Anda di halaman 1dari 17

Literature Review : Efektivitas Terapi Emotional Freedom

Technique (EFT) dan Terapi Spiritual Emotional Freedom


Technique (SEFT) Terhadap Hipertensi pada Lansia
Skripsi

Oleh : Khoirun Nissa


NIM : 1714314201015

nnn
Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maharani
Malang
Latar Belakang
Hipertensi umumnya terjadi pada lanjut usia (lansia) karena pada lansia terdapat adanya
pertambahan usia sehingga menyebabkan degeneratitif (penuaan) yang dapat mempengaruhi
penurunan fungsi fisiologis organ tubuh, sehingga dapat memicu terjadinya hipertensi. (Sahlia.,
2018).

Kementrian Kesehatan RI, (2018) menunjukkan prevalensi hipertensi mengalami peningkatan


sebesar 34,1%. Menurut Kemenkes RI, (2019) dari kasus hipertensi pada lansia meningkat
sejumlah 9,27% atau kurang lebih 24,49 juta orang. Namun, lebih banyak terjadi pada kasus
kelompok lansia muda (60-69 tahun) sejumlah 63,39%, lansia madya (70-79 tahun) sebesar
27,92% dan lansia tua (>80 tahun) sebesar 8,69%.

Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota Malang, (2017) jumlah penderita hipertensi sebanyak 59,283
lansia atau 14,66%, dari data tersebut terdapat beberapa wilayah yang angka kejadian hipertensi
cukup tinggi, salah satunya yaitu di Kecamatan Lowokwaru dengan jumlah penderita hipertensi
sebanyak 7,029 lansia atau 19,79%, dari jumlah tersebut 518 kasus terdiri dari 204 lansia laki-laki
dan 314 lansia perempuan berusia 60-69 tahun. Dengan kondisi tekanan darah sistolik lebih besar
atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90
mmHg, mengeluh tidak bisa tidur nyenyak dan mengeluh mudah pusing (Assiddiqy, 2020).
Berdasarkan permasalahan yang muncul peneliti tertarik untuk
mencari “Keefektivan terapi Emotional Freedom Technique (EFT)
dan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
diperlukan sebagai cara untuk menurunkan tekanan darah pada
lansia”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
Manfaat
permasalahan, maka dapat
dirumuskan masalah “Apakah ada Penelitia
efektivitas terapi Emotional Freedom
Technique (EFT) dan terapi Spiritual n
Emotional Freedom Technique (SEFT)
terhadap hipertensi pada lansia
berdasarkan studi literature review?
Manfaat
Teoritis
Bagi institusi dan
Tujuan Penelitian ilmu keperawatan Manfaat
Untuk mengetahui efektivitas terapi Bagi tenaga
Emotional Freedom Technique (EFT) kesehatan
praktis
dan terapi Spiritual Emotional Bagi mahasiswa
Freedom Technique (SEFT) terhadap keperawatan
hipertensi pada lansia berdasarkan
studi literature review Bagi peneliti
Strategi Pencarian Literature

Strategi yang digunakan dalam literature review ini


menggunakan PICOT. Pencarian dilakukan di web Google
Scholar dengan alamat website : https://scholar.google.com/,
ProQuest dengan alamat website :
https://search.proquest.com/index , dan ScienceDirect
dengan alamat website : https://www.sciencedirect.com/

Kata kunci :
• “Emotional Freedom Technique” OR “Spiritual Emotional Freedom
Technique” AND “Hypertension” AND “Elderly”
• “Emotional Freedom Technique” ATAU “Spiritual Emotional Freedom
Technique” DAN “Hipertensi” DAN “Lansia”
Kriteria Inklusi dan
Ekslusi
Kriteria Inklusi Ekslusi
Population Jurnal internasional atau nasional yang Jurnal internasional atau nasional yang tidak
berhubungan dengan topik penelitian yaitu berpengaruh dengan topik penelitian yaitu
efektivitas terapi Emotional Freedom Technique efektivitas terapi Emotional Freedom Technique
(EFT) dan terapi Spiritual Emotional Freedom (EFT) dan terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) terhadap hipertensi pada lansia. Technique (SEFT) terhadap hipertensi pada lansia.
Intervention Tidak ada intervensi khusus Tidak ada intervensi khusus
Comparators Tidak ada jurnal pembanding Tidak ada jurnal pembanding
Outcomes Menunjukkan ada efektivitas terapi Emotional Tidak menunjukkan adanya efektivitas terapi
Freedom Technique (EFT) dan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (EFT) dan terapi
Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
hipertensi pada lansia. terhadap hipertensi pada lansia.
Study design and Pre Eksperimen, Quasy Eksperimen Literature review, Systematic review, Meta
publication type analysis, Analysis reviewed, Semi structured
Publication years Artikel atau jurnal yang terbit pada tahun 2016- Artikel atau jurnal yang terbit sebelum tahun 2016-
2021 atau dalam waktu 5 tahun terakhir. 2021
Language Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia . selain bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Hasil
Pencarian Penilaian
Kualitas
Hasil dan Analisis
11 Jurnal Penelitian

Uji Analisis
Tahun Quasi Uji Independent sample
Univariat dan
2019 Eksperimen t-test
Analisis Bivariat
45,4% 90,9% 27,3% 27,3%

Dari 11 jurnal tersebut, 27,3% atau 3 jurnal dinyatakan adanya efektivitas terapi Emotional Freedom
Technique (EFT) terhadap hipertensi pada lansia, dan 72,7% atau 8 jurnal dinyatakan adanya
efektivitas terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap hipertensi pada lansia.
Pembahasan

Keefektivan Terapi Emotional Freedom Technique (EFT) Terhadap Hipertensi pada Lansia

Terapi EFT menggunakan teknik “energy psychology”. Terapi ini memerlukan ketelitian dalam
menerapkannya, karena terapi EFT merupakan terapi mind body therapy yang menggabungkan efek fisik
dari perawatan meridian dan efek mental dalam menfokuskan permasalahan di waktu yang sama dengan
cara menstimulasi titik-titik tubuh tertentu yaitu dengan mengetuk ringan ( tapping) (Church et al., 2018).
Sehingga dalam sebuah teori keperawatan Jean Watson yaitu “Caring”menyatakan bahwa sikap peduli
untuk mendapatkan status kesehatan dan pemulihan klien ditandai dengan perhatian dan konsentrasi (Aini,
2018). Metode terapi ini diutamakan pada keadaan emosional tidak stabil yang menyebabkan
terganggunya sistem energi dalam tubuh lansia penderita hipertensi, karena pada lansia mereka selalu
memikirkan keadaan dan kondisi kesehatannya. Secara konsepnya terapi ini tidak menggunakan jarum
melainkan menggunakan dua jari ( jari telunjuk dan jari tengah) untuk melakukan ketukan (tapping) pada
titik-titik kunci the major energy meridian yang melakukannya dengan cara diketukkan beberapa kali (7-10
kali). Hal ini dapat menghasilkan efek menetralkan gangguan emosi rasa sakit yang dirasakan karena aliran
energi tubuh yang diberikan dari terapi berproses dengan baik,normal dan tekanan darah dapat seimbang
kembali (Rikayoni & Rahmi, 2019)
Terdapat 2 prosedur pelaksanaan :

Set Up (Persiapan) Berikut contohnya :


Tahapan ini lansia melakukan ketukan ringan
(tapping) pada Karate Chop Point atau mengusap
“Walaupun saya mulai putus asa dengan
dengan telapak tangan pada “Sore poin”
penyakit tekanan darah tinggi yang saya derita,
disertai dengan mengungkapkan permasalahan
tetapi saya menerima keadaan diri saya”
yang dialami sebanyak 3 kali. Pada tahap ini,
masalah yang dirasakan lansia harus dijelaskan
sejelas mungkin agar masalah tersebut dapat “Walaupun saya merasa cemas mengalami
diatasi dengan terapi ini penyakit tekanan darah tinggi yang saya alami,
tetapi saya selalu menerima keadaan diri saya”

Sequence (Putaran)
Tahapan ini lansia tetap berfokus pada
permasalahannya yang ada pada dirinya untuk
memperoleh cara berfikir positif, selanjutnya
lansia melakukan ketukan (tapping) 7 -8 kali pada
titik meridian secara berurutan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah dengan frekuensi 60-
80x/menit dan mengucapkan kalimat set up
1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rikayoni & Rahmi, (2019) menunjukkan rata-rata usia responden yaitu 75,60 tahun
dengan usia termuda 63 tahun dan usia tertua 86 tahun. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia sebelum diberikan
terapi EFT sebesar 151.50 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik sebesar 89.00 mmHg. Kemudian hasil nilai rata-rata
tekanan darah sistolik pada lansia sesudah diberikan terapi EFT sebesar 136.00 mmHg, sedangkan untuk hasil tekanan darah
diastolik sebesar 78.00 mmHg. Berdasarkan hasil uji-t (T-Test) rata-rata standar deviasi sebelum diberikan terapi EFT sebesar
151.50 dan sesudah diberikan terapi EFT sebesar 136.00 serta pengaruh terapi EFT pada tekanan darah sistolik sebesar 15.500
dan tekanan darah diastolik sebesar 11.000 dengan menggunakan uji paried samples statistics di dapatkan nilai p value =
0,000 (p<0,05).
2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Isworo et al., (2019) rata-rata usia pada kelompok intervensi yaitu usia 63,18 tahun.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
responden berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok
intervensi sebelum diberikan terapi EFT sebesar 159,93 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik sebesar 98,62 mmHg.
Selanjutnya untuk hasil tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi EFT sebesar 152,18 mmHg, sedangkan pada tekanan
darah diastolik sebesar 97,98 mmHg. Menunjukkan perbedaan yang bermakna pada nilai tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah diberikan terapi EFT (p<0,001), tetapi tidak terdapat perbedaan pada nilai tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah diberikan terapi EFT (p=0,699).
3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lestari, (2020) mengatakan bahwa ketika responden lansia diberikan terapi EFT
sebagaian besar responden menciptakan suasana yang nyaman dan tenang, seperti melakukan tindakan terapi EFT dengan
posisi duduk di kursi atau sofa dan melakukan tindakan dengan posisi tidur atau terlentang. Pada penelitian ini menunjukkan
nilai rata-rata tekanan darah sebelum diberikan terapi EFT sebesar 5,50 mmHg, sedangkan pada nilai rata-rata tekanan darah
sesudah diberikan terapi EFT sebesar 1,63 mmHg. Kemudian dilakukan uji beda tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
terapi EFT dengan Wilcoxon test, diperoleh p = 0,011 (p<0,05).
Pembahasan

Keefektivan Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Hipertensi


pada Lansia

Kepatuhan dalam minum obat pada lansia yang mengalami hipertensi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatannya. Dalam kepatuhan minum obat yang perlu diperhatikan yaitu berapa lama lansia mengkonsumsi obat tersebut
sebagai terapi farmakologi. Pada pengobatan hipertensi pada lansia selain menggunakan terapi farmakologi, lansia juga dapat
diberikan terapi non farmakologi tambahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan terapi komplementer yaitu terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT), karena terapi SEFT ini mengandalkan energi dalam tubuh yang mengakibatkan pembuluh
darah vasodilatasi atau mengalami pelebaran pembuluh darah. Sehingga mampu dijadikan alternatif untuk pengobatan khususnya
penurunan tekanan darah, karena memberikan rasa nyaman, relaksasi, dan menyebabkan pembuluh darah tubuh menjadi lancar
(Orizani, 2019). Terapi SEFT merupakan metode baru dalam melakukan terapi Emotional Freedom Technique (EFT) yang dinilai
dapat lebih efektif dan lebih powerfull dalam membantu mengatasi masalah fisik maupun emosi (Gita Nur Fitri, 2017). Teknik
dalam terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) menggunakan unsur spiritual yang lebih aman, lebih mudah, lebih
cepat, dan lebih sederhana cara melakukannya, karena terapi SEFT ini merupakan teknik penggabungan sistem energi tubuh
(energy medicine) dan terapi spiritual yang menggunakan teknik ketukan ringan (tapping) pada syaraf (meridian tubuh) (Saputra et
al., 2020).
1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lismayanti & Sari, (2018) mengatakan bahwa rata-rata usia responden adalah
71,47 tahun, dengan usia termuda 66 tahun dan usia tertua 78 tahun, dengan tingkat kepercayaan 95% yang berada pada
usia 70,1 – 72,8 tahun, didominasi lansia dengan jenis kelamin perempuan (53,3%) lebih banyak dibandingkan dengan
lansia laki-laki (46,7%). Pada hasil nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi SEFT sebesar 175 mmHg,
sedangkan pada rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 93 mmHg. Pada hasil rata-rata tekanan darah sistolik setelah
diberikan terapi SEFT sebesar 171,7 mmHg, sedangkan pada rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 92,5 mmHg.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 3,3 mmHg dan tekanan darah diastolik
sebesar 0,9 mmHg. Sehingga uji T diperoleh p value 0,000 yang berarti terdapat perbedaan signifikan terhadap hasil
penurunan tekanan darah antara sebelum dan sesudah diberikan terapi SEFT.
2. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maryatun, (2017) dengan melakukan uji alternative Mann Whitney menunjukkan
terdapat perbedaan yang bermakna pada rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia kelompok intervensi sebesar 10,41
mmHg (p value = 0,000), sedangkan pada tekanan darah diastolik juga menunjukkan perubahan bermakna kelompok
intervensi sebesar 8,35 mmHg (p value = 0,003).
3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh G. N. Fitri et al., (2017) menunjukkan hasil Uji t-test rata-rata tekanan darah
sistolik pada lansia laki-laki dan lansia perempuan sebelum diberikan terapi SEFT diperoleh nilai p = 0,717 (p > 0,05),
sedangkan tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi SEFT p = 0,335 (p > 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan
pada hasil rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan terapi SEFT. Selanjutnya dilakukan hasil Uji t-
test tekanan darah diastolik pada lansia laki-laki dan perempuan sebelum terapi SEFT diperoleh nilai p-value = 0,109 (p >
0,05,) sedangkan tekanan darah diastolik sesudah diberikan terapi SEFT p-value = 0,035 (p < 0,05) menunjukkan ada
perbedaan pada rata-rata tekanan darah diastolik sesudah diberikan terapi SEFT.
4. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji & Lekatompessy, (2019) menunjukkan tekanan darah sistolik sebelum
diberikan intervensi sebesar 173,76 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 96,41 mmHg, sedangkan setelah diberikan
intervensi hasilnya menurun yaitu tekanan darah sistolik sebesar 153,06 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 87,41
mmHg. Hasil uji komparasi (paired t test) kelompok SEFT sebelum dan sesudah terapi rata-rata perbedaan tekanan darah
sistolik sebesar 20,706 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 9,000 mmHg, nilai t = 10,801 mmHg (p value = 0,000 <
0,05).
5. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saputra et al., (2020) menunjukkan hasil nilai rata-rata sebelum diberikan
intervensi tekanan darah sistolik sebesar 164,00 mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 94,67 mmHg,
sedangkan rata-rata setelah diberikan intervensi tekanan darah sistolik sebesar 149,67 mmHg dan nilai rata-rata tekanan
darah diastolik sebesar 90,00 mmHg.
6. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Orizani, (2019) mengatakan bahwa karakteristik responden terbanyak berusia 60-
74 tahun sebanyak 19 orang (63,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 17 orang (56,6%), tidak bekerja sebanyak 23
orang (76,6%), tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 22 orang (73,3%), tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak
20 orang (66,6%), tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 30 orang (100%), tidak mengkonsumsi garam berlebihan
sebanyak 23 orang (76,6%), aktif dalam kegiatan olahraga sebanyak 15 orang (15%), tidak aktif dalam kegiatan olahraga
sebanyak 15 orang (15%), tidak mengkonsumsi obat-obatan hipertensi sebanyak 30 orang (100%). Pada data responden
sebelum diberikan terapi SEFT (pretest) menunjukkan sebagaian besar responden mengalami tekanan darah yang
termasuk dalam kategori hipertensi tahap 1 dengan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 140 mmHg sampai 159 mmHg
dan pada rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 90 mmHg sampai 99 mmHg berjumlah 21 orang dengan presentase
66,6%, sedangkan setelah diberikan terapi SEFT responden yang termasuk dalam kategori hipertensi tahap 1 berkurang
menjadi 16 orang dengan presentase 53,3%. Setelah dilakukan terapi SEFT 3x dalam 1 minggu. Hasil analisa data rata-rata
tekanan darah sebelum diberikan terapi SEFT rata-rata 1,30 dan setelah di berikan terapi SEFT rata-rata 2,20. Hasil Uji
Statistik Wilcoxon (p value = 0,000 < a = 0,05).
7. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cholifah et al., (2020) menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
dilakukan terapi sebesar 163,76 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 97,65 mmHg, sedangkan rata-rata setelah
dilakukan terapi nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 164,35 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 93,82
mmHg. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna sebelum (pre test) dan sesudah (post test)
pemberian kombinasi terapi EFT-Murottal Al-Qur’an terhadap tekanan darah (p<0,001 ; < 0,001 diastolik).
8. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maswarni & Hayana, (2020) menunjukkan hasil sebelum diberikan terapi SEFT
nilai rata-rata sistolik 158 mmHg dan diastolik 98,18 mmHg, sedangkan sesudah diberikan terapi SEFT nilai rata-rata
sistolik 146,12 mmHg dan diastolik 87,37 mmHg. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Uji t, menunjukkan nilai t hitung
pada tekanan darah sistolik sebesar 16,65 (p-value = 0,000), sedangkan pada nilai t hitung tekanan darah diastolik sebesar
11,88 (p-value = 0,000, a < 0,05).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian literature review menyimpulkan bahwa proses tapping atau mengetuk
saat melakukan terapi Emotional Freedom Technique (EFT) dan terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan masalah kesehatan masing-masing lansia
karena hasil dari mengetuk tersebut mampu melebarkan jalan pembuluh darah sehingga aliran darah
pada lansia menjadi lancar dan dapat mempengaruhi tekanan darah untuk mengalami penurunan. Kedua
terapi tersebut dapat efektif dilakukan secara mandiri oleh lansia ataupun dibantu oleh pendamping jika
lansia tidak mampu melakukannya secara mandiri, karena terapi ini mudah dan murah, dapat dilakukan
dimana dan kapan saja, dan dapat diberikan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dialami
baik masalah fisik maupun psikologis khususnya untuk menurunkan tekanan darah pada lansia. Namun,
dalam melakukan terapi ini penggunaan terapi harus tetap didampingi oleh pengobatan farmakologi yang
sesuai dengan resep dan anjuran dokter karena untuk membantu mengobati, mengatasi, dan
menstabilkan hipertensi atau kenaikan tekanan darah yang terjadi pada lansia. Selain pengobatan
farmakologi yang dijalakan dalam menurunkan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik
perlu adanya pengontrolan emosional pada lansia.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai