Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Florence Nightingale

Dosen pengampu : Ns. Yuyun Christyanni, S.Kep., M. Kep.

Disusun Oleh :

Puja Amanda Wahyudi

PO . 62.20.1.19.426

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN REGULER V

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

2020
PEMBAHASAN

A. Biografi Florence Nightingale

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London,


Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis
dan ahli statistik.[1] Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady
With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada
perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.

Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah


sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti
terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail menggunakan statistik
sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di
hadapan pemerintahan Inggris.

Lahir : 12 Mei 1820

Firenze, Kadipaten Agung


Toscana

Meninggal : 13 Agustus 1910 (umur 90)

Park Lane, London, Britania


Raya

Dikenal atas : Memelopori perawatan modern

Profesi Institusi : Perawat dan statistikawan

Selimiye Barracks, Scutari

Spesialisasi : Kebersihan dan sanitasi rumah


sakit

1. Masa Kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada.Nama depannya, Florence merujuk
kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam
bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan
keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki
seorang saudara perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope
hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa
itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-
senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan
membantu warga sekitar yang membutuhkan.
2. Perjalanan ke Jerman
Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh
tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner
dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).
Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang
dipraktikkan oleh para biarawati kepada pasien.
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan
membawa angan-angan tersebut.
3. Belajar merawat
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang
putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun
semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal
yang berkaitan dengan kemanusiaan.Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31
tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang
ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena pada tahun itu ia
sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.
4. Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada
masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah
tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan
dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
 Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga
tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi.
 Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam
keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan
wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak
berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
 Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada
perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
 Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Florence berargumen bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik
tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat
juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini
juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat
dari pasiennya.

Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan,


tetapi ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak
dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia
menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk
menenangkan pikiran.

Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk


mendapatkan pelatihan bersama biarawati di sana. Selama empat bulan ia
belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut
akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat
dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence
adalah Kristen Protestan.

Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit


untuk orang miskin di Prancis.

5. Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat
pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick
Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street,
London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya
₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang),
sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti kariernya.

Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka


menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan
mengundurkan diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan
memberinya izin tertulis bahwa;

“rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga
Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan
dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ”

Komite Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan


Florence.
6. Perang Krimea

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris


bersama tentara Prancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang
gugur dalam pertempuran, tetapi yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya
perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.

Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke


Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-
prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali
dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan
dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".

Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya
telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney
Herbert, untuk menjadi sukarelawan.

Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-
satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang
mati bukan karena peluru dan bom, tetapi karena tidak adanya perawatan, dan
perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin
gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.

Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis


sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan
termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki
menumpang sebuah kapal.

Pada tanggal November 1854 mereka mendarat


di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Saat tiba di sana kenyataan yang mereka hadapi
lebih mengerikan dari apa yang mereka
bayangkan.

Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung


bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang
terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat
berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan,
kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-
potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja di luar jendela dan tidak ada tenaga
untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang
berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.

Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala
rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.

Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat


tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita
yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang
berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian
tenda.
Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;
 Perban diganti secara berkala.
 Obat diberikan pada waktunya.
 Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
 Meja kursi dibersihkan.
 Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari
penduduk setempat.

Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun


selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.

Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya
belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh
berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di
bawah pengawasan Florence Nightingale.

Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci


mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang
tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan
di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi
dari kemungkinan serangan seksual.

Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak
perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris
ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya di mana profesi keperawatan
dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada di bawah pengawasan
Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence
menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan
obat-obatan yang ia ketahui.

Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh


banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah
meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah
tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada di sana sejumlah
4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit
malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri
dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah
sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak
dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan
limbah dan ventilasi udara memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale
datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan
limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.

Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh
nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara.
Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan
bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal
Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu
para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan
memprihatinkan.

Hal ini berpengaruh pada kariernya di kemudian hari di mana ia gigih


mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini
berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak
sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem
pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

7. Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang
bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban
yang berjatuhan banyak sekali.

Florence menanti rombongan pertama, tetapi ternyata jumlahnya sedikit, ia


bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara
tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok
karena sudah terlanjur gelap.

Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan


pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena
bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati
kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya
kepada Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria,
hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik
dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang
masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit
Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence
berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan
mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita.
Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari
Berlampu".[4] Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis
puisi tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan
bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari,
sendirian, dengan membawa lampu.
8. Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus
1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan
ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan
salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale
pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington
Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis
("demam Krimea") yang menyerangnya selama perang Krimea.[5] Dia memalangi
ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.

Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun
terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran
utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan
Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk
untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang
termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi
rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara
militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam
medik angkatan bersenjata.

9. Karier selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada
perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat.
Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi
ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh
masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana Nightingale", di
mana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge
menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar
sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena
Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat


khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun
jarang ada yang berpendidikan.

Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi


perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan
mengizinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah di sana dan masyarakat
akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik.

Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital,
London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat
tersebut.

Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah
menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya
sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan
dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut
dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence
Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi
King College London.

Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin.
Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan
pelajaran di sekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,
berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal
rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.

Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit
Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk
rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal
keluarganya.

Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun


diterapkan ditempat-tempat tersebut.

Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis


berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan
mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.

Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh
dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi
keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior
(matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital,
Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for
Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley;
Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan
juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.

Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka
mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat
ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi
sangat bermanfaat dalam hal ini.

Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on
Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di
sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer
di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.

Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang
perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas
Medis Wanita.

Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika",


berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali
ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk
mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika
Serikat dan Jepang.

Pada tahun 1883 Florence dianugerahkan medali Palang Merah Kerajaan (The
Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.

Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan
beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang
jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang
menerima bintang tanda jasa ini.

Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari kota
London.

Nightingale adalah seorang anggota Gereja Anglikan Inggris.[6] Pada tanggal 7


Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang
akan mengubah hidupnya: ia menulis, "Tuhan berbicara padaku dan memanggilku
untuk melayani-Nya."[7]
10. Meninggal Dunia
Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus
1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia
dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire,
Inggris.[1][8][9]
B. Latar Beakang Teori Florence Nightingale
Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin
ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan, dan
mengontrol hasil asuhan keperawatan atau pelayanan keperawatan yang
dilakukan.
Teori Evironmental Nightingale dicetuskan oleh Florence Nightingale “Ibu
darikeperawatan modern” meletakkan keperawatan menjadi sesuatu yang sakral
untuk
dipenuhi oleh seorang wanita. Konsep utama bagi kesehatan adalah ventilasi
kehangatan, cahaya, diet, kebersihan, dan ketenangan.Hampir semua model
keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik keperawatan profesional
menggambarkan empat jenis konsep yang sama, yang disebut dengan paradigma
keperawatan, yakni :

 Orang yang menerima asuhan keperawatanII.

 LingkunganIII.

 KesehatanIV.

KeperawatanTeori Keperawatan Nightingale sangat bermanfaat bagi dunia


keperawatan, yang meletakan dasar teori keperawatan melalui filosofi
keperawatan yakni dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan
kebutuhan dasar manusia padaklien serta pentingnya pengaruh lingkungan di
dalam perawatan orang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya. Selain itu
Florence juga membuat standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien.
C. Model konseptual keperawatan Florence Nightingale
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai
fokus asuhan keperawatan,dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses
penyakit modelkonsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan
dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan keperawatan
lebih diorientasikan pada pemberianudara, lampu, kenyamanan lingkungan,
kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang
adekuate
(jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data
dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam
rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa
tergantung dengan profesilain.Model konsep ini memberikan inspirasi dalam
perkembangan praktik keperawatan,sehingga akhirnya dikembangkan secara
luas, paradigma perawat dalam tindakankeperawatan hanya memberikan
kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapilingkungan dapat
mempengarui proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.Inti
konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan
secarakeseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan
lingkungan sosial.

 Lingkungan fisik ( Physical environment )Merupakan lingkungan


dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara.Faktor
tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akanmempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan
harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus
bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-
bauan.Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
perawatan baik bagi oranglain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi
penempatan tempat tidur harus memberikanmemberikan keleluasaan
pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan
penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi
pasien ditempat tidurharus diatur sedemikian rupa supaya mendapat
ventilasi.

