Anda di halaman 1dari 15

DARAH

1. Spesimen yang digunakan adalah darah vena perifer.


2. Pengambilan kultur darah adalah sebelum pemberian antibiotika
dan terapi dilakukan setelah spesimen darah diambil.
3. Kultur ANAEROB, AEROB, JAMUR.
Cara:
1. Tentukan letak pengambilan dan palpasi untuk memastikan
pembuluh vena.
2. Lakukan tindakan aseptik pada kulit menggunakan povidon iodine
dengan gerakan melingkar dari arah dalam ke luar, biarkan 1-2
menit lalu dihapus dengan alkohol 70% dan biarkan kering alami.
3. Jangan sentuh lagi daerah yang sudah steril.
4. Buka tutup botol media kultur, kemudian dekontaminasi tutup karet
dengan alkohol 70%.
5. Ambil darah menggunakan vacutainer dengan blood set collection–
wing needle atau syringe/spuit 20 ml/sesuai dengan volume darah
yang dibutuhkan.
a) Vacutainer dengan blood set collection–wing needle:
1. Pasangkan wing needle pada holder vacutainer, lakukan
vena pungsi dengan memegang wing needle.
2. Letakkan botol media kultur darah pada posisi tegak, tekan
dan pegang vacutainer hingga darah masuk ke dalam botol
kultur sampai volume yang diinginkan.
3. Cabut botol media kultur dari holder dan lanjutkan mengisi
dengan botol media kultur lain.
4. Botol media kultur yang telah terisi dengan darah dibolak
balik sebanyak 10x.
5. Setelah botol terakhir terisi sesuai keinginan, maka tarik
wing needle dan tutup luka bekas tusukan dengan kasa
steril.
ISI BOTOL MEDIA KULTUR AEROB TERLEBIH DULU KEMUDIAN
BOTOL MEDIA KULTUR ANAEROB
b) Spuit 20 ml/ sesuai dengan volume darah yang dibutuhkan:
1. Tusukkan jarum suntik ke dalam vena yang telah
ditentukan dan ambil sebanyak 20 ml, kemudian pindahkan
ke dalam botol media kultur dengan cepat dan tepat.
2. Tutup luka bekas tusukan dengan kasa steril
PROSEDUR
Hari pertama:
1. Lakukan sampling dengan mengambil darah sebanyak 1,5 cc – 2 cc.
2. Pipet 10 ml media BHIB /Gall, masukkan ke dalam tabung reaksi.
3. Memasukkan 2 cc darah hasil sampling ke dalam 10 ml media BHIB.
4. Homogenkan dan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Hari kedua:
1. Ambil media BHIB /Gall yang telah diinkubasi, lalu homogenkan.
2. Beri pola pada media MC , SSA/ BSA, BAP bentuk Y atau T
3. Ambil ose bulat, lalu dipijarkan, tunggu sampai dingin.
4. Ambil kuman pada media dengan ose bulat, lalu tanam ke media MC,
SSA/ BSA, BAP.
5. Inkubasi 370C selam 24 jam.
Hari ketiga:
1. Lihatlah hasil penanaman pada media MC, SSA/ BSA, BAP .
-
Apabila ditemukan koloni warna transparan maka langsung ditanam
ke media TSIA dan reaksi biokimia.
-
Apabila tidak ada kuman yang tumbuh maka menanam lagi dari media
Gall yang telah diinkubasi selama 24 jam ke media MC yang baru.
-
Lakukan pewarnaan dari media BAP apabila ditemukan kuman coccus
lakukan penanaman ke MSA dan NAS
2. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Hari keempat:
Lakukan pengamatan pada media MSA dan NAS untuk kuman coccus, TSIA dan
reaksi biokimia dengan mencocokkan pada tabel jenis kuman basil.
Catatan
:
a. Media BHIB digunakan untuk mengkulture semua jenis bakteri sedangkan
media gall digunakan hanya untuk mengkulture bakteri jenis Salmonella sp.
b. Pada waktu tertentu misalnya Thypoid fever, disamping dimintakan
pemeriksaan kultur juga dilakukan pemeriksaan serologis (tes widal)
c. Karena banyak spesies yang didapat dari bakterimia yang pertumbuhannya
bersifat lambat dan bahkan sukar dibiakkan, maka harus digunakan media
kultur yang kaya dan banyak mengandung bahan nutrient.
d. Bilamana dari kultur darah banyak dijumpai tumbuhnya jasad renik, maka
perlu ditentukan apakah benar mempunyai nilai diagnostik atau kontaminan
akibat kesalahan teknik
Gall Culture
 Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam
Typhoid/ paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis
pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebaliknya jika hasil negatif, belum
tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah
terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam
media Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga kuman
terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam
minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah
mendapat vaksinasi.Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera
diketahui karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif
antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7
hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah
darah, kemudian untuk stadium lanjut/ carrier digunakan urin dan tinja.
Prosedur:
Hari I
• Dari spesimen ditanam pada media Gall atau bile 1% dalam pepton
water dengan perbandingan 1:1. Kemudian inkubasi pada suhu
37°C selama 24 jam dalam suasana aerob. Tujuan: Untuk membiakkan kuman
Hari II
• Menanam kuman pada media Mac Conkey (MC) dan media Salmonella
Shigella (SS) agar dari biakan kuman pada media Gall kemudian
diinkubasi
pada suhu 37°C selama 24 jam dalam suasana aerob.
CONTOH BAKTERI
Staphylococcus aureus, Eschericia coli, Salmonella typhi, Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis
URIN

Cara:
1. Disinfeksi catheter collection port dengan alkohol 70%.
2. Dengan menggunakan spuit dan tehnik aseptik, lakukan pungsi
pada collection port sebanyak 5-10 ml urin.
3. Pindahkan spesimen urin ke wadah steril bertutup ulir.
4. Disinfeksi kembali catheter collection port dengan alkohol 70%.
Alat dan/atau Volume Minimal:
Wadah steril bertutup ulir.
Volume minimal untuk pemeriksaan kultur bakteri ±10 ml; jamur
±10. ml; dan BTA ±40 ml.
Penyimpanan dan Transport:
Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤
15 menit.
Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 40C,
maksimal 24 jam.
Keterangan:
1. Tip kateter urin tidak untuk pemeriksaan kultur dan akan ditolak
oleh laboratorium.
2. Spesimen urin yang dikumpulkan dari kateter tidak untuk
pemeriksaan kultur anaerob.
3. Tidak direkomendasikan mengambil urin dari kantung
pengumpul (urine bag).
Cara:
a) Wanita
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terlebih
dahulu kemudian keringkan dengan disposable paper
towel.
2. Membuka labia mayora dengan satu tangan, dan tangan
yang lain membersihkan uretra dan daerah sekitarnya
dengan sabun.
3. Mencuci bersih dengan air mengalir.
4. Membuka tutup wadah steril untuk urin tanpa menyentuh
bagian tepi ulir/dalam wadah.
5. Mulai berkemih sedikit (20-25 ml) dan buang ke dalam
toilet → tahan → berkemih kembali dan langsung
tampung ke dalam wadah steril.
6. Usahakan bagian atas wadah tidak menyentuh daerah
perineum.
7. Tutup wadah dan kirimkan segera ke laboratorium.
b) Pria
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terlebih
dahulu kemudian keringkan dengan disposable paper
towel.
2. Menarik preputium ke belakang (bila belum sirkumsisi);
membersihkan dan mencucinya dengan sabun dan air
mengalir.
3. Tahan preputium tetap ke belakang untuk mengurangi
kontaminasi dengan flora normal kulit.
4. Mulai berkemih sedikit (20-25 ml) dan buang ke dalam
toilet → tahan → berkemih kembali dan langsung
tampung ke dalam wadah steril.
5. Usahakan bagian atas wadah tidak menyentuh daerah
penis.
6. Tutup wadah dan kirimkan segera ke laboratorium.
Alat dan/atau Volume Minimal:
Volume minimal untuk pemeriksaan kultur bakteri ±10 ml; jamur ±10
ml; dan BTA ±40 ml.
Gambar 91. Wadah steril Penyimpanan dan Transport:
Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤
15 menit.
Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 40C,
maksimal 24 jam.
Keterangan:
1. Jumlah volume lebih dari minimal dianjurkan dan diperlukan
untuk pemeriksaan jamur dan BTA.
2. Pada pemeriksaan mikrobiologi tidak disarankan mengunakan
urin yang diambil/dikumpulkan dari kantong penampung urin
(urin tampung).
3. Spesimen/bahan pemeriksaan urin porsi tengah/mid stream
tidak untuk kultur anaerob.
4. Pada pasien bayi/anak, spesimen urin diambil dan dikumpulkan
dengan menggunakan kantong urin.
C. SPESIMEN: URIN – ASPIRASI SUPRAPUBIK
1. Spesimen yang digunakan adalah urin yang
diambil/dikumpulkan dari aspirasi di daerah suprapubik.
2. Kultur ANAEROB.
Cara:
Prosedur pengambilan dan pengumpulan spesimen ini mengikuti
protokol yang berlaku di rumah sakit dan dilakukan oleh klinisi yang
berkompeten dibidangnya.
Alat dan/atau Volume Minimal:
Volume minimal untuk pemeriksaan kultur bakteri anaerob ±10 ml.
Penyimpanan dan Transport:
Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤
15 menit.
Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 40C,
maksimal 24 jam.
Keterangan:
Spesimen urin yang diambil dengan metode aspirasi suprapubic
tidak digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi rutin dan hanya
untuk kultur anaerob.
PROSEDUR
Hari pertama:
1. Menghitung jumlah koloni kuman
a. Lakukan peneraan ose dengan cara mengambil 0,1ml aquadest dalam
tabung reaksi (aquadest diambil dengan mata ose kemudian dibakar
diatas api spiritus. Catat berapa kali dilakukan pembakaran sampai
aquadest habis. Hitung hasil teranya.)
b. Ambil bahan dengan menggunakan ose yang telah ditera tadi lalu
tanam pada media NAP dengan cara menggoreskannya setengah
lingkaran penuh lalu gores dari arah berlawanan untuk memenuhi
setengah lingkaran lainnya. Lakukan penggoresan lagi dengan arah
tegak lurus dari goresan yang pertama. Setengah lingkaran penuh dan
penuhi lingkatan dari arah berlawanan.
c. Inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam.
2. Identifikasi bakteri basil dan coccus
a. Masukkan urine pada tabung reaksi seperlunya. Kemudian centrifuge
sampai menghasilkan endapan. Buang filtratnya.
b. Sedimen yang didapat, ditanam pada media BAP dan MC dengan cara
Y atau T.
c. Inkubasi media NAP, BAP dan MC yang sudah ditanam dengan suhu
370C selama 24 jam.
Hari kedua:
1. Identifikasi bakteri coccus
a. Ambil kuman pada media BAP dengan ose bulat dan oleskan pada
objek glass.
b. Lakukan pewarnaan gram
c. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x. apa
bila ditemukan coccus lanjutkan penanaman ke media NAS dan MSA
d. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
2. Identifikasi bakteri basil
a. Amati pertumbuhan kuman pada media MC.
b. Jika tumbuh lakukan penanaman pada media reaksi biokimia.
Jika tidak tumbuh berarti hasilnya steril.
c. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
3. Hitung koloni kuman pada media NAP
a. Hitung jumlah koloni yang tumbuh. Misalnya 18 koloni.
b. Catat hasil peneraan ose. Misalnya 0,1 ml aquadest habis dalam 36 kali
pembakaran ose.
c. Hitung jumlah koloni kuman dalam 1 ml sampel. Maka hsil
perhitungan adalah sebagai berikut:
Jumlah koloni yang tumbuh= 18 koloni
Hasil peneraan ose= 0,1 = 1 = 0,0028 ml / 1 mata ose
36 360
Maka jumlah koloni dalam satu ml sampel adalah
18 = 18 x 360 = 6480 koloni
0,0028
Hari ketiga:
1. Identifikasi bakteri coccus
a. Ambil kuman dari media NAS.
b. Lakukan uji katalase dengan H2O2
Katalase positif (keluar gelembung udara)
c. Dan dilanjutkan uji koagulase dengan plasma citrat jika katalase
positif.
Jika hasil positif (terjadi gumpalan / koagulase) merupakan
Staphylococcus pathogen.
Jika negatif merupakan jenis lain.
2. Identifikasi bakteri basil
a. Amati pertumbuhan kuman pada media reaksi biokimia.
b. Cocokkan dengan tabel kuman basil
Catatan :
a. Inokulasi dilakukan dengan menggunakan calibratet loop atau ose standart
atau ose yang telah ditera.
b. Sampel tidak lebih dari 1 jam pada suhu kamar dan tidak boleh lebih dari
24 jam dalam 4oC harus segera dipeiksa
c. Lakukan pengecatan gram terhadap sampel dan koloni kuman.
CONTOH BAKTERI : Eschericia coli, Shigella flexneri

SPESIMEN: FESES
1. Spesimen yang digunakan adalah feses segar.
2. Kultur bakteri rutin (Salmonella, Shigella, Campylobacter dan
E.coli
Cara:
1. Perintahkan kepada pasien untuk buang air kecil terlebih dulu,
agar feses yang keluar tidak terkontaminasi oleh urin.
2. Kumpulkan feses secara langsung dalam wadah atau di “bed
pan” bersih atau di plastic wrap yang diletakkan di antara
dudukan toilet dan jambangan.
a. Feses langsung dikeluarkan ke dalam wadah yang bersih
dan kering.
b. Bila menggunakan “bed pan” atau “plastic wrap”, maka
dengan mengunakan sendok yang telah disediakan diambil
sedikit feses (≥ 5 gr) pada bagian paling atas agar tidak
menyentuh “bed pan” atau “plastic wrap”. Masukkan ke
dalam wadah yang bersih dan kering.
Alat dan/atau Volume Minimal:
Wadah bersih dan kering bertutup ulir.
Volume ≥ 5 gr.
Penyimpanan dan Transport:
Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤
2 jam.
Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 40C,
maksimal 24 jam.
Keterangan:
1. Pada pasien dewasa, spesimen feses yang diambil dengan
metode swab rektal tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan
kultur rutin bakteri enterik patogen.
2. Kultur rutin bakteri enterik patogen tidak dilakukan pada sampel
feses yang berasal dari pasien yang telah dirawat ≥ 72 jam
KECUALI terdapat keadaan khusus.
3. Bilamana klinisi meminta pemeriksaan bakteri enterik patogen
non-rutin, maka jenis pemeriksaan wajib dituliskan pada lembar
permintaan.
384. Bilamana pada kondisi tertentu dan bahan pemeriksaan feses
segar tidak bisa didapatkan, maka bahan pemeriksaan alternatif
yang paling tepat adalah swab mukus rektal.
− Swab kapas yang dimasukkan ke anal canal sedalam 4-5
cm (TIDAK untuk rotavirus/adenovirus/C.difficile).
B. SPESIMEN: FESES - Clostridium difficile Toxin Assay
1. Spesimen yang digunakan adalah feses cair/lunak.
2. Khusus untuk pemeriksaan Clostridium difficile Toxin Assay.
Cara:
1. Perintahkan kepada pasien untuk buang air kecil terlebih dulu,
agar feses yang keluar tidak terkontaminasi oleh urin.
2. Kumpulkan feses secara langsung dalam wadah atau di “bed
pan” bersih atau di plastic wrap yang diletakkan di antara
dudukan toilet dan jambangan.
a. Feses cair/lunak langsung dikeluarkan ke dalam wadah
yang bersih dan kering
b. Bila menggunakan “bed pan” atau “plastic wrap”, maka
dengan mengunakan sendok yang telah disediakan
mengambil bagian feses yang cair/lunak dan dimasukkan
ke dalam wadah yang bersih dan kering.
Alat dan/atau Volume Minimal:
Wadah bersih dan kering bertutup ulir.
Volume secukupnya (≥ 5 ml).
Penyimpanan dan Transport:
Segera dikirimkan ke laboratorium pada suhu kamar dalam waktu ≤
1 jam.
Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu 40C,
maksimal 72 jam.
Keterangan:
1. Membekukan spesimen pada suhu ≥ −200C akan menurunkan
