Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Florence Nightingale lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Firenze Italia dan
meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus 1910 di London Inggris pada usianya yang
ke-90 tahun. Florence Nightingale dibesarkan dalam keluarga yang berada, namanya
diambil dari kota tempat ia lahir. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst sebuah
rumah besar dan mewah milik ayahnya yang bernama William Nightingale yang
merupakan seorang tuan tanah terkaya di Derbishire dan ibunya adalah keturunan
ningrat dan terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan
yang bernama Parthenope.
Pada masa remajanya Florence Nightingale lebih banyak keluar rumah dan
membantu warga sekitar yang membutuhkan. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial
keperawatan, hingga akhirnya pada usianya yang cukup muda ia hanya menghabiskan
waktu untuk merawat orang-orang yang sakit, Florence Nightingale menghidupkan
konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Kemudian,
Florence Nightingale dikenal dengan nama ‟Bidadari Berlampu (The Lady With The
Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang
Krimea.
Florence Nightingale adalah perawat yang pertama kali ada di dunia dan
beliau di kenal sebagai wanita yang pantang menyerah dalam merawat pasien dan
memiliki jiwa penolong serta sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu
keperawatan. Teori Florence Nightingale lebih mengemukakan tentang lingkungan.
Penulis kontemporer mulai menggali hasil pekerjaan Florence Nightingale
sebagai salah satu yang mempunyai potensi menjadi teori dan model konseptual dari
keperawatan (Meleis 1985, Torres1986, Marriner-Toorey 1994, Chin dan Jacobs
1995). Meleis (1985) mencatat bahwa konsep Nightingale menempatkan lingkungan
sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian dimana perawat tidak perlu
memahami seluruh proses penyakit dan itu merupakan proses awal untuk memisahkan
antara profesi keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat
secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan,
tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan,
kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat. (Nightingale 1960, Torres 1986).
Torres (1986) mencatat bahwa Nightingale memberikan konsep dan
penawaran yang dapat divalidasi memberikan dan digunakan untuk menjalankan
praktik keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berfikir
tentang keperawatan dan kerangka tujuan yang berfokus pada klien dan lingkungan
(Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisan tangannya menuntun perawat untuk
bekerja atas nama klien. Nightingale berfikir dan menggunakan proses keperawatan.
Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian) bukan demi berbagai informasi/fakta yang
mencurigakan, tetapi demi menyelamatkan hidup dan meningkatkan kesehatan
keamanan.
Pandangan model konsep dan teori ini merupakan gambaran dari bentuk
pelayanan keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam
pelayanan keperawatan. Dalam keperawatan terdapat beberapa model konsep
keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, yang memiliki
keyakinan dan nilai yang mendasarinya, tujuan yang hendak dicapai serta
pengetahuan dan keterampilan yang ada. Salah satunya adalah “Teori Keperawatan
Florence Nigthingale”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa/i dapat membaca dan
mempelajari konsep keperawatan menurut Florence Nightingale.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejarah Florence Nightingale.
b. Mengetahui teori keperawatan yang dikembangkan oleh Florence Nightingale.
c. Mengetahui kelebihan dari teori Florence Nightingale.
d. Mengetahui kekurangan dari teori Florence Nightingale.

C. Manfaat
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca dalam hal mempelajari
teori Florence Nightingale yaitu dari segi latar belakang, sejarah tokoh, teori keperawatan
yang dikembangkan, kelebihan dan juga kekurangan dari teori tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah tokoh

Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam suatu perjalanan
panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze
dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Florence Nightingale memiliki seorang
kakak perempuan bernama Parthenope. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang kaya,
beradab dan bercita-cita tinggi. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan
mewah milik ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat. Keluarga Nightingale
adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa
Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras. Kakaknya,
Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah karena pada masa
itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan
malas, sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan.
Pada tahun 1846 Florence Nightingale mengunjungi Keiserswerth, Jerman, dan mengenal
lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan
istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik). Disana Florence Nightingale terpesona
akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekan oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh cinta
pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan
tersebut.
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai putri tuan tanah
yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence
merasa “terpanggil” untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Pada tahun
1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair
dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran ini pun ia tolak karena ditahun itu ia sudah
membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan. Sebagai keluarga yang
berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk berkarier sebagai perawat mendapat
tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh Florence.
Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga
tidak ingin Florence menjadi perawat. Karena pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang
dianggap pekerjaan yang hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang
memanggil dokter untuk datang kerumah dan dirawat dirumah. Adapun alasannya mengapa
perawat dianggap hina pada saat itu adalah sebagai berikut :
a. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang miskin)
yang mengikuti ke mana tentara pergi,
b. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka sehingga
profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu
banyak pasien memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit
dengan tidak sopan (tidak senonoh),
c. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-
alasan di atas,
d. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak dibandingkan menjalankan
tugasnya sebagai seorang perawat.
Meskipun mengahadapi hambatan dari keluarga dan alasan-alasan Florence tetap memiliki
keinginan yang kuat untuk menjadi seorang perawat dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman
untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di
Kaiserswerth, Jerman dibawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang
timbul dari seorang Gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik
sementara keluarga Florence adalah Kristen protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale
juga pernah bekerja dirumah sakit untuk orang miskin di Perancis.

Peran Florence Nightingale pada Perang Krimea


Pada tahun 1854 ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk
menguasai Krimea dan Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur Tengah). Banyak prajurit
yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya
perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang
wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME
wartawan tersebut menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah
tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang
mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”. Hati rakyat
Inggris pun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa saatnya telah tiba bagi dirinya untuk
bertindak, ia pun menulis surat kepada menteri perang saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi
sukarelawan di perang krimea. Pada pertemuan antara Florence dan Sidney Herbert terungkap
bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Dijelaskan bahwa banyak
prajurit-prajurit yang mati di Krimea bukan karena peluru ataupun bom, namun hal tersebut
disebabkan karena tidak adanya perawatan dan perawat pria yang ada jumlahnya tidak memadai.
Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupinya.
Sebagai Menteri Perang, Sidney Herbert meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim
perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan tersebut
dengan baik. Dia berangkat bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya
14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan sementara 24 orang lainnya adalah
anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma, perawat rumah sakit
Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera.
Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk
mendorong semangatnya.
Pada bulan November 1854, mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka
bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja
karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus
prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Florence melihat para prajurit yang terluka tidak mendapat perawatan dengan baik. Obat-obatan
yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kebersihan sering membawa akibat yang
fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia.
Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat untuk meyakinkan para
dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Dokter
-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi
apa saja yang membahayakan hidup pemiliknya, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk
begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain.
Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau
tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah
sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Florence melakukan perubahan-perubahan
penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita dirumah sakit, dan menyusun tempat para
penderita yang bergelimpangan diluar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada
diluar paling tidak bernaung dibawah pohon dan menugaskan pendirian tenda. Penjagaan
dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat, antara lain perban diganti secara
berkala, obat diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit di pel setiap hari, meja kursi
dibersihkan dan baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk
setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh dan tulang belulang manusiapun selesai dibersihkan,
mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama
sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka
sudah jauh berkurang.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan
pengalaman dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obat yang diketahuinya.
Namun kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah
kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak
dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence
berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Kondisi di rumah sakit
tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin
bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan maret 1855, hampir 6 bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi
kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak
saait itu tingkat kematian menurun drastis. Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat
kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan
tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti di
hadapan Komisi Kerajaan untuk kesehatan Tentara Inggris (Royal Commision on the Health of
the Army), akhirnya diyakini bahwa saat itu para prajurit dirumah sakit meninggal akibat kondisi
rumah sakit yang kotor dan memprihatikan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya dikemudian hari, dimana ia gigih mengkampanyekan
kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka
kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya
desain pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat diluar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan
melapor kepada Florence bahwa kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Kemudian berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria dan hanya
Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-
tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan
termasuk prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya
Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-parajurit yang masih hidup dan
mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Selama perang
Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu” (The lady with the lamp).

Karier Selanjutnya
Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka
mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi
Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi ketuanya. Badan tersebut berhasil
mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang
inggris karena Florence Nightingale berhasil menyematkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk
wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.
Florencen berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan lebih
dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk
bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia
Kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat di buka 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri,
dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik
dan mulailah masa baru dalam dunia keperawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan
Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing
and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.

Akhir Hidup

Florence Nightingale meninggal dalam tugasnya pada tanggal 13 Agustus 1910 pada usia 90
tahun karena penyakit tifus. Keluarganya menolak untuk memakamannya di Westminster Abbey,
dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

Florence telah berjasa besar bagi dunia medis, khususnya menetapkan fondasi keperawatan.
Betapa perawat adalah profesi yang penting dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus.
Tidak heran, bila profesi ini kini menjadi profesi yang sangat mulia, jauh melebihi pandangan
masyarakat Inggris sebelumnya.

Warisan Florence Nightingale

Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem kesehatan publik. Sistem
tersebut menunjukkan keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang Pencipta segalanya, selain itu
pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan pentingnya kesehatan dan pencegahan
penyakit secara konsisten. Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan :

a. Rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi mereka yang hidup
makmur)

b. Air dan udara yang bersih

c. Nutrisi yang baik

d. Kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran maupun pasca kelahiran
karena demam, lebih tinggi)

e. Perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak pun yang menjadi
pekerja.

Florence juga memegang peranan yang sangat penting dalam mengangkat harkat para
perawat. Meskipun bila kita cermati, hal ini sudah dilakukan sejak Pendeta Theodor Fliedner dan
istrinya membangun rumah sakit di Kaiserswerth. Florence yang berperan menaikkan derajat para
perawat sebagai profesional yang dihargai. Pada tahun 1860, ia mendirikan Nightingale Training
School bagi para perawat di Rumah Sakit St. Thomas. Pada tahun 1860, karya terbaiknya, Notes
on Nursing dipublikasikan. Karya ini menjadi penting mengingat di dalamnya terdapat prinsip-
prinsip keperawatan yang meliputi pengawasan yang teliti dan sensitif bagi para pasien. Selain
itu, minat dan kemampuan matematis yang dimilikinya semenjak kecil membuat Florence
menjadi salah satu tokoh yang turut berperan penting dalam hal statistik. Ia mengompilasi,
menganalisis, dan mempresentasikan pengamatan medisnya dengan bidang yang juga dikuasai
ayahnya. Salah satu peranannya ialah dalam mempresentasikan informasi secara visual. Ia bisa
dikatakan memperbaiki "grafik kue pie" yang diperkenalkan pertama kali oleh William Playfair
pada tahun 1801. Dalam penjelasannya di hadapan anggota parlemen, Florence menggunakan
grafik yang menyerupai histogram melingkar yang kita kenal belakangan, mengingat para anggota
parlemen terlihat tidak suka membaca atau memahami laporan statistik tradisional. Belakangan,
Florence mempelajari sanitasi di India dengan statistik yang komprehensif. Ia juga menjadi orang
terkemuka yang memperkenalkan pengembangan pelayanan medis dan kesehatan publik di sana.
Atas perannya ini, ia menjadi wanita pertama yang berbagian dalam Royal Statistical Society,
yang juga menjadi anggota kehormatan dari American Statistical Association. Selain
mempromosikan keseragaman statistik di rumah sakit Florence juga merupakan salah satu
penguji data yang berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan. Ia juga menjadi orang pertama
yang memimpin studi tingkat kelahiran anak-anak Aborigin di daerah-daerah koloni Inggris.

B. Teori Keperawatan yang dikembangkan

Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai fokus asuhan
keperawatan dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit. Model konsep ini
adalah upaya dalam memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian
asuhan keperawatan/tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat (jumlah vitamin dan
mineral yang cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan
pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik
keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.

Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga
akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya
memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat
mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti dari konsep
Florence Nightingale adalah pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan,
terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan Fisik (physical environment)


Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor
tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada di dalam ruangan harus bebas dari debu,
asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak
lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawat baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi
penempatan tempat tidur harus memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat
tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah.
Posisi pasien di tempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b. Lingkungan Psikologi (psycologu environment)
Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress
fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada
pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang
mengundang selera dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk
membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien
dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh dan komunikasi harus
berjalan dengan baik. Komunikasi yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya
dilakukan dilingkungan pasien akan kurang baik jika dilakukan diluar lingkungan pasien
atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang muluk,
menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarakan
kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan
dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c. Lingkungan Sosial (Social Environtment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama yang memiliki hubungan yang spesifik,
kumpulan data-data yang spesifik dari keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan
dalam mengobservasi yang berkaitan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari
sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan
komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungan
individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi
lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang
berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

Komponen Lingkungan menurut Teori Florence Nightingale

a. Lima (5) komponen pokok lingkunagn sehat menurut Florence Nightingale:


1. Peredaran hawa baik
Maksudnya adalah suatu keadaan dimana sushu berada dalam keadaan normal.
2. Cahaya yang memadai
Cahaya yang cukup dalam pemenuhan kesehatan pasien
3. Kehangatan yang cukup
Kehangatan yang diperlukan untuk proses pemulihan.
4. Pengendalian kebisingan
Suatu cara agar pasien merasa nyaman dan tidak terganggu oleh kebisingan
(keributan).
5. Pengendalian effluvia (bau yang berbahaya)
Menjauhkan pasien dari bau yang menyebabkan gangguan dalam kesehatan.

b. Ada 12 macam komponen umum dalam teori Florence Nightingale:


1. Kesehatan rumah
Rumah yang sehat adalah rumah yang bersih, sehingga seseorang merasa nyaman.
2. Ventilasi pemanasan
Ventilasi merupakan perhatian utama dari teori Nightingale. Ventilasi merupakan
indikasi yang berhubungan dengan komponen lingkungan yang menjadi sumber
penyakit dan dapat juga sebagai pemulihan penyakit.
3. Cahaya
Pengaruh nyata terhadap tubuh manusia. Untuk mendapatkan manfaat dari
pencahayaan konsep ini sangat penting dalam teori Florence, dia mengidentifikasi
secara langsung bahwa sinar matahari merupakan kebutuhan pasien. Menurutnya
pencahayaan mempunyai sinar matahari, perawat diinstruksikan untuk
mengkondisikan agar pasien terpapar dengan sinar matahari.
4. Kebisingan
Kebisingan ditimbulkan oleh aktivitas fisik di lingkungan atau ruangan. Hal tersebut
perlu dihindarkan karena dapat mengganggu paien.
5. Variasi keankearagaman
Berbagai macam faktor yang menyebabkan penyakit bagi seseorang, misalnya
makanan.
6. Tempat tidur
Tempat tidur yang kotor akan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang dan jjuga
pola tidur yang kurang baik akan menyebabkan gangguan pada kesehatan.
7. Kebersihan kamar dan halaman
Kebersihan kamar dan halaman sangat berpengaruh bagi kesehatan. Oleh karena itu,
pembersihan sangat perlu dilakukan pada kamar dan halaman.
8. Kebersihan pribadi
Kebersihan pribadi sangat mendukung kesehatan seseorang karena merupakan bagian
dari kebersihan secara fisik.
9. Pengambilan nutrisi dan makanan
Pengambilan nutrisi sangat perlu dalam hal menjaga keseimbangan tubuh. Adanya
nutrisi dan pola makan yang naik sangat berpengaruh bagi kesehatan.
10. Obrolan, harapan dan nasehat
Dalam hal ini, komponen tersebut menyangkut kesehatan mental seseorang dalam
menyikapi lingkungannya. Komunikasi sangat perlu dilakukan antara perawat, pasien
dan keluarga. Mental yang terganggu akan memperngaruhi kesehatan pasien.
11. Pengamatan orang sakit
Pengamatan sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat, dimana seorang perawat
harus tahu sebab dan akibat dari suatu penyakit.
12. Pertimbangan sosial
Tidak melihat dari suatu aspek, untuk mengambil keputusan tetapi dari berbagai sisi.

