Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal


di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor
perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari
Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa
kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea,
di semenanjung Krimea, Rusia. Peran Florence Nightingale pada Perang
Krimea Pada tahun 1854. Ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang
terhadap Rusia untuk menguasai Krimea dan Konstantinopel (pintu gerbang
menuju Timur Tengah). Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun
yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit
yang sakit dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan
bernama William Russel pergi ke Krimea.
Konsep teori florence nightingale teori nightingale berfokus pada
lingkungan, namun ia menggunakan istilah “ surroundings “ yang berarti
lingkungan dalam tulisannya. Dia mendefinisikan dan menjelaskan konsep
ventilasi, kehangatan, cahaya, diet, kebersihan, dan kebisingan – komponen-
komponen lingkungan yang biasanya disebut sebagai evironment (lingkungan)
dalam diskusi karyanya. Dalam konteks masalah, nightingale
mengidentifikasikan dan berjuang untuk meningkatkan (lingkungan yang
dilanda perang dan rumah sosial untuk gelandangan), penekanan ini menjadi
hal yang paling tepat. (Gropper, 2009 dalam Alligood, 2014).
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori
keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi
peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta
pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit yang
dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga membuat standar
pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan
yang efesien. Beliau juga membedakan praktek keperawatan dengan
kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang
sehat.

1
Serta hubungan teori Florence Nightingale dengan riset keperawatan,
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, dan kegunaan teori Florence
Nightingale dalam konsep keperawatan, kelemahan dan kelebihan teori F.
Nightingale.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana biografi dari Florence Nigtingale?
2. Bagaimana konsep dasar teori keperawatan yang dikemukakan oleh
Florence Nigthingale?
3. Bagaimana hubungan antara konsep dan teori keperawatan menurut
Florence Nightingale dengan teori – teori yang lain?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan teori keperawatan menurut Florence
Nightingale?
5. Bagaimana aplikasi teori keperawatan Florence Nightingale dalam proses
keperawatan?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui biografi Florence Nightingale
2. Untuk mengetahui konsep dasar teori keperawatan menurut Florence
Nightingale
3. Untuk mengetahui hubungan antara teori keperawatan Florence
Nightingale dengan teori – teroi yang lain
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan teori keperawatan menurut
Florence Nightingale
5. Untuk mengetahui penerapan aplikasi teori Florence Nightingale dalam
proses keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BIOGRAFI FLORENCE NIGHTINGALE

Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam


suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk
kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam
bahasa Inggris. Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan
bernama Parthenope. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang
kaya, beradab dan bercita-cita tinggi yang bernama William Edward
Nightingale.

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan


mewah milik ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang
tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah
keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Ia
belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan
lain-lain. Ia senang memelihara binatang yang sakit, selain itu ia senang
bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin beribadah.

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang
kontras. Kakaknya, Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai
putri seorang tuan tanah karena pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan
berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,
sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga
sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa
dengan hikmat ia mendengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti
sebuah tugas.

Pada saat itu Florence berusia tujuh belas tahun. Akhirnya Pada
tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang pengalamannya
itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-
Nya. Tetapi pelayanan apa?” Dia menyadari bahwa dirinya merasa
bersemangat dan sangat bersukacita bukan karena status sosial keluarganya
yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia merawat keluarga-keluarga

3
miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah keluarganya serta ia sangat
gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit.

Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan


Florence untuk berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan
kakaknya sangat keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh Florence.
Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan
putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi perawat. Karena pada masa itu,
pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina. Adapun
alasannya adalah sebagai berikut:

o Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga


tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi,

o Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam


keadaan terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang
sopan untuk wanita baik-baik, selain itu banyak pasien memperlakukan wanita
yang tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak sopan (tidak
senonoh),

o Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada


perempuan karena alasan-alasan di atas,

o Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak


dibandingkan menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat.

Meskipun mengahadapi hambatan dari keluarga dan alasan-alasan


Florence tetap memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi seorang perawat.
Ketika berumur 20 tahun Florence meminta izin kepada orang tuanya untuk
bekerja di rumah sakit dan belajar tentang keperawatan. Akan tetapi orang
tuanya tetap tidak mengijinkannya karena keadaan rumah sakit pada saat itu
sangat memprihatinkan. Walaupun mendapat larangan dari kedua orang
tuanya semangat Florence untuk menjadi perawat tidak hilang.

Pada suatu hari nenek Florence sakit. Saat itu Florence mendapat
kesempatan untuk merawat neneknya sampai pada akhirnya beliau meninggal.
Dengan pengalaman merawat neneknya tersebut bertambahlah pengalaman
Florence dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat bahwa ia perlu
menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat dengan baik karena

4
menolong sesama manusia sama halnya dengan mengabdikan diri kepada
Tuhan. Florence bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr.
Samuel Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan
hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dr. Samuel Howe menjawab, “Di
Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu
yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila
melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain.”

Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti


Catholic Sisters of Charity yang memberikan jalan bagi para wanita untuk
mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan
kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor
Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat
tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang,
sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru,
dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap
kegiatan selalu diikuti dengan doa. Florence sangat tertarik dan bersemangat
menanggapi cerita Dr. Howe dan mengatakan bahwa Kaiserworth adalah
tujuannya.

Pada bulan Juli 1850 saat ia telah berusia 30 tahun, Florence pergi ke
Kaiserworth di Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal
selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa
dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang. Tiga tahun
kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama
sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in
Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke
dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti
pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien,
dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan
bel.

Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte,


institusi tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama.
Di sini florence beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena
mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan
mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan

5
memberinya izin tertulis berbunyi; “rumah sakit akan menerima tidak saja
pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta
memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka,
termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”

Menanggapi anccaman Florence ini, Komite Rumah Sakit pada


akhirnya merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Peran Florence Nightingale pada Perang Krimea Pada tahun 1854


Ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia
untuk menguasai Krimea dan Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur
Tengah). Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih
menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit
dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William
Russel pergi ke Krimea.
Dalam tulisannya untuk harian TIME wartawan tersebut menuliskan
bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi
perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita
yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan
yang mulia ini?”.
Hati rakyat Inggris pun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa
saatnya telah tiba abgi dirinya untuk bertindak, ia pun menulis surat kepada
menteri perang saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan di perang
krimea.. Pada pertemuan antara Florence dan Sidney Herbert terungkap
bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Dijelaskan
bahwa banyak prajurit-prajurit yang mati di Krimea bukan karena peluru
ataupun bom, namun hal tersebut disebabkan karena tidak adanya perawatan,
dan perawat pria yang ada jumlahnya tidak memadai.
Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan
Floren Sebagai Menteri Perang, Sidney Herbert meminta Florence untuk
mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki.
Florence menggunakan kesempatan tersebut dengan baik. Dia berangkat
bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang
perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan sementara 24 orang
lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik
Roma, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang

6
berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan
Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong
semangatnya.
Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38
rekan-rekannya, mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di
Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari
apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat
langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-
prajurit yangce menyanggupinya terluka, dan beratus-ratus prajurit
bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang
merawat. Florence melihat para prajurit yang terluka tidak mendapat perawatan
dengan baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya
kebersihan sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk
menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat
untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun
diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat
pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja
yang membahayakan hidup pemiliknya, potongan-potongan tubuh tersebut
ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya
jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah
menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter
kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Kenyataan
yang demikian membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh para
prajurit justru kondisi tempat perawatan yang sangat buruk.
Sekembalinya ke Inggris, Florence mengumpulkan lebih banyak bukti
yang disodorkannya kepada Komisi Kesehatan Angkatan Darat. Ia melaporkan
betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat buruknya kondisi di barak-
barak. Hal inilah yang kemudian memengaruhi karier keperawatan Florence.

Akhir Hidup Florence Nightingale


Meninggal dalam tugasnya pada tanggal 13 Agustus 1910 pada usia 90
tahun karena penyakit tifus. Florence telah berjasa besar bagi dunia medis,

7
khususnya menetapkan fondasi keperawatan. Betapa perawat adalah profesi
yang penting dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus. Tidak heran,
bila profesi ini kini menjadi profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan
masyarakat Inggris sebelumnya.

2.2 KONSEP TEORI FLORENCE NIGHTINGALE


Teori nightingale berfokus pada lingkungan, namun ia menggunakan
istilah “surroundings“ yang berarti lingkungan dalam tulisannya. Dia
mendefinisikan dan menjelaskan konsep ventilasi, kehangatan, cahaya, diet,
kebersihan, dan kebisingan – komponen-komponen lingkungan yang biasanya
disebut sebagai evironment (lingkungan) dalam diskusi karyanya. Dalam
konteks masalah, nightingale mengidentifikasikan dan berjuang untuk
meningkatkan (lingkungan yang dilanda perang dan rumah sosial untuk
gelandangan), penekanan ini menjadi hal yang paling tepat. ( Gropper, 2009
dalam Alligood, 2014).
Dia percaya bahwa lingkungan yang sehat diperlukan untuk perawatan
yang tepat dan pemulihan/pemeliharaan kesehatan. Karya teoritisnya pada
lima komponen penting dari kesehatan lingkungan (udara murni, air murni,
drainase yang efesien, kebersihan, dan cahaya) tetap relevan pada hari ini
seperti 150 tahun yang lalu. Ventilasi yang tepat bagi pasien tampaknya
menjadi perhatian besar Nightingale, pesannya kepada perawat untuk “
menjaga udara yang dihirup saat bernafas semurni udara luar, tanpa
mendinginkannya “ ( Nightingale, 1969 dalam Alligood, 2014 ).
Penekanan Nightingale pada ventilasi yang tepat menunjukan bahwa ia
mengenali lingkungan sebagai sumber penyakit dan pemulihan. Nightingale
memberikan deskripsi dan mengukur suhu tubuh pasien melalui palpasi
ekstermitas untuk memeriksa kehilangan panas (Nightingale, 1969 dalam
Alligood, 2014). Perawat diperintahkan untuk menata lingkungan untuk
mempertahankan ventilasi dan kehangatan pasien dengan menggunakan
pemasan yang baik, membuka jendela, dan memposisikan pasien didalam
ruangan dengan benar.
Konsep cahaya juga penting dalam teori Nightingale. Secara khusus, ia
mengidentifikasi sinar matahari langsung sebagai kebutuhan tertentu bagi
pasien. Untuk mencapai efek menguntungkan dari sinar matahari, para

8
perawat diinstruksikan untuk menggerakan dan memposisikan pasien untuk
mengekspos mereka terhadap sinar matahari.
Kebersihan adalah komponen penting lain daru teori lingkungan
Nightingale (Nightingale, 1969 dalam Alligood, 2014). Secara khusus
menunjukkan pada pasien, perawat, dan lingkungan fisik. Nightingale
menganjurkan pasien sering mandi, bahkan setiap hari, pada masa itu praktik
ini bukan hal yang biasa. Dia mengharuskan perawat juga mandi setiap hari,
pakaian mereka menjadi bersih, serta sering mencuci tangan. (Nightingale,
1969 dalam Alligood 2014). Konsep ini menyimpan makna bahwa khusus
untuk perawatan pasien individu, dan itu sangat penting dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat miskin yang tinggal di dalam kondisi lingkungan
yang sesak dan bermutu rendah, dengan penanganan limbah yang tidak
memadai dan akses yang terbatas pada air murni ( Nightingale, 1969 dalam
Alligood, 2014).
Nightingale memasukkan konsep tenang dan diet dalam teorinya.
Perawat diperlukan untuk menilai kebutuhan terhadap ketenangan dan
melakukan intervensi yang diperlukan untuk mempertahankan (Nightingale,
1969 dalam Alligood, 2014). Ia juga memperhatikan diet pasien. Dia
menginstruksikan para perawat tidak hanya menilai asupan makanan, tetapi
juga jadwal makan dan efeknya pada pasien. Dia percaya bahwa pasien
dengan penyakit kronis bisa mati kelaparan yang tidak sengaja, dan perawat
yang cerdas seharusnya bisa memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan baik.
Komponen lain dari tulisan Nightingale adalah deskripsi tentang
manajemen kecil/ administrasi keperawatan. (Nightingale, 1969 dalam Alligood,
2014). Dia menunjukan bahwa perawat adalah pengendali lingkungan baik
secara fisik maupun administratif. Keberadaan perawat adalah untuk
melindungi pasien dari menerima berita menjengkelkan, melihat pengunjung
yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pemulihan, dan mengalami
gangguan tidur yang tiba-tiba. Selain itu Nightingale juga mengakui bahwa
kunjungan hewan peliharaan bisa saja menjadi kenyamanan pasien.
Nightingale percaya bahwa perawat tetap bertanggung jawab atas lingkungan,
bahkan ketika perawat tidak hadir secara fisik, karena perawat seharusnya
mengawasi orang lain yang bekerja ketika ia tidak bertugas. (Susan, 1986
dalam Alligood, 2014 )

9
 Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks
lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan
psikologis dan lingkungan sosial.
1)   Lingkungan fisik (physical enviroment)

Lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.


Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akan mempengaruhi pasien dimana pun dia berada didalam ruangan
harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.

2)   Lingkungan sosial (social environment)

Observasi dari lingkungan sosial terutama hubungan yang spesifik,


kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit,
sangat penting untuk pencegahan penyakit.Dengan demikian setiap perawat
harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-
kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien
pada umumnya.

3)   Lingkungan psikologi (psychology environment)

F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negative dapat


menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien.  Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan
fisiknya.Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan
aktivitas  manual dapat merangsang semua factor untuk membantu pasien
dalam mempertahankan emosinya.

2.3 ASUMSI TEORI FLORENCE NIGHTINGALE


a). Keperawatan
Nightingale percaya bahwa setiap wanita, pada suatu waktu dalam
hidupnya akan menjadi seorang perawat dalam arti bahwa keperawatan
bertanggung jawab untuk kesehatan orang lain. Di dalam bukunya yang
didedikasikan untuk kaum wanita “berpikir seperti seorang perawat“
(Nightingale, 1969 dalam Alligood, 2014). Untuk merawat orang yang
dicintainya.
Bagaimanapun perawat yang terlatih harus belajar prinsip-prinsip ilmiah
tambahan untuk diterapkan dalam pekerjaan mereka dan menjadi lebih

10
terampil dalam mengamati dan melaporkan status kesehatan pasien sambil
memberikan perawatan ketika pasien sembuh.

b). Manusia
Nightingale menyebut person sebagai pasien. Perawat melakukan
tugas untuk dan bagi pasien dan mengendalikan lingkungan pasien untuk
meningkatkan pemulihan. Ia menjelaskan bahwa pasien bersifat pasif dalam
hubungan ini. Namun, referensi khusus dibuat untuk pasien melakukan
perawatan diri sendiri apabila memungkinkan dan khususnya ketika
menyangkut waktu dan substansi makanan. Nightingale menekankan bahwa
perawat adalah pengendali dan bertanggung jawab seputar lingkungan pasien.
Nightingale menghormati orang dari berbagai latar belakang dan tidak
menghakimi berkenaan dengan nilai sosial.

c). Kesehatan
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan baik serta
menggunakan setiap kekuatan (sumber daya) untuk sepenuhnya menjalani
hidup. Nightingale membayangkan pemeliharaan kesehatan melalui
pencegahan penyakit dan pengendalian lingkungan merupakan tanggung
jawab sosial. Konsep keperawatan kesehatan masyarakat yang lebih modern
dalam promosi kesehatan. Konsepnya tentang keperawatan kesehatan adalah
model yang digunakan oleh banyak lembaga dan departemen kesehatan
masyarakat di Amerika Serikat.

d). Lingkungan
Konsep nightingale tentang lingkungan menekankan bahwa
keperawatan adalah untuk “membantu alam dalam penyembuhan pasien”.
Nasehatnya untuk perawat adalah untuk menciptakan dan mempertahankan
lingkungan terapeutik yang akan meningkatkan kenyamanan dan pemulihan
pasien. Ajarannya tentang kebersihan pedesaan memasukkan deskripsi yang
sangat spesifik tentang masalah dan hasil-hasilnya, serta solusi praktis untuk
masalah ini bagi rumah tangga dan masyarakat ( Halsall, 1997 ).
Kondisi saat itu membuat teorinya sangat relevan. Dia percaya bahwa
orang miskin yang sakit akan mendapat manfaat dari perbaikan lingkungan
yang akan mempengaruhi tubuh mereka dan pikiran mereka. Dia percaya

11
bahwa perawat bisa berperan dalam mengubah status sosial orang miskin
dengan meningkatkan kondisi kehidupan fisik mereka. (Susan, 2014 dalam
Alligood, 2014).

2.4 TEORI FLORENCE NIGHTINGALE DAN KARAKTERISTIK TEORI


Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima
karakteristik dasar teori keperawatan :

1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai


hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti
hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep
lingkungan dan keperawatan

2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan


dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan
menggunakan cara berpikir yang logis

3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori


keperawatan dapat digunakan pada masalah sederhana maupun
masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek
keperawatan

4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge


keperawatan yang dilakukan melalui penelitian

5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki


kualitas praktek keperawatan

Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar


teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan
mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia
pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang
yang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga
membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan
asuhan keperawatan yang efesien.Beliau juga membedakan praktek
keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang
sakit dengan yang sehat.

12
Teori Nightingale ini memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan atau tindakan
keperawatan lebihketenangan, dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya
teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktek keperawatan
mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
a)    Nightingale tidak memandang perawat secara sempit hanya sibuk
dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi
pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersiahn,
ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Ninghtingale, 1860; Torres, 1986).
b)    Torres (1986) mencatat bahan  nightingale memberikan konsep dan
penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik
keperawatan.

2.5 HUBUNGAN TEORI FLORENCE NIGHTINGALE DENGAN BEBERAPA


KONSEP

Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :


a.   Individu / manusia
Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam
menghadapi penyakit
b.   Keperawatan
Bertujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik
untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk
mempengaruhi lingkungan.
c.   Sehat / sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
d.   Masyarakaat / lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara dan
cahaya.

13
Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a.  Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik beratkan pada
kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).
b.    Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan
mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan
dengan lingkungan keseluruhan.
c.    Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
1) Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
2) Ventilasi
3) Pembuangan sampah
4) Pencemaran lingkungan
5) Komunikasi sosial, dll
d.   Diagnosa keperawatan
Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan
antara lain :
1) Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas
asuhan.
2) Penyesuaian terhadap lingkungan.
3) Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e.    Implementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang
memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang
mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
individu.
f.   Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan
individu.

Hubungan teori Florence Nightingale dengan teori-teori lain


a.  Teori adaptasi
Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang
melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan

14
menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berhasil tidaknya respon
adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang
dijelaskan Florence Nightingale.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai
pengaruh dari lingkungannya berperan penting pada setiap individu
dalam berespon adaptif atau mal adaptif.

b.  Teori kebutuhan
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence Nightingale, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat
dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan
yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang
bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan
yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam
mempertahankan hidupnya.

c.  Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam
lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip
tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk
mengambil tindakan positif dalam mencapai keinginan atau
kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat
sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence Nightingale
menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum
sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang
gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, semuanya itu
dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan
lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan
koping individu.

15
2.6 PENGARUH TEORI FLORENCE NIGHTINGALE DALAM
KEPERAWATAN

Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan


keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu memahami seluruh
proses penyakit. Hal ini merupakan proses awal yang memisahkan antara
profesi keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat
secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan
pengobatan, tetapi lebih berorientrasi pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat.
Melalui observasi dan pengumpulan data Nightingale menghubungkan
antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang
menimbulkan perbaikan kondisi hygiene dan sanitasi selama perang Crimean.
Torres (1986) mencatat bahwa Nightingale memberikan konsep dan
penawaran yang dapat divalidasi memberikan dan digunakan untuk
menjalankan praktik keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya
memberikan cara berfikir tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang
berfokus pada klien dan lingkungan. Surat Nightingale dan tulisan tangannya
menuntun perawat untuk bekerja atas nama klien.
Prinsip Florence mencakup bidang pelayanan, penelitian dan
pendidikan. Hal yang paling penting adalah konsep dan prinsip yang
membentuk dan melingkupi praktik keperawatan. Nightingale berfikir dan
menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian)
bukan demi berbagai informasi/fakta yang mencurigakan, namun demi
menyelamatkan hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.

2.7 APLIKASI TEORI FLORENCE NIGHTINGALE DALAM PROSES


KEPERAWATAN

Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam merawat


pasien yang diterapkan dalam keperawatan saat ini, dalam hal
ini ventilasi menjadi pokok utama dalam menentukan penyembuhan pasien.

a.   Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-
menerus merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap

16
perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih, sebersih
udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan.
b.   Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu
penyakit pada pasien. Oleh karena itu, perawat harus berusaha dengan baik
agar air tetap terjaga kebersihannya.
c.   Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan
keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran
sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien.
d.   Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien.
Perawat memerlukan kebersihan yang optimal agar mempercepat proses
penyembuhan. Focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada
kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh
tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
e.   Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien
adalah cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi
rmanfaat yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu
membawa klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama
tidak terdapat Kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).

2.8 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI FLORENCE NIGHTINGALE


a. Kelebihan teori Florence Nigtingale
 Salah satu kisah fakta yang mencetuskan teori modern dalam dunia
keperawatan.
 Pada zaman keperawatan Florence Nightingale memandang pasien dalam
kontek keseluruhan lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial.
 Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan saja, tetapi lebih berorientasi pada
pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan,
dan nutrisi adekuat.

17
 Pengkajian atau observasi yang dilakukan Florence Nightingale bukan demi
berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyalamatan
hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.
 Semua tindakan yang dilakukan penuh kasih sayang dan bekerja untuk
Tuhan Y.M.E.
 Asuhan keperawatan yang diberikan penuh dengan semangat semata-mata
untuk kesembuhan pasien.

b.      Kelemahan teori Florence Nigtingale


 Teori Keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan kemampuannya.
 Perawat pada saat itu dianggap pekerjaan remeh dan disepelekan oleh
banyak orang.
 Kurangnya dukungan dari perawat lain dalam proses pelayanan dan
perkembangannya saat itu.
 Kurangnya sarana dan pra-sarana yang menunjang.

18
BAB III

JURNAL APLIKASI TEORI FLORENCE NIGHTINGALE

3.1 IDENTITAS JURNAL


1. Judul :
Application of Nightingale Nursing Theory to the Care of
Patient with Colostomy
2. Jurnal :
European Journal of Clinical and Biomedical Sciences
3. Volume dan Nomor : Vol. 2, No. 6
4. Penulis :
Afsha Awalkhan dan Dildar Muhammad Institute of Nursing Sciences,
Khyber Medical University, Peshawar, Pakistan.
E-mail: afshasaid@gmail.com (A. Awalkhan)
5. Tanggal Terbit : 18 Januari 2017
6. Daftar Pustaka :
Awalkhan, Afsha & Muhammad, Dildar. 2017. Application of Nightingale
Nursing Theory to the Care of
Patient with Colostomy. Vol. 2, No. 6. Peshawar, Pakistan.
European Journal of Clinical and Biomedical Sciences. ISSN
2575-5005.
Website Resmi :
http://www.sciencepublishinggroup.com/j/ejcbs (diakses tanggal 22 Maret
2018)

3.2 STUDI KASUS


Aku tugas di malam hari di unit bedah, ada pasien yang dibawa ke unit
bedah. Pasien adalah mrs. X dengan post operasi colostomy. Pasien
dioperasikan untuk obstruksi usus, sedangkan etiologi tidak diketahui, pasien
ditemani oleh ibu mertuanya dan tiga anaknya. Mrs. X adalah seorang janda,
suaminya tewas dalam perang di Provinsi Utara Afghanistan tiga tahun yang lalu.
Pasien sangat pucat dengan luka septik, colostomy bag tidak ditutupi dengan
benar dan ditutupi kantong plastik. Seluruh kulit abdomen merah dan terkoyak
saat pemeriksaan, dia demam dengan suhu 1030 F, tekanan darah 100 / 70 dan

19
denyut nadi 96 x/ min, berat badan 38 kg. hasil temuan lab 8,5 dengan leukositas
sedang. Pada riwayat kesehatan pasien mengatakan bahwa ia tinggal di sebuah
rumah kecil yang dihuni oleh 5 anak dan ibu mertua serta 2 ternak. Secara
ekonomi pasien hidup miskin dengan penghasilan kurang dari 1 dollar perhari.
Pada riwayat kesehatan, pasien pernah mendapati cacing di ususnya, mereka
selalu minum air dari sumur terdekat.