aktivitas toxin C.difficile.
3. Spesimen feses jangan sampai terkena urin atau air toilet.
PROSEDUR
Hari pertama:
1. Mengambil bahan uji menggunakan lidi kapas steril pada feses.
2. Masukkan lidi kapas yang telah dioles feses pada masing-masing media
pemupuk.
3. Lidi kapas yang telah dimasukkan kedalam media pemupuk kemudian ditutup
rapat.
4. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C kecuali untuk pepton alkalis 1%
hanya diinkubasi selama 5-8 jam.
Hari kedua:
 Penanaman:
1. Mengambil satu mata ose media pemupuk lalu ditanam ke media
differensial dengan cara Y atau T.
Dari bouillon ke EMB.
Dari NaCl broth ke BAP.
Dari Selenite ke MC.
Dari Pepton alkalis ke TCBS.
2. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
Hari ketiga:
Pewarnaan gram:
1. Mengambil Pz dengan ose bulat steril. Letakkan pada objek glass.
2. Mengambil koloni kuman pada media pemupuk dengan ose bulat steril.
3. Mencampurkan kuman dengan Pz.
4. Lakukan pewarnaan gram.
5. Amati dengan mikroskop pada perbesaran lensa objektif 100x.
Penanaman pada media reaksi biokimia:
1. Mengambil koloni kuman pada MC / TCBS dengan ose bulat.
2. Menanam pada media gula-gula, indol, VP, MR, SC, SS dan Urea dengan
ose bulat.
3. Mengambil kuman dari media MC atau TCBS dengan ose jarum.
4. Menanam pda TSIA dengan menusuk pada TSIA sampai dasar lalu
menggoreskan pada lerengnya.
5. Menanam pada media SSdengan menggunakan ose bulat atau jarum
dengan menusuknya sampai dasar. Usahakan tidak bergetar saat menusuk
untuk menghindari hasil positif palsu.
6. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C
Test katalase pada BAP:
1. Menyiapkan H2O2 3%.
2. Menyiapkan objek glass bersih, ambil tetes H2O2 3% pada objek glass.
3. Mengambil kuman pada media NAS secara steril, campurkan H2O2
dengan kuman. Hasil positif bila keluar gelembung udara.
Bila positif, merupakan kuman Staphylococcus. Bila negatif jenis yang
lain.
Pengamatan media reaksi biokimia:
1. Lakukan pengamatan pada media reaksi biokimia.
2. Cocokkan dengan tabel kuman basil.
Catatan :
a. Lakukan pemeriksaan secara makroskopik dengan memperhatikan adanya darah,
lendir, pus dan sebagaimana konsistensinya.
b. Perlu dilakukan usaha-usaha bagaimana dapat mengisolir jasad renik
pathogen agar terbebas atau terpisah dari flora normal, karena sperti yang
sudah diketahui pada saluran pencernaan didapat berbagai macam jasad renik
flora normal.
c. Perlu disertai informasi yang lengkap tentang data penderita dan proses
penyakitnya sehingga akan didapatkan hasil laboratorium yang mempunyai
nilai diagnostic yang berarti. Pentingnya data penderita untuk diinformasikan
kepada laboratorium akan membantu mengarahkan dan memilih media kultur
yang sesuai untuk specimen yang dikirim.
CONTOH BAKTERI
Staphylococcus sp, Salmonella sp, Shigella sp, Vibrio cholera, Clostridium difficile

TENGGOROK
1. Spesimen yang digunakan adalah swab tenggorok.
Cara:
1. Tekan lidah dengan alat penekan lidah.
2. Lakukan swab di daerah belakang faring, tonsil, dan daerah yang
meradang.
Alat dan/atau Volume Minimal:
Swab kapas dengan transport medium Amies/Carry Blair.
Medium pertumbuhan – Hubungi laboratorium untuk disiapkan (seperti
gambar di bawah).
7677
Penyimpanan dan transport:
Segera kirimkan ke laboratorium dalam waktu ≤ 15 menit pada suhu
kamar.
Bila tidak dapat dikirimkan segera, maka simpan pada suhu kamar,
maksimal 24 jam.
Keterangan:
1. Kultur swab tenggorok merupakan kontraindikasi bagi pasien
dengan radang epiglotis.
2. Pemeriksaan kultur hanya dilakukan untuk mengidentifikasi
Streptococcus β–hemoliticus, Streptococcus pneumoniae, dan
Neissheria gonorrhoeae.
− Bilamana terdapat permintaan untuk kultur Neissheria
gonorrhoeae, spesimen harus langsung ditanam pada medium
pertumbuhan segera setelah diambil. Tindakan ini dilakukan
disamping meja pemeriksaan.
Sebelumnya telah
menginformasikan ke laboratorium.
PROSEDUR
Hari pertama:
 Penanaman pada media PAI.
1. Mengambil lidi kapas steril
2. Mengambil bahan uji dengan lidi kapas steril pada bagian tengah mulut
terdapat tonjolan yang disebut uvula, oleskan lidi kapas pada bagian tepi
tonjolan untuk mendapatkan usap tenggorok.
3. Menanam lidi kapas pada media PAI dengan cara memasukkan lidi kapas
ke dalam media goreskan perlahan.
4. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C.
Penanaman pada media BAP:
1. Mengambil lidi kapas steril.S
2. Mengambil bahan uji dengan lidi kapas steril pada bagian tengah mulut
terdapat tonjolan yang disebut uvula, oleskan lidi kapas pada bagian tepi
tonjolan untuk mendapatkan usap tenggorok.
3. Menanam kuman pada lidi kapas di media BAP dengan cara
menggoreskan lidi kapas pada bagian tepi BAP yang telah di bentuk pola
Y atau T sebanyak 3-5 kali.
4. Pijarkan ose bulat, lalu goreskan pada bekas goresan lidi kapas tadi.
5. Pijarkan kembali ose.
6. Inkubasi media selama 24 jam pada suhu 37 C.
Hari kedua:
Pewarnaan neisser
1. Mengambil PZ steril lalu meletakkan pada objek glass bersih dan bebas
lemak.
2. Mengambil koloni kuman pada media PAI dengan ose bulat steril.
3. Ambil koloni dari bagian dasar, angkat lalu tarik dari tengah.
4. Meletakkan pada objek glass tadi.
5. Campur PZ dan kuman sampai merata.
6. Biarkan kering lalu fiksasi 3 kali jika sudah kering.
7. Genangi dengan Neisser A + B selama + 1 menit, bilas dengan air.
8. Genangi dengan Neisser C selama 1 menit.
9. Keringkan anpa dibilas dengan air, sebab Neisser C mudah larut dalam air.
10. Amati dengan mikroskop pada perbesaran lensa objektif 100x.

Pewarnaan Gram:
1. Menyiapkan objek glass yang bersih dan bebas lemak.
2. Mengambik PZ lalu meletakkan pada Objek glass.
3. Mengambil koloni pada media BAP menggunakan ose steril.
4. Campur PZ dan kuman secara merata, fiksasi 3x.
5. Lakukan pewarnaan gram.
6. Keringkan dan amati dengan mikroskop pada perbesaran lensa objektif
100x.
Catatan : - Sampel harus segera diperiksa.
- Media yang digunakan harus baru dan bebas dari kontaminan
CONTOH BAKTERI
Streptococcus viridans(alfa hemolyticus), Neisseria sp non pathogen, Moraxella
catarrhalis, Corynebacterium diphteriae, Streptococcus β–hemoliticus,
Streptococcus pneumoniae, dan Neissheria gonorrhoea

SWAB VAGINA
Posisi Pasien
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berada dalam posisi litotomi. Posisikan
lampu agar area pemeriksaan terlihat jelas.

Prosedural
Prosedur meliputi pengambilan sampel dan pemeriksaan hasil swab. Pemeriksaan
yang umum dilakukan menggunakan sampel swab vagina pada kasus suspek
vaginitis adalah saline wet mount, whiff test, kultur, dan nucleic acid amplification
testing (NAAT).
Prosedur Pengambilan Sampel Swab Vagina oleh Klinisi
Prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan swab vagina adalah sebagai
berikut:

 Buka kedua labia minora dengan tangan non-dominan


 Lakukan inspeksi meatus eksterna dan vulva. Perhatikan apakah ada lesi kulit,
sekret atau perdarahan per vaginam, dan bekas luka
 Memasukkan spekulum
 Swab dinding vagina (jarak >2 cm dari introitus untuk HVS, dan jarak 1-2 cm dari
untuk LVS) menggunakan swab steril.
 Apusan swab sebanyak 2-3 kali gulungan pada slide mikroskop tanpa terputus.
Tunggu hingga apusan mengering di udara terbuka, lalu tutup slide carrier. Buang
swab
 Jika diperlukan pemeriksaan untuk kultur, gunakan swab transtube untuk mengambil
sampel sekret vagina.
 Masukkan slide dan transtube dalam kantung spesimen, serta beri label identitas
pasien[5]
Prosedur Pengambilan Sampel Low Vaginal Swab secara Mandiri
Pada pengambilan sampel sekret vagina yang dilakukan oleh pasien sendiri,
peralatan yang digunakan adalah swab transtube. Pasien melakukan prosedur
dalam posisi berdiri dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Bilas dan keringkan
 Jaga keseimbangan selama prosedur pengambilan sampel
 Putar tutup transtube untuk membuka segel. Tarik tutup yang tersambung dengan
swab keluar dari tabung. Jangan meletakkan swab atau menyentuhkan ujung swab
dengan benda apa pun. Jika terjadi hal tersebut, buang swab dan minta swab baru
 Pegang swab di bagian tutup dengan satu tangan, dan arahkan ujung swab ke
vagina
 Dengan tangan yang bebas, buka kulit di luar vagina. Masukkan ujung swab ke
introitus. Arahkan ujung swab ke punggung bagian bawah. Relaksasikan otot-otot
vagina
 Masukkan swab perlahan ke dalam vagina, tidak lebih dari dua inci. Jika swab sulit
masuk, putar swab sambil dorong perlahan. Jika masih sulit, hentikan prosedur
 Pastikan swab menyentuh dinding-dinding vagina sehingga sekret terserap oleh
swab
 Putar swab selama 10-15 detik
 Keluarkan swab tanpa menyentuh kulit. Masukkan swab ke dalam tabung dan tutup
dengan rapat. Ulangi langkah-langkah tersebut jika masih diperlukan sampel kedua
 Setelah prosedur selesai, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Bilas dan
keringkan
Sampel harus disimpan pada suhu 2-30°C dan dikirimkan ke laboratorium dalam
waktu 14 hari sejak pengambilan. Sampel juga dapat dibekukan dan dikirim ke
laboratorium pada suhu (-20°C) dalam 180 hari sejak pengambilan.[

Saline Wet Mount Test


Pada saline wet mount test, satu tetes sekret vagina dan 1-2 tetes larutan garam
fisiologis diteteskan pada slide mikroskop, kemudian diamati dengan pembesaran
400x. Tes ini 60% sensitif dan 98% spesifik untuk vaginosis bakterial, serta 80-90%
sensitif untuk trikomoniasis.
Whiff Test
Pada whiff test, sekret vagina dan larutan KOH 10% diteteskan pada slide mikroskop.
Hasil positif berupa bau amis (fishy odor) akibat pelepasan amin
Whiff test positif umumnya dihubungkan dengan vaginosis bakterial, namun tidak
spesifik maupun sensitif untuk diagnosis. Whiff test juga dapat positif pada
trikomoniasis. Hasil negatif pada whiff test 65-85% sensitif untuk infeksi candida.[2]
Kultur

Pemeriksaan kultur swab vagina jarang digunakan untuk mendiagnosis vaginosis


bakterial. Kultur menggunakan media Nickerson atau Sabouraud diindikasikan pada
kasus kandidiasis vaginalis yang refrakter atau rekuren, sedangkan kultur
menggunakan media Diamond atau Trichosol broth direkomendasikan pada kasus
suspek trichomoniasis yang tidak dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan lainnya.[2]
Pada pasien usia prepubertas, kultur swab vagina disertai swab rektum dapat
dilakukan untuk kasus vulvovaginitis akibat Gonorrhea dan Chlamydia.[2]
Nucleic Acid Amplification Test

Nucleic acid amplification test (NAAT) umumnya digunakan untuk skrining dan
deteksi infeksi menular seksual pada wanita usia pubertas dan dewasa. NAAT dapat
dilakukan menggunakan sampel swab vagina ataupun urine.[2]

Pada vaginosis bakterial, NAAT berpotensi memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih
tinggi dibandingkan pewarnaan Gram dan diagnosis klinis. Metode hibridisasi DNA
Affirm 80% sensitif untuk Trichomonas dan 94% sensitif untuk vaginosis bakterial.
Selain itu, Trichomonas Rapid Test dan PCR dapat digunakan untuk
mendeteksi Trichomonas.

Pewarnaan

Pewarnaan Gram memiliki sensitivitas 89-97% dan spesifisitas 79-85% untuk


mendeteksi vaginosis bakterial. Pada kasus kandidiasis vaginalis, pewarnaan Gram
dapat memperkuat diagnosis. Sedangkan Trichomonas dapat diidentifikasi melalui
pewarnaan Gram spesimen kultur in vitro

BIAKAN

Biakan untuk G. vaginalis atau kuman anaerob tidak dianjurkan untuk diagnosis
vaginosis bakterialis karena organisme-organisme tersebut didapatkan pada 2040%
wanita tanpa infeksi vagina. Adanya G. vaginalis dalam duh vagina sendiri bukan
merupakan indikasi pengobatan, dan hanya pasien pasien yang memenuhi kriteria
diagnostik vaginosis bakterialis yang harus diobati untuk itu.
Jika dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik, biakan meningkatkan deteksi
C. albicans sebesar 50-100%. Metode biakan biasanya lebih efisien jika jumlah
organisme sedikit. Walaupun demikian, C. albicans dalam jumlah sedikit dapat
ditemukan dalam vagina 10-30% wanita tanpa tanda ataupun gejala vaginitis, dan
hanya C. albicans dalam jumlah besar'yang hams dipikirkan sebagai petunjuk
adanya candidiasis vagina. Oleh karena itu, biakan tidak dianjurkan. Biakan untuk
G. vaginalis terutama akan mendeteksi pembawa yang asimtomatik jika dikerjakan
bersama sediaan basah, dan sebaiknya tidak dikerjakan.

Anda mungkin juga menyukai