Florence Nightingale
Disusun Oleh :
PO . 62.20.1.19.426
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
PEMBAHASAN
1. Masa Kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada.Nama depannya, Florence merujuk
kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam
bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan
keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki
seorang saudara perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope
hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa
itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-
senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan
membantu warga sekitar yang membutuhkan.
2. Perjalanan ke Jerman
Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh
tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner
dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang
dipraktikkan oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan
membawa angan-angan tersebut.
3. Belajar merawat
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang
putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun
semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal
yang berkaitan dengan kemanusiaan.Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31
tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang
ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena pada tahun itu ia
sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.
4. Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada
masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah
tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan
dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga
tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi.
Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam
keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan
wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak
berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada
perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Florence berargumen bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik
tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat
juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini
juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat
dari pasiennya.
5. Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat
pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick
Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street,
London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya
₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang),
sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti kariernya.
“rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga
Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan
dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ”
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya
telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney
Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-
satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang
mati bukan karena peluru dan bom, tetapi karena tidak adanya perawatan, dan
perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin
gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala
rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya
belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh
berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di
bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak
perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris
ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya di mana profesi keperawatan
dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada di bawah pengawasan
Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence
menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan
obat-obatan yang ia ketahui.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale
datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan
limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.
Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh
nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara.
Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan
bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal
Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu
para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan
memprihatinkan.
7. Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang
bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban
yang berjatuhan banyak sekali.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun
terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran
utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan
Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk
untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang
termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi
rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara
militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam
medik angkatan bersenjata.
9. Karier selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada
perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat.
Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi
ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh
masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana Nightingale", di
mana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge
menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar
sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena
Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital,
London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat
tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah
menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya
sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan
dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut
dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence
Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi
King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin.
Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan
pelajaran di sekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,
berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal
rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit
Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk
rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal
keluarganya.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh
dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi
keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior
(matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital,
Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for
Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley;
Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan
juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka
mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat
ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi
sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on
Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di
sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer
di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang
perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas
Medis Wanita.
Pada tahun 1883 Florence dianugerahkan medali Palang Merah Kerajaan (The
Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan
beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang
jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang
menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari kota
London.
LingkunganIII.
KesehatanIV.
udara bersih,
kebersihan
penerangan/pencahayaan Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik
daripada lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci
dalam tulisannya. Penekanannyaterhadap lingkungan sangat jelas melalui
pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkanmasalah kesehatan, maka yang
harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah,kondisi dan cara hidup
seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.1.3.3 Kesehatan Nightingale
mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan menggunakansemaksimal
mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses aditif, yaituhasil
kombinasi dari faktor lingkungan, fisik, dan psikologis. Terutama faktorlingkungan
meliputi :
Kebersihan
Minuman
Nutrisi
Kelembaban
Jalan udara
A. Kesimpulan
Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu
pendiriyang meletakan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui model konsep
dan teori keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat menemukan
kebutuhan dasa rmanusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di
dalam perawatan orang yang sakit yang dikenal dengan teori lingkunganya.
Selain itu Florence Nightingale juga membuat standar pada pendidikan
keperawatanserta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang
efesien.Florence nightingale memandang pasien dalam konteks keseluruhan
lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial.
Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan masalah
pemberian obat dan pengobatan saja, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang
kuat. Pengkajian atau observasi (pengamatan) bukan demi berbagai informasi
atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyelamatan hidup dan meningkatkan
kesehatan dankeamanan.
B. Saran
Florence Nigtingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam proses
keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Dia merupakan Lady With The
Lamp bagi pasien yang sakit. Maka kita sebagai perawat haruslah sebagai
penerang bagi pasien yang kita rawat. Marilah kita sebagai perawat berusaha
untuk meringankan penderitaan pasien yang kita rawat. Rawatlah pasien seperti
kita merawat orang yang paling kita sayang.