Anda di halaman 1dari 19

Rufaidah Al-Asalmiya (570 – 632 M), perawat muslim

pertama di dunia

Rufaidah Al-Asalmiya atau Siti Rufaidah adalah


perawat muslim pertama didunia, ia sudah ada jauh sebelum Pioneer of Modern Nurse lahir
kedunia. Semoga sekelumit kisah ini bisa menambah pengetahuan kita tentang orang-orang yang
berjasa dalam bidang keperawatan. Di Indonesia, nama Rufaidah sendiri masih terasa asing
dibandingkan dengan tokoh-tokoh keperawatan dunia yang berasal dari golongan barat. Namun
dikalangan Negara arab dan timur tengah, nama Florence Nightingale tidak lebih terkenal dari
Rufaidah Binti Sa’ad /  Rufaidah Al-Asalmiya.

Rufaidah Al-Asalmiya memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Sa’ad Al-Bani Aslam Al-Khazraj.
Ia lahir di Yatrhrib, Madinah pada tahun 570 M dan wafat pada tahun 632 M. Rufaidah hidup
pada masa Rasulullah SAW pada  abad pertama Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Ia termasuk
golongan kaum Anshor (Golongan pertama yang menganut agama Islam di Madinah).

Ayah Rufaidah adalah seorang dokter, Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan saat ia bekerja
membantu ayahnya. Saat kota madinah berkembang, ia mengabdikan diri merawat kaum
muslimin yang sakit. Saat tidak terjadi peperangan, Rufaidah membangun tenda diluar Masjid
Nabawi untuk merawat kaum muslimin yang sakit. Pada saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dan
perang Khaibar Rufaidah menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang.
Ia mendirikan rumah sakit lapangan, sehingga Rasulullah SAW memerintahkan korban yang
terluka dirawat oleh Rufaidah.

Rufaidah Al-Asalmiya melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam
perang Khaibar mereka meminta izin kepada  Rasulullah SAW untuk ikut di garis belakang
pertempuran untuk merawat para mujahid yang terluka. Tugas ini digambarkan mulia oleh
Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaannya dibidang keperawatan dan medis.
Selain berkontribusi dalam merawat mereka yang terluka saat peperangan, Rufaidah Al-
Asalmiya juga terlibat dalam aktifitas sosial dikomunitasnya. Dia memberi perhatian kepada
setiap muslim, orang miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim
dan memberi bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan
empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan kepada pasiennya dengan baik dan teliti. Ia
digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus sekolah keperawatan pertama didunia islam
meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan. Ia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan
penyakit atau yang lebih dikenal dengan Preventive Care serta menyebarkan pentingnya
penyuluhan kesehatan (Health Education).

Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang
lain. Ia digambarkan memiliki pengalaman klinik yang dapat diajarkan kepada perawat lain yang
dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam hal klinikal
saja, ia juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Sehingga Rufaidah sering juga disebut
sebagai Public Health Nurse dan Social Worker yang menjadi inspirasi bagi perawat di dunia
islam.

Sejarah islam memcatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah Al-Asalmiya seperti:
Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Sedangkan
beberapa wanita musim yang terkenal sebagai perawat saat masa Rasulullah SAW saat perang
dan damai adalah: Rufaidah binti Sa’ad Al-Aslamiyyat, Aminah binti Qays Al-Ghifariyat,
Ummu Atiyah Al-Anasaiyat, Nusaibat binti Ka’ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad
yang ahli dalam penyakit dan bedah mata).

Sebagai tambahan pengetahuan, perkembangan keperawatan didunia islam atau lebih tepatnya
lagi di negara Arab Saudi dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      Masa penyebaran islam /The Islamic Periode ( 570 – 632 M). pada masa ini keperawatan sejalan
dengan peperangan yang terjadi pada kaum muslimin (Jihad). Rufaidah Al-Asalmiya adalah
perawat yang pertama kali muncul pada mas ini.
2.      Masa setelah Nabi / Post Prophetic Era (632 – 1000 M). pada masa ini lebih didominasi oleh
kedokteran dan mulai muncul tokoh-tokoh kedokteran islam seperti Ibnu Sinna, Abu Bakar Ibnu
Zakariya Ar-Razi (dr. Ar-Razi).
3.      Masa pertengahan/ Late to Middle Age (1000 – 1500 M). pada masa ini negara-negara arab
membangun rumah sakit dengan baik, pada masa ini juga telah dikenalkan konsep pemisahan
antara ruang rawat laki-laki dan ruang rawat perenpuan. Juga telah dikenalkan konsep pasien
laki-laki dirawat oleh perawat laki-laki dan pasien perempuan dirawat oleh perempuan.
Masa modern (1500 – sekarang). Pada masa ini perawat-perawat asing dari dunia barat mulai
berkembang dan mulai masuk kenegara arab. Namun, pada masa ini salah seorang perawat bidan
muslimah pada tahun 1960 yang bernama Lutfiyyah Al-Khateeb yang merupakan perawat bidan
arab Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo,  ia mendirikan institusi
keperawatan di Arab Saudi. 
Biography of Florence Nightingale
Florence Nightingale

12
Lahir Mei 1820
Firenze, Kadipaten Agung Toscana
13 Agustus 1910 (umur 90)
Meninggal
Park Lane, London, Britania Raya
Dikenal karena Memelopori perawatan modern
Profesi Perawat dan statistikawan
Institusi Selimiye Barracks, Scutari
Spesialisasi Kebersihan dan sanitasi rumah sakit
Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London, Inggris, 13
Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia
dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya
yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung
Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-
kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien
dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah
yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

Masa kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam
keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya,
Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam
bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William
Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara
ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence
Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai
dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan
berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence
lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.

Perjalanan ke Jerman
Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang rumah
sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola
oleh biarawati Lutheran (Katolik).

Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh
para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa
angan-angan tersebut.

Belajar merawat
Florence Nightingale sewaktu masih muda.
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri tuan tanah
yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence
merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.

Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes
seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena
ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.

Ditentang oleh keluarga


Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di
Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok.
Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:

 Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang
miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
 Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka,
sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien
memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak
senonoh
 Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena
alasan-alasan tersebut di atas.
 Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik
yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka
dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak
setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya
bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar
negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan
bersama biarawati di sana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah
tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang
menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence
adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah
sakit untuk orang miskin di Perancis.

Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai
pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit
kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober
1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa
sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya.

Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien
yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini
mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;

rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga
“ Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari

pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam

Komite Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
 

Perang Krimea
Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara
Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran,
namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang
sakit dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi
ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang
luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, "Apakah Inggris
tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan
yang mulia ini?".

Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun
menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita
yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan
bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia
meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.

Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan
termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal.
 

Gedung Barak Rumah Sakit di Scutari sekarang

Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Saat tiba di sana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka
bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja
karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-
ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang
merawat.

Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan
mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut
ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke
tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan
mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit
tersebut dan menyanggupi untuk membantu.

Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para


penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di
luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di
bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.
 

Ilustrasi Rumah Sakit di Scutari

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;

 Perban diganti secara berkala.


 Obat diberikan pada waktunya.
 Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
 Meja kursi dibersihkan.
 Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai
dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah
berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit
yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik
di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar
pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi
menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita,
anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.

Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka
menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua
Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini
berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.

Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan
pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah
kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak
dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence
berada di sana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat
prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan
dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat
fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini
menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi
kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara,
sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis. Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa
tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban
pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan
mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal
Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di
rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan. Hal ini
berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan
lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian
prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain
sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan
melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada
bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa
korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.

Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk
mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok
hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan,
Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam
ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence
dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa
siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu
mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit
Rusia.

Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan
lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai
bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya
sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu". Pada
tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale
berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah
sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.

Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku.


“ ”
Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua
orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan
pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal
setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon,
Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang
disebabkan oleh Bruselosis ("demam Krimea") yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia
memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat keterbatasan
kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi
Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai
wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000
halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi
rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan
didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.
Karier selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan
pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat
didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris
honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia
diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana
Nightingale", dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge
menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤
45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil
menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita
yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.
Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan
menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak
perempuannya untuk bersekolah di sana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi
seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia
kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.

Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan
diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang
perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru
tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini
sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence
Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King
College London.

Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya
mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah
tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh
tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak
meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse
Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal
Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.

Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-
tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk
dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di
negerinya masing-masing.

Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan
mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan.
Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-
rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone
Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti:
Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool
Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.

Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan
perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku
dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.

Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing)
buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan
sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual
jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan
bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan
Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan
pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi
pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross)
oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus
undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan
Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama
sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis,
"Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya." 

Meninggal dunia
Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910.
Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di
Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

 Betty Neuman

 Dr Betty Neuman Lahir 1924 di dekat Lowell, Ohio. Pada tahun 1947 ia menerima RN Diploma
dari Masyarakat Rumah Sakit Sekolah Keperawatan, Akron, Ohio. Dia kemudian pindah ke
California dan memperoleh pengalaman sebagai rumah sakit, staf, dan kepala perawat, perawat
sekolah dan perawat industri, dan sebagai instruktur klinis dalam medis-bedah, perawatan kritis
dan keperawatan penyakit menular. Pada tahun 1957 Dr Neuman kuliah di University of
California di Los Angeles (UCLA) dengan besar dalam psikologi dan kesehatan masyarakat
ganda. Dia menerima gelar BS dalam keperawatan dari UCLA. Pada tahun 1966 ia menerima
gelar Master di bidang Kesehatan Mental, Konsultasi Kesehatan Masyarakat from UCLA.
Dr Neuman diakui sebagai pelopor dalam bidang keterlibatan keperawatan
dalamkesehatan mental masyarakat . Dia mulai mengembangkan model nya sementara mengajar
di kesehatan mental masyarakat di UCLA . Pada tahun 1972 model nya pertama kali diterbitkan
sebagai ' Model untuk mengajar total pendekatan orang ke masalah pasien dalam Penelitian
Keperawatan . Pada tahun 1985 ia menerima gelar doktor di Psikologi Klinis dari Pacific
Western University . Pada tahun 1998 ia menerima doktor kehormatan kedua, kali ini dari Grand
Valley State University , Allendale , Michigan .
The Neuman Model Sistem ini awalnya dikembangkan pada tahun 1970 di University of
California , Los Angeles, berdasarkan Betty Neuman , Ph.D. , RN . Model ini dikembangkan
oleh Dr Neuman sebagai cara untuk mengajarkan kursus keperawatan pengantar mahasiswa
keperawatan . Tujuan dari model ini adalah untuk memberikan gambaran holistik dari aspek
fisiologis, psikologis , sosial budaya , dan perkembangan manusia . Setelah evaluasi dua tahun
dari model, itu diterbitkan dalam Penelitian Keperawatan ( Neuman & Young , 1972)

Gardner Sewall Maria

Gardner Sewall Maria lahir pada 5 Februari 1871, Newton, Massachusetts; meninggal
pada tanggal 20 Februari 1961, Providence, Rhode Island.

Sebagai seorang gadis, Maria Sewall Gardner pindah dengan dia baik-untuk-melakukan
keluarga dari Massachusetts ke Providence, di mana dia tinggal dan bekerja sepanjang hidupnya.
Gardner dikreditkan ayahnya dan saudara tiri, keduanya pengacara dan hakim, dengan mengajar
dia untuk berpikir jernih dan merasa rasa tanggung jawab kewarganegaraan.Pada tahun 1890,
Gardner lulus dari Miss Porter's School di Farmington, Connecticut. Dia memasuki Newport
Rumah Sakit Pelatihan Sekolah Perawat ketika ia lebih dari tiga puluh.

Pada tahun 1905, segera setelah lulus, Gardner menjadi direktur Providence Kabupaten
Keperawatan Dasar, yang ia menuju hingga pensiun di tahun 1931. Worried that the boom in
public-health work was leading to employment of poorly trained nurses, Lillian D. Wald,
Gardner, and others prodded the two national nurses' groups to establish a standard-setting body.
Khawatir bahwa boom dalam pekerjaan kesehatan masyarakat memimpin untuk kerja perawat
kurang terlatih, LiLillian D. Wald, Gardner, dan lain-lain menusuk kelompok dua perawat
nasional 'untuk mendirikan suatu badan standar. Hasilnya adalah Organisasi Nasional Perawatan
Kesehatan Masyarakat (NOPHN), didirikan pada tahun 1912. Gardner membantu rancangan
konstitusi, adalah aktif di dewan direksi pertama, dan berhasil Wald sebagai presiden NOPHN
1913-1916.
Seperti NOPHN, pertama buku Gardner, Perawatan Kesehatan Masyarakat (1916),
yang ditujukan untuk membimbing, menahan, dan standarisasi upaya perawat dan orang awam
terjebak dalam antusiasme untuk kesehatan masyarakat. Perlakuan sistematik pertama subjek, itu
direvisi pada tahun 1924 dan 1936 dan di media cetak hingga 1945. Dalam sebuah demonstrasi
di seluruh dunia pengaruh metode keperawatan Amerika itu diterjemahkan ke bahasa Prancis,
Spanyol, Cina, dan Jepang. Walaupun digunakan di dalam kelas, buku ini melayani khalayak
yang lebih luas dengan menawarkan nasihat tentang bagaimana menemukan dan mengelola
hubungan kabupaten menyusui, cara menjalankan program satu wanita kesehatan masyarakat,
dan bagaimana berurusan dengan meletakkan papan manajer.
Setelah dia pensiun, Gardner menerbitkan dua karya fiksi. Jadi Build Kami (1942) menyajikan
episode dalam kehidupan Maria Melton, direktur asosiasi keperawatan kabupaten. Episode
menanamkan prosedur yang benar dan kesadaran faktor sosial, dan percakapan kadang-kadang
berubah menjadi eksposisi tak bernyawa masalah administratif, tapi buku itu melampaui
kecenderungan akan pendidikan dalam penggambaran sebuah dunia yang semua-
perempuan.Melton murah hati menuntun, wanita bawahan, masing-masing memberikan
bimbingan dia butuhkan. Jadi Membangun Kami menggambarkan dunia di mana niat baik
perempuan, kecerdasan, profesionalisme, dan merawat cukup untuk menciptakan harmoni.
Ketiadaan konflik dan referensi lebih-dari-sekilas untuk penderitaan-menakjubkan dalam studi
keperawatan-memperlemah buku tetapi menyarankan Gardner visi tentang kehidupan yang ideal.
Katharine Kent (1946), sebuah buku yang lebih baik, berikut seorang perawat dari kelulusan
sampai usia menengah.Seperti Gardner, Katharine Kent adalah kelas atas New Englander,
seorang anak perempuan dan saudara perempuan dari pengacara yang akhirnya mengepalai
sebuah asosiasi publik kesehatan keperawatan di kota sendiri. Seperti Gardner, ia menulis sebuah
buku berpengaruh saat sakit dan membuat sebuah program untuk melatih perawat kesehatan
masyarakat di Italia.(Gardner menggunakan bagian dari surat dia menulis setelah Perang Dunia I
ketika dia melayani dengan Palang Merah Amerika Komisi Tuberkulosis di Italia di account nya
usaha Eropa Kent menyusui.) Elemen lain dalam buku ini rupanya berasal kurang dari
otobiografi dari dari konsepsi Gardner dari karir yang ideal.Buku ini berakhir, seperti yang
dilakukan Jadi Build Kami, dengan pahlawan yang menegaskan senang di dipilih pekerjaannya
fiksi Gardner dan banyak dari pidato nya, artikel, dan laporan merayakan nilai pekerjaan dalam
kehidupan perempuan. bekerja Profesional menciptakan dihargai ikatan perkawanan dan
pemuridan antara perempuan, dan hubungan egaliter antara perempuan dan laki-laki atau
perempuan dan keluarga mereka. Gardner mencoba untuk menggambarkan wanita yang bahagia
sebagai istri tinggal di rumah dan ibu, tetapi mereka tetap tokoh bayangan, hidup hanya dalam
pelayanan sukarela mereka untuk perawatan kesehatan masyarakat.Dalam buku-bukunya itu
adalah partisipasi dalam "perang panjang melawan penyakit dan penderitaan dan kematian"
jompo yang membuat wanita senang.

Tulisan gardner, meskipun kadang-kadang amatir dan berkhotbah, adalah dokumen


berharga dalam sejarah keperawatan, perempuan profesional, dan hati nurani masyarakat
Amerika.Tidak ada pemimpin lain dalam upaya untuk membuat sebuah profesi keperawatan
Amerika menulis secara terbuka tentang motif dan penghargaan. Meskipun dialog kayu nya,
sempit, perspektif kelas atas, dan resolusi konflik mudah, Katharine Kent menawarkan potret
bergerak dari seorang wanita yang mengejar otonomi dan seorang ibu dan Kristen yang ideal
fundamental pelayanan.
FAYE GLENN ABDELLAH

 
Abdellah lahir pada tanggal 13 Maret 1919, di New York City. Bertahun-tahun
kemudian, pada tanggal 6 Mei 1937, pesawat Jerman berbahan bakar hidrogen, Hindenburg
meledak di atas Lakehurst, New Jersey, di mana Abdellah (18 tahun) dan keluarganya kemudian
tinggal, dan Abdellah dan kakaknya berlari ke lokasi kejadian untuk membantu. Dalam sebuah
wawancara dengan seorang penulis untuk muka Perawat, Abdellah bercerita:
"Saya bisa melihat orang melompat dari zeppelin dan aku tidak tahu bagaimana merawat
mereka, sehingga pada saat itulah aku bersumpah bahwa saya akan belajar menyusui.”

Ijazah keperawatan Abdellah dari Memorial Hospital Fitkin School of Nursing (sekarang Ann
Mei School of Nursing). Pada tahun 1940, ini adalah cukup untuk berlatih menyusui, tapi
Abdellah percaya bahwa asuhan keperawatan harus didasarkan pada penelitian, bukan jam
perawatan. dia melanjutkan untuk mendapatkan tiga derajat dari Columbia University: sarjana di
bidang ilmu keperawatan tahun 1945, gelar master seni dalam fisiologi pada tahun 1947 dan
seorang dokter derajat pendidikan pada tahun 1955.
Dengan pendidikan lanjutan nya, Abdellah bisa memilih untuk menjadi seorang dokter. Namun,
saat ia menjelaskan di muka dia untuk wawancara Perawat, "Aku tidak pernah ingin menjadi MD
karena aku bisa melakukan semua yang ingin saya lakukan dalam keperawatan, yang merupakan
profesi peduli." Sebagai seorang perawat berlatih, Abdellah berhasil mengelola klinik perawatan
primer di Yayasan Pendidikan Anak di New York City dan dikelola lantai ginekologi kebidanan
di Presbyterian Medical Center Columbia University.

Perubahan Profesi Keperawatan


Abdellah kemudian menjadi instruktur perawat dan peneliti dan membantu mengubah
fokus profesi dari penyakit terpusat untuk pasien berpusat. Dia memperluas peran perawat untuk
memasukkan mengurus keluarga dan orang tua. Dia meneliti praktek keperawatan dan
mengajarkan metode penelitian dan teori di beberapa universitas, termasuk sekolah di
Washington, Colorado, Minnesota, dan South Carolina. Dia juga memegang beberapa posisi
administrasi dalam fasilitas medis. Pada tahun 1993 ia mendirikan dan menjabat sebagai dekan
pertama dari Graduate School of Nursing di Universitas Jasa berseragam dari Ilmu Kesehatan di
Bethesda, Maryland.

Pekerjaan mengajar pertama Abdellah adalah di Yale University School of Nursing , di mana dia
bekerja ketika dia berusia awal dua puluhan . Saat itu ia diminta untuk mengajar kelas yang
disebut " 120 Prinsip Praktek Keperawatan , " menggunakan buku teks standar keperawatan
diterbitkan oleh Liga Nasional untuk Keperawatan . Buku ini termasuk pedoman yang tidak
memiliki dasar ilmiah. Abdellah berkata kepada Maura S. McAuliffe dalam sebuah wawancara
untuk Gambar : " Mereka siswa Yale yang hanya brilian dan menantang saya untuk menjelaskan
mengapa mereka diminta untuk mengikuti prosedur tanpa mempertanyakan ilmu di belakang
mereka . " Setelah setahun Abdellah menjadi begitu frustrasi bahwa ia mengumpulkan rekan-
rekannya di halaman Yale dan membakar buku-buku pelajaran . Keesokan paginya dekan
sekolah mengatakan bahwa dia harus membayar untuk teks hancur . Butuh waktu setahun untuk
Abdellah untuk melunasi utang , tapi dia tidak pernah menyesali tindakannya . Saat ia
mengatakan kepada Gambar : " Dari 120 prinsip saya diminta untuk mengajar , saya benar-benar
menghabiskan sisa kehancuran hidup saya mengajar itu, karena mulai saya di jalan panjang
dalam mengejar dasar ilmiah dari latihan kita .
Abdellah adalah penganjur program gelar keperawatan untuk program Diploma, dia percaya,
tidak pernah dimaksudkan untuk mempersiapkan perawat di tingkat profesional pendidikan
Keperawatan, ia berpendapat, harus didasarkan pada penelitian,.. Ia sendiri menjadi salah satu
yang pertama dalam perannya sebagai seorang pendidik untuk fokus pada teori dan penelitian
studi pertamanya yang kualitatif, mereka hanya menggambarkan situasi Sebagai karirnya
berkembang, penelitiannya berevolusi untuk mencakup fisiologi, kimia, dan ilmu perilaku..

Pada tahun 1957 Abdellah memimpin tim peneliti di Manchester, Connecticut, yang membentuk
dasar bagi apa yang kemudian dikenal sebagai perawatan pasien progresif. Dalam kerangka ini,
pasien perawatan kritis dirawat di unit perawatan intensif, diikuti dengan transisi ke perawatan
segera, dan kemudian perawatan di rumah. Dua segmen dari program perawatan terbukti sangat
populer dalam profesi pengasuh. Abdellah juga dikreditkan dengan mengembangkan pertama
diuji secara nasional unit perawatan koroner sebagai hasil karyanya di Manchester.

Tahap ketiga dari persamaan perawatan pasien progresif - perawatan di rumah - tidak diterima
secara luas di pertengahan abad kedua puluh. Abdellah menjelaskan dalam dirinya wawancara
Gambar bahwa "orang pendek terlihat pada saat itu terus mengatakan perawatan di rumah berarti
memiliki pembantu (perawat) di rumah setiap orang. Mereka tidak bisa mengerti bahwa
perawatan di rumah dengan perawat mengajar perawatan diri akan menjadi cara untuk membantu
pasien kembali fungsi independen " Empat puluh tahun kemudian perawatan di rumah telah
menjadi bagian penting dari perawatan kesehatan jangka panjang.

Standar kemapanan
Dalam inovasi lain dalam bidangnya , Abdellah mengembangkan Penilaian Pasien
Perawatan Evaluasi ( PACE ) , sistem standar yang digunakan untuk mengukur kualitas relatif
dari sarana pelayanan kesehatan perorangan yang masih digunakan dalam industri perawatan
kesehatan abad ke-21 . Dia juga adalah salah satu orang pertama di industri perawatan kesehatan
untuk mengembangkan sebuah sistem klasifikasi untuk perawatan pasien dan catatan pasien
berorientasi . Sistem klasifikasi telah berevolusi dengan cara yang berbeda dalam dalam industri
perawatan kesehatan , dan pekerjaan Abdellah adalah dasar dalam pengembangan yang paling
banyak digunakan bentuk : kelompok terkait Diagnostik , atau DRGs . DRGs , yang menjadi
sistem pengkodean standar yang digunakan oleh Medicare , mengkategorikan pasien sesuai
dengan diagnosis primer dan sekunder tertentu. Sistem ini membuat biaya perawatan kesehatan
turun karena setiap kode DRG meliputi jumlah maksimum Medicare akan membayar untuk
diagnosis atau prosedur tertentu, sementara juga mempertimbangkan umur pasien dan lama
tinggal di fasilitas perawatan kesehatan . Penyedia diberi insentif untuk menjaga harga turun
karena mereka hanya merealisasikan keuntungan jika biaya kurang dari jumlah yang ditentukan
oleh kategori DRG relevan.

Selain mengarah ke sistem DRG, kerja Abdellah dengan klasifikasi telah berperan dalam
pembangunan berkelanjutan dari suatu sistem klasifikasi internasional untuk praktek
keperawatan. Saat ia dijelaskan dalam Gambar, "Ada upaya besar yang berkelanjutan untuk
mengembangkan klasifikasi internasional untuk praktek keperawatan -. Untuk memberikan
kerangka pemersatu untuk menyusui"

Bertugas di Militer
Abdellah melayani selama 40 tahun di AS Public Health Service ( PHS ) Ditugaskan
Corps , sebuah cabang militer . Dia menjabat aktif bertugas selama Perang Korea dan petugas
perawat pertama yang mencapai pangkat laksamana berbintang dua . Di luar pekerjaan masa
perang nya , sebagai perawat kesehatan masyarakat , ia memfokuskan sebagian besar
perhatiannya pada perawatan orang tua . Dia adalah salah satu yang pertama untuk berbicara
tentang keperawatan gerontologi , untuk melakukan penelitian di daerah itu , dan untuk
mempengaruhi kebijakan publik tentang panti jompo . Selama tahun 1970 dia bertanggung jawab
untuk menetapkan standar panti jompo di Amerika Serikat . Abdellah diperiksa di rumah jompo
dengan membuat kunjungan mendadak dan berkeliaran di seluruh fasilitas pemeriksaan daerah
pengunjung jarang melihat . Dia menemukan banyak bahaya kebakaran dan juga menemukan
bahwa itu sering sulit untuk melacak kepemilikan rumah jompo . Pengawasan Abdellah itu tidak
disambut , bahkan oleh papan perizinan dibebankan dengan melihat keluar untuk pasien usia
lanjut mereka, dan beberapa negara dilarang Abdellah dan lain-lain dari membuat kunjungan
mendadak. 
 
Abdellah telah sering menyatakan bahwa ia percaya perawat harus lebih terlibat dalam diskusi
kebijakan publik tentang peraturan panti jompo. Saat ia mengatakan kepada Gambar, "sikap
umum kami adalah membiarkan orang lain melakukannya. Kita perlu untuk membuat terobosan
di negara, negara bagian, dan daerah sebelum kita sampai ke tingkat federal. Kemudian kita
dapat memiliki lebih dari suara di tingkat nasional .... saya yakin bahwa jika kita ingin memiliki
efek pada legislator, cara yang paling penting adalah untuk mendapatkan perawat ditugaskan
sebagai rekan kongres ... 'mereka' adalah orang-orang yang benar-benar rancangan undang-
undang. "
Pada tahun 1981 US Surgeon General C. Everett Koop bernama Abdellah wakil dokter bedah
umum, membuatnya perawat pertama dan wanita pertama yang memegang posisi. Dia bertugas
di bawah US dokter bedah umum selama delapan tahun dan pensiun dari militer pada tahun
1989. Sebagai wakil ahli bedah umum, itu adalah tanggung jawab Abdellah untuk mendidik
Amerika tentang masalah kesehatan masyarakat, dan dia bekerja tekun di bidang AIDS, rumah
sakit perawatan, merokok, kecanduan alkohol dan obat, yang cacat mental, dan kekerasan.

Dalam posisi pemerintahannya, Abdellah juga terus berusaha untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan Amerika lanjut usia. Dia disiapkan dan didistribusikan. Serangkaian selebaran
dirancang untuk menginformasikan orang-orang tentang penyakit Alzheimer, arthritis,
penggunaan yang aman dari obat-obatan, influenza, tekanan darah tinggi, dan ancaman lain
terhadap kesehatan lansia. Di bawah bimbingan nya, PHS juga bekerja sama dengan dokter
untuk membuat mereka menyadari penelitian terbaru tentang masalah kesehatan tentang pasien
yang lebih tua. Misalnya, dokter memperingatkan bahwa dosis obat biasa mungkin tidak sesuai
untuk pasien usia lanjut.

Kontribusi Internasional
Sebagai konsultan dan pendidik, Abdellah berbagi teori perawat dengan perawat di
seluruh dunia. Dia memimpin seminar di Perancis, Portugal, Israel, Jepang, Cina, Selandia Baru,
Australia, dan Uni Soviet. Dia juga menjabat sebagai konsultan penelitian untuk Organisasi
Kesehatan Dunia. Dari perspektif global nya, Abdellah belajar untuk menghargai perawatan
medis non-tradisional dan komplementer dan mengembangkan kepercayaan seperti perawatan
non-Barat layak penelitian ilmiah.

Abdellah telah menulis banyak artikel dalam jurnal profesional serta beberapa buku, termasuk
Pengaruh Nurse Staffing pada Satisfactions dengan Perawatan (1959), Pasien-berpusat
Pendekatan Keperawatan (1960), Perawatan Pasien yang lebih baik melalui Penelitian
Keperawatan (1965; revisi 1986) , dan Intensive Care, Konsep dan Praktik Perawat Spesialis
klinis (1969). Dia adalah penerima lebih dari 70 penghargaan dan gelar kehormatan dan
merupakan rekan dari American Academy of Nursing. Abdellah ditunjuk untuk Hall of Fame
Keperawatan di Universitas Columbia pada tahun 1999.

Pada tahun 2000 Abdellah masuk dalam Hall Perempuan Nasional of Fame di Seneca, New
York. Selama Balai nya pidato induksi Fame Abdellah mengatakan, "Kita tidak bisa menunggu
dunia untuk mengubah .... Bagi kita dengan kecerdasan, tujuan, dan visi harus memimpin dan
mengubah dunia. Mari kita maju bersama! ... Aku berjanji tidak pernah beristirahat sampai
pekerjaan saya telah selesai

Anda mungkin juga menyukai