Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BIOGRAFIS FLORENCE NIGHTINGGALE

Nama Mahasiswa : Zahrah Andriani R

Nim :-

Mata kuliah : Konsep Dasar Keperawatan

Dosen Pengampu : Ns. Ayu Sriwahyuni, S.Kep, M. Kes

FLORENCE NIGHTINGALE

FLORENCE NIGHTINGALE (12 Mei 1820 – 13 Agustus 1910) adalah


pelopor perawat modern, penulis dan Ahli Statistik. Ia dikenal dengan
nama Bidadari Berlampu (The Lady With The Lamp) atas jasanya yang
tanpa takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di
Semananjung Krimea Rusia.
Flonrence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan
kebersihaan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan
penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan
penyusunan laporan mendetail menggunakan statistic sebagai
argumentasi perubahan kea rah yang lebih baik pada bidang keperawatan
dihadapan pemerintahan inggris.

Masa Kecil

Flonrence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota
tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Flonrence merujuk kepada kota
kelahirannya.

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah
milik ayahnya, Wiliam Nightingale yang merupakan tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan
Ningratdan keluarga Nightingale adlah keluarga terpandang. Florence
Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.

Perjalanan ke Jerman

Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, jerman, dan mengenal


lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh pendeta
Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran
(Katolik).
Belajar Merawat

Pada tahun 1851, Kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard
Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of
Houghton), lamaran inipun ditolak karena pada tahun itu ia sudah
membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.

Ditentang oleh Keluarga

Keinginnannya ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini


dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan
sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok.

Perawat pada masa itu hina karena:

 Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut”


(keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara
pergi.
 Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam
keadaan terbuka sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan
wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak
berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
 Perawat di inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada
perempuan karena alasan-alasan tersebut diatas.
 Perawat pada masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang
masak.

Kembali ke Inggris

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan


mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute
for the Care of sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak
di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan
Oktober 1854.

’’ Rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama katolik,
tetapi Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka
menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan
ulama untuk orang islam.’’

Perang Krimea

Pada Tahun 1854, berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea.


Tentara Inggris bersama Tentara Prancis berhadapan dengan Tentara
Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, tetapi yang lebih
menyedihkan lagi adalah tidak adanya perewatan untuk para prajurit yang
sakit dan luka-luka.

Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence


adalah satu-satunya perempuan yang mendaftarkan diri. Di Krimea
prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, tetapi
karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak
memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan
dan Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang
dilatih oleh Nightingale dan termasuk bininya Mai Smith, berangkat ke
Turki menumpang sebuah kapal.

Pada November 1854 mereka mendarat disebuah rumah sakit pinggir di


Scutari. Saat tiba di sana kenyataan yang mereka hadapi lebih
mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.

Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat


langsung berkerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan
prajurit-prajurit yang terluka, dan berates-ratus prajurit bergelimpangan
dihalaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.

Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong


tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup
pemilik, potong-potongan tunuh tersebut ditumpuk begitu saja di luar
jendela dan tanpa ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat
lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi
satu dan mengeluarkan bau tak sedap.

Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-


tempat tidur para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia
mengusahakan agar penderita yang berasa di luar paling tidak bernaung
di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;

 Perban diganti secara berkala.


 Obat diberikan pada waktunya.
 Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
 Meja kursi dibersihkan.
 Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari
penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-berulang manusia
pun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.

Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun
baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka
sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal
lelah hilir-mudik dibawah pengawasan Florence Nightingale.

Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri,
Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang duania
keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketehui.

Pada bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale
dating, komisi kebersihan Inggris dating dan memperbaiki sistem
pembuangan limbah sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian
menurun drastis.

Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian


disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya
beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence
kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan komisi kerajaan
untuk kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the
Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit dirumah sakit
yang kotor dan memprihatikan.

Hal ini berpengaruh pada kariernya di kemudian hari di mana ia gigih


mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal utama. Kampanye
ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai
(tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya desain
system pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
Bidadari berlampu

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat diluar kota telah berlalu,
seorang bintara dating dan melapor pada Florence bahwa dari kedua
belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.

Florence menanti rombongan pertama, tetapi ternyata jumlahnya sedikit,


ia bertanya pada bintara apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara
tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai
besok karena sudah terlanjur gelap.

Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan


pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bias diselamatkan
karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut
bias mati kehabisan darah.

Berangkatlah mereka berenam kebekas medan pertempuran, semuanya


pria, hanya Florence satu-satumua perempuan. Florence dengan bekal
lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan,
membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bias diselamatkan,
termasuk prajurit Rusia.

Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua
belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya
Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang
masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai Bidadari berlampu yang
menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya
sudah meninggal.

Selama perang Krimea, Florenca Nightingale mendapatkan nama


“Bidadari berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair
AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul “Santa Filomena”,
yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit
tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.

“ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah Bidadari


berlampu untukku. “

Pulang ke Inggris

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7


Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence dan apa yang ia lakukan
ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC (British
Broadcasting Corporation), ia merupakan salah satu tokoh yang terkenal
setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya
di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly.

Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria dan meskipun
terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya Nightingale memainkan
peran utama dalam penderian komisi kerajaan untuk kesehatan tentara
Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua.

Sebagai wanita, Nightingale tidak ditunjuk untuk komisi kerajaan, tetapi ia


menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistic
mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan
komisi kerajaan membuat adanya pemeriksaan Tentara Militer, dan
didirikannya sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan system Rekam
Medik angkatan bersenjata.

Karier Selanjutnya

Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu


untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil
kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk
pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretsrid honorari dana, dan
Adipati Cambridge menjadi ketua. Mereka mendidirkan badan tersebut.
Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali
jumlahnya. Sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena
Florence Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk menbangun sebuah sekolah


perawat khusus wanita yang pertama kali, saat itu bahkan perawat-
perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan

Sekolah tersebut didirikann di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital


dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat
tersebut.

Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan
baik–baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence Nightingale di
Semananjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang
perempuan perawat. Dengan didirikan sekolah perawat tersebut telah
diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan mulailah masa baru
dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan
sekolah perawat dan kebidanan Florence Nightingale (Florence
Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari
Akademik King College London.

Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah
tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal
pengembangan profesi keperawatan.

Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang keperawatan


(Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan
pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya.

Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian
tentang keperawatan bayi.

Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan


Universitas Medis Wanita.

Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”,


berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda
kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai
untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor
perawat di Amerika Serikat dan jepang.

Pada tahun 1883 Florence dianugerahkan Medali Palang merah kerajaan


(The Royal Red Cross) dari Ratu Victoria.

Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di


hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence
Ninghtingale dengan jasa The Order of Merit dan Florence Ningtingale
menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari
kota London.

Ningtingale adalah seorang anggota Gereja Anglikan Inggris. Pada


tanggal 7 Febuarari 1837 tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17
sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya ia menulis, “ tuhan
berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.”

Meninggal dunia

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13


Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di
Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang
terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

Referensi

 (Inggris) Baly, Monica E. and H. C. G. Matthew, “Nightingale,


Florence (1820-1910)”, Oxford Dictionary of National Biography,
Oxford University press (2004); online edn, May 2005 accessed 28
oct 2006
 (inggris) pugh, martin; The march of the women: A revisionist
analysis of the campaign for women’s suffrage 1866-1914, oxford
(2000), at 55
 (Indonesia) soeroto, A. Florence Nightingale, bidadari berlampu.
Penerbit Djambatan. Seri “kisah orang-oranh yang telah berjasa”.
Cetakan pertama 1974. ISBN 979-428-073-9.
 (inggris) sokoloff, Nancy Boyd.: Three Victorian women who
changed their world, Macmillan, London (1982)
 (inggris) Webb, Val; The making of aRadical Theologician, chalice
press (2002)
 (inggris) woodham smith, cecil; Florence nightingale, penguin
(1951), rev. 1955
Sumber

https://id.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale.

Anda mungkin juga menyukai