C. Kelebihan Teori

1. Salah satu kisah fakta yang mencetuskan teori modern dalam dunia keperawatan.
2. Pada zaman keperawatan Florence Nightingale memandang pasien dalam kontek
keseluruhan lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial.
3. Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan masalah pemberian
obat dan pengobatan saja, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi adekuat.
4. Pengkajian atau observasi yang dilakukan Florence Nightingale bukan demi berbagai
informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyalamatan hidup dan
meningkatkan kesehatan dan keamanan.
5. Semua tindakan yang dilakukan penuh kasih sayang dan bekerja untuk Tuhan Y.M.E.
6. Asuhan keperawatan yang diberikan penuh dengan semangat semata-mata untuk
kesembuhan pasien.

D. Kekurangan teori

1. Teori Keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan kemampuannya.


2. Perawat pada saat itu dianggap pekerjaan remeh dan disepelekan oleh banyak orang.
3. Kurangnya dukungan dari perawat lain dalam proses pelayanan dan perkembangannya
saat itu.
4. Kurangnya sarana dan pra-sarana yang menunjang
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Florence Nightingale, yang kita kenal sebagai perawat yang membangun landasan
teori bagi profesi keperawatan, mengembangkan dan menerbitkan suatu filosofi dan suatu
teori tentang hubungan antara kesehatan dan keperawatan.
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai fokus
asuhan keperawatan dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit. Model
konsep ini merupakan upaya untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.
Menurut Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengibatan saja tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara,
lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang kuat. Pengkajian
atau observasi (pengamatan) bukan demi berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan,
tetapi demi penyelamatan hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan. Sehingga
keadaan sehat dapat dicapai melalui pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan.

B. Saran
Florence Nightingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam proses
keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Dia merupakan The Lady with the Lamp bagi
pasien sakit. Maka kita sebagai perawat haruslah sebaga penerang bagi pasien yang kita
rawat. Marilah kita sebagai perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang
kita rawat agar keadaannya kembali membaik.

DAFTAR PUSTAKA
https://mediaangkona.blogspot.com/2013/12/makalah-florence-nightingale.html (diakses pada 8
Oktober 2019 Pukul 10.53 Wita).

https://ahmadjamal09.blogspot.com/2017/12/teori-florence-nightingale.html (diakses pada 9 Oktober


2019 Pukul 14.40 Wita).

https://www.academia.edu/29580703/FALSAFAH_DAN_TEORI_KEPERAWATAN (diakses pada 8


Oktober 2019 Pukul 17.00 Wita).

Kodim, Yulianingsih, 2015, Konsep Dasar Keperawatan, CV. Trans Info Media, Jakarta timur.

misslollypop06.blogspot.com/2017/04/bab-1-pendahuluan-1.html (diakses pada 8 Oktober 2019


Pukul 09.47 Wita).

Falsafah dan Teori Keperawatan

Teori Keperawatan menurut Florence Nightingale

Disusun Oleh

Kelompok 1

1. Jesika Selin
2. Rusaedah Malik
3. Hanifah
4. Seska
Dosen Mata Kuliah : Ns. Afrina Januarista, M.Sc

Jurusan : S-1 Keperawatan (Alih jenjang)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai