari hidung sekitar 30-45
cm. Manfaatkan gravitasi agar makanan dapat mengalir ke dalam lambung secara
perlahan. Waktu pemberian makan tidak boleh kurang dari 15 menit.
j. Saat pemberian makan, cegah jangan sampai udara masuk ke dalam lambung
karena dapat mengakibatkan perut kembung.
k. Selama pemberian makan, tanyakan kepada pasien apakah baik baik saja. Jia ia
merasa perut kembung, sakit, muntah, batuk, susah bernafas, segera hentikan
pemberian makan, dan tenangkan pasien. Lihat keadaannya apakah perlu dibawa
ke UGD. Jika muntah, arahkan kepala pasien ke samping.
l. Selesai pemberian makan, gunakan air hangat untuk mencuci selang 20-30 c.c,
jangan sampai tersumbat atau ada sisa makanan yang tertinggal.
m. Pada area pembuka selang NGT, lekuk selang NGT untuk diselip ke dalam atau
gunakan penyumbat untuk mencegah udara masuk dan menyebabkan perut
kembung dan makanan mengalir keluar.
3. Hal yang perlu diperhatikan
a. Selesai pemberian makan, biarkan pasien setengah duduk atau setengah
berbaring 30 menit untuk mencegah terjadinya muntah.
b. Jangan melakukan aktifitas ekstrim dalam waktu 1 jam setelah pemberian makan,
seperti sedot dahak, tepuk punggung, balik badan, terapi, mencairkan dahak, dsb.
c. Tempelan selang NGT harus diganti setiap hari, jaga kebersihan bagian tubuh,
dan tempel pada tempat yang berbeda untuk mencegah munculnya luka borok.
Jangan merubah kedalaman selang yang terpasang.
d. Bersihkan rongga mulut pasien yang diberikan selang NGT (gunakan air teh, air
jeruk nipis) dan hidung.
e. Makanan harus segar dan habiskan dalam waktu 2 jam untuk mencegah makanan
rusak. Makanan yang diletakkan pada suhu ruang pada waktu yang lama harus
dibuang.
f. Makanan dan obat harus diberikan terpisah.
g. Selang jangan sampai tertekan, terpilin atau tertarik, terutama pada pasien yang
hiperaktif.
Pengertian
Bantuan hidup dasar merupakan serangkaian usaha untuk mengembalikan fungsi atau
sirkulasi pernapasan pada seseorang yang mengalami henti jantung, gangguan pernapasan,
henti napas, atau sumbatan jalan napas.
Bantuan hidup dasar perlu segera dilakukan pada orang yang tidak sadar dan tidak bernapas.
Sebab, kerusakan otak permanen hingga kematian dapat terjadi dalam jangka waktu 4–10
menit setelah pasokan oksigen terputus.
Berikut adalah beberapa bantuan hidup dasar yang dapat Anda lakukan dalam keadaan
Cara melakukan bantuan hidup dasar manuver Heimlich pada orang dewasa yang tersedak,
yaitu:
a. Bantu orang yang tersedak untuk berdiri
b. Posisikan tubuh Anda di belakang orang yang tersedak tersebut
c. Bungkukkan tubuh orang yang tersedak ke dapan
d. Pukul punggungnya dengan telapak tangan Anda sebanyak 5 kali
e. Lingkarkan tangan Anda di pinggang orang yang tersedak
f. Kepalkan salah tangan Anda dengan posisi ibu jari ke dalam, tempatkan tepat di atas
pusar orang yang tersedak, lalu letakkan telapak tangan yang lain di atas tangan yang
dikepalkan
g. Tekan kepalan tangan Anda ke perut orang yang tersedak dan hentakkan ke atas
sebanyak 5-–10 kali
h. Ulangi gerakan ini sampai benda yang menyumbat jalan napas keluar dan orang
tersebut dapat bernapas atau batuk-batuk
Jika orang yang tersedak tidak sadarkan diri, lakukan bantuan hidup dasar resusitasi jantung
paru standar (CPR) dengan menekan dada dan memberikan napas bantuan.
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk dimasukkan secara oral (ke dalam
mulut). Larutan oral menurut kandungannya dibedakan menjadi dua, yaitu sirop dan eliksir.
Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain , senyawa poliol (sorbitol
dan gliserin), dan juga zat antimokroba. Adapun eliksir adalah larutan oral yang
menggunakan etanol sebagai pelarutnya.
Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk menggunaan pada kulit. Adapun
larutan topikal yang digunakan pada permukaan mukosa mulut disebut dengan larutan
lidokain oral topikal.
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol ataupun hidroalkohol yang mudah menguap.
Larutan spirit seringkali digunakan sebagai bahan pengaroma dalam sediaan larutan.
Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol dan hidroalkohol seperti spirit. Yang
membedakan keduanya adalah tingtur berasa dri tumbuhan ayai senyawa kimia.
Air Aromatik adalah larutan yang biasanya mengandung air dan senyawa aromatic yang
mudah menguap. Zat tambahan yang digunakan dalam sediaan larutan adalah pewarna,
pengawet, perasa (biasanya pemanis), pengaroma, dan juga zat anti mikroba untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Contoh dari sediaan larutan adalah obat sirup, obat kumur,
tetes mata, tetes hidung, inhalasi, obat yang disuntikkan, rivanol, dan juga betadin.
GANTI VERBAN
PERAWATAN LUKA
Perawatan luka adalah prosedur penting yang perlu dilakukan ketika mengalami luka
atau cedera pada kulit. Kulit adalah bagian tubuh terluas yang membentuk sekitar 16 persen
dari berat badan. Kulit pun memiliki beberapa fungsi vital, meliputi fungsi kekebalan tubuh,
pengaturan suhu, sensasi, dan produksi vitamin. Kulit juga merupakan organ dinamis dalam
kondisi perubahan yang konstan. Letaknya yang melingkupi tubuh membuat kulit mudah
terluka.
Luka pada kulit, terutama luka terbuka, perlu mendapatkan perawatan yang intensif. Hal
ini karena luka terbuka dapat dengan mudah terinfeksi oleh virus dan bakteri penyebab
penyakit. Perawatan luka merupakan hal yang mungkin terdengar sepele, tetapi ternyata
memiliki peran dan fungsi besar bagi kesehatan tubuh.
Bicara soal luka, perlu diketahui bahwa luka terdiri atas 2 jenis, yaitu:
1. Luka Akut
Luka akut terjadi akibat adanya jaringan yang rusak karena trauma. Luka jenis ini bisa
didapatkan secara disengaja, seperti dalam luka prosedur bedah, atau karena kecelakaan
yang disebabkan oleh benda tumpul, proyektil, panas, listrik, bahan kimia, atau gesekan.
Luka akut biasanya bisa sembuh dengan sendirinya, tanpa memerlukan perawatan yang
khusus dan intensif.
2. Luka Kronis
Luka kronis adalah luka yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan selama jangka waktu
tertentu (biasanya 4 minggu), dan menjadi “mandek” pada fase inflamasi. Luka kronis
juga kerap dikaitkan dengan adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik, seperti obat-obatan,
gizi buruk, komorbiditas atau pemilihan ganti yang tidak tepat.
Perawatan luka yang dilakukan dengan baik juga dapat melindungi luka dari virus dan
bakteri penyebab penyakit ke dalam tubuh. Selain infeksi, risiko komplikasi lain yang dapat
terjadi jika luka tidak dirawat dengan baik adalah:
a. Rentang gerak berkurang.
b. Kelainan bentuk.
c. Hilangnya sensasi atau sensasi abnormal
d. Kehilangan penglihatan.
e. Kelumpuhan atau ketidakmampuan untuk menggerakkan bagian tubuh.
f. Cacat fisik.
g. Amputasi.
h. Kelemahan.
Luka yang tergolong ringan biasanya tidak membutuhkan pertolongan intensif dari
dokter, atau tidak harus segera dilarikan ke rumah sakit. Pada kasus yang ringan, luka dapat
diatasi dan dirawat sendiridengan melakukan pertolongan pertama yang sederhana di rumah.
Hal terpenting yang perlu diingat adalah selalu menjaga kebersihan dengan cara
mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, untuk menghindari infeksi.
Setelah itu, kamu bisa melakukan beberapa langkah berikut ini:
a. Hentikan perdarahan jika terus berlanjut. Dengan cara menekan luka dengan lembut
menggunakan kain yang steril atau bersih. Posisikan luka menghadap ke atas.
b. Bilas luka dengan air bersih. Daerah di sekitar luka boleh dibersihkan dengan sabun,
tapi tidak pada lukanya untuk menghindari iritasi.
c. Jika ada benda kecil tertancap pada luka setelah dibersihkan, gunakan pinset steril
(yang telah dibersihkan dengan alkohol) untuk mencabutnya. Jika masih ada yang
tertancap, segera cari pertolongan medis guna mengurangi risiko infeksi dan tetanus.
d. Tidak perlu menggunakan cairan hidrogen peroksida, obat merah, atau pembersih
mengandung iodine yang dapat mengiritasi jaringan yang sudah terluka.
e. Oleskan krim atau salep antibiotik tipis-tipis untuk membantu menjaga permukaan
kulit tetap lembap. Obat ini bisa mencegah infeksi dan membantu proses
penyembuhan secara alami. Namun, jika ruam muncul, segera hentikan penggunaan
salep.
f. Tutupi luka dengan perban steril untuk membantu menjaganya tetap bersih dan
terhindar dari bakteri. Jika luka atau goresannya kecil, tidak usah diperban.
g. Ganti perban secara teratur, paling tidak sekali dalam sehari atau setiap kali perban
basah atau kotor.
h. Jika luka cukup dalam, menganga, dan terlihat lemak atau otot, segera ke dokter atau
rumah sakit untuk mendapat jahitan atau perawatan lain yang diperlukan.
Perawatan luka perlu dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi luka. Bahkan pada
luka yang kecil atau ringan sekali pun. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri dan
mempercepat proses penyembuhan secara alami. Perawatan luka dapat dilakukan di mana
saja, selama menjaga kebersihan dan menggunakan peralatan yang steril. Luka yang ringan
bisa dirawat sendiri di rumah, asalkan memiliki peralatan yang dibutuhkan.
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.Pasien yang harus istirahat di
tempat tidur (misalnya,karena hipertensi,pemberian infus,section caesarea) harus dimandikan
setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada waktu
sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan
sehat,daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan protektif.
Setelah ibu mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari),biasanya daerah
perineum dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang
disediakan khusus untuk keperluan tersebut.Penggantian tampon harus sering
dilakukan,sedikitnya sesudah pencucian perineum dan setiap kali sehabis ke belakang atau
sehabis menggunakan pispot.Payudara harus mendapatkan perhatian khusus pada saat mandi
yang bisa dilakukan dengan memakai spons atau shower dua kali sehari.Payudara dibasuh
dengan menggunakan
alat pembasuh muka yang disediakan khusus untuk keperluan ini.Kemudian masase payudara
dilakukan dilakukan dengan perlahan – lahan dan puting secara hati – hati ditarik
keluar.Jangan menggunakan sabun untuk membersihkan putting.
Vulva hygiene adalah tindakan keperawatan pada alat kelamin perempuan, yaitu
perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis
pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk vulva, labia minora,
dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah jaringan eriktil yang serupa
dengan penis laki-laki, kemudian juga bagian yang terkait di sekitarnya seperti uretra, vagina,
perineum, dan anus.
Pada saat mandi,ibu post partum pasti melepas pembalut,setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut,untuk
itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut,demikian pula pada perineum ibu,untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
Pada saat buang air kecil,pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
Pada saat buang air besar,diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus,untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Persiapan alat
Alat dan bahan :
1. Kapas sublimat atau desinfektan
2. Pinset
3. Bengkok
4. Pispot
5. Tempat cebok yang berisi larutan
6. Desinfektan sesuai dengan kebutuhan
7. Pengalas
8. Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien dengan dorsal recumben
4. Pasang pengalas dan pispot diletakkan pada bokong pasien
5. Gunakan sarung tangan
6. Lakukan tindakan vulva hygiene dengan tangan kiri, buka vulva memakai kapas sublimat
dan tangan kanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan. Membersihkan vulva
harus secara searah dari atas kebawah dan tidak boleh dibolak balik.
7. Kemudian ambil kapas sublimat dengan pinset lalu bersihkan vulva dari atas atau ke
bawah dan kapas kotor dibuang ke bengkok. Lakukan hingga bersih
8. Setelah selesai ambil pispot dan atur posisi pasien
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Penis Higienis
Tata cara melakukan higiene penis yaitu membersihkan daerah genital dan perineal pada pasien
pria yang tidak bisa melakukannya sendiri
Tujuan : Sebagai acuan petugas dalam melakukan penis higiene untuk :
a. Menjaga kebersihan
b. Mencegah infeksi
c. Memberikan rasa nyaman
Prosedur
1. Persiapan Alat
a. Baskom mandi / botol cebok berisikan air hangat
b. Selimut mandi
c. Sabun
d. Washlap 2 buah
e. Handuk ukuran kecil/sedang
f. Bengkok
g. Handscoon
h. Tissue/handuk kecil
i. Kapas air hangat pada tempatnya.
2. Langkah-langkah
a. Lakukan cuci tangan, Siapkan alat ke dekat pasien, Ucapkan salam
b. Lakukan identifikasi pasien dengan benar
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
d. Tanyakan kesiapan pasien atau keluarga
e. Jaga privasi pasien dengan menutup tirai/mengunci pintu kamar pasien Ajak
pasien/keluarga membaca basmalah bersama-sama, Pakai sarung tangan
f. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi, dengan 1 ujung selimut diantara kedua
tungkai pasien, 2 ujung lainnya Mengarah kemasingmasing sisi tempat tidur dan 1
ujung lain pada dada pasien. Jika selimut mandi terlalu besar maka selimut mandi
digunakan seperti biasa
g. Atur pasien dorsal recumbent dan lepaskan pakaian bawah pasien
h. Lilitkan ujung selimut kesekeliling tungkai pasien dengan menarik ujung selimut
mandi dan melipatnya dibawah panggung,Perlahan-lahan angkat penis dan
meletakkan handuk dibawahnya. Dengan perlahan pegang ujung penis, bila pasien
tidak disircumsisi retraksikan kulup. Tunda prosedur jika pasien mengalami ereksi.
i. Bersihkan ujung penis pada meatus uretra, melakukan gerakan memutar dari meatus
kearah keluar. Jangan biarkan sabun masuk kedalam meatus. Kembalikan meatus
pada posisi semula Basuh dan mengeringkan penis secara menyeluruh
j. Minta pasien untuk meregangkan sedikit kakinya, dengan perlahan membersihkna
scrotum. Angkat testis dengan hati-hati dan mencuci lipatan kulit dibawahnya. basuh
dengan washlap dan keringkan. Lipat selimut mandi kebelakang perineum dan
membantu pasien untik miring Bersihkan daerah anal dengan mengusap dari arah
perineum ke anus dengan satu gosokan, ulangi dengan washlap sampai bersih
Keringkan dengan handuk kecil atau tissue Bantu pasien untuk terlentang
k. Lepas handscoon
l. Bantu pasien untuk memakai pakaian bawahnya
m. Rapikan pasien dan Mengevaluasi tindakan yang dilakukan
n. Rapikan lingkungan
o. Ajak pasien atau keluarga membaca hamdalah
p. Pamitan dengan pasien
q. Bereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula
r. Lakukan cuci tangan
s. Catata kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
NEBULIZER
Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang
dihirup. Pengobatan yang memanfaatkan alat ini biasanya diberikan kepada penderita
gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), saat
mengalami sesak napas.
Salah satu pengobatan gangguan pernapasan atau penyakit paru adalah dengan
menggunakan obat yang dihirup. Pemberian obat hirup ini bisa melalui inhaler atau nebulizer.
Penyakit yang Dapat Ditangani dengan Nebulizer
Nebulizer memang umumnya digunakan untuk meredakan gejala asma. Namun, alat ini juga
dapat digunakan untuk menangani penyakit lain, seperti:
1. Penyakit paru obstruktif kronis
Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK adalah kondisi ketika paru-paru
mengalami peradangan jangka panjang. Peradangan ini membuat aliran udara dalam saluran
pernapasan terhambat sehingga menimbulkan gejala berupa batuk, sesak napas, dan
mengi.Penyakit PPOK bisa disebabkan oleh paparan polusi dan asap rokok terus-menerus
dalam jangka waktu lama.
2. Croup
Croup merupakan penyakit yang menyerang pita suara dan tenggorokan akibat infeksi
virus. Penyakit ini sering diderita oleh anak usia 6 bulan sampai 3 tahun. Gejala yang dapat
dialami anak dengan kondisi ini meliputi demam, suara serak, napas berbunyi, serta batuk
bersuara keras dan kasar.
3. Epiglotitis
Epiglotitis adalah pembengkakan pada epiglotis, yaitu tulang rawan di pangkal lidah
yang berfungsi sebagai katup penutup saluran pernapasan ketika Anda makan atau minum.
Epiglotitis umumnya disebabkan infeksi bakteri atau virus dan cedera pada
tenggorokan.Gejala kondisi ini biasanya berupa demam tinggi, suara serak, tenggorokan
sakit, sulit dan nyeri saat menelan, hingga sesak napas.
4. Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru yang membuat
organ tersebut meradang. Penyebabnya bisa virus, bakteri, atau jamur. Gejala pneumonia
meliputi batuk berdahak, sesak napas, nyeri dada, lemas, demam, dan terkadang disertai
mual, muntah, atau linglung.
Seseorang lebih berisiko menderita pneumonia jika sedang dirawat di rumah sakit,
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, merokok, atau menderita penyakit tertentu
seperti stroke, diabetes, penyakit jantung, dan PPOK.
Cara Menggunakan Nebulizer yang Benar
Seperangkat alat nebulizer mencangkup mesin kompresor, masker atau corong mulut,
selang penghubung, dan cangkir nebulizer atau wadah obat. Obat yang biasa digunakan
adalah obat asma, obat antiradang, dan obat pengencer dahak.
Berikut ini adalah urutan cara yang tepat untuk menggunakan nebulizer:
a. Pastikan peralatan yang digunakan sudah dibersihkan.
b. Cuci tangan sebelum menyiapkan obat.
c. Masukkan obat ke cangkir nebulizer dan pastikan dosis yang diberikan sesuai anjuran
atau resep dokter.
d. Sambungkan corong mulut atau masker ke cangkir nebulizer.
e. Pasang selang penyambung antara mesin kompresor dan cangkir nebulizer.
f. Saat alat sudah siap, nyalakan mesin kompresor. Jika berfungsi secara normal, alat
akan mengeluarkan uap yang berisi obat.
g. Letakkan corong mulut atau masker ke mulut dan pastikan tidak ada celah.
h. Duduklah dengan nyaman dalam posisi tegak. Prosedur ini biasanya membutuhkan
waktu sekitar 15–20 menit.
i. Ketika menggunakan alat, bernapaslah secara perlahan hingga obat habis.
j. Jaga agar cangkir nebulizer tetap tegak selama alat digunakan.
Jika muncul keluhan pusing, dada berdebar, atau gelisah saat menggunakan obat, hentikan
pengobatan sejenak. Setelah 5 menit, gunakan kembali nebulizer, tetapi cobalah untuk
bernapas lebih perlahan. Bila keluhan masih juga muncul, hentikan penggunaan nebulizer dan
segera konsultasikan ke dokter.
PEMASANGAN MONITOR
Pengertian
Bedside monitor adalah suatu alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologis
pasien seperti tanda-tanda pasien, berupa detak jantung nadi, tekanan darah, dan saturasi
oksigen. Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara nyata, sehingga dapat diketahui
kondisi fisiologis pasien pada saat itu juga (Lee & Aurora, 2011).
Indikasi
Indikasi pemasangan pasien monitor/ beside monitor adalah pasien dengan krisis atau
kegagalan pada beberapa system tubuh manusia yaitu :
1. Sistem Pernapasan
2. Sistem hemodinamik
3. Sistem syaraf pusat
4. Sistem endokrin dan metabolic
5. Over dosis obat ,reaksi obat dan keracunan.
6. Sistem pembekuan darah, dan infeksi berat (sepsis)
Pemantauan penyakit lain:
1. Syok
2. Infark miokard akut disertai dengan gagal jantung, sakit dada berulang, atau terjadi
hipertensi/ hipotensi
3. Edema jantung kanan
4. Pasca operasi jantung
5. Penyakit katup jantung/rupture spetum ventrikel
6. Temponade jantung
7. Gagal nafas akut
8. Hipertensi pulmonal
9. Sarana pemberian cairan dan obat
Tujuan
1. Mengkaji keadaan terkini pasien
2. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang telah diberikan pada keadaan pasien dengan
cara mengukur tanda-tanda vital pasien
Parameter bedside monitor meliputi:
1. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung. Dalam pemeriksaan EKG ini
juga meliputi heart rate dalam satu menit
2. Respirasi adalah pemeriksaan irama napas pasien dalam satu menit
3. Saturasi darah/ SpO2 yaitu kadar oksigen yang ada di dalam darah
4. Pemeriksaan tekanan darah
5. Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa.
Alat dan Bahan
1. Set monitor dan aksesoris monitor
2. Handscoon
3. Alcohol swab
4. Perekat 5 elektroda
Sistematika Prosedur
Tahap Pra Interaksi
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan.
4. Membuat kontrak waktu, tempat, dan tindakan yang akan dilakukan.
Tahap Orientasi
1. Memperkenalkan diri dan mengucapkan salam terapeutik.
2. Melakukan validasi data.
3. Meminta persetujuan tindakan.
4. Menyampaikan atau menjelaskan tujuan tindakan.
5. Menyampaikan atau menjelaskan langkah-langkah prosedur.
6. Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan
Tahap pelaksanaan
Menurut jevon & Ewents (2013), sistematika prosedur dari pemasangan bedside monitor yaitu:
1. Cuci tangan
2. Mempersiapkan alat
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada keluarga
pasien dan pasien
4. Menjaga privasi pasien dengan menutup tirai
5. Mendekatkan alat
6. Menghubungkan alat dengan sumber listrik
7. Menghidupkan monitor dengan menekan tombol ON, patikan alat hidup dan dapat
digunakan
8. Mengatur atau set rentang nilai untuk tekanan darah, HR, RR, suhu, set EKG yang
ditampilkan pada lead II, set rentan nilai SpO2, set volume alarm
9. Membuka baju bagian depan pasien
10. Memasangkan 5 led elektroda ke perekat elektroda untuk nanti dipasangkan ke tubuh
depan pasien. Lalu pasangkan ke tubuh pasien dengan ketentuan:
11. Merah : Bawah klavikula dekstra
12. Kuning : bawah klavikula sinistra
13. Hijau : bawah costae sinistra
14. Menutup baju pasien
15. Memasang manset untuk tekanan darah
16. Memasang pulse oksimetri pada ibu jari/ jari telunjuk pasien
17. Lakukan monitoring, catat hasil monitoring pada lembar perkembangan pasien
18. Setelah alat selesai digunakan, matikan dengan menekan tombol ON/OFF
19. Lepaskan penghubung daya
20. Membersihkan alat-alat
21. Cuci tangan
Tahap Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Berpamitan dengan klien/keluarga
3. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Hal – hal yang Perlu Diperhatikan
1. Ketepatan dalam pemasangan alat – alat monitoring terhadap pasien dan dalam
mengoperasikan alat serta perhatikan protap pelayanan.
2. Perhatikan urutan dan letak pemasangan 5 elektroda pada bagian tubuh depan pasien.
3. Setiap alat monitor dalam warna penempatan elektroda tidak selalu sama, jadi
perhatikan petunjuk pada kabel yang biasanya sudah tertera kode penempatan lokasi.
4. Monitor hasil tanda-tanda vital pasien setiap 1 jam sekali untuk mengetahui
perkembangan pasien.
Saat usia kehamilan menginjak sekitar 5 atau 6 minggu, jantung janin kemungkinan akan
mulai berdetak sebanyak 80–85 denyut per menit (bpm). Sekitar minggu ke-9, detak jantung
janin rata-rata berkisar pada 175 bpm.
Pada pertengahan kehamilan, detak jantung janin melambat hingga berada di angka 120–180
bpm. Detak jantung janin juga akan melambat pada 10 minggu terakhir kehamilan, meskipun
masih dua kali lebih cepat dari detak jantung normal orang dewasa.
Metode Pemantauan Detak Jantung Janin
Berdasarkan alat yang digunakan, ada dua macam cara yang bisa dilakukan untuk memantau
detak jantung janin, yaitu:
Auskultasi
Cara pertama untuk memonitor detak jantung janin adalah dengan metode auskultasi,
yaitu menggunakan stetoskop khusus. Metode ini terbilang aman karena minim risiko atau
efek samping. Dengan mengandalkan stetoskop khusus, dokter dapat mendengar masalah
terkait detak jantung janin. Dengan metode ini pula, ada beberapa hal terkait jantung yang
bisa didengarkan, seperti bagaimana suara jantung janin, seberapa sering berdetak, dan
seberapa keras berdetak.
Pemantauan secara elektronik
Cara kedua untuk memantau detak jantung janin adalah dengan alat pemantau
elektronik. Alat ini akan digunakan selama masa kehamilan hingga saat kelahiran bayi. Selain
memantau detak jantung janin, alat ini berguna juga untuk mengetahui kekuatan dan durasi
kontraksi Rahim.
Ada dua cara menggunakan alat pemantauan elektronik, yaitu pemantauan eksternal
dan pemantauan internal.
Pemantauan eksternal dilakukan dengan menggunakan alat gelombang suara (ultrasound)
Doppler untuk memeriksa apakah detak jantung janin terlalu cepat atau terlalu lambat.
Jika diperlukan, dokter juga bisa melakukan tes menggunakan sabuk bersensor guna
menghitung berapa kali detak jantung janin bertambah cepat selama 20 menit.
Ketika ibu hendak menjalani persalinan, dokter juga bisa menggunakan alat yang
disebut kardiotokografi (CTG) untuk mengetahui detak jantung janin dan pola kontraksi
rahim ibu.
Pemantauan internal adalah pemantauan yang hanya bisa dilakukan jika kantong ketuban
sudah pecah.
Pemantauan internal dilakukan dengan memasukkan kabel bersensor ke dalam rahim melalui
vagina. Kabel inilah yang nantinya akan ditempelkan ke kepala janin untuk mengukur detak
jantungnya.
Setelah pemasangan, pemantauan akan dilakukan secara terus menerus. Akan tetapi, cara ini
belum tersedia di Indonesia.
Pola detak jantung janin yang tidak normal bukan berarti calon buah hati memiliki gangguan
kesehatan tertentu. Dokter membutuhkan hasil pengamatan dari aneka tes lainnya guna
memastikan kondisi janin.
Jika dokter berhasil menemukan adanya gangguan kesehatan, tindakan selanjutnya adalah
menemukan penyebabnya. Jika gangguan tidak bisa teratasi dan dapat mengganggu kelahiran
bayi, biasanya bayi akan segera dilahirkan melalui operasi caesar, ekstraksi vakum,
maupun forceps.
VAGINA TUSE
Pengertian
Pemeriksaan genetalia bagian dalam mulai dari vagina sampai serviks menggunakan 2
jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan skala ukuran jari (lebar 1 jari berarti 1
cm) untuk menentukan diameter dilatasi serviks (pembukaan serviks atau portio)
Tujuan
1. Untuk menentukan faktor janin dan panggul
2. Menentukan perkiraan persalinan
3. Untuk menilai vagina
4. Untuk menilai keadaan serta pembukaan serviks
5. Untuk menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir
Prosedur
Persiapan Pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril / DTT
2. Kapas steril / DTT
3. Air DTT dalam Waskom
4. Alas bokong
5. Bengkok
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat-alat dengan pasien
3. Pasang sampiran / scherm
4. Atur posisi pasien dorsal recumbent
5. Buka pakaian bawah secukupnya
6. Bersihkan vulva dengan kapas dan air DTT
7. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina searah sumbu panggul, diikuti jari
telunjuk
8. Raba dan rasakan : Adanya tumor / oedem pada vagina Cerviks / portio : konsstensi,
effacement, pembukaan, posisi uteri Masuk ke dalam portio, raba presentasi terbawah,
selaput ketuban, presentasi janin, denominator, bagian terendah janin, bidang hodge
9. Lakukan pemeriksaan panggul dalam : Promotorium teraba / tidak Linea inominata
teraba berapa bagian (N=2/3),Spina isciadica menonjol / tidak , Sacrum cekung
bikonkaf / tidak, Arcus pubis lebih besar / < 90° , Distantia tuberosum > /< 1 kepal
10. Keluarkan kedua jari, perhatikan cairan yang keluar ( darah + lender / ketuban)
11. Celup sarung tangan dalam klorin 0,5%, lepas, rendam dalam posisi terbalik
12. Cuci tangan
13. Dokumentasi
MEMANDIKAN BAYI
Cara memandikan bayi adalah salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap
orang tua. Namun, tidak sedikit pasangan, terutama orang tua baru, yang masih merasa gugup
ketika memandikan buah hatinya. Oleh karena itu, mari simak bagaimana cara memandikan
bayi yang tepat.
Memandikan bayi memang tidak boleh dilakukan sembarangan. Berbagai hal perlu
diperhatikan dan Anda pun dituntut untuk lebih hati-hati. Misalnya, hindari memandikan bayi
setelah ia selesai menyusu atau makan agar bayi tidak muntah.
Selain itu, masih ada banyak hal yang perlu diketahui seputar cara memandikan bayi yang
tepat agar Anda bisa melakukannya dengan baik dan lancar.
Berikut ini adalah peralatan esensial yang diperlukan untuk memandikan bayi:
1. Permukaan yang datar dan aman, seperti tempat tidur atau meja tempat ganti pakaian
bayi
2. Handuk dan alas ganti
3. Air untuk memandikan bayi dan pastikan air yang digunakan tidak terlalu panas atau
dingin
4. Gayung untuk mengalirkan air
5. Kain berbahan lembut untuk menyeka tubuh bayi
6. Pakaian dan popok pengganti
Penggunaan sabun memang tidak disarankan saat memandikan bayi. Namun, bila
diperlukan, Anda bisa menggunakan produk pembersih kulit bayi dengan label soap-
free untuk mencegah iritasi dan kulit kering pada bayi.
Selain itu, Anda juga bisa menggunakan sabun yang mengandung bahan kimia ringan sebagai
pengganti sabun biasa. Hindari pula penggunaan sabun bayi dengan kandungan pewangi dan
antibakteri karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi.
Berikut ini adalah langkah-langkah atau cara memandikan bayi yang dapat Anda lakukan:
1. Isi bak mandi bayi dengan air hangat bersuhu sekitar 32 o Celcius dan ketinggian air
sekitar 7 cm.
2. Baringkan bayi di alas ganti atau handuk, buka pakaian bayi secara perlahan.
3. Gunakan satu tangan dan lengan Anda untuk menopang kepala dan tubuh bayi,
sedangkan tangan yang lain untuk menyangga tubuh bayi bagian bawah.
4. Letakkan bayi ke dalam bak mandi secara perlahan, dimulai dengan kaki. Pastikan
satu tangan tetap menyangga punggung dan kepala bayi, sementara tangan Anda yang
lain membersihkan bagian tubuh bayi.
5. Jaga posisi kepala bayi agar selalu berada di atas permukaan air.
6. Bersihkan bayi dimulai dari kelopak matanya dengan kapas atau kain katun lembut
yang dicelupkan ke dalam air hangat. Gunakan kain yang berbeda untuk setiap mata.
7. Lanjutkan dengan membersihkan hidung, telinga, dan wajah bayi.
8. Jika menggunakan sabun, tuang sedikit saja atau oleskan tipis di kulit Anda sebelum
mengusapnya di kulit bayi.
9. Usap secara perlahan dan lembut ketika membersihkan bagian ketiak, belakang
telinga, leher dan kelamin bayi.
10. Guyur kepala dan seluruh tubuh bayi secara perlahan dengan gayung, kemudian seka
dengan kain atau waslap bersih.
11. Jika sudah selesai, angkat bayi secara perlahan dari bak mandi.
12. Segera letakkan bayi di atas tempat tidur yang sudah diberi alas handuk.
13. Keringkan setiap bagian tubuh bayi secara perlahan-lahan dengan handuk berbahan
lembut.
Inkubator bayi adalah alat khusus yang berbentuk seperti tabung kaca berisi kasur kecil
untuk bayi, dan biasanya diperuntukkan bagi bayi-bayi yang lahir secara prematur dan bayi
yang sedang sakit. Bayi yang lahir belum cukup bulan ini tidak memiliki lapisan lemak yang
akan melindungi mereka dari suhu ruangan yang dingin
Penting bagi bayi prematur untuk dirawat di lingkungan yang higienis seperti inkubator bayi.
Di kotak itulah bayi dapat tumbuh lebih cepat karena energi mereka akan sepenuhnya
digunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan, ketimbang mempertahankan suhu tubuh
normalnya.
Kondisi bayi yang harus dirawat di inkubator bayi
Selain kelahiran prematur, bayi yang lahir cukup bulan juga mungkin saja dirawat di
inkubator bayi sesaat setelah lahir, terutama bila memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Bayi yang berat badan lahir kecil, meski kehamilan sudah cukup bulan
2. Suhu tubuh bayi terus turun sekalipun sudah dipakaikan baju bayi maupun dibungkus
dengan kain
3. Bayi lahir dengan sakit bawaanyang membutuhkan perawatan intensif
4. Bayi lahir dengan infeksi atau risiko mengalami sepsis
5. Dokter menilai bayi berisiko mengalami penurunan suhu yang abnormal
6. Bayi dikhawatirkan mengalami kekurangan nutrisi bila tidak dimasukkan dalam
inkubator bayi
7. Ada luka yang menganga pada tubuh bayi, terutama pada perut
Tidak jarang, dokter memasukkan bayi ke dalam inkubator untuk mencegah terjadinya
infeksi, alergi, atau paparan suara dan cahaya berlebihan yang dapat membuat bayi rewel.
Inkubator bayi juga dapat digunakan untuk merawat bayi sehat yang terkena jaundice
dengan
menambahkan sinar khusus yang berfungsi sebagai fototerapi.
Mengenal tipe-tipe inkubator bayi
Seiring dengan perkembangan teknologi pada alat medis, inkubator bayi pun mengalami
banyak penyesuaian. Ada lima tipe inkubator bayi yang sering digunakan di rumah sakit,
yaitu:
Inkubator tertutup
Inkubator bayi jenis ini memiliki sistem penyaringan yang dapat meminimalisir risiko
terjadinya infeksi pada bayi. Sistem ini juga mencegah terjadinya penurunan kelembapan di
dalam tabung inkubator.
Inkubator terbuka
Bagian atas inkubator tidak dilengkapi tabung transparan, tapi tetap memberi kehangatan
pada bayi yang diletakkan di inkubator ini. Inkubator terbuka disebut juga dengan inkubator
Armstrong yang dapat memberi akses lebih mudah bagi para tenaga kesehatan dalam
merawat bayi di dalamnya.
Inkubator dinding ganda
Seperti namanya, inkubator bayi ini memiliki dua dinding yang dapat mencegah panas dan
kelembapan keluar dari tabung.
Inkubator kontrol servo
Inkubator bayi ini memiliki program otomatis untuk mengatur suhu dan kelembapan
berdasarkan kondisi Si Kecil melalui sensor khusus yang ditempelkan ke kulit bayi.
Inkubator portabel
Dikenal juga dengan nama inkubator transport karena banyak digunakan untuk memindahkan
bayi dari satu ruangan ke ruangan lain atau dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit lainnya.
Penggunaan tipe inkubator bayi ini harus didasarkan atas kondisi kesehatan bayi itu sendiri.
Tentu, keputusan ini berada di tangan dokter yang menangani bayi.
SUCTION
Merupakan tindakan keperawatan yang di lalukan pada klien yang tidak mampu
mengeluarkan secret atau lendir dan cairan secara mandiri dengan menggunakan bantuan
alat penghisap
Tujuan
1. Membersihkan jalan nafas.
2. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
3. Memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Prosedur
Persiapan Alat
1. Kateter penghisap lendir steril sesuai ukuran.
2. Mesin penghisap.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCI 0,9% dan larutan desinfektan.
6. Kassa steril.
7. Kertas tissue.
8. Stetoskop
9. Bak instrument
10. Masker
11. Orofaringeal (sesuai kondisi klien).
12. Nierbeken
13. Alat Tulis
Persiapan klien :
Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO informed consent).
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan.
2. Pasang APD sesuai kebutuhan.
3. Jaga privasi klien.
4. Atur posisi klien.
5. Penghisapan orofaringeal : posisi semi fowler dengan kepala menghadap ke area perut.
6. Penghisapan nasofaringeal : posisi supine dengan kepala hiperextensi.
7. Penghisapan klien tidak sadar : posisi luteral menghadap kearah perut.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Hubungkan cateter pengisap dengan selang alat pengisap
10. Mesin penghisap di hidupkan.
11. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter pengisap kedalam kom berisi
aquades atau NaCI 0,9% untuk mempertahankan tingkat kesterilan.
12. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
13. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 95 - 110 mmHg untuk anak-anak dan 50 - 95
mmhg untuk bayi.
14. Tarik kateter penghisap tidak lebih dari 10-15 detik dengan gerakan memutarsambil
menutup lubang pangkal chateter suction dengan ibu jari.
15. Bilas kateter dengan menggunakan aquades atau NaCI 0,9%
16. Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya minta klien
untuk bernafas dalam dan batuk. Apabila klien mengalami distres pernafasan, biarkan
istirahat 20 - 30 detik sebelum melakukan pengisapan berikutnya.
17. selesai kaji jumlah, konsistensi, warna, bau secret dan respon klien terhadap prosedur
yang dilakukan dan dokumentasikan.
18. Atur kembali posisi klien senyaman mungkin.
19. Rapihkan alat - alat seperti semula.
20. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
21. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan
PEMAKAIAN CPAP
Terapi CPAP adalah salah satu metode penanganan untuk sleep apnea. Terapi CPAP
untuk sleep apnea penting dilakukan untuk membantu penderita kondisi ini tidur lebih
nyenyak dan bernapas dengan normal. Namun, ada pula risiko yang dapat ditimbulkan dari
terapi ini.
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan penderitanya
terhenti sementara sebanyak beberapa kali saat tidur. Orang yang memiliki sleep
apnea biasanya juga akan mengorok atau mendengkur saat tidur, juga mengeluhkan sesak
napas pada malam hari. Salah satu penyebab kondisi ini adalah lidah tertelan.
Sebagian pasien sleep apnea tidak merasakan gejala apa pun, tetapi ada juga yang mengalami
keluhan sakit kepala saat bangun tidur, tidur kurang nyenyak, cepat lelah, dan sulit
berkonsentrasi.
Jika tidak ditangani dengan tepat, sleep apnea dapat membuat penderitanya kekurangan
oksigen. Hal ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi berbahaya, termasuk kematian
mendadak saat tidur.
Oleh karena itu, sleep apnea perlu segera ditangani oleh dokter. Untuk menangani kondisi
ini, dokter bisa memberikan beberapa penanganan, termasuk terapi CPAP untuk sleep apnea.
Cara Kerja Terapi CPAP untuk Sleep Apnea
Terapi CPAP (continous positive airway pressure) dilakukan menggunakan mesin
khusus yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen melalui selang dan masker oksigen ke
saluran pernapasan penderita sleep apnea saat mereka tidur.
Dengan terapi CPAP, penderita sleep apnea bisa mendapatkan asupan oksigen yang cukup,
sehingga gejala terhentinya napas bisa berkurang.
Terapi CPAP untuk sleep apnea bisa dilakukan di rumah sakit atau secara mandiri di rumah
setelah penderita diberikan petunjuk cara menggunakan mesin tersebut oleh dokter.
Sebelum memulai terapi CPAP untuk sleep apnea, dokter akan melakukan rangkaian
pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti sleep
study, guna menilai seberapa parah kondisi sleep apnea yang dialami penderita.
Setelah itu, jika penderita memang perlu mendapatkan terapi CPAP untuk sleep apnea, dokter
akan mengatur jumlah oksigen yang diberikan melalui mesin CPAP dan menjelaskan kepada
penderita tentang cara menyalakan, menggunakan, dan menyimpan alat tersebut dengan
benar. Risiko Pemakaian Alat Terapi CPAP
Hingga saat ini, terapi CPAP masih menjadi salah satu langkah penanganan utama
untuk mengobati sleep apnea. Namun, terapi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Selain itu, terapi CPAP untuk sleep apnea juga dapat menimbulkan beberapa efek samping,
seperti:
1. Iritasi atau luka di bagian wajah, hidung, dan sekitar mulut akibat pemasangan masker
dan strap masker
2. Napas terasa sesak atau sulit mengembuskan napas
3. Hidung kering dan tersumbat
4. Mimisan
5. Susah tidur karena merasa tidak nyaman atau akibat suara bising dari mesin CPAP
6. Mulut kering
7. Pusing dan sakit kepala
8. Perut kembung, sering sendawa, dan banyak kentut karena banyak menelan udara
Terkadang, masker CPAP juga bisa terlepas secara tidak sengaja saat penderita
menggunakan alat tersebut ketika tidur.
Terapi CPAP untuk sleep apnea merupakan salah satu elemen penting dalam
penanganan gangguan tidur tersebut. Namun, tidak semua kasus sleep apnea bisa sembuh
dengan bantuan CPAP.
Untuk mengatasi sleep apnea, terkadang dokter juga perlu melakukan penanganan
lain, seperti memberikan obat-obatan, menyarankan pasien untuk mengurangi berat badan,
hingga melakukan operasi.
Langkah penanganan tersebut akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan sleep
apnea yang dialami pasien.
Apabila Anda merasa mengalami sleep apnea dan mengalami gejala yang mengganggu
karena kondisi tersebut, periksakanlah diri ke dokter. Untuk mengatasi kondisi yang Anda
alami, dokter mungkin bisa menyarankan terapi CPAP untuk sleep apnea atau memberikan
penanganan lain sesuai kondisi Anda
1. Setting suhu auto dan manual. Untuk auto maka akan berjalan dengan otomatis
ditandai dengan pre warming. Untuk mode manual digunakan default sesuai dengan
suhu yang diinginkan.
2. Skin sensor yaitu optional dapat diaktifkan atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Skin
sensor ini akan menyesuaikan dengan suhu tubuh pada bayi.
3. Air sensor. Digunakan untuk mengontrol radiasi panas yang diterima melalui matras
bayi karena air sensor ini terletak pada matras bayi.
4. Alarm dan timer. Digunakan untuk pengingat atau parameter apabila suatu pengaturan
mengalami kelebihan dari pengaturan yang telah ditentukan. Alarm ini akan berbunyi.
5. Examination Lamp. Ini digunakan sebagai pencahayaan pada matras bayi, lampu ini
dapat digunakan apabila dibutuhkan.
Berikut cara kerja infant warmer bayi :
1. Sambungkan kabel ke stop kontak. Kemudian, hidupkan tombol yang ada ON atau
OFF dengan menekan tombol ON.
2. Stelah itu, tunggu lampu indikator menyala. Perlu diingat lampu indikator akan
menyala apabila lampu unit sudah menyala. Maka pastikan terlebih dahulu bahwa
lampu unit telah menyala.
3. Atur sektor seuai dengan suhu yang diinginkan. Dengan acuan suhu ruang+ suhu yang
ada pada set sektor. Contohnya suhu ruang 26°C dan suhu yang diinginkan 37°C
maka suhu yang ada pada set sektor adalah 11° Sebelumnya cek terlebih dahulu
heater output dan increased temperaturenya.
4. Sebelum bayi dimasukkan ke dalam infant warmer usahakan bahwa alat ini sudah
dinyalakan terlebih dahulu selama 15-20 menit agar suhu menjadi stabil.
PERAWATAN BBLR
A. Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR adalah berat saat lahir kurang dari 2500 gram
(World Health Organization, 2012). Masalah yang sering muncul pada kasus bayi dengan
BBLR antara lain suhu tubuh yang tidak stabil, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan
dan nutrisi, imaturitas hati, anemia, pendarahan intraventikuler, kejang, infeksi, hipoglikemi,
hiperglikemi serta hipokalsemi. Penanganan bayi dengan BBLR dilakukan secara
komprehensif sejak sebelum kelahiran, selama persalinan hingga setelah lahir. Sebelum lahir,
penangan yang dilakukan adalah mencegah kelahiran kurang bulan. Pada saat persalinan,
penangan yang dilakukan adalah mempersiapkan petugas yang dilengkapi dengan alat
pertolongan pernapasan. Sedangkan setelah kelahiran, hal yang dilakukan antara lain
menjaga suhu lingkungan agar tetap hangat, salah satunya dengan perawatan metode
kangguru, mempersiapkan oksigenasi, meminimalisir terjadinya infeksi dengan cuci tangan
serta memberikan ASI sedini mungkin.
Bayi dengan BBLR membutuhkan penanganan khusus selama berada di lingkungan
rumah sakit. namun bayi diperbolehkan pulang apabila berat badan bayi cenderung
meningkat dan suhu tubuh stabil selama 3 hari berturut-turut dengan keadaan umum bayi
cenderung meningkat dan suhu tubuh stabil selama 3 hari berturut-turut dengan keadaan
umum bayi telah dinyatakan baik oleh dokter.
Bayi yang telah diperbolehkan pulang, pemantauan paska perawatan masih dilakukan
karena tidak jarang setelah selesai perawatan, bayi dirawat Kembali. Pemantauan bayi paska
perawatan dilakukan oleh tenaga Kesehatan dengan melakukan deteksi dini kelainan.
Adapun hal-hal yang perlu dipantau antara lain keadaan umum bayi, suhu tubuh, asupan
nutrisi/ASI, kenaikan berat badan, perawatan tali pusar dan kebersihan umum bayi. Tenaga
Kesehatan juga
wajib memberikan asuhan keperawatan dengan menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat,
memberikan nutrisi/ASI yang cukup, mencegah infeksi, kebersihan umum dan imunisasi,
memberikan stimulasi sensorik dan pijat bayi, stimulasi pendengaran dengan sering
berkomunikasi, dan stimulasi penglihatan dengan memperlihatkan benda berwarna-warni.
Pemantauan jangka Panjang bagi bayi dengan BBLR dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan pertumbuhan berat badan, Panjang badan dan lingkar kepala, tes
perkembangan, waspada adanya kelainan bawaan, pemeriksaan mata dan pendengaran.
RESUSITASI BAYI
A. Pengertian
Resusitasi bayi adalah prosedur pertolongan dalam menyelamatkan bayi yang
kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Resusitasi bayi dilakukan ketika bayi
mengalami gejala gangguan pernapasan, mulai dari sesak napas hingga henti napas.
MANAJEMEN KANGGURU
A. Pengertian
Perawatan metode kangguru merupakan alternatif metode perawatan bayi baru lahir.
Metode ini adalah salah satu teknik yang tepat dan sederhana, serta murah dan sangat
dianjurkan untuk perawatan pada bayi BBLR. Metode ini tidak hanya menggantikan
inkubator, tetapi juga dapat memberikan manfaat lebih yang tidak didapat dari pemberian
inkubator. Pemberian metode kangguru ini dirasa sangat efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang sangat mendasar seperti kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari
infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Maryunani, 2013).
B. Tujuan
Untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Metode ini dapat dimulai segera setelah bayi
lahir atau setelah bayi stabil. Metode ini dapat dilakukan di rumah sakit maupun di
rumah. Pemberian metode ini dapat terus dilakukan meskipun bayi belum bisa menyusui
(Sudarti, Endang Khoirunnisa., 2010).
C. Pelaksanaan
Skin to skin atau kulit dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi dengan dada dan
perut ibu dalam baju kangguru. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Semua pakaian bayi dilepas
2. Ibu atau keluarga yang akan menggendong diminta melepas BH atau baju dalam
(hanya memakai baju/atau kaos yang longgar)
3. Gendong bayi, letakkan bayi didalam baju sehingga terjadi sentuhan kulit ibu dan
kulit bayi tanpa perantara
4. Bebat/ikat pinggang ibu dibawah badan bayi sehingga badan badan bayi tertahan
tidak turun ( ikatan di luar baju)
5. Gendong bayi seperti biasa menggunakan kain, ikatan kain penggendong diluar
baju ibu
6. Pakaikan topi penutup kepala bayi (Ari Sulistyawati, 2009)
TRANSFUSI DARAH
Sebelum memulai tindakan transfusi, sebaiknya dilakukan pengecekan ulang antara
lain penyesuaian kode pada kantong darah dengan identitas pasien yang akan menerima
darah, penyesuaian golongan darah pada kantong darah dengan golongan darah pasien,
tanggal kadaluarsa darah, tidak adanya kerusakan pada kantong darah, dan penyesuaian
terhadap waktu permintaan darah. Tanda kerusakan pada kantong darah ini antara lain tanda
hemolisis, adanya kontaminasi yang ditandai dengan perubahan warna darah menjadi lebih
gelap dan adanya pembekuan darah.
Peralatan yang digunakan pada saat prosedur transfusi darah kepada penerima antara
lain:
1. Set transfusi yang steril dan sekali pakai. Jika sudah digunakan lebih dari 12 jam harus
segera diganti. Pada suhu yang hangat sebaiknya set transfusi diganti setiap empat jam
2. Untuk transfusi yang lambat dapat menggunakan kateter IV ukuran sedang dan jarum 21-
25 G. Untuk transfusi cepat menggunakan kateter IV ukuran besar dan jarum 14 G
3. Unit darah
4. Cairan normal salin 0.9%
5. Three way stopcock
6. Sarung tangan sekali pakai
7. Alat pemeriksaan tanda vital
Setelah prosedur persiapan pasien selesai, tindakan transfusi darah dilakukan dengan
tahap sebagai berikut:
1. Petugas yang melakukan transfusi darah harus mencuci tangan terlebih dahulu dan
menggunakan sarung tangan non steril sekali pakai
2. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
3. Segera mulai proses transfusi setelah komponen darah tiba, jika terjadi penundaan proses
transfusi kantong darah harus segera dikembalikan ke unit transfusi darah untuk
disimpan kembali.
4. Proses transfusi untuk whole blood dan sel darah merah harus selesai dalam waktu empat
jam setelah kantong darah sampai sedangkan untuk konsentrat trombosit harus selesai
dalam setengah jam sedangkan untuk fresh frozen plasma dan kriopresipitat harus segera
ditransfusikan untuk menghindari berkurangnya faktor koagulasi
5. Tidak disarankan pemberian obat pada kantong darah dan pada set transfusi kecuali
normal salin 0.9% yang digunakan pada keadaan hematokrit yang meningkat
6. Sebelum prosedur transfusi darah sebelumnya pasien sudah terpasang IV line yang
tersambung cairan NaCL 0.9% dan memastikan alirannya lancer selama lima belas menit
7. Tidak disarankan pemberian obat seperti antihistamin, steroid secara rutin sebelum
proses transfusi karena keadaan ini dapat menyamarkan risiko transfusi.
8. Mentransfusikan darah dengan kecepatan sesuai komponen darah pada kasus non
kegawat daruratan, yaitu:
9. pada pasien dewasa 150-200ml/jam untuk whole blood, 100-150 ml/jam untuk packed
red cell, 150-300 ml/jam untuk trombosit dan plasma
10. pada pasien anak 2-5 ml/kg/jam untuk whole blood dan packed red cell,1-2 ml/menit
untuk trombosit dan plasma
11. Pemantauan yang dilakukan setelah prosedur transfusi darah kepada pasien adalah:
12. Menanyakan adanya gejala efek samping pada pasien antara lain menggigil,
ruam, flushing, sesak dan nyeri pada ekstremitas
13. Selama proses transfusi harus mengobservasi tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan
frekuensi napas) sebelum transfusi dimulai, 15 menit setelah proses transfusi dimulai,
setiap satu jam dan setelah proses transfusi selesai. Risiko transfusi yang berat biasanya
terjadi dalam waktu setengah jam setelah transfusi dimulai
14. Setelah prosedur transfusi selesai dilaksanakan, segera dokumentasikan informasi
mengenai waktu mulai dan berakhirnya transfusi, jumlah, tipe darah dan golongan darah
yang ditransfusikan dan efek samping yang terjadi setelah transfuse.
IRIGASI LUKA
Tatacara melakukan irigasi luka, yaitu membersihkan luka secara mekanisme dengan
larutan isotonic atau pengangkatan fisik terhadap aringan debris, benda asing atau eksudat
dengan kassa atau spuit
Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan irigasi luka :
1. Untuk menghilangkan eksudat dan debris, benda asing dari luka yang lambat sembuh
2. Untuk memberikan panas pada area yang sakit
3. Untuk meningkatkan penyembuhan atau memudahkan pengolesan obat pada luka
Persiapan alat :
1. Set ganti balut steril dalam bak instrumen steril
1) Pinset (2 anatomis, 1 sirurgis)
2) Gunting lurus (menyesuaikan bentuk luka)
3) Balutan kassa dan kassa steril (secukupnya)
4) Depress
5) Lidi kapas (ika di perlukan)
2. Set irigasi luka
1) Kom steril berisi larutan irigasi steril hangat
2) Spuit irigasi steril dengan arum no 19
3) Kateter lunak steril (bila diperlukan)
3. Kom berisi betadine/larutan antiseptic sesuai program
4. Larutan Nacl dalam kom
5. Sarung tangan
6. Pllester/hypafix, pengikat atau balutan sesuai kebutuhan
7. Gunting perban
8. Kantong sampah/bengkok 2 buah
9. Perlak dan pengalas
10. Kapas alcohol
11. Gown/clemek plastik (bila diperlukan)
Langkah – langkah :
1. Cek program terapy
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
4. Identifikasi pasien dengan tepat
5. Ucapkan salam
6. Jelaskan tujuan dan prosedur Tindakan
7. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
8. Jaga privasi pasien dengan menutup tirai/mengunci pintu kamar pasien
9. Ajak pasien atau keluarga membaca basmalah bersama – sama sebelum menalani
tindakan ambulasi
10. Bantu pasien pada posisi yang nyaman pada seluruh area luka terlihat
11. Bebaskan area luka dari pakaian (hanya memaparkan area luka)
12. Pasang perlak dan pengalas di bawah area luka
13. Buka set ganti balut (pertahankan kesterilan alat yang belum di gunakan)
14. Gunakan sarung tangan
15. Basahi plester dengan kapas alkohol. Melepasd plester, ikatan atau balutan menggunakan
pinset, dengan menarik uungnya seaar pada kulit mengarah ke balutan
16. Angkat balutan lapis terluar dan membuangnya ke begkok/kantong sampah, bersihkan
bekas plester dan area di sekitar luka
17. Angkat balutan lapis dalam menggunakan pinset (usahakan permukaan yang kotor auh
dari pandangan pasien) bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan
larutan steril atau Nacl
18. observasi luka, ispeksi warna luka, luas kerusakan integritas kulit, ukuran luka termasuk
kedalaman, panjang dan lebar luka, karakter dan jenis drainase luka, bau, keadaan jahitan
(bila ada), observasi daerah sekitar luka terhadap tanda peradangan, palpasi sepanjang
tepi luka untuk mengetahui adanya eksudat/pus di bawah jaringan
19. Atur posisi pasien untuk memudahkan cairan irigasi mengalir sesuai gravitasi melewati
luka ke arah bengkok penampung
20. Atur posisi pasien sehingga luka tegak lurus dengan bengkok
21. Letakkan bengkok tepat di bawah luka untuk menampung larutan irigasi yang
terkontaminasi
22. Pakai gown/celemek plastic (bila perlu)
23. Lakukan irigasi pada luka Luka yang terbuka lebar
1) Isi sepuit dengan larutan irigasi
2) Pasang jarum berukuran 19 pada ujung spuit
3) Pegang ujung spuit 2.5 cm di atas ujung luka yang teratas
4) Siram luka dengan menggunakan tekanan yang lambat dan berkelanjutan
5) Pencet kateter tepat di bawah spuit lalu lepaskan kateter dari spuit
6) Isi kembali spuit dengan larutan irigasi dan sambung kembali dengan cateter
7) Ulangi sampai cairan yang mengalir ke dalam bengkok berwarna jernih.
24. Lakukan debridemen bila terdapat jaringan nekrotik
1) Bersihkan luka dan area sekitar luka
2) Pegang kasa yang di basahi dengan nacl menggunakan pinset
3) Gunakan 1 kassa untuk setiap kali usapan
4) Bersihkan luka dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi/menjauhi luka untuk mencegah kontaminasi organisme dalam luka.
25. Basahi kassa yang berserat halus dengan betadine/larutan antiseptik yang di programkan,
peras dengan pinset sedemikian sehingga kassa tidak terlalu basah/lembab
26. Pasang kassa lembab langsung ke permukaan luka Jika luka dalam, masukkan kassa
dengan hati-hati ke dalam luka dengan menggunakan pinset sampai seluruh permukaan
luka dapat kontak dengan kassa yang lembab.
27. Pasang kassa kering steril di atas kassa lembab
28. Tutup balutan dengan balutan ABD, surgi - pad atau kassa steril
29. Bersihkan plester empat sisi pada balutan kassa atau menutup rapat kassa dengan
hypafix, berikan ikatan / balutan jika di perlukan
30. Lepas sarung tangan
31. Lakukan evaluasi tindakan yang di lakukan
32. Ajak pasien atau keluarga membaca Hamdalah bersama – sama
33. Pamitan kepada pasien dan keluarga
34. Bereskan alat dan mengembalikan ke tempat semula
35. Cuci tangan
36. Dokumentasikan kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
PEMASANGAN OGT
A. Pengertian
Memasukkan NGT/OGT melalui hidung pada bayi dan anak dan melalui oral pada
neonates. Sebagai acuan petugas dalam melakukan tindakan untuk :
1. Mengeluarkan cairan/udara dalam lambung
2. Memberikan nutrisi
Langkah-langkah
MEMANDIKAN PASIEN
Pengertian
Memandikan Pasien Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi memenuhi
kebutuhan personal hygiene dengan memandikan pasien.
Tujuan
1. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan.
2. Memberikan perasaan segar.
3. Merangsang peredaran darah.
4. Sebagai pengobatan.
5. Mencegah infeksi kulit
6. Mendidik pasien dalam kebersihan perorangan
Prosedur :
Persiapan Alat :
1. Seperangkat alat-alat mandi : Sabun mandi, Pasta gigi, Gelas kumur, Sisir.
2. Satu stel pakaian bersih.
3. Waskom mandi berisi air hangat.
4. Handuk bersih.
5. Tempat bertutup untuk pakaian kotor.
6. Sketsel/korden.
7. Waslap mandi 2 buah.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan (sesuai SPO).
2. Identifikasi pasien (sesuai SPO).
3. Bawa peralatan kepasien.
4. Pasang sketsel/korden.
5. Tanyakan pada pasien apakah pasien mau BAB atau BAK terlebih dahulu.
6. Pindahkan Selimut dan bantal dari tempat tidur, bila masih dibutuhkan gunakan bantal.
7. Perawat berdiri disisi kiri atau kanan pasien
8. Buka Pakaian bagian atas. kemudian tutup dengan selimut mandi atau kain penutup
9. Mandikan pasien dengan urutan sebagai berikut (terlampir di bawah ini) :
Mencuci muka :
1. Bentangkan handuk di bawah kepala, muka, telinga dan leher lalu bersihkan dengan
waslap lembab, lalu keringkan dengan handuk.
2. Tanyakan apakah pasien biasa pakai sabun atau tidak.
Mencuci tangan :
1. Turunkan Selimut mandi atau kain penutup.
2. Keataskan kedua tangan.
3. letakkan handuk diatas dada dan lebarkan ke samping kiri dan kanan sehingga kedua
lengan dapat diletakkan di atas handuk.
4. Basahi Kedua tangan dan sabun mulai dari lengan yang jauh dari perawat, kemudian
yang lebih dekat lalu bilas sampai bersih, kemudian dikeringkan dengan handuk
5. Masukkan kedua telapak tangan ke dalam waskom lalu keringkan.
Mencuci dada dan perut :
1. Buka Pakaian pasien bagian bawah dan turunkan selimut atau kain penutup sampai perut
bagian bawah
2. Keataskan Kedua tangan pasien ,angkat handuk dan bentangkan pada sisi pasien
3. Basahi Ketiak, dada dan perut lalu disabun, kemudian bilas sampai bersih dan keringkan
dengan handuk.
4. Bersihkan pusar dengan kapas lidi dan kenakan baju yang bersih atau ditutup kain
penutup/handuk.
Mencuci punggung :
1. Miringkan Pasien ke kiri
2. Bentangkan Handuk di bawah punggung sampai bokong
3. Basahi Punggung sampai bokong ,lali disabuni, dibilas dan selanjutnya dikeringkan
dengan handuk
4. Miringkan pasien ke kanan dan bentangkan handuk dibawah punggung kemudian cuci
punggung seperti pada punggung kiri
A. Pengertian
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat- obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam
waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu
memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung,
melewatI tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung. Nasogastrik: Menunjuk kepada
jalan dari hidung sampai ke lambung.
Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung
(melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung. Singkatan untuk Nasogastrik
adalah NGT. Selangnya disebut selang Nasogastrik.
1. Macam - macam NGT :
a. Selang NGT dari karet
b. Selang NGT dari bahan plastic
c. Selang NGT dari bahan silicon
2. Ukuran NGT :
a. Nomor 14 - 20 untuk ukuran dewasa
b. Nomor 8 - 16 untuk anak-anak
c. Nomor 5-7 untuk bayi
PELEPASAN NGT
Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus
dilepas dan di pasang NGT yang baru. Selang NGT yang terpasang terlalu lama
dapat menimbulkan erosi hidung, sinusitis, esofagitis dan ulserasi lambung. Karena
itu, berdasarkan pertimbangan pencegahan komplikasi serta kondisi pasien yang
memungkinkan,selang NGT perlu dilepas tepat sesuai dengan pemulihan fungsi
saluran pencernaan.
1. Persiapan Alat :
a) Spuit 10 cc
b) Handuk
c) Salin normal
2. Prosedur pelaksanaan
a) Mencuci tangan
b) Menjelaskan prosedur dan pelepasan NGT
c) Pasang handuk di atas dada pasien
d) Memutar selang,masukkan 10 cc salin normal dan memasang klem pada
selang
e) Memberitahukan klien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskan
nafas dengan perlahan
f) Cabut selang dengan perlahan dan bungkus selang dengan handuk
g) Memberi klien alat untuk perawatan mulut dan pelumas untuk hidung yang
kering
h) Merapikan peralatan dan klien
i) Mencatat waktu pelepasan dan reaksi klien
j) Mengobservasi tanda dan gejala gangguan saluran pencernaan
G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pemasangan NGT adalah:
1. Pendarahan hidung
2. Muntah
3. Kegagalan pemasangan
4. Robeknya esophagus
5. Aspirasi isi lambung
6. Sinusitis
7. Pnemothoraks
SPIROMETRI
A. Pengertian
Spirometri adalah suatu proses pemeriksaan fungsi paru menggunakan metode
sederhana yang mempelajari ventilasi dengan mencatat volume udara yang masuk dan
keluar paruparu, alat yang digunakan adalah spirometer. Dengan pemeriksaan
spirometri dapat diketahui atau ditentukan semua volume pernapasan kecuali volume
residu serta semua kapasitas pernapasan kecuali kapasitas pernapasan yang
mengandung komponen volume residu seperti kapasitas paru total dan kapasitas
residu fungsional. Spirometer itu sendiri dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu
penyakit yang berhunugan dengan fungsi paru, evaluasi pengobatan dan memantau
perjalanan penyakit pernapasan, persiapan operasi, penelitian epidemiologi dan
penelitian fungsi paru atlet.
Alat ini memiliki dua jenis yaitu spirometer konvensional maupun spirometer
elektronik. Produk yang dihasilkan oleh spirometer konvensional adalah sebuah grafik
yang disebut spirogram, sedangkan spirometer elektronik akan menunjukkan hasil
pemeriksaan dalam bentuk angka. Spirometer konvensional contohnya MERA EV,
Collins, Rotary dan spirometer peak flow meter. Auto memiliki banyak merk. Salah
satu merk yang dipakai dalam penelitian ini adalah Spirometer spirolab.
Spirometer ini merupakan generasi ke 2 spirolab yang memfasilitasi total
penilaian fungsi paru. Perangkat ini juga sudah dilengkapi dengan layar LCD untuk
melihat hasil spirometer. Hasil yang berupa angka dari spirometer ini juga dapat di
cetak langsung deng dengan Winspiroan printer onboard atau menggunakan komputer
Pro Software. Produk ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menghitung
seluruh parameter paru, kecuali yang berkaitan dengan udara residu. Data dari subjek
berupa nama, umur, tinggi badan, melakukan tes dimasukkan ke data spirometer.
MANAJEMEN NYERI
Pengertian
A. Jenis-jenis Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu :
1. Nyeri Akut
Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cidera fisik. (Meliala & Suryamiharja, 2007).
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan
yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan penyebab atau cidera
fisik. Nyeri kronis dapat tidak memilikiawitan yang ditetapkan dengan tepat dan
sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya (Strong, Unruh, Wright &
Baxter, 2002).
Berdasarkan lokasinya Sulistyo (2013) dibedakan nyeri menjadi,
1. Nyeri Ferifer
Nyeri ini ada tiga macam, yaitu :
a. Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat rangsanganpada kulit dan
mukosa
b. Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi darireseptor
nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks.
c. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yangjauh dari
penyebab nyeri.
2. Nyeri Sentral adalah nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,
batang otak dantalamus.
3. Nyeri Psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan
kata lain nyeri initimbul akibat pikiran si penderita itu sendiri.
B. Manajemen nyeri
1. Pendekatan farmakologi
Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan
nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri terutama untuk nyeri yang sangat
hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Metode yang
paling umum digunakan untuk mengatasinyeri adalah analgesic (Strong, Unruh,
Wright & Baxter, 2002). Menurut Smeltzer & Bare (2002), ada tiga jenis analgesik
yakni:
a) Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan nyeri
ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien yang rentan
terhadap efek pendepresi pernafasan.
b) Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya diresepkan untuk
nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek samping
dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi,
mual muntah.
c) Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti sedative, anti
cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau menghilangkan
gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual (Potter & Perry,
2006).
2. Intervensi Keperawatan Mandiri (Non farmakologi)
Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni (2013),
merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara mandiri
tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam pelaksanaanya perawat
dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri. Banyak pasien dan anggota tim
kesehatan cenderung untuk memandang obatsebagai satu-satunya metode untuk
menghilangkan nyeri. Namun banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi
yang dapat membantu menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri
nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun tidakan tersebut
bukan merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2002).
a) Masase dan Stimulasi Kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum. Sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih
nyaman (Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan stimulasi kutaneus adalah
stimulasi kulit yang dilakukan selama 3-10 menit untuk menghilangkan
nyeri, bekerja dengan cara melepaskan endofrin, sehingga memblok
transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2006). Salah satu teknik
memberikan masase adalah tindakan masase punggung dengan usapan
yang perlahan (Slow stroke back massage). Stimulasi kulit menyebabkan
pelepasan endorphin, sehinggamemblok transmisi stimulus nyeri. (Potter
& Perry, 2006).
b) Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain
pada nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi
diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem
kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak (Smeltzer and Bare, 2002).
c) Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,
selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah. Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom (Fitriani,
2013).
d) Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasiseseorang
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek
positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan
meredakan nyeri dapat terdiri atas penggabungan nafas berirama lambat
dengan suatu bayangan mental relaksasi dankenyamanan (Smeltzer &
Bare, 2002). Prosedurnya yaitu ciptakan lingkungan yang tenang, jaga
privasi pasien, usahakan tangan dan kaki pasien dalam keadaan rileks,
minta pasien untuk memejamkan mata dan usahakan agar pasien
berkonsentrasi, minta pasien menarik nafas melalui hidung secara
perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati “hirup, dua, tiga”, selama
pasien memejamkan mata kemudian minta pasien untuk membayangkan
hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, minta pasien untuk
menghembuskan udara melalui mulut dan membuka mata secara
perlahan- lahan sambilmenghitung dalam hati “hembuskan, dua, tiga”,
minta pasien untuk mengulangi lagi sama seperti prosedur sebelumnya
sebanyak tiga kali selama lima menit (Patasik, Tangka & Rottie, 2013).
e) Kompres Hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
hangat yang dapat menimbulkan efek fisiologis (Anugraheni, 2013).
Kompres hangat dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas atau
kantong air panas secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari
buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran
pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga
nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Smalzer & Bare, 2002).
Penggunaan kompres air hangat dapat membuat sirkulasi darah lancar,
vaskularisasi lancar dan terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi
pada otot karena otot mendapat nutrisi berlebih yang dibawa oleh darah
sehingga kontraksi otot menurun. Kompres hangat dengan suhu 50 C – 0
C mengakibatkan terjadinya vasodilatasi yang bisa membuka aliran
darah membuat sirkulasi darah lancar kembali sehingga terjadi
relaksasi pada otot mengakibatkan kontraksi otot menurun
(Anugraheni, 2013).
A. Pengertian
Nilai kritis adalah suatu nilai abnormal dari hasil pemeriksaan
laboratorium baik nilai abnormal tinggi atau rendah, bila didapatkan pada pasien
dapat menimbulkan kondisi yang berbahahaya atau mengancam nyawa.
B. Tujuan
Nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium agar disampaikan secepatnya
kepada perawat atau dokter penanggung jawab pasien supaya penatalaksanaan
pasien dapat dilakukan dengan cepat dan lebih baik.
B. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum pemasangan tampon hidung adalah resusitasi. Epistaksis
merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam nyawa, sehingga assessment yang baik
terhadap airway, breathing, dan circulation perlu dilakukan sebelum tindakan pemasangan
tampon hidung.
Anamnesis riwayat pasien perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab epistaksis,
seperti riwayat trauma, gangguan pembekuan darah, konsumsi obat, dan alergi. Pasien juga
perlu ditanyakan terkait riwayat operasi sinus atau hidung dalam waktu dekat.
Posisikan pasien dalam posisi duduk di atas meja periksa. Pastikan suction dan
oksigen tersedia. Bila terdapat bekuan darah, bersihkan terlebih dahulu dengan alat atau
minta pasien untuk menghembuskan nafas dari hidung. Periksa kedua nares dengan lampu
kepala dan spekulum hidung (rhinoscope) untuk mengetahui sumber epistaksis.
C. Peralatan
Peralatan yang perlu disiapkan sebelum pemasangan tampon hidung antara lain :
1. Alat pelindung diri (sarung tangan, masker, apron, goggles)
2. Brankar rumah sakit yang dapat ditegakkan hingga 90o atau kursi THT
3. Lampu kepala
4. Spekulum hidung
5. Forsep bayonet
6. Suction
7. Nierbeken (emesis basin)
8. Salep antibiotik
9. Kasa steril
10. Dekongestan topikal (0,25% phenylephrine, epinefrin 1:1000, atau oxymetazoline
spray)
11. Anestesi topikal (campuran 4% lidocaine, 0,1% epinefrin, dan 0,4% tetracaine)
Peralatan yang dibutuhkan pada pemasangan tampon anterior antara lain :
1. Tampon rol yang telah diberi vaselin atau dicampur antibiotik dengan lebar sekitar 0.5
cm.
2. Nasal tampon atau nasal balloon yang telah tersedia
D. Posisi Pasien
Bila pasien dalam keadaan sadar penuh, pasien dapat diposisikan duduk. Pada
perdarahan yang masih berlanjut, pasien diposisikan dalam sniffing position yang dapat
dicapai dengan duduk tegak, fleksi leher dan ekstensi kepala. Bila keadaan pasien tidak
memungkinkan, pemasangan tampon hidung dapat dilakukan dalam posisi supinasi.
Prosedural :
Prosedur pemasangan tampon hidung berbeda berdasarkan jenisnya, yaitu tampon
hidung anterior dan tampon hidung posterior.
Tampon Hidung Anterior
Prosedur pemasangan tampon hidung anterior cukup sederhana. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan berupa :
1. Gunakan alat pelindung diri
2. Persiapkan alat dan bahan
3. Periksa kembali sumber perdarahan dengan menggunakan spekulum hidung
4. Masukkan obat dekongestan topikal dengan kapas atau spray ke bagian konka hidung
5. Masukkan tampon rol yang telah dipersiapkan ke dalam kavum nasi dengan forsep
bayonet mulai dari bagian posterior inferior secara berlapis-lapis hingga puncak rongga
hidung
6. Pastikan ujung anterior dari tampon dapat diakses dengan mudah untuk pelepasan tampon
7. Tampon dapat dipertahankan selama 24-48 jam
Tampon Hidung Posterior
Prosedur pemasangan tampon hidung posterior berupa :
1. Gunakan alat pelindung diri
2. Persiapkan alat dan bahan
3. Periksa kembali sumber perdarahan dengan menggunakan spekulum hidung
4. Masukkan obat dekongestan topikal dengan kapas atau spray ke bagian konka hidung
5. Untuk menggunakan tampon Bellocq, masukkan kateter foley melalui kedua nares
anterior hingga ujung kateter tampak di orofaring, lalu tarik keluar dari rongga mulut.
Ikat kedua benang pada masing-masing ujung kateter dan tarik kembali pangkal kateter
keluar dari nares
6. Lepaskan ikatan pada kedua benang dan kateter, bila perlu dorong tampon ke nasofaring
dengan jari telunjuk, kemudian ikat kedua benang tampon di depan nares.
7. Rekatkan benang yang berada pada rongga mulut ke pipi pasien untuk melepas tampon
selama 2–3 hari.
8. Untuk menggunakan balon kateter foley sebagai tampon posterior, masukkan kateter ke
masing-masing nostril hingga ujung kedua kateter terlihat, lalu kembangkan balon
kateter dengan 5–15 ml cairan norma saline.
9. Tarik kateter secara perlahan sampai balon terpasang dengan baik di kavum nasi
posterior, kemudian fiksasi pangkal kateter di depan nares dengan umbilical clamp.
10.
Follow Up
Pemasangan tampon hidung baik anterior maupun posterior harus diikuti dengan
evaluasi perdarahan. Bila sumber perdarahan terdapat di anterior dan posterior, pemasangan
kedua jenis tampon dapat dilakukan.
Pasien dapat diberikan profilaksis antibiotik untuk mencegah kejadian sinusitis dan toxic
shock syndrome akibat pemasangan tampon. Rawat inap dan pemeriksaan penunjang jarang
diperlukan, namun dapat dipertimbangkan untuk pemantauan lebih lanjut terhadap
perdarahan dan investigasi penyebab perdarahan, terutama pada pasien yang mendapatkan
pemasangan tampon posterior, pasien geriatri, dan anak-anak.
A. Pengertian
Tatacara melakukan tindakan mengangkat / membuka jahitan pada luka yang di jahit.
B. Tujuan
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi dari benang .
2. Untuk mencegah tertinggalnya benang
C. Persiapan alat
a. bak instrument steril
b. pinset anatomi 2 buah
c. pinset chirurgis 2 buah
d. gunting angkat jahit 1 buah
e. kapas alcohol dalam kom
f. hands coon
g. plester / hypafix
h. gunting verband
i. betadine dalam kom
j. NaCl 0,9% dalam kom
k. bengkok 2 buah (1 berisi cairan desinfektan)
l. kain pembalut /verband (jika di perlukan)
D. Prosedur
1. Cek program terapi
2. Identifikasi pasien dengan tepat
3. Cuci tangan
4. Tempatkan alat di dekat pasien dengan benar
5. Ucapkan salam, menyapa nama pasien (identifikasi ulang pasien),
memperkenalkan diri
6. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
7. Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
8. Jaga privacy pasien dengan menutup tirai/mengunci pintu kamar pasien.
9. Ajak pasien atau keluarga membaca basmalah bersama – sama sebelum menjalani
tindakan.
10. Letakkan kantung sampah/bengkok di dekat pasien (dalam jangkauan area kerja.
11. Bantu pasien pada posisi yang nyaman pada seluruh area luka terlihat.
12. Bebaskan area luka dari pakaian (hanya memaparkan area luka).
13. Pasang perlak dan pengalas di bawah area luka.
14. Buka set ganti balut (pertahankan kesterilan alat yang belum di gunakan).
15. Gunakan sarung tangan.
16. Basahi plester dengan kapas alcohol. Melepas plester, ikatan atau balutan
menggunakan pinset, dengan menarik ujungnya sejajar padakulit mengarah ke
balutan.
17. Angkat balutan lapis terluar dan membuangnya ke bengkok/kantung sampah.
Membersihkan bekas plester dan area di sekitar luka.
18. Angkat balutan lapis dalam menggunakan pinset dan membuangnya pada kantung
sampah / bengkok.
19. Observasi luka, inspeksi warna luka, luas kerusakan integritas kulit, ukuran luka
termasuk kedalaman, panjang dan lebar luka, karakter dan jenis drainase luka,
bau, keadaan jahitan (bila ada), observasi daerah sekitar luka terhadap tanda
peradangan. Palpasi sepanjang tepi luka untuk mengetahui adanya eksudat / pus
di bawah jaringan.
20. Bersihkan luka, memegang kasa yang di basahi dengan NaCl menggunakan
pinset. Menggunakan satu kasa untuk setiap kali usapan. Membersihkan luka dari
area yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi/menjauhi luka untuk
mencegah kontaminasi organism ke dalam luka.
21. Keringkan luka dengan kasa kering, gunakan kasa bersih setiap kali usap.
22. Lakukan desinfeksi luka dengan betadine.
23. Letakkan kassa steril di dekat luka.
IRIGASI MATA
A. Pengertian
Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata.
Irigasi biasanya menggunakan akuades, saline, atau cairan antiseptik. Teknik steril
digunakan karena tindakan ini berhubungan dengan mukosa mata.
B. Tujuan
Membersihkan mata dari benda asing, kotoran dan juga bisa berfungsi untuk
menghantarkan obat secara lansung.
C. Indikasi
1. Cedera dekontaminasi kimiawi.
2. Pembersihan debris (mis. Debu, vertikel-vertikel asing) dari mata.
D. Kontraindikasi
Bola mata terluka atau tertusuk
D. Penatalaksanaan
1. Peralatan :
a) Tabung steril untuk tempat cairan
b) Cairan irigasi dengan suhu 37° C
c) Lakmus (penguji pH bila terpajan asam/basa)
d) Irigator (contoh: selang infuse) atau spuit steril
e) Bola kapas steril
f) Bengkok steril
g) Perlak
h) Handuk
i) Sarung tangan steril
2. Tindakan Terapeutik
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Melakukan validasi/ evaluasi
c) Melakukan kontrak waktu
d) Jelaskan prosedur kepada klien
e) Mempersiapkan alat
f) Mencuci tangan
g) Bantu klien mengatur posisi duduk atau berbaring, miring kepala ke arah mata
yang sakit
h) Tutup pakaian klien dengan handuk. Pasang perlak di bawah kepala pasien
i) Pasang bengkok di bawah mata yang sakit
j) Pakai sarung tangan steril
k) Bersihkan kelopak mata dan bulu mata dengan kapas yang telah dibasahi cairan
irigan, dengan arah dari kanus dalam ke kanus luar
l) Dengan perlahan, retraksi kelopak mata dengan telunjuk dan ibu jari tangan non
dominan (umumnya kiri).
m) Mulai alirkan irigan melalui irigator, pengang bagian distal irrigator dengan
tangan dominan (umumnya kanan) 2,5 cm diatas mata. Aliran cairan harus
mengalir dengan kecepatan sesuai kenyamanan klien.
n) Arahkan cairan irigan ke semua arah pada bila mata anterior, dari kanus dalam
ke kanus luar. Lanjutkan tindakan sampai air yang keluar dari mata tampak
bersih.
o) Bila sudah selesai, bersihkan sekitar mata dengan cara mengusap dari arah
dalam ke luar
p) Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon
q) Bereskan alat yang digunakan dan dokumentasikan
b.Tujuan
Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
Meningkatkan rasa nyaman
Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada
dan ventilasi paru
Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
c.Indikasi
Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
Pada pasien yang mengalami imobilisasi
d. Alat dan bahan
Tempat tidur khusus
Selimut
e.Cara kerja
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Dudukkan pasien
Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
c. Cara / prosedur
Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas
klien lumpuh
Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut
dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital (
di bawah lutut )
3. Posisi sim
a. Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).
b. Tujuan
Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
Memasukkan obat supositoria
Mencegah dekubitus
c. Indikasi :
Untuk pasien yang akan di huknah
Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
d. Cara kerja
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke
dada.
Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas
tempat tidur.
Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas
tempat tidur.
4. Posisi trendelenburg
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Posisi ini digunakan dalam situasi seperti hipotensi dan kedaruratan. Posisi ini membantu
mendukukung aliran balik vena ke organ-organ utama seperti otak dan jantung.
b. Indikasi
Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
Pasien shock
Pasien hipotensi.
c. Cara kerja
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat
tidur.
Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat
tidur
5. Posisi dorsal recumbent
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genetalia serta pada proses persalinan.
b. Cara kerja :
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala dan
ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut
Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur
khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.
6. Posisi Litotomi
a. pengertian
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke
atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
b. Indikasi
Untuk ibu hamil
Untuk persalinan
Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
c. Cara kerja
Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik
ke arah perut
Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
Pasang selimut
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah
rektum dan sigmoid.
b. Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
d. Indikasi
Pasien hemorrhoid
Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
e. Cara kerja
Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
mencmpel pada kasur tempat tidur.
Pasang selimut pada pasien.
INSISI ABSES
DI SUSUN OLEH
TAHUN 2022
TUGAS HARIAN DI RUANGAN
DI SUSUN OLEH
TAHUN 2022