Anda di halaman 1dari 8

PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN KULTUR/BIAKAN PADA PASIEN ANAK

Pemeriksaan kultur atau biakan mikroorganisme merupakan salah satu pemeriksaan


rutin laboratorium mikrobiologi yang bertujuan untuk mendeteksi patogen yang diduga
sebagai penyebab infeksi. Patogen penyebab penyakit infeksi dapat meliputi virus, bakteri,
jamur, dan parasit. Pemeriksaan kultur/biakan yang rutin dikerjakan di laboratorium
mikrobiologi terutama bertujuan untuk mendeteksi bakteri dan jamur yang diduga menjadi
penyebab infeksi. Pada tahun 1876 Robert Koch seorang Ilmuwan asal Jerman
mengusulkan suatu konsep dalam siklus infeksi yang dikenal dengan nama Postulat Koch.
Dimana isi postulat tersebut adalah : a. Suatu mikroorganisme yang diduga sebagai
penyebab penyakit harus ada pada setiap tingkatan penyakit, b. mikroorganisme tersebut
dapat diisolasi dari jasad yang sakit dan ditumbuhkan dalam bentuk biakan murni, c.
apabila biakan murni tersebut disuntikkan pada hewan sehat dan peka, maka akan dapat
menimbulkan penyakit yang sama, dan d. mikroorganisme dapat diisolasi kembali dari jasad
yang telah dijadikan sakit tersebut.

Pemeriksaan kultur mikroorganisme di laboratorium mikrobiologi merupakan salah satu


pengaplikasian Postulat Koch yakni mengisolasi mikroorgansime patogen yang diduga
terdapat pada tubuh pasien (in vivo) untuk kemudian dibiakkan pada medium pertumbuhan
yang sesuai (in vitro) di laboratorium. Selain untuk mengisolasi patogen penyebab infeksi
(bakteri/jamur), pemeriksaan kultur juga bertujuan mengetahui uji kepekaan bakteri atau
jamur yang diisolasi terhadap antimikroba. Oleh karena itu pemeriksaan kultur sering
disebut juga pemeriksaan kultur/biakan mikroorganisme dan uji kepekaan antimikroba.
Terdapat beberapa spesimen klinis yang sering diambil untuk pemeriksaan kultur dan uji
kepekaan dalam rangka diagnosis penyakit infeksi terutama pasda pasien anak. Spesimen
tersebut diantaranya adalah : darah, spesimen saluran napas bawah, urin, swab
luka/pus/abses, jaringan, dan spesimen dari site tubuh steril seperti cairan
serebrospinal/LCS. Dalam materi ini akan membahas cara/teknik pengambilan spesimen
untuk pemeriksaan kultur pada spesimen klinis tersebut.
A. SPESIMEN DARAH
1. Alat dan bahan:
a. Spuit / wing needle
b. Alkohol swab 70%
c. Chlorhexidine (> 0.5%)
d. Botol kultur darah anak-anak atau dewasa (sesuai usia/berat badan pasien)
2. Waktu pengambilan spesimen darah
Pengambilan spesimen darah sebaiknya dilakukan sebelum pemberian antimikroba
dan saat pasien demam. Apabila pasien sudah menggunakan antimikroba, maka
waktu pengambilan spesimen darah dilakukan saat konsentrasi antimikroba terendah
yakni sebelum dosis pemberian antimikroba selanjutnya.
3. Metode pengambilan darah vena perifer
a. Siapkan botol kultur darah yang akan digunakan, beri label nama, tanggal,
jam dan lokasi pengambilan.
b. Bersihkan tutup botol kultur darah (permukaan dengan bagian karet)
menggunakan alkohol swab 70% dan biarkan kering, umumnya 30 – 60 detik.
c. Lakukan preparasi kulit antiseptik dengan alkohol 70% untuk menghilangkan
kotoran, biarkan kering, kemudian bersihkan dengan klorheksidin dan biarkan
kering. Pastikan lama kontak antiseptik yang adekuat dan pastikan antiseptik
kering.
d. Hindari menyentuh area kulit yang telah didesinfeksi menggunakan
tangan/gloves non steril. Hal ini akan meningkatkan risiko transmisi kolonisasi
bakteri dari tangan petugas ke kulit pasien sehingga kultur darah berisiko
mengalami kontaminasi.
e. Lakukan pengambilan vena darah dari dua lokasi (contoh: tangan kanan dan
tangan kiri). Apabila pada percobaan pertama gagal, maka lakukan
pengambilan ulang dengan menggunakan jarum baru.
f. Volume darah yang diambil adalah minimal 1 ml per lokasi pada neonatus
dan volume ini dapat lebih banyak untuk anak-anak sesuai usia atau berat
badan. Bahkan pada anak usia > 10 tahun atau berat badan > 35 kg, volume
darah yang diambil untuk pemeriksaan kultur dapat mencapai hingga 10 ml.
g. Hindari darah yang dimasukkan dalam botol kultur darah dari antikoagulan
atau zat kimia lain. Urutan peruntukan darah yang baik adalah pertama untuk
botol kultur darah, tabung biokimia, tabung koagulan dan terakhir tabung
pemeriksaan darah lengkap. Kocok perlahan botol kultur darah untuk
menghindari penggumpalan darah.
h. Selama proses pengiriman botol kultur darah, botol disimpan disuhu ruang
(bukan di kulkas).
i. Kirimkan segera botol kultur darah ke laboratorium.

B. SPESIMEN SALURAN NAPAS BAWAH (sputum spontan, sputum induksi, aspirat


endotrakeal, bilasan bronkus)
1. Alat dan bahan :
 Tabung steril/pot sputum bermulut lebar dengan tutup ulir
 Mukus ekstraktor pada pasien yang menggunakan Endotrakeal tube (ETT)
2. Metode pengambilan spesimen saluran napas bawah
Bagi pasien anak yang sudah mengerti instruksi dan dapat mengeluarkan sputum secara
mandiri maka spesimen sputum spontan dapat menjadi pilihan. Untuk pengambilan
spesimen sputum spontan, berikut teknik mengeluarkan sputum :
 Pasien diminta berkumur terlebih dahulu dengan air matang untuk
membersihkan sisa makanan
 Pasien dalam posisi berdiri atau duduk tegak
 Pasien diminta untuk menarik napas 2 – 3 kali kemudian keluarkan napas
bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang sampai sputum keluar.
 Volume sputum yang diperlukan minimal 1 ml.
 Sputum yang dikeluarkan ditampung langsung di dalam pot dengan cara
mendekatkan pot ke mulut, setelah sputum diperoleh segera tutup pot
dengan rapat.
 Kirim sputum dalam waktu < 2 jam pada suhu ruang
Bagi pasien anak yang terpasang peralatan invasif pada saluran napas seperti ETT atau
trakeostomi dapat dilakukan pengambilan spesimen sputum aspirat ETT atau aspirat
trakeostomi :
 Lakukan desinfeksi pada sekitar lumen ETT/trakeostomi dengan alkohol swab
sebelum melakukan suctioning pada ETT/trakeostomi
 Gunakan mukus ekstraktor untuk pengambilan spesimen aspirat endotrakeal atau
trakeostomi
 Lakukan pengambilan spesimen sputum dengan cara memasukkan selang pada
lumen ETT/trakeostomi, dorong perlahan selang hingga dirasa masuk cukup dalam
sekitar bronkus lalu lakukan suctioning.
 Minimal volume sputum yang diharapkan 1 ml.
 Lakukan penggantian tutup mukus ekstraktor dengan penutup yang ada di bagian
bawah botol segera setelah spesimen sputum didapatkan.
 Sputum harus segera dikirimkan ke laboratorium mikrobiologi dalam waktu < 2 jam.

C. SPESIMEN URIN
1. Alat dan bahan :
 Sabun dan air mengalir
 Wadah steril bermulut lebar dengan tutup berulir (dewasa)
 Urine collector (bayi)
 Larutan antiseptik
 Spuit
 Klem
2. Metode pengambilan spesimen urin
Pada anak yang sudah mengerti instruksi dan dapat buang air kecil sendiri tanpa
terpasang kateter urin, dapat diminta untuk berkemih spontan untuk mengeluakan urin
pancar tengah. Berikut teknik pengambilan urin pancar tengah pada pasien anak.
Pengambilan urin porsi tengah pada pasien yang terbaring namun tidak menggunakan
kateter urin :
 Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
 Pakaian bagian bawah pasien dibuka, diletakkan bed pan steril dibawahnya
 Perawat memakai sarung tangan
 Pada pasien wanita, dengan 2 jari bukalah labia mayora, lipatan labia
dibersihkan dengan sabun, bilas dengan air sampai bersih
 Jika pria, mulut uretra dibersihkan dengan sabun, dibilas dengan air sampai
bersih
 Pasien diminta berkemih sedikit lalu urin keluar pertama kali dibuang, aliran
berikutnya ditampung dengan botol steril sebanyak  10 ml
 Pot urin steril diberi label yang tertera identitas pasien dan tanggal serta waktu
pengambilan
 Segera dikirim ke laboratorium mikrobiologi bersama formulir permintaan
pemeriksaan dalam waktu < 2 jam pada suhu kamar

Pengambilan urine pada pasien dengan kateter urin :

 Klem kateter di bawah tempat pengambilan (sampling port), dan biarkan selama
20 -30 menit
 Disinfeksi tempat pengambilan pada kateter dengan alkohol 70%
 Gunakan alat suntik steril untuk mengambil spesimen urin sebanyak 10 ml pada
bagian yang akan ditusuk.
 Masukkan ke dalam pot urin steril.
 Pot urin steril diberi label yang tertera identitas pasien, tanggal serta waktu
pengambilan, nomor rekam medik dan jenis spesimen
 Segera dikirim ke laboratorium mikrobiologi bersama formulir permintaan
pemeriksaan dalam waktu  2 jam pada suhu kamar

Pengambilan spesimen urin pada bayi/anak


Pengambilan urin porsi tengah sulit dilakukan pada bayi, sehingga diperlukan kantong
penampung urin khusus (urin collector)
 Area genital dan sekitarnya dibersihkan dengan air dan sabun, lalu dikeringkan
 Buka perekat urine collector lalu pasang pada area genital dengan hati-hati
 Urin yang tertampung pada urine collector dituang dengan hati – hati pada pot
urin steril

D. SPESIMEN SWAB LUKA/PUS/ABSES

1. Alat dan bahan :

 NaCl steril
 Kasa steril
 Medium transport (Amies)
 Kaca objek
 Kapas steril untuk swab Gram
 GV set steril

2. Metode pengambilan spesimen swab dasar luka/pus/abses

 Luka dibersihkan dengan kapas yang dibasahi NaCl steril dengan kasa steril
sampai terlihat dasar luka (bila terdapat jaringan nekrotik dan slough hendaknya
dibersihkan dahulu). Dasar luka yang diharapkan adalah batas antara jaringan
yang sakit dan sehat.
 Spesimen diambil dengan cara melakukan swab/usapan pada dasar luka
menggunakan kapas swab steril. Swab dilakukan dengan melakukan tekanan ke
dasar luka, terutama pada sudut – sudut luka (batas bagian dalam antara luka
dan jaringan sehat)
 Usapan/swab pertama dilakukan untuk pembuatan apusan Gram. Kapas swab
diusapkan pada bagian tengah permukaan kaca objek secara melingkar hingga
menempel dan tampak buram pada kaca objek
 Biarkan kaca objek kering pada suhu ruang
 Lakukan usapan kedua pada dasar luka menggunakan kapas swab pada medium
transport Amies, lakukan proses swab/usap luka yang sama seperti pada swab
yang pertama.
 Masukkan kapas swab ke dalam medium transpor Amies.
 Spesimen pemeriksaan dikirim ke laboratorium dalam waktu < 2 jam pada suhu
ruang.
 Bila luka masih tertutup atau intak disarankan lakukan aspirasi pus, denagan
teknik pengambilan antiseptik menggunakan syringe steril.

E. SPESIMEN JARINGAN
1. Alat dan bahan :
 NaCl steril
 Tabung/pot steril
 GV set steril
2. Metode pengambilan spesimen jaringan
Pengambilan spesimen jaringan umumnya dilakukan saat dokter melakukan prosedur
tindakan di kamar operasi atau tindakan debridement. Dibandingkan swab luka
spesimen jaringan lebih baik untuk diagnosis infeksi pada jaringan karena diambil dari
bagian yang lebih dalam sehingga mengurangi risiko kontaminasi bakteri kulit.
Pengambilan spesimen jaringan dilakukan dengan memperhatikan hal sebagai berikut :
 Hindari mengambil jaringan yang terpapar antiseptik (betadin atau alkohol),
sebaiknya jaringan yang diambil adalah jaringan yang agak dalam (deep tissue)
yakni jaringan terinfeksi yang berada tepat di atas dengan jaringan sehat.
 Ukuran minimal jaringan diambil 1 x 1 cm menggunakan gunting dan pinset steril
 Masukkan jaringan dalam pot steril
 Pengiriman jaringan harus dilakukan segera dalam waktu < 2 jam
 Bila pengiriman tidak dapat dilakukan segera, tambahkan sedikit NaCl steril pada
pot steril untuk melembabkan (jaringan jangan sampai terendam seluruhnya)

F. SPESIMEN CAIRAN SEREBROSPINAL/LCS

1. Alat dan bahan:

 Wadah atau tabung steril


 Antiseptik kulit (betadi dan kapas alkohol)
 Jarum untuk lumbal punksi
2. Cara pengambilan spesimen cairan serebrospinal
 Pengambilan secara aseptik dilakukan oleh DPJP sesuai kompetensi dan
kewenangan klinis
 Gunakan APD lengkap (masker, sarung tangan, gaun), begitu juga dengan petugas
yang mendampingi harus menggunakan masker atau berdiri agak jauh saat
tabung steril dibuka, untuk menghindari kontaminasi melalui udara.
 Tutupi kulit di sekitar dengan duk kain steril.
 Lakukan desinfeksi pada kulit menggunakan betadine dan dilanjutkan dengan
kapas alkohol
 Hindari menyentuh kembali area kulit yang sudah didesinfeksi menggunakan
tangan/gloves yang tidak steril
 Lakukan lumbal punksi sesuai prosedur secara aseptik
 Masukkan spesimen ke dalam tabung steril dan tutup rapat dengan volume
minimal:
 Kultur bakteri  1 ml
 Kultur jamur 2 – 5 ml
 Pemeriksaan molekular >1 ml
 Kultur mycobacterial/TB 5 – 10 ml
 Untuk biakan bakteri dan jamur, dikirim pada suhu kamar dalam waktu < 15menit
(tidak boleh didinginkan).
 Untuk pemeriksaan TB, bila tidak dapat dikirimkan segera, spesimen dapat
disimpan < 24 jam pada suhu kamar.

Anda mungkin juga menyukai