Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FLORENCE NIGHTINGALE

Disusun Oleh :

M. Syaiddil Anam (1911020)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak adanya sejarah kehidupan manusia di bumi ini, manusia telah berusaha
mengumpulkan fakta-fakta yang kemudian disusun dan disimpulkan menjadi
berbagai teori, sesuai fakta yang di kumpulkan tersebut. Teori – teori tersebut
kemudian digunakan untuk memahami gejala – gejala alam dan kemasyarakatan yang
lain. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan, sosial, politik, ekonomi dan
teknologi umat manusia, teori – teori tersebut makin berkembang baik kualitas
maupun kuantitasnya, seperti apa yang telah kita rasakan saat ini.
Makalah ini membahas tentang Teori Florence Nigthingale, yang didalamnya
berisi tentang isi dari teori Nightingale, Kajian Konsep Metode Teori Keperawatan,
juga Hubungan dengan Teori Menurut Nightingale. Apa yang berada dalam makalah
ini sangat bermanfaat dan berguna terutama bagi seorang perawat. Teori Nightingale
adalah teori yang mengemukakan tentang lingkungan. Florence Noghtingale sendiri
adalah perawat yang pertama kali ada di dunia dan beliau di kenal sebagai wanita
yang pantang menyerah dalam merawat pasien dan memiliki jiwa penolong serta
sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu keperawatan yang dijuluki
sebagai “The Lady Of The Lamp” yakni Wanita yang memberi Cahaya pada dunia
Keperawatan.

1.2    Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar dapat mengetahui Konsep Model Keperawatan menurut FlorenceNightingale
1.2.2    Tujuan Khusus
Agar dapat memahami Konsep Model Keperawatan Menurut Florence Nightiangle
1.3    Manfaat
Pembahasan dalam makalah ini sangat bermanfaat untuk para pembaca yang
dikhususkan pada perawat dan atau calon perawat untuk lebih mencintai profesinya.

1|Page
BAB II
LANDASAN TEORI

Florence Nightingale

Lahir 12 Mei 1820


Firenze, Kadipaten Agung Toscana

Meninggal 13 Agustus 1910 (umur 90)


Park Lane, London, Britania Raya

2|Page
Dikenal karena Memelopori perawatan modern

Profesi Perawat dan statistikawan

Institusi Selimiye Barracks, Scutari

Spesialisasi Kebersihan dan sanitasi rumah sakit

Tanda tangan

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London,


Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan
ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The
Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang
Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia. Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep
penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada
pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan
statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di
hadapan pemerintahan Inggris.

Masa kecil Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan.
Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia
atau Florence dalam bahasa Inggris. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah
besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah
kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan
keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang
saudara perempuan bernama Parthenope.

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup
sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat,
kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara

3|Page
Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.
Perjalanan ke Jerman. Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal
lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor
Fliednerdan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik). Di sana Florence
Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati
kepada pasien. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris
dengan membawa angan-angan tersebut.

Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri
tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak,
karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard
Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran ini pun
ia tolak karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada
dunia keperawatan. Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini
dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit
adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan
dirawat di rumah.

Perawat pada masa itu hina karena :

- Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara
yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
- Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan
terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan
banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit
dengan tidak senonoh.
- Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan
karena alasan-alasan tersebut di atas.
- Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik
yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi
mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya. Walaupun ayahnya setuju bila
Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi

4|Page
perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang
menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk
menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan
pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di
bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang
gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga
Florence adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah
bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.

Kembali ke Inggris. Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London


dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan diInstitute for the Care of
Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London,
posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun
(setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat
hidup dengan nyaman dan meniti karirnya.

Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak
pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila
komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa:

“ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi
juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima

5|Page
kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk
orang Islam”

Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan


Florence. Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara
Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit
yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak
adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.

Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi


ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-
prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan
bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya
dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?" Hati rakyat Inggris pun
tergugah oleh tulisan tersebut.
Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan
saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.

Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah


satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang
mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan
perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-
gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.

Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih


oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang
sebuah kapal. Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit
pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih
mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.

Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung


bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang

6|Page
terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat
berteduh dan tanpa ada yang merawat. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat
pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang
membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu
saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat
lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan
mengeluarkan bau tak sedap.

Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala
rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Florence melakukan
perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di
dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar
rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak
bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda. Penjagaan dilakukan
secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat; perban diganti secara berkala, obat
diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi dibersihkan,
dan baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk
setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang
manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.
Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun
baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah
jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di
bawah pengawasan Florence Nightingale.

Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan


mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada
orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras
dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi
dari kemungkinan serangan seksual. Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu
di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan
rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana

7|Page
profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada
dibawah pengawasan Biarawati Kepala.

Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence
menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-
obatan yang ia ketahui. Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak
berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka
kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit
lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana
sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat
prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri
dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit
tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang
mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan
ventilasi udara memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence
Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem
pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun
drastis. Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan
oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara.
Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan
bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal
Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para
prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan
memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih
mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini
berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang
berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah
dan ventilasi udara sebuah rumah sakit. Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di

8|Page
luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari
kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali. Florence menanti
rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara
tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa
korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.

Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan


pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila
mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan
darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan
melaporkannya kepada Mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan
pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan
berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan,
membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk
prajurit Rusia.

Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas
prajuritInggris dan tiga prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran,
pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-
prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang
menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.

Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari


Berlampu". Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi
tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan
bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari,
sendirian, dengan membawa lampu.

“ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku. ”

9|Page
Pulang ke Inggris. Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan
pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa
yang ia
lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia
merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri.
Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke
Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh
Bruselosis ("demam Krimea") yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia
memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang
meninggalkannya.

Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun
terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran
utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan
Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk
untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk
laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya.
Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan
didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan
bersenjata.

Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu


untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada
perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat.
Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi
ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat.
Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana Nightingale", dimana Sidney
Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya.
Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000
sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil
menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.

10 | P a g e
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat
khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang
ada yang berpendidikan. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah
perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga
baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan
masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut
pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia
kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan
baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah
menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya
sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan
dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut
dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence
Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi
King College London.

Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik


mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan
bahan pelajaran di sekolah tersebut.

Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,


berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah
sakit yang lain banyak meminta bagian. Perawat lulusan sekolah Florence pertama
kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye
dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat
rumah tinggal keluarganya. Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan
secara modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut. Dunia menjadi tergugah dan
ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah
tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di
negerinya masing-masing.

11 | P a g e
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah
tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan
profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior
(matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital,
Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for
Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley;
Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan
juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.

Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka
mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan
serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat
bermanfaat dalam hal ini. Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang
Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan
pada kurikulum di sekolah Florence dan
sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam
dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.

Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian
tentang perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell
mendirikan Universitas Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat
terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan
membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan
memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor
perawat di Amerika Serikat dan Jepang.

Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The
Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87
tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence
Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale
menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.

12 | P a g e
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak
lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya:
ia menulis, "Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."
Meninggal dunia. Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada
tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di
Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East
Wellow, Hampshire, Inggris

2.1  Model Konsep

Teori Environmental Nightngale yang dicetuskan oleh Florence Nightingale


“Ibu dari keperawatan modern” meletakkan keperawatan menjadi sesuatu yang sakral
untuk dipenuhi oleh seorang wanita. Teorinya difokuskan pada lingkungan
keperawatan, walaupun tema ini tidak pernah dimunculkan di tiap tulisannya, ia
menghubungkan kesehatan dengan Tiga faktor lingkungannya.
1.   Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan
udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus
bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab,
bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan
tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas.
Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan
bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya
mendapat ventilasi.
2.   Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)

13 | P a g e
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena
itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua
faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan
secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-
putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya
dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan
pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang
terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu
membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang
menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
3.   Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat
penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus
menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara
spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu
dibicarakan dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara
menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit
tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus.

2.3 Penerapan
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap
setiap orang. Dalam proses keperawatan, ada lima tahan dimana tahap-tahap tersebut
tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama

14 | P a g e
membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinu, yang mengulangi
kembali kontak dengan pasien.

a.    Pengkajian / pengumpulan data


Data pengkajian Florence N. lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan
(lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
b.   Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan
dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
c.    Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
1. Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
2. Ventilasi
3. Pembuangan sampah
4. Pencemaran lingkungan
5. Komunikasi sosial, dll
d.   Diagnosa keperawatan
Berbagai maslah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
1. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
2. Penyesuaian terhadap lingkungan.
3. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e.    Inplementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya
kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan
perkembangan individu.
f.    Evaluasi
g.   Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.

15 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu


pendiri yang meletakan dasar-dasar teoti keperawatan yang melalui model konsep
dan teori keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat menemukan
kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam
perawatan orang yang sakit yang dikenal dengan “Teori Environment” atau teori
Lingkungan.
Florence Nightingale menghubungkan Kesehatan denga 3 Faktor Lingkungan
yakni Lingkungan Fisik, Lingkungan Psikologi dan Lingkungan Sosial. Dalam
Berbagai Teori yang diungkapkan oleh Para ahli yakni Teori Adaptasi, kebutuhan
juga stres sangat berkaitan langsung dengan Teori Environment. Dimana teori ini
sangat berperan penting dalam menimbulkan kenyamanan dalam melakukan
tindakan/asuhan keperawatan.

16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul H, 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.

Basford, Lynn, 2016, Teori dan Praktik Keperawatan, EGC, Jakarta.


Hidayat, A.Aziz Alimul,2017.Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

H. Zaidin Ali, 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai