PENDAHULUAN
1
Serta hubungan teori Florence Nightingale dengan riset keperawatan,
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, dan kegunaan teori Florence
Nightingale dalam konsep keperawatan, kelemahan dan kelebihan teori F.
Nightingale.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui biografi Florence Nightingale
2. Untuk mengetahui konsep dasar teori keperawatan menurut Florence
Nightingale
3. Untuk mengetahui hubungan antara teori keperawatan Florence
Nightingale dengan teori – teroi yang lain
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori keperawatan menurut
Florence Nightingale
5. Untuk mengetahui penerapan aplikasi teori Florence Nightingale dalam
proses keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang
kontras. Kakaknya, Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai
putri seorang tuan tanah karena pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan
berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,
sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga
sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa
dengan hikmat ia mendengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti
sebuah tugas.
Pada saat itu Florence berusia tujuh belas tahun. Akhirnya Pada
tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang pengalamannya
itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-
Nya. Tetapi pelayanan apa?” Dia menyadari bahwa dirinya merasa
bersemangat dan sangat bersukacita bukan karena status sosial keluarganya
yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia merawat keluarga-keluarga
3
miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah keluarganya serta ia sangat
gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit.
Pada suatu hari nenek Florence sakit. Saat itu Florence mendapat
kesempatan untuk merawat neneknya sampai pada akhirnya beliau meninggal.
Dengan pengalaman merawat neneknya tersebut bertambahlah pengalaman
Florence dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat bahwa ia perlu
menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat dengan baik karena
4
menolong sesama manusia sama halnya dengan mengabdikan diri kepada
Tuhan. Florence bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr.
Samuel Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan
hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dr. Samuel Howe menjawab, “Di
Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu
yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila
melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain.”
Pada bulan Juli 1850 saat ia telah berusia 30 tahun, Florence pergi ke
Kaiserworth di Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal
selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa
dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang. Tiga tahun
kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama
sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in
Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke
dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti
pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien,
dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan
bel.
5
memberinya izin tertulis berbunyi; “rumah sakit akan menerima tidak saja
pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta
memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka,
termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”
6
berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan
Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong
semangatnya.
Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38
rekan-rekannya, mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di
Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari
apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat
langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-
prajurit yangce menyanggupinya terluka, dan beratus-ratus prajurit
bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang
merawat. Florence melihat para prajurit yang terluka tidak mendapat perawatan
dengan baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya
kebersihan sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk
menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat
untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun
diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat
pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja
yang membahayakan hidup pemiliknya, potongan-potongan tubuh tersebut
ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya
jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah
menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter
kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Kenyataan
yang demikian membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh para
prajurit justru kondisi tempat perawatan yang sangat buruk.
Sekembalinya ke Inggris, Florence mengumpulkan lebih banyak bukti
yang disodorkannya kepada Komisi Kesehatan Angkatan Darat. Ia melaporkan
betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat buruknya kondisi di barak-
barak. Hal inilah yang kemudian memengaruhi karier keperawatan Florence.
7
khususnya menetapkan fondasi keperawatan. Betapa perawat adalah profesi
yang penting dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus. Tidak heran,
bila profesi ini kini menjadi profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan
masyarakat Inggris sebelumnya.
8
perawat diinstruksikan untuk menggerakan dan memposisikan pasien untuk
mengekspos mereka terhadap sinar matahari.
Kebersihan adalah komponen penting lain daru teori lingkungan
Nightingale (Nightingale, 1969 dalam Alligood, 2014). Secara khusus
menunjukkan pada pasien, perawat, dan lingkungan fisik. Nightingale
menganjurkan pasien sering mandi, bahkan setiap hari, pada masa itu praktik
ini bukan hal yang biasa. Dia mengharuskan perawat juga mandi setiap hari,
pakaian mereka menjadi bersih, serta sering mencuci tangan. (Nightingale,
1969 dalam Alligood 2014). Konsep ini menyimpan makna bahwa khusus
untuk perawatan pasien individu, dan itu sangat penting dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat miskin yang tinggal di dalam kondisi lingkungan
yang sesak dan bermutu rendah, dengan penanganan limbah yang tidak
memadai dan akses yang terbatas pada air murni ( Nightingale, 1969 dalam
Alligood, 2014).
Nightingale memasukkan konsep tenang dan diet dalam teorinya.
Perawat diperlukan untuk menilai kebutuhan terhadap ketenangan dan
melakukan intervensi yang diperlukan untuk mempertahankan (Nightingale,
1969 dalam Alligood, 2014). Ia juga memperhatikan diet pasien. Dia
menginstruksikan para perawat tidak hanya menilai asupan makanan, tetapi
juga jadwal makan dan efeknya pada pasien. Dia percaya bahwa pasien
dengan penyakit kronis bisa mati kelaparan yang tidak sengaja, dan perawat
yang cerdas seharusnya bisa memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan baik.
Komponen lain dari tulisan Nightingale adalah deskripsi tentang
manajemen kecil/ administrasi keperawatan. (Nightingale, 1969 dalam Alligood,
2014). Dia menunjukan bahwa perawat adalah pengendali lingkungan baik
secara fisik maupun administratif. Keberadaan perawat adalah untuk
melindungi pasien dari menerima berita menjengkelkan, melihat pengunjung
yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pemulihan, dan mengalami
gangguan tidur yang tiba-tiba. Selain itu Nightingale juga mengakui bahwa
kunjungan hewan peliharaan bisa saja menjadi kenyamanan pasien.
Nightingale percaya bahwa perawat tetap bertanggung jawab atas lingkungan,
bahkan ketika perawat tidak hadir secara fisik, karena perawat seharusnya
mengawasi orang lain yang bekerja ketika ia tidak bertugas. (Susan, 1986
dalam Alligood, 2014 )
9
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks
lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan
psikologis dan lingkungan sosial.
1) Lingkungan fisik (physical enviroment)
10
terampil dalam mengamati dan melaporkan status kesehatan pasien sambil
memberikan perawatan ketika pasien sembuh.
b). Manusia
Nightingale menyebut person sebagai pasien. Perawat melakukan
tugas untuk dan bagi pasien dan mengendalikan lingkungan pasien untuk
meningkatkan pemulihan. Ia menjelaskan bahwa pasien bersifat pasif dalam
hubungan ini. Namun, referensi khusus dibuat untuk pasien melakukan
perawatan diri sendiri apabila memungkinkan dan khususnya ketika
menyangkut waktu dan substansi makanan. Nightingale menekankan bahwa
perawat adalah pengendali dan bertanggung jawab seputar lingkungan pasien.
Nightingale menghormati orang dari berbagai latar belakang dan tidak
menghakimi berkenaan dengan nilai sosial.
c). Kesehatan
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan baik serta
menggunakan setiap kekuatan (sumber daya) untuk sepenuhnya menjalani
hidup. Nightingale membayangkan pemeliharaan kesehatan melalui
pencegahan penyakit dan pengendalian lingkungan merupakan tanggung
jawab sosial. Konsep keperawatan kesehatan masyarakat yang lebih modern
dalam promosi kesehatan. Konsepnya tentang keperawatan kesehatan adalah
model yang digunakan oleh banyak lembaga dan departemen kesehatan
masyarakat di Amerika Serikat.
d). Lingkungan
Konsep nightingale tentang lingkungan menekankan bahwa
keperawatan adalah untuk “membantu alam dalam penyembuhan pasien”.
Nasehatnya untuk perawat adalah untuk menciptakan dan mempertahankan
lingkungan terapeutik yang akan meningkatkan kenyamanan dan pemulihan
pasien. Ajarannya tentang kebersihan pedesaan memasukkan deskripsi yang
sangat spesifik tentang masalah dan hasil-hasilnya, serta solusi praktis untuk
masalah ini bagi rumah tangga dan masyarakat ( Halsall, 1997 ).
Kondisi saat itu membuat teorinya sangat relevan. Dia percaya bahwa
orang miskin yang sakit akan mendapat manfaat dari perbaikan lingkungan
yang akan mempengaruhi tubuh mereka dan pikiran mereka. Dia percaya
11
bahwa perawat bisa berperan dalam mengubah status sosial orang miskin
dengan meningkatkan kondisi kehidupan fisik mereka. (Susan, 2014 dalam
Alligood, 2014).
12
Teori Nightingale ini memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan atau tindakan
keperawatan lebihketenangan, dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya
teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktek keperawatan
mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
a) Nightingale tidak memandang perawat secara sempit hanya sibuk
dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi
pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersiahn,
ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Ninghtingale, 1860; Torres, 1986).
b) Torres (1986) mencatat bahan nightingale memberikan konsep dan
penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik
keperawatan.
13
Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a. Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik beratkan pada
kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).
b. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan
mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan
dengan lingkungan keseluruhan.
c. Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
1) Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
2) Ventilasi
3) Pembuangan sampah
4) Pencemaran lingkungan
5) Komunikasi sosial, dll
d. Diagnosa keperawatan
Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan
antara lain :
1) Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas
asuhan.
2) Penyesuaian terhadap lingkungan.
3) Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e. Implementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang
mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
individu.
f. Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan
individu.
14
menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berhasil tidaknya respon
adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang
dijelaskan Florence Nightingale.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai
pengaruh dari lingkungannya berperan penting pada setiap individu
dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
b. Teori kebutuhan
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence Nightingale, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat
dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan
yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang
bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan
yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam
mempertahankan hidupnya.
c. Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam
lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip
tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk
mengambil tindakan positif dalam mencapai keinginan atau
kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat
sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence Nightingale
menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum
sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang
gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, semuanya itu
dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan
lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan
koping individu.
15
2.6 PENGARUH TEORI FLORENCE NIGHTINGALE DALAM
KEPERAWATAN
a. Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-
menerus merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap
16
perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih, sebersih
udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan.
b. Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu
penyakit pada pasien. Oleh karena itu, perawat harus berusaha dengan baik
agar air tetap terjaga kebersihannya.
c. Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan
keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran
sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien.
d. Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien.
Perawat memerlukan kebersihan yang optimal agar mempercepat proses
penyembuhan. Focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada
kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh
tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
e. Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien
adalah cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi
rmanfaat yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu
membawa klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama
tidak terdapat Kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).
17
Pengkajian atau observasi yang dilakukan Florence Nightingale bukan demi
berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyalamatan
hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.
Semua tindakan yang dilakukan penuh kasih sayang dan bekerja untuk
Tuhan Y.M.E.
Asuhan keperawatan yang diberikan penuh dengan semangat semata-mata
untuk kesembuhan pasien.
18
BAB III
19
denyut nadi 96 x/ min, berat badan 38 kg. hasil temuan lab 8,5 dengan leukositas
sedang. Pada riwayat kesehatan pasien mengatakan bahwa ia tinggal di sebuah
rumah kecil yang dihuni oleh 5 anak dan ibu mertua serta 2 ternak. Secara
ekonomi pasien hidup miskin dengan penghasilan kurang dari 1 dollar perhari.
Pada riwayat kesehatan, pasien pernah mendapati cacing di ususnya, mereka
selalu minum air dari sumur terdekat.
20
penggantian bag kepada pasien. Jendela kamar tetap terbuka untuk
ventilasi. Memberikan resep obat.
2. Lingkungan Psikologi
Nyonya X sangat khawatir tentang kesehatannya dan anak-anak
nya karena dia adalah seorang janda dan memiliki beban keuangan juga
dia merasa sedikit prihatin karena non-nasional, oleh karena itu ia sulit
untuk menjangkau sumber daya lokal saat ini. Dia memiliki masalah untuk
mengadopsi gaya hidup baru dengan stoma dan mengalami kesulitan
tidur karena takut membuka bag selama tidur.
2.1 Diagnosa Keperawatan
Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan isolasi dari
penduduk lokal dan budaya
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa takut terhadap
keadaan stoma
2.2 Intervensi
Mrs. X diyakinkan bahwa dia akan segera diadopsi ke
masyarakat. Kasus khusus dalam hal keuangan diteruskan ke
administrasi rumah sakit untuk pengobatan gratis dan sebuah
organisasi non-pemerintah dihubungi untuk membantunya
meringankan beban keuangan.
Faktor lingkungan dievaluasi untuk menghindari gangguan dalam
tidurnya. Pengunjungnya diberitahu tentang pentingnya istirahat dan
tidur dalam kesembuhannya mereka dikonseling agar meminimalkan
keramaian saat jam tidur dan menghindari gangguan yang tidak perlu
di lingkungan ruangan Mrs. X.
Menjelaskan pada Mrs. X bahwa stoma bag nya tidak akan
terbuka saat tidur karena tertutup secara mekanis.
3. Status Nutrisi
Mrs. X kekurangan berat badan, dia kehilangan berat badan
secara signifikan di tiga minggu terakhir. Karena takut masalah kolostomi,
dia takut makan sesuai dengan pelayannya dia menghindari makan
karena setelah makan dia takut mendapatkan masalah.
3.1 Diagnosa Keperawatan
Gizi seimbang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidaktahuan terhadap kebutuhan makanan.
21
3.2 Intervensi
Konsultasi pada ahli gizi mengenai menu makanan yang sesuai
untuk kondisi Mrs. X.
Memberi nutrisi yang adekuat: makanan yang kaya nilai-nilai
bergizi dan kurang dalam masalah enterik gastro.
Klien dimotivasi untuk makan dan memastikan tidak ada luang
makanan karena takut menyebabkan masalah.
Selain perawatan sistematis yang diberikan melalui proses
keperawatan di bawah pengaruh teori Nightingale, sikapnya yang
berhubungan dengan pengamatan kondisi pasien dan pengelolaan
yang remeh fokus pada kesinambungan perawatan. Dalam kasus
Mrs. X diamati kondisinya kritis dan setelah tertarik dengan
pengamatan kasus ini, pelayannya ditunjukkan dan dilatih tentang
colostomy dressing, kebersihan stoma dengan obat pelembab
antiseptik, kebutuhan diet pasien dan pengamatan warna kulit dekat
stoma dijelaskan secara detail.
4. Outcomes Rencana Keperawatan
Keberhasilan pencapaian perawatan tercapai dengan penerapan
teori Nightingale pada proses keperawatan Mrs. X. Menurut ungkapan
verbal pasien terhadap perubahan yang dirasakan / aktual, tanda
perbaikan terlihat pada kulit di sekitar stoma, klien menunjukkan perilaku
mengenai promosi kesehatan dan pencegahan komplikasi kerusakan
kulit. Berat badan dipertahankan dan menunjukkan peningkatan berat
badan. Pasien melaporkan adanya peningkatan perasaan tenang dan
rasa sejahtera, dia juga mengatakan tidur lebih baik dan istirahat relatif
serta gangguan berkurang.
22
usaha mendasar intervensi keperawatan. Meskipun ilmu keperawatan
semakin maju dengan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi, penelitian
dan penemuan bergantung pada teknologi, perawatan dengan teori
Nightingale tetap masih fungsional di era global karena filosofinya sesuai
dengan dasar-dasar keperawatan. (Afsha & Dildar, 2017 dalam Jurnal
Application of Nightingale Nursing Theory to the Care of
Patient with Colostomy).
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teori model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan
sebagai focus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu lagi memahami
seluruh proses penyakit, dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan
dengan kedokteran. Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam
perkembangan praktek keperawatan, sehingga dikembangkan secara luas
dengan tindakan yang hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang
benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada
pasien sehingga perlu diperhatikan. Nightingale tidak memandang perawat
secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan
pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan,kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat
(Nightingale, 1860; Torres 1986).
Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan penyakit
tetapi tidak untuk menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat
adalah merawat orang yang sakit dan dokter adalah orang yang berperan
penting dan sangat membantu dalam proses penyembuhan penyakit. Itulah
beda perwat dan dokter.perawat juga bukan hanya memberikan obat untuk
menyembuhkan penyakit kepada si pasien tetapi mereka juga harus bisa
membuat lingkungan fisik, psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka
merasa sehat atau sembuh dari penyakit baik lahir maupun batin mereka
tenang dan nyaman. Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di
tuntut untuk memberikan kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa
meringankan penderitaan sakit si pasien itu dan dalam perawatan pasien tidak
dibedakan yang kaya dan miskin.
1.8 Saran
Florence Nightingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam
proses keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Marilah kita sebagai
perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang kita rawat.
Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang paling kita sayang. Menjadi
perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau kita tidak pernah
24
mencoba kita tidak akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin
kalau kita mempunyai tekad untuk melakukannya dengan gigih dan penuh
kasih sayang.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN: APPLICATION OF NIGHTINGALE
NURSING THEORY TO THE CARE OF PATIENT
WITH COLOSTOMY
27