Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi dan Teori Florence Nightingale

Florence Nightingale ( 1820 – 1910 ) Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei

1820 di Florence, Italia, dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya,

Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence

dalam bahasa Inggris. Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan bernama

Parthenope. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang kaya, beradab dan bercita-

cita tinggi yang bernama William Edward Nightingale.

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik

ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di

Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga

Nightingale adalah keluarga terpandang. Ia belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa

Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain. Ia senang memelihara binatang yang sakit, selain itu

ia senang bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin beribadah. Pada

masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras. Kakaknya,

Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah karena pada

masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang

saja dan malas, sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga

sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa dengan hikmat ia

mendengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti sebuah tugas. Pada saat itu

Folrence berusia tujuh belas tahun.

3
Akhirnya Pada tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang

pengalamannya itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk

melayani-Nya. Tetapi pelayanan apa?” Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat

dan sangat bersukacita bukan karena status sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa

bersemangat disaat ia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar

rumah keluarganya serta ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan

rumah sakit. Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk

berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan

dengan jalur yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung

kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi

perawat. Karena pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan

yang hina. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:

1. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang

miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi

2. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka

sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik,

selain itu banyak pasien memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan yang berada di

rumah sakit dengan tidak sopan (tidak senonoh)

3. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena

alasan-alasan di atas,

4. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak dibandingkan menjalankan

tugasnya sebagai seorang perawat.

4
Meskipun mengahadapi hambatan dari keluarga dan alasan-alasan Florence tetap

memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi seorang perawat. Ketika berumur 20 tahun

Florence meminta izin kepada orang tuanya untuk bekerja di rumah sakit dan belajar tentang

keperawatan. Akan tetapi orang tuanya tetap tidak mengijinkannya karena keadaan rumah

sakit pada saat itu sangaat memprihatinkan. Walaupun mendapat larangan dari kedua orang

tuanya semangat Florence untuk menjadi perawat tidak hilang.

Pada suatu hari nenek Florence sakit. Saat itu Florence mendapat kesempatan untuk

merawat neneknya sampai pada akhirnya beliau meninggal. Dengan pengalaman merawat

neneknya tersebut bertambahlah pengalaman Florence dalam merawat orang sakit. Florence

berpendapat bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat

dengan baik karena menolong sesama manusia sama halnya dengan mengabdikan diri

kepada Tuhan. Florence bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel

Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi

seorang perawat?” Dr. Samuel Howe menjawab, “Di Inggris, semua yang tidak biasa

dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar

bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan

bagi orang lain.”

Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic

Sisters of Charity yang memberikan jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya

dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di

Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang

dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua

belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan

5
sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti

dengan doa. Florence sangat tertarik dan bersemangat menanggapi cerita Dr. Howe dan

mengatakan bahwa Kaiserworth adalah tujuannya. Pada bulan Juli 1850 saat ia telah berusia

30 tahun, Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah

dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa

dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.

Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama

sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed

Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan

menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator

untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para

perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi

sekte, institusi tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. Di sini

Florence beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien

yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite

ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis berbunyi; “rumah sakit akan

menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya,

serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk

rabi, dan ulama untuk orang Islam” Menanggapi anccaman Florence ini, Komite Rumah

Sakit pada akhirnya merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Peran Florence Nightingale pada Perang Krimea Pada tahun 1854, ketika Inggris dan

Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Krimea dan

Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur Tengah). Banyak prajurit yang gugur dalam

6
pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para

prajurit yang sakit dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama

William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME wartawan tersebut

menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi

perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau

mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”. Hati

rakyat Inggris pun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa saatnya telah tiba abgi

dirinya untuk bertindak, ia pun menulis surat kepada menteri perang saat itu, Sidney

Herbert, untuk menjadi sukarelawan di perang krimea.

Pada pertemuan antara Florence dan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence

adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Dijelaskan bahwa banyak prajurit-

prajurit yang mati di Krimea bukan karena peluru ataupun bom, namun hal tersebut

disebabkan karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria yang ada jumlahnya tidak

memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence

menyanggupinya.

Sebagai Menteri Perang, Sidney Herbert meminta Florence untuk mengepalai sebuah

tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan

tersebut dengan baik. Dia berangkat bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang

perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan sementara 24

orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma,

perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di

bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut

bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya.

7
Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38 rekan rekannya,

mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan

yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan. Beberapa gadis

sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua

ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit

bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.

Florence melihat para prajurit yang terluka tidak mendapat perawatan dengan baik.

Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kebersihan sering

membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan bagi para

pasien pun tidak tersedia. Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat

untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah

rumah sakit militer.

Dokter -dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki,

dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemiliknya, potongan-potongan

tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya

jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung

menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut

oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.

Kenyataan yang demikian membuat Florence semakin yakin bahwa yang membunuh para

prajurit justru kondisi tempat perawatan yang sangat buruk. Sekembalinya ke Inggris,

Florence mengumpulkan lebih banyak bukti yang disodorkannya kepada Komisi Kesehatan

Angkatan Darat. Ia melaporkan betapa banyaknya prajurit yang meninggal akibat buruknya

8
kondisi di barak-barak. Hal inilah yang kemudian memengaruhi karier keperawatan

Florence.

1. Akhir Hidup

Florence Nightingale meninggal dalam tugasnya pada tanggal 13 Agustus 1910

pada usia 90 tahun karena penyakit tifus. Florence telah berjasa besar bagi dunia medis,

khususnya menetapkan fondasi keperawatan. Betapa perawat adalah profesi yang penting

dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus. Tidak heran, bila profesi ini kini

menjadi profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan masyarakat Inggris

sebelumnya.

2. Warisan Florence Nightingale

Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem kesehatan

publik. Sistem tersebut menunjukkan keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang Pencipta

segalanya, selain itu pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan pentingnya

kesehatan dan pencegahan penyakit secara konsisten. Ia mencetuskan perilaku hidup

yang sehat dengan:

a. rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi mereka yang

hidup makmur);

b. air dan udara yang bersih;

c. nutrisi yang baik;

d. kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran maupun pasca

kelahiran karena demam, lebih tinggi);

e. perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak pun yang

menjadi pekerja.

9
Florence juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengangkat harkat

para perawat. Meskipun bila kita cermati, hal ini sudah dilakukan sejak Pendeta Theodor

Fliedner dan istrinya membangun rumah sakit di Kaiserswerth, Florence yang berperan

menaikkan derajat para perawat sebagai profesional yang dihargai. Pada tahun 1860, ia

mendirikan Nightingale Training School bagi para perawat di Rumah Sakit St. Thomas.

Pada tahun 1860, karya terbaiknya, Notes on Nursing dipublikasikan. Karya ini menjadi

penting mengingat di dalamnya terdapat prinsip-prinsip keperawatan yang meliputi

pengawasan yang teliti dan sensitif bagi para pasien. Selain itu, minat dan kemampuan

matematis yang dimilikinya semenjak kecil membuat Florence menjadi salah satu tokoh

yang turut berperan penting dalam hal statistik. Ia mengompilasi, menganalisis, dan

mempresentasikan pengamatan medisnya dengan bidang yang juga dikuasai ayahnya.

Salah satu peranannya ialahdalam mempresentasikan informasi secara visual. Ia bisa

dikatakan memperbaiki "grafik kue pie" yang diperkenalkan pertama kali oleh William

Playfair pada tahun 1801. Dalam penjelasannya di hadapan anggota parlemen, Florence

menggunakan grafik yang menyerupai histogram melingkar yang kita kenal belakangan,

mengingat para anggota parlemen terlihat tidak suka membaca atau memahami laporan

statistic tradisional.

Belakangan, Florence mempelajari sanitasi di India dengan statistik yang

komprehensif. Ia juga menjadi orang terkemuka yang memperkenalkan pengembangan

pelayanan medis dan kesehatan publik di sana. Atas perannya ini, ia menjadi wanita

pertama yang berbagian dalam Royal Statistical Society, yang juga menjadi anggota

kehormatan dari American Statistical Association. Selain mempromosikan keseragaman

statistik di rumah sakit Florence juga merupakan salah satu penguji data yang berkenaan

10
dengan kesehatan dan keselamatan. Ia juga menjadi orang pertama yang memimpin studi

tingkat kelahiran anak-anak Aborigin di daerah-daerah koloni Inggris.

Teori Florence Nihgtingale

Florence Nihgtingale menekankan bahwa keperawatan adalah suatu profesi

dengan tujuan untuk menemukan dan menggunakan hukum alam dalam

mengembangkan dan membangun pelayanan kesehatan. Alasan dilakukannya

tindakan keperawatan adalah untuk menempatkan keadaan manusia dalam kondisi

yang terbaik secara alami untuk menyembuhkan dan atau meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit. Manusia merupakan kesatuan fisik, intelektual, dan

metafisik yang lengkap dan berpotensi. Pengertian sehat sendiri adalah suatu

keadaan yang bebas dari penyakit dan menggunakan kekuatan yang ada secara

penuh. Sedangkan Florence memandang bahwa lingkungan adalah suatu kondisi

eksternal yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya seseorang.

B. Biografi dan Teori Virginia Henderson

Virginia Henderson lahir pada tahun 1897, merupakan anak kelima dari delapan

bersaudara. Seorang warga Negara dari Kansas city, Mo, Henderson menghabiskan masa

pekembangannya di Virginia karena ayahnya membuka prakter notaries di Washinton D.C

Selama perang dunia I Henderson mulai tertarik dengan Keperawatan. Tahun 198 dia

memasuki The Army School of Nursing di Wasington D.C. Henderson lulus tahun 1921 dan

menempati posisi sebagai staf perawat di The Henry Street visiting nurse service di New

york. 1992 henderson mengajar perawat di The Norfolk Protestant Hospital di Virginia. 5

11
tahun dia memasuki Teacher College at Columbia University dan mendapatkan gelar B.S.

dan M.A nya dalam pendidikan perawat. 1929 henderson sebagai kepala pengajar di The

Clinics of Strong Memorial Hospital di Rocherter, New York. 1930 Henderson

kembali mengajar sebagai staf pengajar di bidang proses analisis perawat dan praktek klinik

hingga 1984. Henderson menikmati karir sebagai penulis dan peneliti. Dia menulis kembali

edisi keempat dari buku Bertha Harmer’s yang berjudul Texbook of the Principles and

Practice of Nursering. Saat Ederson meninggal. Edisi ini dipublikasikan pada tahun 1939

dan berisi definisi perawat menurut Endersonsendiri. Edisi kelima dipublikasikan pada tahun

1955. Henderson telah bekerjasama dengan Yale University sejak awal 1950. Dari tahun

1959 hingga 1971 Henderson memimpin The Studies Index Project Sponsored oleh Yale.

The Nursing Studies Index telah berkembang menjadi 4 volume index yang bercacatan

menjadi literature biographic, analisis dan sejarah perawat dari tahun 1900 hingga 1959.

Pamfletnya, Basic Principles of Nursing Care, di publikasikan untuk Internasional Council

of Nurses pada tahun 1960 dan diterjemahkan menjadi lebih dari 20 bahasa. Buku The

Nature of Nursing diplubikasikan pada tahun 1966 dan menjelaskan konsep tentang dasar

keperawatan, fungsi yang unik. The Principles and Practice of Nursing diplubikasikan pada

tahun 1978, ditulis oleh Henderson dan Gladys Nite dan di edit oleh Henderson. Buku ini

telah di gunakan dalam kurikulum dari berbagai sekolah perawat. 1890 henderson aktif

sebagai peneliti Associate Emeritus di Yale.

1. Teori Virginia Henderson

Virginia Henderson Keperawatan menurut Henderson adalah suatu fungsi yang

unik dari Keperawatan untuk menolong klien yang sakit atau sehat dalam memberikan

pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan

12
kemandirian pasien secara rasional, sehingga pasien sembuh atau meninggal dengan

tenang. Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan medik dasar.

Dari referensi tersebut asumsi dari individu yaitu :

a. Individu perlu mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional

b. Individu memerlukan bantuan untuk memperoleh kesehatan dan kemandirian atau

meninggal dengan damai

c. Individu membutuhkan kekuatan yang diperlukan, keinginan atau pengetahuan untuk

mencapai atau mempertahankan kesehatan

Henderson berpendapat peranan perawat membantu individu sehat sakit dengan

suatu cara penambah atau pelengkap (supplementary atau emplementary). Perawat

sebagai partner penolong pasien dan kalau perlu sebagai pengganti pasien. Focus perawat

adalah menolong apsien dan keluarga untuk memperoleh kebebasan dalam makan,

bernafas normal. Tempat memenuhi kebutuhan dasar: bergerak dengan mempertahankan,

eliminasi sampah tubuh, minum adequatemerubah dengan yang cocok. Tidur dan

istirahat, posisi yang diinginkan, mempertahankan temperature tubuh dalam rentan

normal dengan mengatur menjaga tubuh, pakaian dan mendidik lingkungan. Dalam

tulisannya dia membicarakan keutamaan individual, dia melihat individu sebagai relasi

untuk perawat tapi sedikit membahas dampak dari komunitas individu dan keluarga.

Dalam buku yang ia tulis dengan Harmer, dia mendukung tugas dari agency swasta dan

public dalam menjaga kesehatan masyarakat. Dia percaya bahwa masyarakat

menginginkan dan mengharapkan pelayanan perawat untuk orang-orang yang tidak dapat

melakukan aktifitasnya secara mandiri. Dia mengharapkan masyarakat untuk

berkontribusi dalam pendidikan keperawatan.

13
Model perawat yang dijelaskan oleh Virginia handerson adalah model konsep

aktifitas sehari-hari dengan mengambarkan gambaran fungsi utama perawat yaitu

menolong orang yang sakit/sehat dalam usaha menjaga kesehatan atau menghadapi

kematian dengan tenang. Teori Henderson berfokus pada individu berdasarkan

pandangan, yaitu jasmani(body) dan rohani (mind) yang tidak dapat dipisahkan. Menurut

Henderson manusia adalah unik dan tidak ada dua manusia yang sama. Kebutuhan

individu tercermin dalam 14 komponen asuhan Keperawatan dasar (basic nursing care):

a. bernafas dengan normal,

b. nutrisi,

c. eliminasi,

d. gerak dan keseimbangan tubuh,

e. istirahat tidur,

f. berpakain,

g. mempertahankan sirkulasi,

h. personal hygiene,

i. rasa aman dan nyaman,

j. berkomunikasi,

k. kebutuhan spiritual,

l. kebutuhan bekerja,

m. kebutuhan bekerja,

n. kebutuhan bermain dan rekreasi dan kebutuhan belajar.

Empat belas komponen dari fungsi-fungsi keperawatan dapat dikatagorikan sperti

sembilan komponen pertama adalah fisiologi, kesepuluh dan keempat belas adalah aspek

14
psikologis dari komunikasi dan pembelajaran, komponen kesebelas adalah moral, dan

komponen ketigabelas adalah orientasi secara social untuk pekerjaan dan rekreasi.

C. Biografi dan Teori Hildegard E. Peplau

Nama Lengkap : Hildegard E. Peplau

Nama Panggilan : Peplau

TTL : Reading, Pennsylvania, 1 september 1909

Pendidikan :

 Lulus dari program diploma diPottstown (PA SCHOOL), Pennsylvania pada tahun 1931

 Selesai BA dalam psikologi interpersonal dari Bennington College pada tahun 1943

 MA dikeperawatan psikiatri dari Universitas Colombia New York pada 1947

 Edd dalam pengembangan kurikulum 1953

Pekerjaan :

 Peofesor emeritus dari universitas Rutgers

 Memulai program pasca sarjana muda pertama dalam keperawatan

 Ditampilkan hubungan Interpersonal dalam keperawatan pada tahun 1952

 1968 : interpersonal teknil-inti dari keperawatan jiwa

 Bekerja sebagai direktur eksekutif dan presiden ANA

 Bekerja dengan W.H.O,NIMH dan korps perawat

 Bekerja sebagai profesor kunjungan di Universitas Leuven Belgium tahun 1975 dan

1976

 Pada tahun 1950 mengajar pskiatri keperawatan difalkukltas ilmu pendidikan

15
Wafat : 17 Maret 1999 (usia 89 tahun)

1. Teori Hildegard E. Peplau

Menurut Peplau tujuan dari asuhan keprawatan adalah kepribadian yang

berkembang melalui hubungan interpersonal yang mendidik dalam pemenuhan

kebutuhan Mien. Adapun klien sendiri adalah sistem yang berkembang yang terdiri dari

karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya

memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan berbagai pengalaman. Peran perawat

adalah mengatur tujuan proses interaksi interpersonal dengan klien yang bersifat

partisipatif, Dalam hal ini peran perawat sebagai orang asing asing, pendidik,

narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai fase proses

interpersonal.

Kesulitan yang ditemui dalam intervensi adalah kecemasan yang disebabkan oleh

keslulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang.

Kecemasan yang terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan

psikologik dan biologic individu. Fokus tindakannya adalah kecemasan yang disebabkan

oleh hubungan interpersonal yang mempengaruhi kepribadian.

Dalam melakukan proses interpersonal mengenal beberapa fase yaitu:

a. Fase orientasi

Dalam hal ini lebih memfokuskan untuk membantu klien menyadari

ketersedian bantuan dan rasa percaya tehadap kemampuan perawat untuk berperan

serta secara efektif dalam pemberian asuhan keperawatan.

16
b. Fase Identifikasi

Fase ini terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan

mempu memberikan asuhan keparawatan kepada klien. Ekspresi perasaan dari klien

dengan perawat mendengarkan secara aktif tanfa penolakan akan membantu

mengorientasi perasaan dan menguatkan bagian yang positif dari kepribadian klien.

c. Fase Eksploitasi

Pada fase ini memungkinkan suatu situasi dimana klien dapat merasakan

manfaat dari hubungan sesuai pandangan atau persepsinya terhadap situasi yang

dihadapi.

d. Fase Resolusi

Fase yang terakhir dari keempat fase merupakan fase dimana klien secara

bertahap melepaskan diri dari perawat. Fase ini memungkinkan penguatan

kemampuan untuk memnuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energinya ke

arah potensi yang dimiliki.

Keempat fase tersebut adalah suatu rangkaian proses pengembangan dimana

perawat membimbing dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling

tergantung. Evaluasi dari sistem ini adalah kerpibadian yang berkembang yang ditandai

dengan penururnan kecemasan karena kebutuhan yang terpenuhi dan fasilitas yang cukup.

D. Biografi dan Teori Dorothea Elizabeth Orem

Dorothea Elizabeth Orem lahir pada tahun1914 di Baltimore, Maryland. Pendidikan :

Diploma (awal tahun 1930), pendiri Hospital School Of Nursing, Washington DC; Orem

mendapat Titel BSN Ed (1939) dan MSN Ed (1945) di The Cathilic University of America,

17
Washington DC. Orem mendapatkan gelar kehormatan : Dokter Ilmu Pengetahuan dari

Georgetown University (1976) dan pendiri Perguruan Tinggi di San Antonio, Texas (1980);

Dokter surat kemanusiaan dari Illinois Wesleyan University, Bloomington, Illinois

(1988); Gelar kehormatan dokter, University of Missouri-Columbia (1998). Dr. Orem

melanjutkan untuk aktif dalam pengembangan teori. Dia menyelesaikan edisi ke-6 dari

keperawatan : konsep praktek, yang diterbitkan oleh Mosby pada januari 2001 Dorothea E.

Orem meninggal pada 22 juni 2007 dikediamannya diSavannah, USA. Orem meninggal

pada umur 93 tahun. Dunia keperawatan telah kehilangan seorang ahli dan dianggap

sebagaiorwng terpenting serta memiliki wawasan yang sangat luas dibidang keperawatan.

Dalam bidang keperawatan dapat dikatakan bahwa ahli keperawatan dari Amerika,

Dorothea Orem, termasuk salah seorang yang terpenting diantara orang yang

mengembangkan pandangan dalam bidang keperawatan.

Dorothea Orem melihat bahwa perawatan propesional mendapat bantuan pengambil

alihan tugas sebahagian atau pun keseluruhan atau perawatan diri atau perawatan

1. Teori Dorothea Elizabeth Orem

Self Care Model dari Dorothea E. Orem Tujuan dari asuhan keperawatan menurut

Orem adalah adanya pencapaian asuhan keperawatan mandiri yang optimal sehingga

klien dapat mencapai dan memprtahankan keadaan sehat yang optimal. Teori yang

dikembangkan oleh Orem sangat cocok untu digunakan dalam keperawatan karena

lebih memfokuskan pada aspek pereventif dan promotif. Asuhan keperawatan yang

diberikan dilakukan sesuai dengan tingkat ketergantungan atau kebutuhan dan

kemampuan klien.

18
Orem berpandangan bahwa klien atau individu adalah satu kesatuan yang

berfungsi secara biologik, simbolik, dan sosial serta berinisiasi dan melakukan kegiatan

asuhan / perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan

kesejahteraan. Peran perawat menurut Orem adalah memberikan bantuan untuk

mempengaruhi perkembangan klien dalam mencapai tingkat asuhan / perawatan

mandiri yang optimal. Kesulitan yang dialami dapat dari semua hal yang mengganggu

asuhan / perawatan madiri oleh seseorang, obyek, kondisi, persitiwa, atau dari beberapa

kombinasi unsur-unsur tersebut.

Fokus dari intervensi adalah adanya ketidakmampuan untuk mempertahankan

asuhan / perawatan mandiri. Oleh kerena itu perlu cara intervensi dengan lima bantuan

secara umum yaitu membimbing, mendukung, memberikan lingkungan yang kondusif

untuk perkembangan, dan mendidik. Evaluasi dari hal tersebut adalah potensi kesehatan

yang maksimal, utuh, dan meningkatkan kompleksitas oraganisasi.

Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap

orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu

memenuhu kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh karena

itu teori ini dikenal sebagai Self Care (perawatan diri) atau Self Care Defisit Teori.

Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia, dan orang

sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas Self Care mereka.

Orem mengklasifikasikan dalam 3 kebutuhan, yaitu :

a. Teori Self Care

Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami

konsep self care, self care agency, basic conditioning factor dan kebutuhan self care

19
therapeutik. Self care adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk

berinisiatif dan membentuk prilaku mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan

dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk dengan efektif maka hal tersebut akan

membantu membentuk integritas struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya

dengan perkembangan manusia.

Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk melakukan

self care. Kemampuan individu untuk melakukan self care dipengaruhi oleh basic

conditioning factors seperti; umur, jenis kelamin, status perkembangan, status

kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan (diagnostik,

penatalaksanaan modalitas), sistem keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta

ketersediaan sumber.

Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self acre demand) adalah

merupakan totalitas dari tindakan self care yang diinisiatif dan dibentuk untuk

memenuhi kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang valid yang

berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Konsep lain yang berhubungan

dengan teori self care adalah self care requisite. Orem mengidentifikasikan tiga

katagori self care requisite :

1) Universal meliputi;

udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat, solitude dan

interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan peningkatan

fungsi manusia.

2) Developmental,

20
lebih khusus dari universal dihubungkan dengan kondisi yang

meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti; pekerjaan baru,

perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut.

3) Perubahan kesehatan (Health Deviation)

berhubungan dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan

kerusakan integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu penyakit

atau injury.

2. Teori Self Care Deficit

Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam teori

ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak

mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan

jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya

ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam

membantu self care:

a. Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.

b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.

c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.

d. Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung pengembangan personal.

e. Pendidikan. Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau

semua metode tersebut dalam memenuhi self care.

21
Orem menggambarkan hubungan diantara konsep yang telah dikemukakannya.

Self Card Wholly Compensatory System

Menyelesaikan
Self Card Self Card Terapeutik Self
Care Klien
Self Card
Kompensasi
Tindakan Perawat Ketidakmampuan
Untuk Self Care
Nursing Agensy
Pendukung Dan
Melindungi
Klien

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jika kebutuhan lebih banyak dari

kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan. Tindakan-tindakan yang dapat

dilakukan oleh perawat pada saat memberikan pelayanan keperawatan dapat

digambarkan sebagi domain keperawatan. Orem (1991) mengidentifikasikan lima area

aktifitas keperawatan yaitu:

1. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan individu, keluarga,

kelompok sampai pasien dapat melegitimasi perencanaan keperawatan.

2. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.

3. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan untuk

kontak dan dibantu perawat.

4. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam bentuk

keperawatan.

22
5. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-hari

klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan

edukasional yang dibutuhkan atau yang akan diterima.

3. Teory Nursing System

Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care dan

kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care defisit, self care agency dan

kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency

adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah

didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu

orang lain untuk menemukan kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan

dan pengembangan self care agency.

Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:

a. Wholly Compensatory system Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan

tindakan self care, dan menerima self care secara langsung serta ambulasi harus

dikontrol dan pergerakan dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu.

Ada tiga kondisi yang termasuk dalam kategori ini yaitu; tidak dapat melakukan

tindakan self care misalnya koma, dapat membuat keputusan, observasi atau pilihan

tentang self care tetapi tidak dapat melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif,

tidak mampu membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.

b. Partly compensatory nursing system Suatu situasi dimana antara perawat dan klien

melakukan perawatan atau tindakan lain dan perawat atau pasien mempunyai peran

yang besar untuk mengukur kemampuan melakukan self care.

23
c. Supportive educative system Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat

belajar membentuk internal atau external self care tetapi tidak dapat melakukannya

tanpa bantuan. Hal ini juga dikenal dengan supportivedevelopmental system

E. Biografi dan Teori Calista Roy

Roy lahir pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles, California. Calista Roy

menyelesaikan pendidikan Diploma Keperawatan pada tahun 1963 di Mount Saint Mary’s

College, Los Angeles dan menyelesaikan Master Keperawatan di California University

pada tahun 1966. Roy menyelesaikan PhD Sosiologi pada tahun 1977 di Universitas yang

sama. Roy bersama Dorothy E. Johnson mengembangkan teori model konseptual

keperawatan. Ketika bekerja sebagai perawat anak, Roy melihat suatu perubahan besar pada

anak dan mereka berkemampuan untuk beradaptasi dalam respon yang lebih besar terhadap

perubahan fisik dan psikologis. Roy mengembangkan dasar konsep keperawatannya pada

tahun 19641966 dan baru dioperasionalkan pada tahun 1968. Pada saat itu Mount Saint

Mary’s College mengadopsi teori adaptasi sebagai dasar filosofi kurukulum

keperawatannya. Roy menjabat sebagai asisten Professor pada Departemen Nursing di

Mount Saint Mary’s College pada tahun 1982.

1. Teori Roy

Roy mendefinisikan tujuan dari asuhan keperawatan adalah sebagai peningkatan

dari respon adaptasi ke empat model adaptasi. Kondisi seseorang sangat ditentukan oleh

tingkat adaptasiny, yaitu apakah seseorang berespon secara positif terhadap rangsang

interna atau eksterna. Adapun pengertian klien sendiri adalah suatu kesatuan utuh yang

24
mempunyai 4 model adaptasi berdasarkan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran

dan hubungan interdependensi.

Peran perawat adalah meningkatkan perilaku adaptif klien dengan menipulasi

stimulasi fokal, konteksutual dan residual. Sumber kesulitas yang dihadapi adalah adanya

koping yang tidak adekuat untuk mempertahankan integritas dalam menghadapi

kekuarangan atau kelebihan kebutuhan.

Fokus intervensi direncanakan untuk dengan tujuan mengubah atau memanipulasi

fokal, kontekstual dan residual stimuli. Intervensi kemungkinan disokuskan pada

kemampuan koping individu atau daerah adaptasi sehingga seluruh rangsang sesuai

dengan dengan kemampuan individu untuk beradatasi. Evaluasi dilakukan berdasarkan

respon adaptif terhadap stimulus oleh klien

25

Anda mungkin juga menyukai