3.3 ANALISIS PEMBAHASAN


Penerapan teori Nightingale pada asuhan keperawatan Mrs. X, yaitu:
1. Lingkungan Fisik
Menurut pernyataan verbal dari Mrs. X dan penghuni rumah,
keadaan rumah yang mereka tinggali berbahaya bagi kesehatan Mrs. X
karena rumahnya terlalu penuh dan merupakan hasil pemberian dari
penduduk domestik. Mereka menggunakan air sumur dan menggunakan
tanah lapang terdekat untuk toileting, yang mana resiko terburuknya pada
sanitasi dan biasanya banyak menyebabkan kontaminasi air yang
mengawali terjadinya gastroenteritis.
Sekarang Mrs. X terbaring di unit bedah dengan colostomy bag
tidak terikat dengan tepat bahkan hanya diikat dengan plastik. Kebocoran
feses buruk sehingga menginfeksi stoma dan melecetkan kulit abdomen.
1.1 Diagnosa Keperawatan
 Infeksi berhubungan dengan kontaminasi luka dengan feses
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kontaminasi kulit
dengan feses.
1.2 Intervensi
Direncanakan pada Mrs. X, pelayannya sepenuhnya akan
mendidik dengan baik tentang pentingnya metode pembersihan air
minum. Pembuangan yang tepat untuk limbah rumah tangga dan
sumber pengobatan akan dicari melalui bantuan sosial untuk
dukungan keuangan Mrs. X.
Disediakan ruang di samping unit bagi Mrs. X. Stoma nya
dibersihkan dengan antiseptik dan menerapkan colostomy bag
dengan tepat. Kulit di sekitarnya dicuci dengan saline dan
mengaplikasikan salep anti-infeksi. Pad (kasa) diletakkan untuk
menyerap aliran tinja. Demonstrasi mengenai perawatan stoma dan

20
penggantian bag kepada pasien. Jendela kamar tetap terbuka untuk
ventilasi. Memberikan resep obat.
2. Lingkungan Psikologi
Nyonya X sangat khawatir tentang kesehatannya dan anak-anak
nya karena dia adalah seorang janda dan memiliki beban keuangan juga
dia merasa sedikit prihatin karena non-nasional, oleh karena itu ia sulit
untuk menjangkau sumber daya lokal saat ini. Dia memiliki masalah untuk
mengadopsi gaya hidup baru dengan stoma dan mengalami kesulitan
tidur karena takut membuka bag selama tidur.
2.1 Diagnosa Keperawatan
 Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan isolasi dari
penduduk lokal dan budaya
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa takut terhadap
keadaan stoma
2.2 Intervensi
Mrs. X diyakinkan bahwa dia akan segera diadopsi ke
masyarakat. Kasus khusus dalam hal keuangan diteruskan ke
administrasi rumah sakit untuk pengobatan gratis dan sebuah
organisasi non-pemerintah dihubungi untuk membantunya
meringankan beban keuangan.
Faktor lingkungan dievaluasi untuk menghindari gangguan dalam
tidurnya. Pengunjungnya diberitahu tentang pentingnya istirahat dan
tidur dalam kesembuhannya mereka dikonseling agar meminimalkan
keramaian saat jam tidur dan menghindari gangguan yang tidak perlu
di lingkungan ruangan Mrs. X.
Menjelaskan pada Mrs. X bahwa stoma bag nya tidak akan
terbuka saat tidur karena tertutup secara mekanis.
3. Status Nutrisi
Mrs. X kekurangan berat badan, dia kehilangan berat badan
secara signifikan di tiga minggu terakhir. Karena takut masalah kolostomi,
dia takut makan sesuai dengan pelayannya dia menghindari makan
karena setelah makan dia takut mendapatkan masalah.
3.1 Diagnosa Keperawatan
 Gizi seimbang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidaktahuan terhadap kebutuhan makanan.

21
3.2 Intervensi
Konsultasi pada ahli gizi mengenai menu makanan yang sesuai
untuk kondisi Mrs. X.
Memberi nutrisi yang adekuat: makanan yang kaya nilai-nilai
bergizi dan kurang dalam masalah enterik gastro.
Klien dimotivasi untuk makan dan memastikan tidak ada luang
makanan karena takut menyebabkan masalah.
Selain perawatan sistematis yang diberikan melalui proses
keperawatan di bawah pengaruh teori Nightingale, sikapnya yang
berhubungan dengan pengamatan kondisi pasien dan pengelolaan
yang remeh fokus pada kesinambungan perawatan. Dalam kasus
Mrs. X diamati kondisinya kritis dan setelah tertarik dengan
pengamatan kasus ini, pelayannya ditunjukkan dan dilatih tentang
colostomy dressing, kebersihan stoma dengan obat pelembab
antiseptik, kebutuhan diet pasien dan pengamatan warna kulit dekat
stoma dijelaskan secara detail.
4. Outcomes Rencana Keperawatan
Keberhasilan pencapaian perawatan tercapai dengan penerapan
teori Nightingale pada proses keperawatan Mrs. X. Menurut ungkapan
verbal pasien terhadap perubahan yang dirasakan / aktual, tanda
perbaikan terlihat pada kulit di sekitar stoma, klien menunjukkan perilaku
mengenai promosi kesehatan dan pencegahan komplikasi kerusakan
kulit. Berat badan dipertahankan dan menunjukkan peningkatan berat
badan. Pasien melaporkan adanya peningkatan perasaan tenang dan
rasa sejahtera, dia juga mengatakan tidur lebih baik dan istirahat relatif
serta gangguan berkurang.

3.4 KESIMPULAN JURNAL


Kolostomi adalah kondisi bedah utama di mana usus besar
dioperasi insisi untuk menghilangkan bagian yang sakit atau kerusakan
ujung colon yang keluar ke permukaan perut dengan lubang untuk
drainase usus. Kondisi ini membutuhkan asuhan keperawatan yang
efektif dan teori Florence Nightingale sangat sesuai untuk aplikasi
perawatan pasien seperti itu, Di samping itu fakta bahwa teori yang ada
sejak lebih dari satu abad itu masih hidup, mudah diterapkan dalam

22
usaha mendasar intervensi keperawatan. Meskipun ilmu keperawatan
semakin maju dengan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi, penelitian
dan penemuan bergantung pada teknologi, perawatan dengan teori
Nightingale tetap masih fungsional di era global karena filosofinya sesuai
dengan dasar-dasar keperawatan. (Afsha & Dildar, 2017 dalam Jurnal
Application of Nightingale Nursing Theory to the Care of
Patient with Colostomy).

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Teori model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan
sebagai focus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu lagi memahami
seluruh proses penyakit, dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan
dengan kedokteran. Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam
perkembangan praktek keperawatan, sehingga dikembangkan secara luas
dengan tindakan yang hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang
benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada
pasien sehingga perlu diperhatikan. Nightingale tidak memandang perawat
secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan
pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan,kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat
(Nightingale, 1860; Torres 1986).
Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan penyakit
tetapi tidak untuk menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat
adalah merawat orang yang sakit dan dokter adalah orang yang berperan
penting dan sangat membantu dalam proses penyembuhan penyakit. Itulah
beda perwat dan dokter.perawat juga bukan hanya memberikan obat untuk
menyembuhkan penyakit kepada si pasien tetapi mereka juga harus bisa
membuat lingkungan fisik, psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka
merasa sehat atau sembuh dari penyakit baik lahir maupun batin mereka
tenang dan nyaman. Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di
tuntut untuk memberikan kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa
meringankan penderitaan sakit si pasien itu dan dalam perawatan pasien tidak
dibedakan yang kaya dan miskin.

1.8 Saran
         Florence Nightingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam
proses keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Marilah kita sebagai
perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang kita rawat.
Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang paling kita sayang. Menjadi
perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau kita tidak pernah

24
mencoba kita tidak akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin
kalau kita mempunyai tekad untuk melakukannya dengan gigih dan penuh
kasih sayang.

25
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC


Alligood, Martha R. 2014. Nursing Theorists and Their Work Edisi 8. United
States of America. Elsevier
Awalkhan, Afsha & Muhammad, Dildar. 2017. Application of Nightingale Nursing
Theory to the Care of Patient with Colostomy. Vol. 2, No. 6. Peshawar,
Pakistan. European Journal of Clinical and Biomedical Sciences. ISSN
2575-5005.
http://www.sciencepublishinggroup.com/j/ejcbs (diakses tanggal 22 Maret
2018)
Fadhilla, Shara. 2010. Analisis Kepribadian Florence Nightingale (1820-1910).
Jatinangor. Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran
http://repository.unpad.ac.id/20955/1/Analisis-Kepribadian.pdf (diakses
tanggal 10 April 2018)
 http://www.ilmukeperawatan.info/2016/06/teori-konsep-dan-
modelmodel.html#ixzz5CXuNvxxb (diakses tanggal 10 April 2018)

26
LAMPIRAN: APPLICATION OF NIGHTINGALE
NURSING THEORY TO THE CARE OF PATIENT
WITH COLOSTOMY

27

Anda mungkin juga menyukai