 Lingkungan psikologi ( Psychology environment )Florence Nightingale


melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress
fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena
itu,ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan
sinar matahari,makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat
merangsang semua faktor untuk dapatmempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu kontekslingkungan
secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru
atauterputus-putus.Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan
keluarganya sebaiknyadilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila
dilakukan diluar lingkungan pasienatau jauh dari pendengaran pasien.
Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk,menasehati yang
berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu, membicarakankondisi-
kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang
menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa
nyaman.3.

 Lingkungan Sosial (Social environment )


Observasi(pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan
spesifik (khusus),kumpulan data-data yang spesifik
dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat pentinguntuk
pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus
menggunakankemampuan
observasi (pengamatan) dalam hubungan dengan kasus- kasus secara
spesifiklebih sekadar data- data yang ditunjukan pasien pada
umumnya.Seperti juga hubungan komoniti dengan lingkungan sosial
dugaannya selaludibicarakan dalam hubungan individu pasien yaitu
lingkungan pasien secara menyeluruhtidak hanya meliputi lingkungan
rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi jugakeseluruhan komunitas
yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
D. definisi konsep sentral menurut Florence Nightingale
1.3.1 ManusiaManusia terdiri dari komponen fisik, intelektual, emosional, sosial
dan spiritual.Walaupun memang lebih terfokus pada aspek fisik tetapi tetap saja
ide yangdikemukakan Nightingale tentang seseorang yang sedang sakit
mempunyai semangathidup yang lebih besar daripada mereka yang sehat,
sebenarnya terkait dengan dimensi psikologik dari manusia1.3.2
LingkunganLingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik
eksternal yangmempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi
lima komponenlingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu
yang meliputi:

 udara bersih,

 air yang bersih

 pemeliharaan yang efisien

 kebersihan
penerangan/pencahayaan Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik
daripada lingkungan sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci
dalam tulisannya. Penekanannyaterhadap lingkungan sangat jelas melalui
pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkanmasalah kesehatan, maka yang
harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah,kondisi dan cara hidup
seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.1.3.3 Kesehatan Nightingale
mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan menggunakansemaksimal
mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses aditif, yaituhasil
kombinasi dari faktor lingkungan, fisik, dan psikologis. Terutama faktorlingkungan
meliputi :

 Kebersihan

 Minuman

 Nutrisi

 Kelembaban

 Jalan udara

Saluran air yang mempengaruhi kesehatan.Menurut Nightingale keadaan sehat


dapat dicapai melalui pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan. Penyakit
merupakan proses perbaikan, tubuh berusahauntuk memperbaiki masalah. Juga
merupakan suatu kesempatan untuk meningkatkan pandangan spiritual. Oleh
karena itu Nightingale sangat menekankan bahwa kesehatantidak hanya
berorientasi dalam lingkungan rumah sakit tetapi juga komunitas.1.3.4
Keperawatan Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan
menguraikankeperawatan sebagai mengarahkan terhadap peningkatan dan
pengelolaan lingkunganfisik sehingga alam akan menyembuhkan pasien. Oleh
karena itu, kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan tentang
kebersihan di rumah tangga dan lingkunganuntuk membantu wanita menciptakan
atau membuat lingkungan sehat bagi keluarganyadan komunitas yag pada
dasarnya bertujuan untuk mencegah penyakit
E. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan
 Individu/manusia memiliki kemampuan besar untuk memperbaikan
kondisinya dalam menghadapi penyakit.
 Keperawatan bertujuan membawa/mengantar individu pada kondisi
terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk
mempengaruhi lingkung
 Sehat/sakit fokus pada perbaikan untuk sehat.
 Masyarakaat/lingkungan melibatkan kondisi Eksternal (lingkungan luar)
yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada
ventilasi, suhu, bau, suara dan cahaya.
F. hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a. Pengkajian/pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik beratkan pada kondisi
lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).
b. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang
berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan
keseluruhan.
c. Masalah difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya:
1. Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan.
2. Ventilasi Merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen
lingkungan yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga sebagai sumber
pemulihan penyakit.
3. Pembuangan sampah.
4. Pencemaran lingkungan.
5. Komunikasi sosial, dll.

d. Diagnosa Keperawatan berbagai masalah klien yang berhubungan dengan


lingkungan antara lain:
1. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
2. Penyesuaian terhadap lingkungan.
3. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
e. Implementasi (Pelaksanaan)
Upaya dasar merubah/mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan
terciptanya kondisi lingkungan yang baik yangmempengaruhi kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan individu.
f. Evaluasi
Mengobservasi (Pengamatan) dampak perubahan lingkungan terhadap
kesehatan individu.
G. hubungan teori Florence Nightingale dengan teori yang lain
1. Teori adaptasi
menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya.
Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada
dirinya sendiri. Berhasil tidaknya respon adaptasi seseorang dapat dilihat
dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence Nightingale.
2. Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak
sebagai pengaruh dari lingkungannya berperan penting pada setiap individu
dalam berespon adaptif (baik) ataumal adaptif (tidak baik).
3. Teori kebutuhan Menurut Maslow, pada dasarnya mengakui pada penekanan
teori Florence Ninghtingale, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat
dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang
amannberhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih. Teori
kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan
dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
4. Teori stress.
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang
harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir.
Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam
mencapai keinginan atau kebutuhan. Stress juga dapat menyebabkan
kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi.
Florence Nightingale, menekankan penempatan pasien dalam lingkungan
yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressos, misalnya tempat
yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, semuanya itu
dipandang sebagai suatu stressor (penyebab stress) yang negatif. Jumlah dan
lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan
koping(pertahan terhadap stress) individu.

Melalui observasi (pengamatan) dan pengumpulan data, Nightingale


menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan
sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan kondisi hygiene (bersih) dan sanitasi
selama perang Crimean. Kondisi hygene (bersih) penting untuk membantu pasien
tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut, rambut, mata, telinga, kuku.
Di zaman sekarang ketika seseorang sakit, akan sulit memikirkan tentang mandi
atau menyikat gigi atau membersihkan kuku; bernapas atau mengatasi nyeri
tampak lebih penting. Oleh karenanya, perawat perlu melihat apakah pasien dapat
membersihkan diri mereka sendiri dan membantu mereka bila mungkin.
Penting untuk menanyakan pasien apa yang biasanya mereka lakukan dan
bagaimana mereka menginginkan bantuan. Praktik budaya dan agama dapat
membedakan praktik hygiene (bersih). Hygiene adalah sangat pribadi dan
masing-masing individu mempunyai ide yang berbeda tentang apa yang mereka
ingin lakukan.
Jika memungkinkan, perawat harus membantu pasien memenuhi kebutuhan
pribadinya dari pada melakukan standar rutin. Perawat adalah orang yang
membantu proses penyembuhan penyakit tetapi tidak untuk menyembuhkan
penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah merawat orang yang sakit dan
dokter adalah orang yang berperan penting dan sangat membantu dalam proses
penyembuhan penyakit.
Itulah beda perawat dan dokter. Perawat juga bukan hanya memberikan obat
untuk menyembuhkan penyakit kepada si pasien tetapi mereka juga harus bisa
membuat lingkungan fisik, psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka
merasa sehat atau sembuh dari penyakit baik lahir maupun batin (kejiwaan)
mereka tenang dan nyaman.
Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut untuk memberikan
kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa meringankan penderitaan sakit si
pasien itu dan dalam perawatan pasien tidak dibedakan yang kaya dan miskin.
Penutup

A. Kesimpulan
Florence Nightingale “Ibu dari keperawatan modern” merupakan salah satu
pendiriyang meletakan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui model konsep
dan teori keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat menemukan
kebutuhan dasa rmanusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di
dalam perawatan orang yang sakit yang dikenal dengan teori lingkunganya.
Selain itu Florence Nightingale juga membuat standar pada pendidikan
keperawatanserta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang
efesien.Florence nightingale memandang pasien dalam konteks keseluruhan
lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial.
Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan masalah
pemberian obat dan pengobatan saja, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi yang
kuat. Pengkajian atau observasi (pengamatan) bukan demi berbagai informasi
atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyelamatan hidup dan meningkatkan
kesehatan dankeamanan.
B. Saran
Florence Nigtingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam proses
keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Dia merupakan Lady With The
Lamp bagi pasien yang sakit. Maka kita sebagai perawat haruslah sebagai
penerang bagi pasien yang kita rawat. Marilah kita sebagai perawat berusaha
untuk meringankan penderitaan pasien yang kita rawat. Rawatlah pasien seperti
kita merawat orang yang paling kita sayang.

Anda mungkin juga menyukai